Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

SINDROM NEFROTIK

Dosen Pengampu :

Ns. Musviro, S.Kep. M.Kes.

Di SusunOleh :

1. NurAisyah (192303101152)
2. Adinda fibrianti M (192303101172)

PRODI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS LUMAJANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya kita
senantiasa dalam keadaan baik. Tak lupa juga shalawat serta salam semoga tetap tertuju
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena beliulah yang membawa kita dari
jaman Jahiliyah kejalan terang benderang ini. Semoga kita semua mendapat syafatnya nanti.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Musviro, S.Kep. M.Kes. selaku dosen
pengajar Keperawatan Anak Prodi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Jember Kampus Lumajang yang telah membimbing kami, serta memberikan dukungan dalam
penyusunan makalah ini dan terimakasih juga untuk beberapa pihak yang telah membantu
kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik

Kami menyadari, bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini. Kami harap makalah ini memberikan manfaat
bagi pembaca.

Lumajang, 18 maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................

2.1 Definisi...................................................................................................................
2.2 Etiologi ..................................................................................................................
2.3 Menifestasi klinis.....................................................................................................
2.4 Pemeriksaan penunjang .........................................................................................
2.5 Penatalaksanaan.......................................................................................................
2.6 Komplikasi ..............................................................................................................
2.7 Patofisiologi & Pathway.........................................................................................
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Sindroma Nefrotik..................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada anak,
dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan
glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Suradi & Yuliani, 2010).
Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan dapat
berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden yang
ditemukan pada Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis anak bervariasi
berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia anak serta respon anak
terhadap pengobatan. Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan (Betz & Sowden, 2009)
Sindrom Nefrotik (SN) adalah kelainan ginjal terbanyak dijumpai pada anak, dengan
angka kejadian 15 kali lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Insidennya sekitar 2-
3/100.000 anak per tahun, dan sebagian besar anak SN merupakan tipe sensitif terhadap
pengobatan steroid yang dimasukkan sebagai kelainan minimal.
Insiden penyakit SN primer dua kasus per tahun tiap 100.000 anak berumur kurang
dari 16 tahun. Insiden di Indonesia diperkirakan enam kasus per tahun tiap 100.000 anak
kurang dari 14 tahun. Sindrom nefrotik lebih banyak diderita oleh anak laki-laki daripada
anak perempuan dengan perbandingan 2:1.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan yang dimaksud dengan sindrom nefrotik!
2. Jelaskan etiologi dari sindrom nefrotik!
3. Jelaskan Manifestasi klinis dari sindrom nefrotik!
4. Sebutkan pemeriksaan penunjang dari sindrom nefrotik!
5. Jelaskan penatalaksanaan dari sindrom nefrotik!
6. Sebutkan komplikasi dari sindrom nefrotik!
7. Jelaskan bagaimana patofisiologi dan pathway dari sindrom nefrotik!

1
8. Bagaimana asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi sindrom
nefrotik?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari sindrom nefrotik.
2. Menjelaskan etiologic dari sindrom nefrotik.
3. Menjelaskan Manifestasi klinis dari sindrom nefrotik.
4. Menyebutkan pemeriksaan penunjang dari sindrom nefrotik
5. Menjelaskan penatalaksaan dari sindrom nefrotik.
6. Menyebutkan komplikasi dari sindrom nefrotik
7. Menjelaskan patofisiologi dan pathway dari sindrom nefrotik
8. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan dari sindrom nefrotik.
1.4 Manfaat Penulisan
 Bagi penulis
Dengan makalah ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan dari sindrom nefrotik.
 Bagi pembaca
Dengan terbentuknya makalah ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang konsep asuhan keperawatan pada sindrom nefrotik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Nefrotik sindrom adalah gangguan ginjal yang terjadi akibat tubuh melepaskan
banyak protein ke dalam urine. Penyakit ini mengurangi jumlah protein dalam darah dan
memengaruhi cara tubuh menyeimbangkan air. Sehingga penderita Nefrotik Sindrom
perlu memilih makanan dan minuman yang akan dikonsumsi untuk mencegah
komplikasi.
Sindrom Nefrotik adalah gangguan ginjal yang terjadi akibat tubuh melepaskan
banyak protein ke dalam urin. Penyakit ini mengurangi jumlah protein dalam darah dan
mempengaruhi cara tubuh menyimbangan air. Sehingga penderita Sindrom Nefrotik
perlu memilih makanan dan minuman yang akan dikonsumsi untuk mencegah
kompikasi.
sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus.
Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang dapat menyebabkan
terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden,
2009).
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada anak,
dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan
glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Suradi & Yuliani, 2010).
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
2.2 Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab Sindroma
Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun. Umumnya, etiologi
Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:

3
1. Sindroma Nefrotik Bawaan/Congenital
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien ini
biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala yang
biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya, perkembangan pada
klien terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama
kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan kromosom, namun
disebabkan oleh beberapa masalah seperti:
o Malaria kuartana atau parasit lainnya
o Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
o Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
o Penyakit sel sabit, dll
3. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Sindrom nefrotik ideopatik ini Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik
Ideopatik atau juga disebut Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis
yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan
mikroskop elektron, (Churg, dkk) membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik kedalam
4 golongan yaitu :
1. Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat normal,
namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel epitel berpadu.
2. Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus
3. Glomerulonefritis Proliferatif
4. Glomerulonefritis fokal segmental
Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu sklerosis
glomerulus yang disertai atrofi tubulus.
Klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik ( Sudjadi WP, 2006) :
1. Glomerulonefritis primer:
a. GN lesi minimal (GNLM)
b. Glomerulosklerosis fokal (GSF)
c. GN meembranosa (GNMN)
d. GN membranoproliferatif (GNMP)
e. GN proliferatif lain

4
2. Glomerulonefritis sekunder akibat :
a. Infeksi
- HIV, hepatitis virus B dan C
- Sifilis, malaria, skistosoma
- Tuberkulosis, lepra
b. Keganasan
- Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, mieloma
multipel, dan karsinoma ginjal.
- Penyakit jaringan penghubung Lupus eritematosus sistemik, artritis
reumatoid, MCTD (mixed connective tissue disease).
c. Efek obat dan toksin
- Obat antiinflamasi non-steroid, preparat emas, penisilamin, probenesid, air
raksa, captopril, heroin.
d. Lain-lain : Diabetes melitus, amiloidosis, preeklamsia, rejeksi alograf kronik,
refluks vesikoureter, sengatan lebah.
2.3 Manifestasi Klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses penyakit,
gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik adalah:
1. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.
2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia dan
ekstremitas).
3. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri abdomen,
anoreksia dan diare.
4. Pucat.
5. Keletihan dan intoleransi aktivitas.
6. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m2 /hari, albumin serum <
2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl. (Betz & Sowden, 2009)
Diagnosis SN ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang seringkali ditandai dengan
edema yang timbul pertama kali pada daerah sekitar mata dan ekstremitas bagian bawah.
Tekanan darah meningkat pada 25% anak, diare akibat edema intestinal dan distres
pernafasan akibat edema pulmonal atau efusi pleura dapat di temukan. Pada kasus
tertentu dapat disertai hipertensi dan hematuria (Mamesah, R., Umboh A. & Gunawan S.,
2016).

5
Pasien SN biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan
disertai asites, efusi pleura, dan edema genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria dan
gejala infeksi, nafsu makan berkurang, dan diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati
terhadap kemungkinan terjadinya peritonitis atau hipovolemia(Manalu., 2019).
Gambaran klinis SN ditandai dengan proteinuria massif (>40 mg/m²/jam), hipoalbumin
(<2,5 g/dL), edema dan hyperlipidemia. Sebagian besar 90 % SN pada anak merupakan
SN yang idiopatik. Dan 10 % SN sekunder yang berhubungan dengan kelainan
glomerulus seperti nefropati membranosa dan glomerulonephritis membranoprolifratif
(sari,2012).
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urine
a. Urinalisis
- Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urine lebih dari 2
gr/m2 /hari.
- Ditemukan bentuk hialin dan granular.
- Terkadang pasien mengalami hematuri.
b. Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan darah.
c. Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya proteinuria ( normalnya 50-
1.400 mOsm).
d. Osmolaritas urine akan meningkat.
2. Uji Darah
a. Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2 gr/dl (normalnya
3,5-5,5 gr/dl).
b. Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai 450-1000 mg/dl
(normalnya <200 mg/dl).
c. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami
hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada Perempuan 39-
47% ).
d. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000- 1.000.000/ µl (normalnya
150.000-400.000/µl).
e. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan
(normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L,
Klorida 98-106 mEq/L )
3. Uji Diagnostik

6
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status glomerular, jenis
sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan medis dan melihat proses
perjalanan penyakit. (Betz & Sowden, 2009)
2.5 Penatalaksanaan
Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik
meliputi:
1. Pemberian kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk menginduksi
remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Jika pasien
mengalami kekambuhan, maka perlu diberikan kortikosteroid dengan dosis tinggi
untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin melalui
makanan atau melalui intravena.
3. Pengurangan edema.
a. Terapi diuretik,
hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna mencegah terjadinya penurunan
volume intravaskuler, pembentukan trombus maupun ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
b. Membatasi pemberian natrium.
c. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
d. Pengobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
edema maupun tindakan medis yang dilakukan kepada pasien.
e. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain, mengingat pasien
dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi akibat daya tahan tubuhnya yang
rendah.
f. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan terapi steroid.
Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak dengan Sindroma nefrotik
Meliputi :
1. Diit tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila edema
masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan sedikit garam
(Buku Kuliah IKA Jilid II).
2. Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan menderita
tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3. Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian terapi KCl.

7
4. Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping
penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat hati-hati.
5. Berikan diuretik untuk mengatasi edema
6. Berikan terapi kortikosteroid.
International Kooperative Study Of Kidney Disease in Children (ISKDC)
mengajukan cara pengobatan sebagai berikut:
- Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas permukaan badan.
- Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan dosis 40
mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis 60 mg/hari/lpb
2.6 Komplikasi
1. Keseimbangan Nitrogen
Proteinuria masif pada SN akan menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi
negatif. Penurunan massa otot sering ditemukan tetapi gejala ini tertutup oleh gejala
edema anasarka dan baru tampak setelah edema menghilang. Kehilangan massa tubuh
(lean body mass) tidak jarang dijumpai pada SN.
2. Hiperlipidemia dan Lipiduria
Hiperlipidemia merupakan keadaan yang sering menyertai SN. Kadar kolesterol
umumnya meningkat sedangkan trigliserid bervariasi ari normal sampai sedikit
meninggi. Mekanisme hiperlipidemia pada SN dihubungkan dengan peningkatan
sintesis lipid dan lipoprotein hati, dan menurunnya katabolisme.
3. Hiperkoagulasi
Gangguan koagulasi yang terjadi disebabkan peningkatan sintesis protein oleh hati
dan kehilangan protein melalui urin
4. Infeksi
infeksi sering merupakan penyebab kematian pada SN terutama oleh organism
berkapsul (encapsulated organisms). Infeksi pada SN terjadi akibat defek imunitas
humoral, selular, dan ganggauan system komplemen. Penurunan IgG, IgA, dan
gamma globulin sering ditemukan pada pasien SN oleh karena sintesis yang menurun
atau katabolisme yang meningkat dan bertambah banyaknya yang terbuang melalui
urin
5. Gangguan Fungsi Ginjal

8
Pasien SN memiliki potensi untuk mengalami gagal ginjal akut melalui berbagai
mekanisme. Penurunan volume plasma dan atau sepsis sering menyebabkan
timbulnya nekrosis tubular akut. Mekanisme lain yang diperkirakan menjadi
penyebab gagal ginjal akut adalah terjadinya edema intrarenal yang menyebabkan
kompresi pada tubulus ginjal
6. Lain lain
Malnutrisi kalori protein dapat terjadi pada SN dewasa terutama apabila disertai
proteinuria masif, asupan oral yang kurang, dan proses katabolisme yang tinggi.
Kemungkinan efek toksik obat yang terikat protein akan meningkat karena
hipoalbuminemia menyebabkan kadar obat bebas dalam plasma lebih tinggi.
Hipertensi tidak jarang ditemukan sebagai komplikasi SN terutama dikaitkan dengan
retensi natrium dan air. (Cohen EP,2009)
2.7 Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria akan dapat mengakibatkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya jumlah
albumin, terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler
akan berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan volume cairan
intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi hipovolemik pada pasien, kondisi
hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan berdampak pada hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin
dan peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang
mengakibatkan retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada edema.
Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat hipoalbuminemia, jika
tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma Nefrotik akan rentan terhadap infeksi
seperti peritonitis dan selulitis. Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami
peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma. Selain itu,
peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi hilangnya protein
dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam
urine atau lipiduria.

9
Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik atau
keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hormon renin yang
berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya renin mengubah
angiotensin yang disekresi hati menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos
sekeliling arteriola.
Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami tekanan darah tinggi. Dalam kondisi
lain, ketidakseimbangan natrium akibat konsumsi natrium yang terlalu sedikit akan
mengakibatkan anak mengalami hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010).

b. Pathway.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Sindrom Nefrotik

10
1. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Biodata
nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, panjang badan lahir, serta
apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke, jumlah saudara
dan identitas orang tua.
b. Keluhan utama
Keluhan bengkak di kelopak mata, tungkai, maupun bengkak di seluruh tubuh dan
yang lain datang dengan keluhan demam, kejang dan dengan syok
c. Riwayat penyakit
Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada
beberapa bagian tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian
genitalia. Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan anaknya mudah demam dan
daya tahan tubuh anaknya terbilang rendah.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak
dahulu untuk menilai adanya peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat
keluarga dengan sindroma nefrotik seperti adakah saudarasaudaranya yang
memiliki riwayat penyakit ginjal dan riwayat tumbuh kembang anak yang
terganggu, apakah anak pernah mengalami diare atau sesak napas sebelumnya,
serta adanya penurunan volume haluaran urine.
e. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah menderita
penyakit lupus eritematosus sistemik atau kencing manis, konsumsi obat-obatan
maupun jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum
alkohol selama hamil.
f. Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh cairan intrastisial dan
memberikan persepsi kenyang pada anak
g. Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan perfusi darah ke
otak. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral
pada anak. Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang dengan
baik.

11
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital
- Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal
80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak
dengan hipovolemik akan mengalami hipotensi, maka akan
ditemukan tekanan darah kurang dari nilai normal atau dapat
ditemukan anak dengan hipertensi apabila kolesterol anak
meningkat.
- Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/
menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi
anak usia 10-14 tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia 14-18
tahun 82x/menit.
- Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21- 30x/menit, anak
6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun 18-
22x/menit.
b. Postur
BB Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum sakit untuk
menentukan adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma nefrotik.
Edema pada anak juga dapat ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%
c. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis Vein
Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulussternalis pada posisi 45° , pada
anak dengan hipovolemik akan ditemukan JVD datar pada posisi supinasi,
namun pada anak dengan hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai
ke angulus mandibularis pada posisi anak 45°
d. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema pada
periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau
konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
e. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak
dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang tidak
teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung.
f. Mulut

12
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan saturasi
oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-pecah pada
anak dengan hipovolemik .
g. Kardiovaskuler
- Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas
yang tidak teratur
- Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
- Perkusi biasanya tidak ditemukan masalah
- Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta penurunan
bunyi napas pada lobus bagian bawah Bila dilakukan EKG, maka
akan ditemukan aritmia, pendataran gelombang T, penurunan
segmen ST, pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
h. Paru-Paru
- Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
- Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris
bila anak mengalami dispnea
- Perkusi, biasanya ditemukan sonor
- Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan.
Namun, frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen
kerongga dada.
i. Abdomen
- Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila
anak asites
- Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur
lingkar perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
- Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
- Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
j. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan tampak
pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat edema dan
berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit
k. Ekstremitas

13
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema anasarka
atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat ditemukan CRT
> 2 detik akibat dehidrasi.
l. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan pada
anak perempuan akan mengalami edema pada labia mayora
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urine
a. Urinalisis
- Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urine lebih dari 2
gr/m2 /hari.
- Ditemukan bentuk hialin dan granular.
- Terkadang pasien mengalami hematuri.
b. Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan darah.
c. Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya proteinuria ( normalnya
50-1.400 mOsm).
d. Osmolaritas urine akan meningkat.
2. Uji Darah
a. Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2 gr/dl
(normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
b. Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai 450-1000 mg/dl
(normalnya <200 mg/dl).
c. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami
hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada Perempuan
39-47% ).
d. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000- 1.000.000/ µl
(normalnya 150.000-400.000/µl).
e. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan
(normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L,
Klorida 98-106 mEq/L )
3. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status glomerular, jenis
sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan medis dan melihat proses
perjalanan penyakit. (Betz & Sowden, 2009)

14
2. Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan

Definisi : peningkatan retensi cairan isotonic.

Batasan karakteristik :

Subjektif :

a. Ansietas
b. Dyspnea atau pendek nafas
c. Gelisah

Objektif :

a. Suara napas tidak normal


b. Anasarka
c. Ansietas
d. Azotemia
e. Perubahan tekanan darah
f. Perubahan status mental
g. Perubahan pola pernafasan
h. Penurunan hemoglobin dan hemaktorit
i. Edema
j. Ketidakseimbangan elektrolit
k. Peningkatan tekanan vnea sentral
l. Asupan melebihi haluaran
m. Distensia vena jugularis
n. Oliguria
o. Ortopnea
p. Efusi pleura
q. Refleks hepatojugularis positif
r. Perubahan tekanan arteri pulmonal
s. Kongesti paru
t. Gelisah
u. Bunyi jantung S3
v. Perubahan berat jenis urine

15
w. Kenaikan BB dalam periode singkat.

Factor yang berhubungan :

a. Gangguan mekanisme pengaturan


b. Asupan cairan yang berlebihan
c. Asupan natrium yang berlebihan
d. (peningkatan asupan cairan sekunder akibat hiperglikemia, pengobatan, dorongan
kompulsif untuk minum air dan aktivitas lainnya)
e. (ketidakcukupan protein sekunder akibat penurunan asupan atau peningkatan
kehilangan)
f. (Disfungsi ginjal, gagal jantung, retensi natrium, imobilitas dan aktivitas lainnya).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Batasan karakteristik :
- Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi
badan dan rangka tubuh
- Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolic baikkalori total maupun zat gizi
tertentu
- Kehilangan BB dengan asupan makanan yang adekuat
- Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari recommended daily
allowance (RDA).

Subjektif :

- Kram abdomen
- Nyeri abdomen (dengan tanda penyakit)
- Menolak makan
- Indigesti (non NANDA international)
- Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Melaporkan perubahan sensasi rasa
- Melaporkn kurangnya makanan

Objektif :

- Pembuluh kapiler rapuh


- Diare atau steatore

16
- (adanya bukti) kekurangan makanan
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi,informasi yang salah
- Kurangnya minat terhadap makanan
- Salah paham
- Membrane mukosa pucat
- Tonus otot buruk
- Menolak untuk makan (non NANDA international)
- Rongga mulut terluka (inflamasi)
- Kelemahan otot berfungsi untuk menelan atau mengunyah

Factor yang berhubungan :

Ketidakmampuan menelan atau mencerna makanan atau nutrienakibat factor biologis,


psikologis, atau ekonomi atau termasuk beberapa contoh non NANDA berikut ini :

- Ketergantungan zat kimia (sebutkan)


- Penyakit kronis (sebutkan)
- Kesulitan mengunyah atau menelan
- Factor ekonomi
- Intoleransi makanan
- Kebutuhan metabolic tinggi
- Reflek mengisap bayi yang tidak adekuat
- Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
- Akses terhadap makanan terbatas
- Hilang nafsu makan
- Mual dan muntah
- Pengabaian oleh orang tua
- Gangguan psikologis (sebutkan).

3. Intervensi (Perencanaan) tindakan keperawatan

1. Kelebihan volume cairan

Hasil NOC :

17
- Keseimbangan elektrolit asam basa : keseimbangan elektrolit dan non elektrolit
dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
- Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam kompartemen intrasel dan
ekstrasel tubuh
- Keparahan overload cairan :tingkat keparahan kelebihan cairan didalam
kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
- Fungsi ginjal : filtrasi darah dan eliminasi produk sampah metabolic melalui
pembentukan urine
Tujuan dan kriteria evaluasi:
- Kelebihan volume cairan dapat dikurangi yang dibuktikan oleh keseimbangan
cairan, keparahan overload cairan minimal dan indicator fungsi ginjal yang
adekuat
- Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan dengan
indicator sbg berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau
tidak ada gangguan) :
a. Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam
b. Berat badan stabil
c. Berat jenis urine dalam batas normal
- Keseimbangan cairan tidaka akn terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan
atau tidak ada gangguan) :
a. Suara nafas tambahan
b. Asites, distensi vena leher dan edema perifer
Intervensi NIC :
- Pemantauan elektrolit : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan elektrolit
- Manajemen cairan : meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah
komplikasinakibat kadar cairan yang abnormal atau diluar harapan
- Pemantauan cairan : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairam
- Manajemen cairan/elektrolit : mengatur dan mencegah komplikasi akiat
perubahan kadar cairan/elektrolit.
- Manajemen elektrolit : menurunkan vpolume cairan intrasel atau ekstrasel dan
mencegah komplikasi pada pasien yang mengalami kelebihan volume cairan

18
- Manajemen eliminasi urine : mempertahankan pola eliminasi urine yang optimal
Aktivitas keperawatan :
- Pengkajian :
a. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sacral, dan periorbital pada skala
1+ sampai 4+.
b. Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskular yang di indikasikan dengan
peningkatan TD, bunyi jantung tidak normal, atau suara nafas tidak normal
c. Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi
dan integritas kulit
d. Kaji efek pengobatan (misalnya, steroid, dieuretik, dan litium) pada edema
e. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
f. Manajemen cairan NIC :
- Timbang BB setiap hari dan pantau kecendrungannya
- Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
- Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan
(misalnya peningkatan berat jenis urine, peningkatan BUN,
penurunan hemaktorit, dan peningkatan kadar osmolaritas urine).
- Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan (misalnya, crackle,
peningkatan CVP, atau tekanan baji kapiler paru, edema, distensi
vena leher dan asites) sesuai dengan keperluan
- Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema : pembatasan
diet, dan penggunaan, dosis, dan efek samping obat yang di prpgramkan
b. Manajemen cairan NIC : anjurkan pasien untuk puasa, sesuai dengan
kebutuhan.
- Aktivitas kolaboratif
a. Lakukan dianalisis, jika di indikasikan
b. Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai
penggunaan stoking dan antiemboli atau balutan Ace.
c. Konsultasikan dg ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein
yang adekuat dan pembatasan natrium
d. Manajemen cairan NIC :
- Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan volume
cairan menetap atau memburuk

19
- Berikan diuretic jika perlu.
- Aktivitas lain
a. Ubah posisi setiap …
b. Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena
c. Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
d. Manajemen cairan NIC :
Distribusikan asupan cairan selama 24 jam, jika perlu
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Tujuan/Kriteria Evaluasi NOC
a. Memperlihatkan: status gizi: asupan makanan dan cairan yang dibuktikan
oleh indikasi sebagai berikut:
- makanan oral, pemberian makanan lewat selang atau nutrisi parenteral total
- asupan cairan oral atau IV
b. Manajemen gangguan makan: mencegah dan menangani pembatasan diet
yang ketat dan aktivitas berlebihan atau memasukkan maknana kedala
minuman dalam jumlah banyak kemudian berusaha mengeluarkan semuanya
c. Manajemen elektronit: meningkatkan keseimbangan elektrolit dan
pencegahan komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak normal
atau di luar harapan
d. Pamantauan elektrolit: mengumpulkan dan menganalisa data pasien untuk
mengatur keseimbangan elektrolit
e. Pemantauan cairan: pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur
keseimbangan cairan
f. Manajemen cairan/elektrolit: mengatur dan mencegah komplikasi akibat
perubahan kadar cairan dan elektrolit
g. Konseling laktasi: menggunakan proses bantuan interaktif untuk membantu
mempertahankan keberhasilan menyusui
h. Manajemen nutrisi: membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan
diet seimbang
i. Terapi nutrisi: pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses
metabolik pasien dan malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi
j. Pemantauan nutrisi: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah dan meminimalkan kurang gizi Bantuan perawatan-diri: makan:
membantu individu untuk makan

20
k. Bantuan menaikkan berat badan: memfasilitasi pencapaian kenaikan berat
badan
- Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
- Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
- Pantau nilai laboratorium, khususnya tranferin, albumin, dan elektrolit
- Manajemen nutrisi (NIC) :
- ketahui makanan kesukaan pasien
- tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
- pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
- timbang pasien pada interval yang tepat
b. Penyuluhan
- ajarkan metode untuk perencanaan makanan
- ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
- manajemen NIC: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagimana memenuhinnya
c. Aktivitas kolaboratif
- diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien
- diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafasu makan
- rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
Gambaran klinis SN ditandai dengan proteinuria massif (>40 mg/m²/jam),
hipoalbumin (<2,5 g/dL), edema dan hyperlipidemia. Sebagian besar 90 % SN pada
anak merupakan SN yang idiopatik. Dan 10 % SN sekunder yang berhubungan
dengan kelainan glomerulus seperti nefropati membranosa dan glomerulonephritis
membranoprolifratif (sari,2012).
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab Sindrom
Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun. Umumnya,
etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1. Sindroma Nefrotik Bawaan/Congenital
2. Sindroma Nefrotik Sekunder
3. Sindroma Nefrotik ideopatik
3.2 Saran

1. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

2. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan sindrom nefrotik

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Elli Arsita. J. Kedokt Meditek Volume 23, No.64 Okt-Des 2017. Pendekatan
Diagnosis dan Tata Laksana Sindroma Nefrotik
2. JURNAL BERDIKARI Volume 2 Nomor 1 2019. Pengenalan dan Edukasi Penyakit
Sindrom Nefrotik Di Kompleks Ancol Selatan, Jakarta Utara. Diana Laila Ramatillah,
Asieh Nurmaniarsieh, Putri Srikandi, Fezi Kendri, Febby AT Seru, Cynthia Fenedi,
Pajar Rudin, Ary Mardhianto, Zakiyah Kurniaty Remuso, Leni Herliani, Hermin
Baka.
3. BETRI WAHYUNI,2017 new_gabungan_ok(1).pdf
4. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 1, Juni 2006, Sindrom Nefrotik Sekunder Sindrom Nefrotik
Sekunder Sindrom Nefrotik Sekunder pada Anak Dengan ada Anak Dengan Limfoma
Hodkin Limfoma Hodkin Partini Pudjiastuti T, Djajadiman Gatot, Yulia Ariani.
5. Perbedaan laju filtrasi glomerulus berdasarkan kadar kreatinin dan cystatin C Serum
pada sindrom nefrotik, Ackni Hartati, Nanan Sekarwana, Dzulfikar DLH Sari
Pediatri, Vol. 16, No. 5, Februari 2015
6. Profil sindrom nefrotik pada ruang perawatan anak RSUP Sanglah Denpasar, GAP
Nilawati, 2016, Sari Pediatri, vol.14, No.4, Desember 2012.
7. Diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA-1, intervensi NIC, hasil NOC/ Judith M.
Wilkinson; alih bahasa, Esty wahyuningsih ;editor edisi bahasa Indonesia, Wuri
praptiani.-Ed. 10. –jakarta :EGC,2016
8. Buku saku Diagnosis keperawatan Edisi 9, Judith M, Wilkinson, Nancy R Ahern.

23
24

Anda mungkin juga menyukai