PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat, 2008).
Menurut Beck (2008) mengemukakan rentang harapan -putus harapan
merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan
respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat
mengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan
diri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri,
dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Stuart, Sudden, 2012).
RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI
Rentang sehat sakit juga dapat dipakai untuk menggambarkan respons adaptif
sampai respon maladaptif pada bunuh diri.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Menghargai diri Berani ambil resiko Merusak diri sendiri Bunuh diri
dalam mengembangkan diri secara tidak langsung
Gambar 2. Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen, 2012)
Dalam kehidupan, individu selalu mengadapi masalah atau stressor. Respon
individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta
tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara adaptif
dan jika gagal ia berespons secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh
diri.
Beck, Rawlins, dan Williams (2008) mengemukakan bahwa individu
berharapan. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Harapan Putus Harapan
- Yakin - Tidak berdaya
- Percaya - Putus asa
- Inspirasi - Apatis
- Tetap hati - Gagal & kehilangan
- - Ragu-ragu
- - Sedih
- - Depresi
- - Bunuh diri
Gambar 3. Rentang harapan-putus harapan (Beck, dkk.,2008)
B. ETIOLOGI
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut :
1. Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil
dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
Tabel 1. Faktor Resiko tingkah laku bunuh diri. (Stuart dan Sundeen, 2012)
Faktor Risiko tinggi Resiko Rendah
Umur 45 tahun dan remaja 25-45 th dan < 12 th
Jenis kelamin laki-laki perempuan
Status kawin cerai,pisah,janda/duda kawin
Jabatan profesional pekerjaan kasar
Pengangguran pekerja pekerjaan
Penyakit fisik kronik, terminal tidak ada yg serius
Gangguan mental depresi, halusinasi gangguan kepribadian
Pemakai obat & alkohol ketergantungan tidak
1. Pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga yang kacau
c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Di hukum orang lain
2. Pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehilangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah dengan orang tua
h. Masalah seksual
i. depresi
3. Pada dewasa
a. Self-ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang
tua
d. Kompetisi untuk sukses
4. Pada usia lanjut
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat
d. Kesepian dan isolasi sosial
e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan)
f. Sumber hidup berkurang
C. JENIS-JENIS PERILAKU BUNUH DIRI
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keputusasaan
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
8. Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
f. Riwayat psikososial :
1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
2) Hidup sendiri
3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
9. Faktor-faktor kepribadian
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisosial
F. POHON MASALAH
1. PENGKAJIAN
a. Kaji Keluhan utama klien
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
c. Konsep diri : Harga diri rendah
(Umumnya pasien mengatakan hal yang negatif tentang dirinya, yang
menunjukkan harga diri yang rendah)
d. Alam perasaan
( ) sedih ( ) putus asa
( ) ketakutan ( ) gembira berlebihan
(pasien pada umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat
mendalam)
e. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) Tidak kooperatif
( ) Defensi ( ) Kontak mata kurang
( ) mudah tersinggung ( ) curiga
(pasien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang)
f. Afek
( ) Datar ( ) Labil
( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai
(pasien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul)
g. Mekanisme koping maladaptif
( ) minum alkohol ( ) bekerja berlebihan
( ) reaksi lambat ( ) mencederai diri
( ) menghindar ( ) lainnya
(pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencederai diri)
h. Masalah psikososial dan lingkungan
( ) masalah dengan dukungan keluarga
( ) masalah dengan perumahan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Bunuh Diri
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan pada pasien bunuh diri dan keluarga terdiri dari 3
macam yaitu :
a. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan
ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
b. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak
berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
c. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat tinggi.
Rencana tindakan keperawatan :
a. Ancaman bunuh diri
1. Tindakan keperawatan pada pasien ancaman percobaan bunuh diri
a) Tujuan keperawatan
Pasien tetap aman dan selamat
b) Tindakan keperawatan
Melindungi pasien dengan cara :
1) Temani pasien terus menerus sampai pasien dapat dipindahkan
ketempat yang aman.
2) Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya; pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
3) Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat.
4) Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Evaluasi Keperawatan
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien risiko bunuh diri dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam
merawat pasien risiko bunuh diri.
Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terapi kelompok yang dapat di lakukan untuk pasien dengan bunuh diri adalah sebagai
berikut.
Evaluasi Kemampuan Pasien Risiko Bunuh Diri dan Keluarganya
Nama pasien : ..........................
Ruangan : ..........................
Nama perawat : ..........................
Petunjuk:
Berilah tanda checklis ( ) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini.
Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.
No. Kemampuan Tanggal
A Pasien
1. Menyebutkan cara mengamankan benda-benda
berbahaya
2. Menyebutkan cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
3. Menyebutkan aspek posotif diri
4. Menyebutkan koping konstruktif untuk
mengatasi masalah
5. Menyebutkan rencana masa depan
6. Membuat rencana masa depan
B Keluarga
1. Menyebutkan pengertian bunuh diri dan proses
terjadinya bunuh diri
2. Menyebutkan tanda dan gejala risiko bunuh
diri
3. Menebutkan cara merawat pasien risiko bunuh
diri
4. Membuat jadwal aktivitas dan minum obat
pasien dirumah (perencanan pulang)
5. Memberikan pujian atas kemampuan pasien
Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Resiko Bunuh Diri
Nama pasien :
Ruangan :
Nama Perawat :
Petunjuk :
a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setian SP dilakukan menggunakan instrumen
Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP
c. Melakukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai SP.
A Pasien
Sp 1 Pasien
1 Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
2 Mengamankan benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
3 Melakukan kontrak terapi
4 Mengajarkancara mengendalikan dorongan
bunuh diri
5 Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh
diri
Nilai SP 1 Pasien
No. Kemampuan Tanggal
SP 2
1 Mengidentifikasi aspek positif pasien
2 Mendorong pasien untuk berfikir positif
terhadap diri
3 Mendorong pasien untuk menghargai diri
sebagai individu yang berharga
Nilai SP 2 Pasien
No. Kemampuan Tanggal
SP 3 Pasien
1. Menidentifikasi pola koping yang biasa
diterapkan pasien
2 Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3 Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4 Mendorong pasien memilih pola koping yang
konstruktif
5 Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan harian
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1 Membuat rencana masa depan yang realistis
bersama pasien
2 Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa
depan yang realistis
SP 3 Keluarga
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2008. Tingkah laku Bunuh Diri. Jakarta : Arcan
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, Sudden, 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.