Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat, 2008).
Menurut Beck (2008) mengemukakan rentang harapan -putus harapan
merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan
respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat
mengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan
diri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri,
dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Stuart, Sudden, 2012).
RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh diri


Diri peningkatan beresiko destruktif-diri diri
Gambar 1. Rentang respon protektif-diri (Wiscarz dan Sundeen, 2012)

Rentang sehat sakit juga dapat dipakai untuk menggambarkan respons adaptif
sampai respon maladaptif pada bunuh diri.
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menghargai diri Berani ambil resiko Merusak diri sendiri Bunuh diri
dalam mengembangkan diri secara tidak langsung
Gambar 2. Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen, 2012)
Dalam kehidupan, individu selalu mengadapi masalah atau stressor. Respon
individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta
tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara adaptif
dan jika gagal ia berespons secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh
diri.
Beck, Rawlins, dan Williams (2008) mengemukakan bahwa individu
berharapan. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Harapan Putus Harapan
- Yakin - Tidak berdaya
- Percaya - Putus asa
- Inspirasi - Apatis
- Tetap hati - Gagal & kehilangan
- - Ragu-ragu
- - Sedih
- - Depresi
- - Bunuh diri
Gambar 3. Rentang harapan-putus harapan (Beck, dkk.,2008)

1. Rentang adaptif : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati, Respon


2. maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping
yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan
merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan
bunuh diri.
c. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke
luar dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengkahiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

B. ETIOLOGI
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut :
1. Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil
dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

Tabel 1. Faktor Resiko tingkah laku bunuh diri. (Stuart dan Sundeen, 2012)
Faktor Risiko tinggi Resiko Rendah
Umur 45 tahun dan remaja 25-45 th dan < 12 th
Jenis kelamin laki-laki perempuan
Status kawin cerai,pisah,janda/duda kawin
Jabatan profesional pekerjaan kasar
Pengangguran pekerja pekerjaan
Penyakit fisik kronik, terminal tidak ada yg serius
Gangguan mental depresi, halusinasi gangguan kepribadian
Pemakai obat & alkohol ketergantungan tidak
1. Pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga yang kacau
c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Di hukum orang lain
2. Pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehilangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah dengan orang tua
h. Masalah seksual
i. depresi
3. Pada dewasa
a. Self-ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang
tua
d. Kompetisi untuk sukses
4. Pada usia lanjut
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat
d. Kesepian dan isolasi sosial
e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan)
f. Sumber hidup berkurang
C. JENIS-JENIS PERILAKU BUNUH DIRI
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
8. Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
f. Riwayat psikososial :
1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
2) Hidup sendiri
3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
9. Faktor-faktor kepribadian
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial

E. PROSES TERJADINYA MASALAH


Menurut Stuart dan Sudeen (2012), penyebab bunuh diri antara lain :
1. Faktor Prediposisi
a. Diagnostik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

F. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah


G. PENCEGAHAN
Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan peringatan pada
keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis. Sehingga ada
kemungkinan untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang lebih baik. Pencegahan
berskala besar harus diarahkan untuk mengatasi isolasi sosial, rendahnya harga diri,
dan pengurangan kosumsi dan penyalahgunaan alkohol dan obat.
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau
melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkan
obat penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain,
dan pasien juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2) Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4. Bersifat hangat dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri


1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
3. Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
3. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
4. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
e) Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang adaptif
1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga


1) Tujuan :
a) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
rasa ingin bunuh diri
2) Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin bunuh diri
adalah :
a) Membina hubungan saling percaya
1. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
2. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas
c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
untuk diri sendiri dan keluarga
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

I. SUMBER DAN MEKANISME KOPING


Menurut Stuart dan Sundeen (2012) terdapat sumber dan mekanisme koping pada
perilaku bunuh diri yaitu:
1. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali orang ini secara
sadar memilih untuk bunuh diri. Kulaitas hidup menjadi isu yang
mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema etik mungkin timbul bagi perawat
yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri. Tidak ada jawaban
yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik ini. Perawat harus
melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri.
2. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tak
langsung adalah :
a. Denial, mekanisme koping yang paling menonjol
b. Rasionalisme
c. Intelektualisasi
d. Regresi
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa memberikan cara
koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini mungkin berada diantara individu
dan bunuh diri.

Perilaku bunuh diri menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme koping.


Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

1. PENGKAJIAN
a. Kaji Keluhan utama klien
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
c. Konsep diri : Harga diri rendah
(Umumnya pasien mengatakan hal yang negatif tentang dirinya, yang
menunjukkan harga diri yang rendah)
d. Alam perasaan
( ) sedih ( ) putus asa
( ) ketakutan ( ) gembira berlebihan
(pasien pada umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat
mendalam)
e. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) Tidak kooperatif
( ) Defensi ( ) Kontak mata kurang
( ) mudah tersinggung ( ) curiga
(pasien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang)
f. Afek
( ) Datar ( ) Labil
( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai
(pasien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)
g. Mekanisme koping maladaptif
( ) minum alkohol ( ) bekerja berlebihan
( ) reaksi lambat ( ) mencederai diri
( ) menghindar ( ) lainnya
(pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencederai diri)
h. Masalah psikososial dan lingkungan
( ) masalah dengan dukungan keluarga
( ) masalah dengan perumahan

Tabel 2. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri

Perilaku atau Intensitas resiko


Gejala
Rendah Sedang tinggi
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau panik
2. Depresi Rendah Sedang Berat
3. Isolasi-menarik Perasaan depresi yang Perasaan tidak berdaya, Tidak berdaya, putus
diri samar, tidak menarik putus asa, menarik diri asa, menarik diri,
diri protes pd diri sndiri
4. Fungsi sehari- Umumnya baik pada Baik pada beberapa Tidak baik pd semua
hari semua aktivitas aktivitas Aktivitas
5. Sumber-sumber Beberapa Sedikit Kurang
6. Strategi koping Umumnya konstruktif Sebagian konstruktif Sebagian bsr destruktif
7. Orang Beberapa Sedikit atau hanya satu Tidak ada
penting/dekat
8. Pelayanan Tidak, sikap positif Ya, umumnya memuaskan Bersikap negatif
psikatri yang terhadap pertolongan
lalu
9. Pola hidup Stabil Sedang (stabil tak stabil) Tidak stabil

10. Pemakai Tidak sering Sering Terus menerus


alkohol dan
obat
11. Percobaan Tidak, atau yang tidak Dari tidak sampai dengan Dari tidak, sampai
bunuh diri fatal cara yang agak fatal berbagai cara yang
sebelumnya fatal
12. Disorientasi Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
dan
disorganisasi
13. Bermusuhan Tidak atau sedikit Beberapa Jelas atau ada
14. Rencana bunuh Samar, kadang-kadang Sering dipikirkan kadang- Sering dan konstan
diri. ada pikiran, tidak ada kadang ada ide untuk dipikirkan dengan
rencana merencanakan rencana spesipik
Tabel 3. SIRS (suicidal intention rating scale)
Skor 0 : tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
Skor 2 : memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3 : mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”.
Skor 4 : aktif mencoba bunuh diri.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Bunuh Diri
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan pada pasien bunuh diri dan keluarga terdiri dari 3
macam yaitu :
a. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan
ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
b. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak
berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
c. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat tinggi.
Rencana tindakan keperawatan :
a. Ancaman bunuh diri
1. Tindakan keperawatan pada pasien ancaman percobaan bunuh diri
a) Tujuan keperawatan
Pasien tetap aman dan selamat
b) Tindakan keperawatan
Melindungi pasien dengan cara :
1) Temani pasien terus menerus sampai pasien dapat dipindahkan
ketempat yang aman.
2) Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya; pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
3) Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat.
4) Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

SP 1 pasien : melindungi pasien dari ancaman percobaan bunuh diri.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien percobaan bunuh diri


a. Tujuan Keperawatan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba
bunuh diri.
b. Tindakan Keperawatan
1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian.
2. Menganjurkan keluarga membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya di
sekitar pasien.
3. Menganjurkan keluarga untuk tidak membiarkan pasien sering melamun sendiri.
4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.
SP 1 Keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba bunuh
diri.
1. Tindakan keperawatan pada pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan keperawatan
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
2) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya.
3) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
4) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masaalah yang baik.
b. Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
a) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya.
b) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
d) Mendiskusikan keadaan yang seharusnya disyukuri oleh pasien.
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
3) Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masaalah dengan cara :
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masaalahnya.
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masaalah.
SP 1 pasien : melindungi pasien dari isyarat bunuh diri.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien isyarat bunuh diri.


a) Tujuan keperawatan
Keluarga mampu merawat pasien yang beresiko bunuh diri.
b) Tindakan keperawatan
1. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
(a) Menanyakan keluarga tentang anda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul
pada
pasien.
(b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien
yang
beresiko bunuh diri.
2. mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
a. mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga jika pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b. menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, yaitu dengan :
3. memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang mudah
diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri dikamrnya atau jangan meninggalkan
pasien sendirian dirumah
4. menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri. jauhkan pasien
dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti : ta;i, bahan bakar
minyak/bensin, api, pisau, atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti oba
nyamuk atau racun serangga.
5. selalu melakukan pengawasan dan meningkatkan pengawasan jika tanda dan gejala
bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasiean
tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh diri.
6. mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan jika pasien melakukan
percobaan bunuh diri dengan cara :
7.
4. membantu keluarga mencati rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien.
a. memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.
b. menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara teratur untuk
mengatasi masalah bunuh dri
c. menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat seuai prinsip lima benar
cara penggunaannya dan benar waktu penggunaannya.
SP1keluarga : mengajarkan keluarga tentang cara melindungi anggota keluarga beresiko
bunuh diri (isyarat bunuh diri).
Tabel 5.2 ringkasan tindakan keperawatan pada Pasien Risiko Bunuh Diri Berdasarkan
Perilaku Bunuh Diri
Perilaku Bunuh Diri Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan
pada Pasien pada Keluarga
1. Isyarat bunuh diri Mendiskusikan cara Melakukan pendidikan
mengatasi keinginan bunuh kesehatan tentang cara
diri merawat anggota keluarga
Meningkatkan harga diri yang ingin bunuh diri
pasien
Meningkatkan kemampuan
pasien dalam menyelesaikan
masalah
2. Ancaman bunuh diri Melindungi pasien Melibatkan keluarga untuk
mengawasi pasien secara
ketat
3. Percobaan bunuh diri

Evaluasi Keperawatan
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien risiko bunuh diri dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam
merawat pasien risiko bunuh diri.
Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terapi kelompok yang dapat di lakukan untuk pasien dengan bunuh diri adalah sebagai
berikut.
Evaluasi Kemampuan Pasien Risiko Bunuh Diri dan Keluarganya
Nama pasien : ..........................
Ruangan : ..........................
Nama perawat : ..........................
Petunjuk:
Berilah tanda checklis ( ) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini.
Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.
No. Kemampuan Tanggal

A Pasien
1. Menyebutkan cara mengamankan benda-benda
berbahaya
2. Menyebutkan cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
3. Menyebutkan aspek posotif diri
4. Menyebutkan koping konstruktif untuk
mengatasi masalah
5. Menyebutkan rencana masa depan
6. Membuat rencana masa depan
B Keluarga
1. Menyebutkan pengertian bunuh diri dan proses
terjadinya bunuh diri
2. Menyebutkan tanda dan gejala risiko bunuh
diri
3. Menebutkan cara merawat pasien risiko bunuh
diri
4. Membuat jadwal aktivitas dan minum obat
pasien dirumah (perencanan pulang)
5. Memberikan pujian atas kemampuan pasien
Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Resiko Bunuh Diri
Nama pasien :
Ruangan :
Nama Perawat :
Petunjuk :
a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setian SP dilakukan menggunakan instrumen
Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP
c. Melakukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai SP.

No. Kemampuan Tanggal

A Pasien
Sp 1 Pasien
1 Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
2 Mengamankan benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
3 Melakukan kontrak terapi
4 Mengajarkancara mengendalikan dorongan
bunuh diri
5 Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh
diri
Nilai SP 1 Pasien
No. Kemampuan Tanggal

SP 2
1 Mengidentifikasi aspek positif pasien
2 Mendorong pasien untuk berfikir positif
terhadap diri
3 Mendorong pasien untuk menghargai diri
sebagai individu yang berharga
Nilai SP 2 Pasien
No. Kemampuan Tanggal

SP 3 Pasien
1. Menidentifikasi pola koping yang biasa
diterapkan pasien
2 Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3 Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4 Mendorong pasien memilih pola koping yang
konstruktif
5 Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan harian
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1 Membuat rencana masa depan yang realistis
bersama pasien
2 Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa
depan yang realistis

No. Keterangan Tanggal

3 Memberi dorongan pasien melakukan


kegiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
Nilai SP 4 pasien
B Keluarga
SP 1 Keluarga
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
resiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh
diri yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
No. Kemampuan Tanggal

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko


bunuh diri
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1 Melatih keluarga mempraktikan cara merawat
pasien dengan resiko bunuh diri
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien resiko bunuh diri
Nilai SP 2 Keluarga

SP 3 Keluarga

No. Keterangan Tanggal

1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas


di rumah termasuk minum obat (perencanaan
pulang)
2 Menjelaskan kepada keluarga pasien setelah
pulang
Nilai SP 3 Keluarga
Total Nilai : SP pasien + SP keluarga
Rata-rata
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2008. Tingkah laku Bunuh Diri. Jakarta : Arcan
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, Sudden, 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai