Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena,


menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan simbol dan diafragma. Model
konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisi konsep-konsep yang saling terkait dan
saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh logis antar konsep. Model konseptual
keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka rancangan terstruktur untuk melakukan praktik
pada setiap tenaga kesehatan mental maupun perawat untuk menolong seseorang dalam
mempertahankan kesehatan jiwanya melalui mekanisme penyelesaian masalah yang positif
untuk mengatasi stressor atau cemas yang dialaminya.

Teori psikoanalisis adalah teori mengenai kepribadian, abnormalitas, dan perawatan


penderita. Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego
tidak berfungsi dalam mengontrol ide. Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya
untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama, akan mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku.

Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas (bebas melakukan
imajinasi persepsi menurut masing-masing individu) dan analisis mimpi, transfren untuk
memperbaiki traumatik masa lalu. Misalnya menggunakan metode hipnotis (hypnotic), yaitu
dengan membuat tidur klien dan perawat menggali traumatis masa lalu. Dengan cara ini, klien
akan mengungkapkan pikiran dan mimpinya, sedangkan terapis berupaya menginterpretasikan
pikiran dan mimpi pasien.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Mahasiswa mampu memahami pengertian model konseptual keperawatan jiwa.
1.2.2 Mahasiswa mampu memahami tujuan model konseptual keperawatan jiwa.
1.2.3 Mahasiswa mampu memahami model psikoanalisa (Freud, Erickson).
1.2.4 Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan prinsip model paikoanalisa.
1.2.5 Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan teknik dasar model psikoanalisa.

1
1.3 Manfaat

Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan konseptual model psikoanalisa dalam


keperawatan jiwa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Konseptual Keperawatan Jiwa

1 Pengertian

Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena,


menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan simbol dan diafragma. Konsep
adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau
fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau
keyakinan. Model konsep adalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang
menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan
masalah (Christensen, 2009).

Model konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisi konsep-konsep yang


saling terkait dan saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh logis antar konsep.
Model konseptual juga memberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati apa yang dilihat dan
memberikan arah riset untuk mengetahui sebuah pertanyaan untuk menanyakan tentang kejadian
serta menunjukkan suatu pemecahan masalah (Perry & Potter, 2005).

American Nurses Association (ANA) menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan jiwa


merupakan area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri (ekspresi, gerak tubuh, bahasa, tatapan mata,
sentuhan, dan nada suara) secara terapeutik sebagai kiatnya dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental pasien dan masyarakat di manapun berada.

Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka rancangan terstruktur


untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan mental maupun perawat untuk menolong
seseorang dalam mempertahankan kesehatan jiwanya melalui mekanisme penyelesaian masalah
yang positif untuk mengatasi stressor atau cemas yang dialaminya. Perawat psikiatri dapat
bekerja lebih efektif bila tindakan yang dilakukan didasarkan pada suatu model yang mengenali

3
keberadaan sehat dan sakit sebagai suatu hasil dari berbagai karakteristik individu yang
berinteraksi dengan sejumlah factor di lingkungan (Videbeck, 2008).

2 Tujuan
Tujuan dari model konseptual keperawatan menurut Christensen (2009) adalah:
1) Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
2) Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.

2.2 Model Psikoanalisa (Freud, Erickson)

Model ini merupakan model yang pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud. Teori
psikoanalisis adalah teori mengenai kepribadian, abnormalitas, dan perawatan penderita.
Psioanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan
perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan
yang harus di capai. Gejala merupakan symbol dari konflik.

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego
(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol ide (kehendak nafsu dan insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
behavioral).

Pandangan tentang penyimpangan perilaku dari model ini adalah perilaku yang
didasarkan pada perkembangan dini dan resolusi konflik perkembangan yang tidak adekuat.
Gejala sebagai akibat dari upaya untuk mengatasi ansietas dan berkaitan dengan konfik yang
tidak terselesaikan. Proses terapeutik psikoanalisis menggunakan teknik asosiasi bebas dan
analisis mimpi. Hal ini menginterpretasi perilaku, menggunakan transferens untuk memperbaiki

4
pengalaman traumatik masalalu, dan identifikasi area masalah melalui interpretasi resisten
pasien.

Sedangkan, peran pasien dan terapis ialah pasien mengungkapkan semua pikiran dan
mimpi serta mempertimbangkan interpretasi terapis. Terapis tetap mengupayakan perkembangan
transferens, dan menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya dengan konflik,
transferens, dan resisten.

Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak
mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.

Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas (bebas
melakukan imajinasi persepsi menurut masing-masing individu) dan analisis mimpi, transfren
untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misalnya menggunakan metode hipnotis (hypnotic),
yaitu dengan membuat tidur klien dan perawat menggali traumatis masa lalu. Dengan cara ini,
klien akan mengungkapkan pikiran dan mimpinya, sedangkan terapis berupaya
menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien.

Menurut Erikson, perkembangan ego terjadi akibat interaksi sosial, tugas-tugas


perkembangan bersifat berurutan dengan bergantung pada keberhasilan penyelesaian
sebelumnya., individu yang gagal menyelesaikan tugas perkembangan pada usia seharusnya,
dapat kembali lagi nanti untuk menyelesaikan tugas tersebut.

2.3 Prinsip Model Psikoanalisa

Di dalam gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip, yakni :

a. Prinsip konstansi, artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk


mempertahankan kuantitas konflik psikis pada taraf yang serendah mungkin, atau
setidak-tidaknya taraf yang stabil. Dengan perkataan lain bahwa kondisi psikis manusia
cenderung dalam keadaan konflik yang permanen (tetap).

5
b. Prinsip kesenangan, artinya kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan
ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan (pleasure principle).
c. Prinsip realitas, yaitu prinsip kesenangan yang di sesuaikan dengan keadaan nyata.

2.4 Teknik Dasar Model Psikoanalisa

Dalam terapi psikoanalisis ini terdapat lima tekhnik dasar yaitu:

a. Asosiasi Bebas
Yaitu pasien di upayakan untuk mencernihkan atau mengikis alam pikirannya dari
alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang ini, sehingga pasien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Tujuan tekhnik ini adalah untuk
mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang
berhubungan dengan pengalaman traumatic masa lampau. Hal itu disebut juga katartis.
b. Interpretasi
Adalah tekhnik yang digunakan oleh trapis untuk menganalisis asosiasi bebas,
mimpi, resistensi, dan transferensi pasien. Terapis menetapkan, menjelaskan dan bahkan
mengajar pasien tentang makna perilaku yang termanifestasi dalam mimpi, asosiasi
bebas, resistensi dan transferensi pasien. Tujuannya adalah agar ego pasien dapat
mencerna materi baru dan mempercepat materi penyadaran.
c. Analisis Mimpi
Yaitu suatu tekhnik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi
kesempatan pasien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses
terjadinya mimpi adalah karena diwaktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan
kompleks yang terdesak pun muncul kepermukaan. Oleh Freud mimpi itu ditafsirkan
sebagai jalan raya terhadap keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari yang
diekspresikan.
d. Analisis Resistensi
Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan pasien terhadap alasan-alasan
terjadinya resistensinya. Konselor/terapis meminta perhatian pasien untuk menafsirkan
resistensinya.

6
e. Analisa Transferensi
Terapis mengusahakan agar pasien mengembangkan transferensinya agar
terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya.
Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym, dan pasif agar terungkap
transferensi tersebut.

Proses terapi pada model ini adalah lebih sering menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferan untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya pasien dibuat dalam
keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya
digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic-traumatic masa lalu. Hal ini lebih
dikenal dengan metode hypnotis yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan
cara demikian, pasien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist
berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.

Model psikoanalisis ini mempunyai ciri unik dalam proses terapinya. Yaitu konselor
bersikap anonym, artinya konselor berusaha tidak dikenal pasien, dan bertindak sedikit sekali
memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar pasien dengan mudah
memantulkan perasaan kepada konselor. Pemantulan itu merupakan proyeksi pasien yang
menjadi bahan analisis bagi konselor/terapis. Pada tahap awal konseling, konselor membuat
suatu hubungan kerja dengan pasien, selanjutnya kegiatan konselor adalah dan kemudian
memberikan tafsiran terhadap pernyataan pasien.

Hal yang penting dalam proses terapi adalah memberikan perhatian terhadap keadaan
resistensi pasien yaitu suatu keadaan dimana pasien melindungi suatu perasaan, trauma atau
kegagalan pasien terhadap konselor. Keadaan resistensi pasien ditandai oleh munculnya reaksi
dalam bentuk pertahanan diri terhadap interpretasi yang tidak mengenakkan dari konselor.

Fungsi konselor/terapis adalah mempercepat proses hal-hal yang tersimpan dalam


ketidaksadaran pasien yang di lindunginya dengan cara transfferensi itu.peran perawat adalah
berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau
stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya (pernah di siksa orang tua, pernah di
sodomi,diperlakukan secara kasar, ditelantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa

7
anak-anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).

Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama dan mahal. Karakter psikoanalisis
adalah terapis atau analisa membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan
pengalaman sehingga pasien memproyeksikan dirinya kepada analisis. Analisis utama berurusan
dengan usaha membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan, dalam
melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam
memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsive dan irasional. Analisis terlebih dahulu
harus membangun hubungan kerja dengan pasien, kemudian perlu banyak mendengar dan
menafsirkan. Analisis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan pasien.
Sementara yang dilakukan oleh pasien sebagian besar adalah berbicara, yang dilakukan oleh
analisis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat
penafsiran-penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tak
disadari.

Analisis mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada


cerita pasien, mengartikan mimpi-mimpi dan asosiasi bebas yang dilaporkan oleh pasien
mengamati pasien secara cermat selama pertemuan terapi berlangsung, dan peka terhadap
isyarat-isyarat yang menyangkut perasaan-perasaan pasien kepada analisis. Pengorganisasian
proses-proses terapeutik dalam konteks pemahaman terhadap struktur kepribadian dan
psikodinamik-psikodinamik itu memungkinkan analisis bias merumuskan sifat sesungguhnya
dari masalah-masalah pasien. Salah satu fungsi utama analisis adalah mengajarkan arti proses-
proses ini kepada pasien sehingga pasien mampu memperoleh pemahaman terhadap masalah-
masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah. Dengan
demikian, memperoleh kendali yang lebih rasional atas kehidupannya sendiri.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka rancangan terstruktur


untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan mental maupun perawat untuk menolong
seseorang dalam mempertahankan kesehatan jiwanya melalui mekanisme penyelesaian masalah
yang positif untuk mengatasi stressor atau cemas yang dialaminya.

Teori model psikoanalisa menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego tidak berfungsi dalam mengontrol ide. Proses terapi pada model ini adalah
menggunakan metode asosiasi bebas (bebas melakukan imajinasi persepsi menurut masing-
masing individu) dan analisis mimpi, transfren untuk memperbaiki traumatik masa lalu.
Misalnya menggunakan metode hipnotis (hypnotic), yaitu dengan membuat tidur klien dan
perawat menggali traumatis masa lalu. Dengan cara ini, klien akan mengungkapkan pikiran dan
mimpinya, sedangkan terapis berupaya menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati, Farida & Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Nasir, Abdul & Abdul Muhith. 2011. Dasar - Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

10

Anda mungkin juga menyukai