PENGERTIAN
Tuberkolosis yang terjadi pada kelenjar superfisial yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi
infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya
multipel.
PATOGENESIS
Inhalasi Droplet Nuclei
Berisi M. Tuberculosis
3-10 Minggu
95% 5%
Respon Imun Selular
Sel T Spesifik Gagal & Inadekuat
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah,
jumlah keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat
kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-
sembuh?
Pernah berobat tapi tidak sembuh?
Pernah berobat tapi tidak teratur?
Riwayat kontak dengan penderita TBC.
Daya tahan yang menurun.
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
Riwayat pengobatan.
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan.
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak.
Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat,
ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering
dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali.
4) Pola aktifitas latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas
pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut,
masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7) Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8) Pola peran hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
9) Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10) Pola koping toleransi stres
Menarik diri, pasif.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Demam: sub fibril, fibril (40 41oC) hilang timbul.
Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi
radang sampai setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
2. Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub
mandibula.
4. Kadang terjadi abses.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN
1. Uji tuberkulin
Infeksi TB imunitas seluler hipersensitifitas tipe lambat uji tuberkulin +.
2. Foto rontgent
Rutin: foto pada R paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3. Gambaran klinis:
Tanpa gejala.
Gejala umum/tidak spesifik.
- Demam lama.
- BB turun/tidak naik.
- Malnutrisi.
- Malaise.
- Batuk lama.
- Diare berlanjut/berulang.
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4. Pemeriksaan mikrobiologis
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
5. Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6. Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
7. Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8. Lain-lain
- Uji faal paru.
- Bronkoskopi.
- Bronkografi.
- Serologi.
- dll.
DIAGNOSA PERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Kerusakan membran alveolar kapiler
Sekret yang kental
Edema bronchial
2. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Malnutrisi
Terkontaminasi oleh lingkungan
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
3. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,
berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan
Interpretasi yang salah, tidak akurat
Informasi yang didapat tidak lengkap
Terbatasnya pengetahuan / kognitif
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Kelelahan
Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Dyspnoe
Anoreksia
Penurunan kemampuan finansial (keluarga).
INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Dx. I.
Independen
Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang
berasal dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis,
pleural efusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi
distress.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan
kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan,
terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan
nafas dan mengurangi residu dari paru-paru
Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi
Kolaborasi
Monitor BGA
Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2
menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan
therapi.
Memberikan oksigen tambahan
Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi
ventilasi dan menurunnya tegangan paru.
Dx. II.
Independen
Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui
bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi
yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk
mendapatkan terapi pencegahan.
Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 3 hari setelah permulaan
kemoterapi tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah
berlanjut sampai tiga bulan.
Kolaborasi
Pemberian terapi untuk anak
INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan
obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama
9 bulan dan etambutol untuk 2 bulan pertama.
Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine,
Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai
batas waktu yang ditentukan.
Dx. III.
Independen
Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,
tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa
banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik.
Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya :
hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari
pengobatan yang membutuhkan evaluasi secepatnya.
Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang
memadai membantu mengencerkan dahak.
Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga
misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah
diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya
therapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial
interaksi antara obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi
dan mencegah terjadinya putus obat.
Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya :
mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan
darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan
kemampuan klien untuk menjalani terapi.
Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama etambutol adalah menurunkan ketajaman
penglihatan dan juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan
warna hijau.
Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan
kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur atas
pertayaannya. Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan
meredakan kecemasannya. Penyangkalan terhadap perasaannya akan
memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.
Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara
yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya
mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh
kembali. Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya
penyembuhan TB meliputi : formasi abses, empisema, pneumothorak,
fibrosis, efusi pleura, empyema, bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI,
fistula bronkopleural, TB laring, dan penularan kuman.
Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat turgor kulit
2. Timbang berat badan
3. Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya
bising usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet
klien.
Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi.
Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat
demam.
Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang
digunakan untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.
OLEH :
Simon Sani Kleden
NIM 019930056 B
I. IDENTITAS KLIEN:
Nama : An. M.F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl. Lahir : Krian, 28-5-1996
Umur : 5 tahun
Anak Ke : 2
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. A
Pendidikan Ayah: SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Sidoarjo 4/5 Krian, Sidoarjo
Tanggal MRS : 09 Juni 2001 jam 19.15 wib
Diagnosa Medis : Limfadenitis TB + S. Meningoencephalitis TB.
Sumber Informasi: Orangtua, rekam medik, pengkajian
II. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan Sekarang:
1.1 Keluhan Utama: panas, kejang, mata tidak mau menutup dan keme-
rahan.
1.2 Lama Keluhan: sejak 1 bulan yang lalu.
1.3 Akibat timbulnya keluhan:
Kesadaran klien menurun, mata terbuka dan kemerahan, kejang,
tangan dan kaki drop/kaku.
1.4 Faktor yang memperberat: panas yang tinggi/demam.
1.5 Upaya untuk mengatasi:
Memberikan kompres hangat dan memberikan puyer pamol untuk
menurunkan panas.
1.6 Lainnya: klien mendapat perawatan dari bagian mata dan fisioterapi
serta telah dikonsulkan dengan bagian gizi.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Patologi anatomi (PA) tanggal 25 Juni 2001:
Kesimpulan: nodul colli sinistra. FNA Lymphadenitis tuberculosa.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni 2001:
CRP positif 48 mg/L.
Pemeriksaan laboratorium tangal 13 Juni 2001:
Hb = 9,4 g/dl
Eritrosit = 4,8 x 1 juta/UL
Leukosit = 13,7 x 109/L
Pemeriksaan lumbal punksi tanggal 09 Juni 2001:
Liquor lengkap:
- Warna : jernih
- Kekeruhan : -
Makroskopis:
- Jumlah sel: 3 /cm.
- Jenis sel:
Mononuklear : 100%
Poli nuklear : -
Uji kimiawi:
- Nonne Apelt : -
- Pandy : -
- Kadar gula : 35 mg/dl
- Protein : 34 mg/dl
Terapi:
Cotrimoxazole 2x400 mg
Prednison 3x1 tab
Streptomycin injeksi 1x400 mg/IM
INH 1x200 mg
Rifampisin 1x10 mg
B6 1x150 mg
Pamol puyer k/p
Lavament 2x sehari
Diit TKTP 1250 kal
Modisco III 1x100 cc
Tim sonde 6x100 cc
ANALISA DATA
Nama Klien: An. M.F No. Rekam Medik: 10053860 Hari Rawat yang ke-: 31 hari
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Intervensi Rasional
1. Resiko infeksi & penye- Penyebaran infeksi 1. Mengidentifikasi orang-orang yang 1. Memberitahu untuk tidak
baran infeksi berhubu- yang lebih luas tidak ter- berisiko untuk terjadi infeksi (sau- terlalu sering berinteraksi
ngan dengan malnutrisi jadi. dara klien). dengan klien.
& riwayat infeksi. 2. Monitor suhu 2. Febris merupakan indikasi
Kriteria Hasil: tubuh klien, berikan kompres terjadi infeksi.
- hangat. 3. Untuk memperbaiki status
Tidak terjadi demam. 3. Berikan diit gizi klien.
- sesuai yang diberikan RS. 4. Untuk pengobatan & pence-
Tidak terjadi kejang. 4. Berikan terapi gahan komplikasi lebih lan-
TB & lainnya sesuai program jut.
medik. 5. Agar dapat diketahui sedini
mungkin & dapat segera di
5. Observasi tangani.
tanda-tanda infeksi se-kunder &
TTV.
2. Perubahan nutrisi: ku- Kebutuhan nutrisi terpe- 1. Kaji & komunikasikan status nutrisi 1. Untuk mendefinisikan tingkat
rang dari kebutuhan nuhi sesuai kondisi klien klien. masalah & intervensi.
berhubungan dengan 2. Berikan diit sesuai dengan route. 2. Untuk memenuhi intake nut-
peningkatan kebutuhan Kriteria Hasil: risi.
kalori & kesulitan dalam - Diit diberikan sesuai 3. Anjurkan keluarga untuk menam- 3. Memberikan tambahan inta-
mencerna kalori. route pemberian. bahkan sesuai dengan selera klien ke nutrisi.
- Ibu dapat memberikan serta indikasi/ tidak bertentangan
makanan tambahan dengan terapi & kondisi klien.
tanpa bertentangan 4. Monitor intake & output secara pe- 4. Mengukur keefektifan nutrisi
dengan program pe- riodik. & cairan.
ngobatan 5. Lakukan perawatan oral sebelum 5. Untuk mengurangi rasa tidak
& sesudah terapi. nyaman.
3. Gangguan mobilitas fi- Mobilitas fisik terpenuhi, 1. Berikan posisi dalam kesejajaran 1. Untuk mencegah komplikasi
sik berhubungan deng- komplikasi minimal tubuh. & meminimalkannya apabila
an penurunan kekuatan dalam 1 bulan. ada.
otot, terjadi kontraktur, 2. Ajarkan ibu untuk melakukan latih- 2. Untuk mencegah komplikasi
efek tirah baring. Kriteria Hasil: an gerak pada extremitas.
- Otot tangan & kaki 3. Ajarkan ibu dan keluarga untuk 3. Mencegah trauma karena
lemas. tindakan kewaspadaan keamanan. kondisi klien yang tidak sa-
- Dekubitus tidak terjadi dar.
4. Fisioterapi oleh rehab medik setiap 4. Untuk memaksimalkan pen-
hari. cegahan komplikasi.
4. Kurang pengetahuan Keluarga dapat menger- 1. Kaji kemampuan belajar keluarga 1. Kemampuan belajar berka-
keluarga tentang kon- ti & memahami kondisi (ibu). itan dengan keadaan emosi
disi klien, pengobatan, klien, pengobatan, pro- & kesiapan fisik.
prosedur diagnostik & sedur diagnostik & prog- 2. Berikan informasi yang tepat & je- 2. Agar tidak terjadi salah inter-
prognosis nosis klien sehingga da- las serta mudah untuk dimengerti. peretasi/pengertian.
pat kooperatif dalam 24 3. Jelaskan kondisi klien, pengobatan, 3. Agar keluarga dapat mema-
jam. prognosanya serta prosedur diag- haminya.
nostik.
Kriteria Hasil: 4. Dorong keluarga/ibu untuk berta- 4. Untuk mengubah pandang-
- Dapat mengulang nya & mengungkapkan kecema- annya yang salah & mereda-
penjelasan yang dibe- sannya. kan kecemasannya.
rikan. 5. Jelaskan tentang efek samping pe- 5. Mencegah keraguan terha-
- Melakukan anjuran ngobatan & manfaatnya bagi klien. dap pengobatan & mening-
yang diberikan. katkan motivasi keluarga un-
tuk terus mendukung klien
dalam menjalani terapi.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
R
Dx Tgl. Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi
Kep
1 09/7/ 0745 wib - Memberika S: -
2001 n kompres hangat pada dahi & O: -Suhu tubuh
0820 ketiak kanan/kiri. 37oC.
- Memberika -Ada spastik.
0845
n injeksi Streptomycin 400 mg/IM. -Tidak ada ke-
0915 - Memberika jang.
0915 n obat oral (puyer) serta diit TKTP, A: Masalah tetap.
Modisco III 100 cc, tim bubur saring P: Tetap teruskan
150 cc lewat sonde. rencana kepe-
- Menanyak rawatan.
an kepada ibu klien apa-kah ada
keluarga yang sakit batuk lama
(TBC) & dijawab tidak ada.
- Menganjur
kan keluarga untuk membatasi
pengunjung/menjenguk secara
bergantian.
- Monitor
suhu tubuh: 37oC.
2 09/7/ 1000 - Mengkaji tentang status nutrisi S: Ibu mengata-
2001 klien; mengukur: LK 50 cm, LD kan telah mem-
55,5 cm, LLA 10,5 cm, BB= 12m5 berikan semua
kg, TB= 105 cm. diit sesuai route
0855 - Menganjurkan ibu klien untuk pemberian.
memberikan sari buah/juice. O: -Diit dihabis-
0900 - Melakukan perawatan oral hygiene. kan sesuai
1030 - Menanyakan & mencatat output waktu.
BAK 2x ( 200 cc). -BB= 12,5 kg.
-Ibu membe-
rikan jus buah
A: Masalah tetap.
P: Tetap teruskan
rencana kepe-
rawatan.
3 09/7/ 0930 - Memberikan gulungan kain untuk S: -
2001 dipegang oleh klien. O: -Kesadaran
0935 - Memberikan kain diantara kedua somnolen.
kaki saat klien miring kiri/kanan. -Ada spastik.
1045
- Mengajarkan ibu untuk melatih otot -Kaki & tangan
lengan & kaki. drop/kaku.
1100 - Memberikan talk pada punggung & A: Masalah tetap.
daerah yang menonjol. P: Tetap teruskan
1145 rencana inter-
- Menyarankan ibu untuk vensi.
melaksanakan fisioterapi seperti
yang diajarkan oleh rehab medik
1245 setiap 1-2 jam.
- Monitor TTV: nadi= 128x/mnt, RR=
36x/mnt, suhu= 37,2oC.
3 09/7/ 0820 - Memberikan injeksi Streptomycin S:
2001 400 mg/IM. O:
0835 - Memberikan obat oral (puyer). A: Klien pu-
- Memberikan kompres hangat, suhu P: lang paksa
0845
38,1oC. Tanggal
10-7-01
(malam
hari)
3 10/7/ 0910 - Mengatur posisi klien miring kiri/ka- S:
2001 nan. O:
0920 - Memberikan talk & masase pada A: Klien pu-
punggung & daerah yang tertekan. P: lang paksa
- Mengamati & memperbaiki posisi Tanggal
0930
tubuh klien & kain yang digenggam. 10-7-01
- Mengamati ibu klien dalam mene- (malam
0945 rapkan latihan yang diajarkan oleh hari)
bagian rehab medik kemarin.
2 10/7/ 0855 - Memberikan diit TKTP Modisco III, S:
2001 tim bubur serta sari buah 50 cc. O:
0900 - Melakukan perawatan mulut deng- A: Klien pu-
an gliserin. P: lang paksa
- Mengingatkan ibu untuk tepat Tanggal
memberikan diit kepada klien. 10-7-01
1030 - Mengukur output: BAK 300 cc, BAB (malam
1x, pagi lavament. hari)
4 10/7/ 1000 - Menjelaskan tentang perawatan pa- S:
2001 sien tidak sadar. O:
1045 - Menjelaskan tentang prosedur pe- A: Klien pu-
ngobatan/perawatan mengapa ma- P: lang paksa
ta klien harus dijahit/ditutup namun Tanggal
klien tetap menolak mata anaknya 10-7-01
dijahit. (malam
1100 - Menjelaskan efek samping bila ma- hari)
ta klien tidak ditutup serta progno-
sisnya.
1215 - Menjanjikan untuk menjelaskan
tentang pengobatan klien kepada
ibu besok (membuat kontrak).
- Mengukur TTV: nadi= 132x/mnt,
1255
RR= 40x/mnt, suhu= 38,2oC.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
III. SASARAN
Ibu dan keluarga serta klien, An. M.F yang dirawat di Ruang anak (B 3) di
RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
IV. MATERI
1. Tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Lama pemberian obat TB pada anak.
6. Efek samping obat TB pada anak.
V. METODE
- Ceramah
- Tanya jawab
VI. MEDIA:
- Leaflet/brosur.
- Memp
erhatikan.
2. 15 menit Pelaksanaan: - Mend
- M engarkan & memperhatikan.
enjelaskan tentang
tujuan pengobatan TB
secara umum.
- M
enjelaskan tentang
prinsip pengobatan TB
pada anak.
- M - Bertan
enjelaskan tentang ya & menjawab pertanyaan
alternatif pengobatan yang diajukan.
TB pada anak.
- M
enjelaskan tentang obat
anti tuberkulosis
(OAT) .
- M
enjelaskan tentang
lama pemberian obat
TB pada anak.
- M
enjelaskan tentang efek
samping obat TB pada
anak.
Materi Penyuluhan:
PENGOBATAN TB PADA ANAK
A. Tujuan Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah
kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan
memutus mata rantai penularan.
B. Prinsip Pengobatan TB
1. Permulaan intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu
cepat mengobati daripada terlambat mengobati. Setelah diperiksa dengan
teliti dan selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka
langsung diobati. Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB
lebih pasti pengobatan di teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada
perbaikan nyata, mungkin bukan TB atau ada resistensi terhadap obat.
Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih teliti.
INH
Rmp Meningitis TB Dosis tunggal setiap hari 12 bulan (Strep &
Strep dosis berbeda PZA 2 bulan)
PZA
F. Efek Samping Obat Pada Anak
INH :
Radang syaraf tepi
Racun Pada hati
Hepatitis
Rmp :
Hepatitis
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
Keseimbangan
Gangguan pendengaran
Etambutol:
Radang pada syaraf mata
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
Mual
Muntah
Racun di hati
PAS (P):
Gastritis (maag)
Racun di hati.
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan Anak dengan judul:
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK M. F USIA 5 TAHUN DENGAN LIMFADENITIS
TUBERCULOSA SUSPECT MENINGOENCEPHALITIS TB DI RUANG ANAK (B3)
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan Akademik.
Mengetahui/Menyetujui:
Pembimbing Klinik/ Pembimbing Akademik:
Kepala Ruangan Anak