Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA 5 TAHUN

DENGAN LIMFADENINTIS TUBERKULOSIS

PENGERTIAN
Tuberkolosis yang terjadi pada kelenjar superfisial yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi
infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya
multipel.

PATOGENESIS
Inhalasi Droplet Nuclei
Berisi M. Tuberculosis

Droplet Nuclei > 10 Droplet Nuclei 5


Tidak Ada Infeksi Mukosa Intak Saluran Menembus Lapisan
Nafas Atas Mukosa Silier Atas

Reaksi Inflamasi Non


Spesifik Alveolus

Basil TB Dalam Makrofag


Alveolus

Penyebaran Limfogen Lokal


Penyebaran Hematogen

3-10 Minggu

95% 5%
Respon Imun Selular
Sel T Spesifik Gagal & Inadekuat

Makrofag Aktif TB Aktif/Penyakit


Membunuh/Menghambat (Limfadenitis TB)
Basil TB
Reaktifitas

TB In Aktif Mungkin 5% Imunitas Menurun


Masih Ada Basil TB Atau Gagal
TB kelenjar superfisial:
Akibat penyebaran limfogen dan hematogen.
Dapat sembuh sendiri, dapat progresif.
Dapat merupakan bagian dari TV milier.
Biasanya multipel.
Lokasi: leher, axilla, inguinal, supra clavikuler, sub mandibula.
Abses.

Pembesaran kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia limfoid dan terbentuknya


tuberkel, kemudian terjadi granulasi kronis, di kelenjar terjadi nekrosis dan
perkejuan. Kelenjar dapat membesar dan melekat satu dengan yang lainnya serta
melekat dengan jaringan sekitarnya, kemudian terjadi perkejuan selanjutnya
terbentuk abses. Pada penyembuhan dapat terjadi perkapuran.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah,
jumlah keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat
kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-
sembuh?
Pernah berobat tapi tidak sembuh?
Pernah berobat tapi tidak teratur?
Riwayat kontak dengan penderita TBC.
Daya tahan yang menurun.
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
Riwayat pengobatan.
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan.
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak.
Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat,
ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering
dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali.
4) Pola aktifitas latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas
pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut,
masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7) Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8) Pola peran hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
9) Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10) Pola koping toleransi stres
Menarik diri, pasif.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Demam: sub fibril, fibril (40 41oC) hilang timbul.
Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi
radang sampai setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
2. Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub
mandibula.
4. Kadang terjadi abses.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN
1. Uji tuberkulin
Infeksi TB imunitas seluler hipersensitifitas tipe lambat uji tuberkulin +.
2. Foto rontgent
Rutin: foto pada R paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3. Gambaran klinis:
Tanpa gejala.
Gejala umum/tidak spesifik.
- Demam lama.
- BB turun/tidak naik.
- Malnutrisi.
- Malaise.
- Batuk lama.
- Diare berlanjut/berulang.
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4. Pemeriksaan mikrobiologis
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
5. Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6. Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
7. Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8. Lain-lain
- Uji faal paru.
- Bronkoskopi.
- Bronkografi.
- Serologi.
- dll.

PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN


Penatalaksanaan
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan
1. OAT ( oabat anti tuberkulosa )
2. Bronchodilator
3. Expectoran
4. OBH
5. Vitamin
6. Antibiotik
Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.

TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK


Menurut Soetjiningsih:
Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.
Menurut Donna L. Wong:
Masa anak-anak awal 1-6 tahun.
Pra sekolah: 3-6 tahun.

Tahap pertumbuhan cepat:


Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat pertumbuhan
fisik/jasmani yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik
dengan pesat serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak
makan dengan banyak serta aktifitas bertambah. Pertumbuhan tampaknya
mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara bergantian.

Tahap pertumbuhan otak


Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan
yang menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara
umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.
Fase oedipal/falik (3-5 tahun)
- Mulai melakukan rangsangan autoerotik.
- Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.
- Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.
Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik.
Elektra komplek : anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/
tertarik.
Fase laten (5 12 tahun)
- Masuk ke permulaan fase pubertas.
- Periode terintegrasi.
- Fase tenang.
- Dorong libido mereda sementara.
- Erotik zona berkurang.
- Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).

Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik


Erickson:
Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua:
- Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt
(inisiatif vs perasaan bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah.
- 4 6 tahun:
Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan
memiliki inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara
aktif seperti bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat
memperluas aktifitasnya, jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu
yang mencari pengalaman baru, anak akan merasa bersalah dan menjadi
anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang,
keterampilan motorik dan bahasanya.

DIAGNOSA PERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Kerusakan membran alveolar kapiler
Sekret yang kental
Edema bronchial
2. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Malnutrisi
Terkontaminasi oleh lingkungan
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
3. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,
berhubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan
Interpretasi yang salah, tidak akurat
Informasi yang didapat tidak lengkap
Terbatasnya pengetahuan / kognitif
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Kelelahan
Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Dyspnoe
Anoreksia
Penurunan kemampuan finansial (keluarga).
INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Dx. I.
Independen
Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang
berasal dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis,
pleural efusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi
distress.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan
kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan,
terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan
nafas dan mengurangi residu dari paru-paru
Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi

Kolaborasi
Monitor BGA
Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2
menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan
therapi.
Memberikan oksigen tambahan
Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi
ventilasi dan menurunnya tegangan paru.

Dx. II.
Independen
Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui
bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi
yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk
mendapatkan terapi pencegahan.
Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 3 hari setelah permulaan
kemoterapi tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah
berlanjut sampai tiga bulan.

Kolaborasi
Pemberian terapi untuk anak
INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan
obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama
9 bulan dan etambutol untuk 2 bulan pertama.
Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine,
Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai
batas waktu yang ditentukan.

Dx. III.
Independen
Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,
tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa
banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik.
Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya :
hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari
pengobatan yang membutuhkan evaluasi secepatnya.
Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang
memadai membantu mengencerkan dahak.
Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga
misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah
diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya
therapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial
interaksi antara obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi
dan mencegah terjadinya putus obat.
Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya :
mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan
darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan
kemampuan klien untuk menjalani terapi.
Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama etambutol adalah menurunkan ketajaman
penglihatan dan juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan
warna hijau.
Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan
kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur atas
pertayaannya. Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan
meredakan kecemasannya. Penyangkalan terhadap perasaannya akan
memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.
Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara
yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya
mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh
kembali. Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya
penyembuhan TB meliputi : formasi abses, empisema, pneumothorak,
fibrosis, efusi pleura, empyema, bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI,
fistula bronkopleural, TB laring, dan penularan kuman.

Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat turgor kulit
2. Timbang berat badan
3. Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya
bising usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet
klien.
Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi.
Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat
demam.
Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang
digunakan untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC.
Jakarta.

Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi. 2000. Tatalaksana Mutakhir Penyakit


Respiratorik Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak.
Jakarta.

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.

.. 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah PSIK FK Unair Surabaya.


ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK M. F USIA 5 TAHUN DENGAN LIMFADENITIS TUBERCULOSA
SUSPECT MENINGOENCEPHALITIS TB
DI RUANG ANAK (B3) RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

OLEH :
Simon Sani Kleden
NIM 019930056 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2001

FORMAT PENGKAJIAN ASKEP ANAK

Nama Mahasiswa : Simon Kleden Ruangan : Anak (B 3)


NIM : 019930056 B No. Register : 10053860
Pengkajian diambil tgl. : 06 Juli 2001 Jam : 12.15 wib

I. IDENTITAS KLIEN:
Nama : An. M.F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl. Lahir : Krian, 28-5-1996
Umur : 5 tahun
Anak Ke : 2
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. A
Pendidikan Ayah: SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Sidoarjo 4/5 Krian, Sidoarjo
Tanggal MRS : 09 Juni 2001 jam 19.15 wib
Diagnosa Medis : Limfadenitis TB + S. Meningoencephalitis TB.
Sumber Informasi: Orangtua, rekam medik, pengkajian
II. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan Sekarang:
1.1 Keluhan Utama: panas, kejang, mata tidak mau menutup dan keme-
rahan.
1.2 Lama Keluhan: sejak 1 bulan yang lalu.
1.3 Akibat timbulnya keluhan:
Kesadaran klien menurun, mata terbuka dan kemerahan, kejang,
tangan dan kaki drop/kaku.
1.4 Faktor yang memperberat: panas yang tinggi/demam.
1.5 Upaya untuk mengatasi:
Memberikan kompres hangat dan memberikan puyer pamol untuk
menurunkan panas.
1.6 Lainnya: klien mendapat perawatan dari bagian mata dan fisioterapi
serta telah dikonsulkan dengan bagian gizi.

2. Riwayat Keperawtan Sebelumnya (Post History)


2.1 a. Pre natal :
ibu tidak pernah sakit, kontrol rutin puskesmas dan dapat vitamin.
Kebiasaan minum jamu sinom sampai dengan kehamilan 8 bulan.
b. Natal:
Kehamilan 9 bulan aterm, BBLR 3 kg. Lahir spontan, langsung
menangis. Obat-obatan yang diberikan tidak ada, hanya suplemen
vitamin dari puskesmas/bidan.
c. Post natal:
Asi diberikan sampai dengan usia 1,5 tahun. Diasuh oleh ibu
kandung dibantu oleh anggota keluarga yang lain (ayah, kakek dan
nenek). Klien pernah menderita sakit panas ketika berumur 1,5
tahun tapi tidak sampai MRS.
2.2 Luka/Operasi: tidak ada.
2.3 Alergi: tidak ada.
2.4 Pola kebiasaan:
2.5 Tumbang:
Mengangkat kepala, merangkak umur 10 bulan, bicara umur 1 tahun.
2.6 Imunisasi Lengkap:
- BCG
- DPT I, II, III, booster?
- Polio I, II, III, IV, booster?
- Campak
- Hepatitis B
2.7 Status Gizi
- ASI diberikan sampai umur 1,5 tahun.
- Pisang diberikan mulai umur 2 bulan.
- Bubur diberikan mulai umur 7 bulan.
- BB= 17 kg, sebelum sakit. Saat pengkajian BB= 12,5
kg.
2.8 Psikososial
Masa bayi (0-1 tahun): dirawat oleh ibu dibantu ayah dan kakak
kadang juga oleh kakek dan nenek, tetapi dengan ibunya, klien sulit
dipisahkan. Klien menangis keras bila ibu lama meninggalkannya.
Toddler (1-3 tahun): Klien berpakaian, makan serta BAB masih
dibantu oleh ibu, kadangkadang oleh ayah dan kakak namun lebih
sering dengan ibunya. Klien mulai belajar bicara sejak umur 1 tahun.
Anak Pre School (4-6 tahun): klien juara menyanyi, prestasi
belajarnya lumayan baik. Klien dekat dengan ibunya. Klien pendiam
dan agak cengeng. Kesekolah diantar jemput.
2.9 Psikosexual: klien berada diantara fase oedipal/falik dan fase laten.
2.10 Interaksi: menurut ibunya klien pendiam dan cengeng. Klien sangat
dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayahnya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


3.1 Komposisi keluarga: 4 orang (ayah, ibu, kakak dan klien).
3.2 Lingkungan rumah dan komunitas:
3.3 Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga: SLTA dengan pekerjaan
swasta.
3.4 Kultur dan kepercayaan: adat Jawa, kepercayaan yang dianut adalah
agama Islam.
3.5 Fungsi dan hubungan keluarga: klien dirawat oleh ibu, menurut ibunya
klien dekat dengan dirinya dibandingkan dengan ayah dan kakaknya.
3.6 Perilaku yang dapat mempengaruhi keseahatan: tidak terkaji.
3.7 Persepsi keluarga tentang penyakit klien: keluarga berharap keadaan
klien cepat membaik/sembuh. Keluarga menganggap penyakit yang
menimpa anaknya sebagai suatu cobaan yang harus dijalani.
4. Pola Fungsional Kesehatan
4.1 Pola persepsi dan mempertahankan kesehatan:
Klien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Ibu klien mengatakan ia
sudah biasa merawat anaknya yang dulu pernah sakit dileher (servikal)
terdapat benjolan sebesar kelengkeng yang dulu besar dan sekarang
sudah mengecil.
4.2 Pola latihan dan aktifitas:
Kaki dan tangan mengalami kekakuan, spasme pada ekstremitas atas
dan bawah, mata menonjol keluar dan tidak bisa ditutup serta
meradang. Punggung melengkung ke arah depan (lordosis). Tidak
ada batuk, riak banyak, ada ronkhi, RR= 36 x/mnt, nadi 128 x/mnt,
reguler. Akral teraba hangat, refleks babinski +, refleks cedhok +.
4.3 Pola nutrisi:
Ibu klien bertanya mengapa kondisi fisik anaknya masih kurus, padahal
ia terus memberikan diit sesuai dengan yang diberikan oleh RS.
Makan lewat sonde, diit TKTP 1250 kalori yang terdiri dari modisco III
1x 100 cc, tim sonde 6x100 cc. Saat pengkajian BB 12,5 kg, TB 105
cm, LK 50 cm, LD 55,5 cm, LLA 10,5 cm, kulit kering, mukosa kering.
Badan panas dengan suhu 38,8oC.
4.4 Pola eliminasi:
Dikatakan klien lama tidak BAB, saat pengkajian klien BAB. Oleh
perawat yang jaga malam klien di lavament, BAK jarang, 2-3x/hari.
4.5 Pola tidur dan istirahat:
Tidak bisa dikaji karena kesadaran klien somnolen.
4.6 Pola kognitif dan perseptual:
Klien kadang kejang, reaksi terhadap nyeri +.
4.7 Pola persepsi diri:
Tidak bisa dikaji. Ibu klien tampak sabar dan telaten dalam merawat/
menjaga klien.
4.8 Pola peran hubungan:
Yang merawat klien selama sakit adalah ibunya, yang secara telaten
dan disiplin serta sabar. Bila mau pergi untuk membeli obat atau mandi
ibunya selalu menitipkan kepada perawat atau tetangga dan keluarga
yang sedang membesuknya.
4.9 Pola seksualitas/reproduktif:
Sejak masih kecil klien sudah dekat dengan ibunya dibandingkan
dengan ayah maupun kakaknya. Organ seksual lengkap dan dalam
batas normal.
4.10 Pola mekanisme koping dan stress:
Sebelumnya klien pendiam dan agak cengeng. Saat pengkajian
kesadaran klien somnolen sehingga tidak bisa mengkaji.
4.11Pola nilai dan keyakinan
Keluarga memeluk agama Islam. Ibu memasrahkan anaknya kepada
Tuhan YME dengan selalu berdoa dan mengerjakan shalat. Ibu klien
yakin bahwa anaknya suatu saat nanti dapat sembuh.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Patologi anatomi (PA) tanggal 25 Juni 2001:
Kesimpulan: nodul colli sinistra. FNA Lymphadenitis tuberculosa.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni 2001:
CRP positif 48 mg/L.
Pemeriksaan laboratorium tangal 13 Juni 2001:
Hb = 9,4 g/dl
Eritrosit = 4,8 x 1 juta/UL
Leukosit = 13,7 x 109/L
Pemeriksaan lumbal punksi tanggal 09 Juni 2001:
Liquor lengkap:
- Warna : jernih
- Kekeruhan : -
Makroskopis:
- Jumlah sel: 3 /cm.
- Jenis sel:
Mononuklear : 100%
Poli nuklear : -
Uji kimiawi:
- Nonne Apelt : -
- Pandy : -
- Kadar gula : 35 mg/dl
- Protein : 34 mg/dl

Terapi:
Cotrimoxazole 2x400 mg
Prednison 3x1 tab
Streptomycin injeksi 1x400 mg/IM
INH 1x200 mg
Rifampisin 1x10 mg
B6 1x150 mg
Pamol puyer k/p
Lavament 2x sehari
Diit TKTP 1250 kal
Modisco III 1x100 cc
Tim sonde 6x100 cc
ANALISA DATA

Tgl. Data Penyebab Masalah


09/7/ S: Ibu klien mengatakan Peradangan pada Resiko infeksi &
2001 suhu tubuh anaknya paru & jaringan otak penyebaran infeksi
meningkat/ panas.
O:- Peningkatan suhu Daya tahan tubuh
tubuh 38,8oC. menurun & malnutri-
si
- L
9
eukosit 13,7x10 /L
Kuman ikut aliran
- P darah & limfa, me-
A: Lymfadenitis TB. nyebar ke seluruh
- Gizi buruk. tubuh

Komplikasi infeksi
pada organ lain
09/7/ S: Ibu klien bertanya Kesadaran klien me- Perubahan nutrisi:
2001 mengapa kondisi nurun (somnolen) kurang dari kebutuhan
anaknya tetap kurus & sebagai akibat infek-
tidak sadar. si
O: - NGT terpasang.
- Kesadaran somnolen. Intake kurang, pro-
ses absorbsi maka-
- BB= 12,5 kg.
nan lambat
- Kulit kering.

Peningkatan kebutu-
han kalori & kesuli-
tan dalam mencerna
kalori
09/7/ S: Ibu mengeluh kaki & Gangguan motorik & Gangguan mobilitas fisik
2001 tangan klien kaku. kelumpuhan bebera-
O: -Kaki & tangan pa nervus cranialis
drop/kaku.
- T Kelumpuhan & ke-
ulang belakang jang serta kekakuan
melengkung ke muka. & kontraktur
- S
pastik.
- P
enurunan kesadaran:
somnolen.
- R
R= 36x/mnt.
- Nadi= 128x/mnt.
09/7/ S: Ibu bertanya tentang Keadaan klien Kurang pengetahuan
2001 kondisi anaknya, keluarga tentang kondisi
pengobatan serta Keluarga (ibu & klien, pengobatan, pro-
prognosisnya. ayah) sedur diagnostik &
O: Ibu selalu bertanya. prognosis
Interpretasi yang
salah, tidak akurat,
informasi yang dida-
pat tidak lengkap
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien: An. M.F No. Rekam Medik: 10053860 Hari Rawat yang ke-: 31 hari
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Intervensi Rasional
1. Resiko infeksi & penye- Penyebaran infeksi 1. Mengidentifikasi orang-orang yang 1. Memberitahu untuk tidak
baran infeksi berhubu- yang lebih luas tidak ter- berisiko untuk terjadi infeksi (sau- terlalu sering berinteraksi
ngan dengan malnutrisi jadi. dara klien). dengan klien.
& riwayat infeksi. 2. Monitor suhu 2. Febris merupakan indikasi
Kriteria Hasil: tubuh klien, berikan kompres terjadi infeksi.
- hangat. 3. Untuk memperbaiki status
Tidak terjadi demam. 3. Berikan diit gizi klien.
- sesuai yang diberikan RS. 4. Untuk pengobatan & pence-
Tidak terjadi kejang. 4. Berikan terapi gahan komplikasi lebih lan-
TB & lainnya sesuai program jut.
medik. 5. Agar dapat diketahui sedini
mungkin & dapat segera di
5. Observasi tangani.
tanda-tanda infeksi se-kunder &
TTV.
2. Perubahan nutrisi: ku- Kebutuhan nutrisi terpe- 1. Kaji & komunikasikan status nutrisi 1. Untuk mendefinisikan tingkat
rang dari kebutuhan nuhi sesuai kondisi klien klien. masalah & intervensi.
berhubungan dengan 2. Berikan diit sesuai dengan route. 2. Untuk memenuhi intake nut-
peningkatan kebutuhan Kriteria Hasil: risi.
kalori & kesulitan dalam - Diit diberikan sesuai 3. Anjurkan keluarga untuk menam- 3. Memberikan tambahan inta-
mencerna kalori. route pemberian. bahkan sesuai dengan selera klien ke nutrisi.
- Ibu dapat memberikan serta indikasi/ tidak bertentangan
makanan tambahan dengan terapi & kondisi klien.
tanpa bertentangan 4. Monitor intake & output secara pe- 4. Mengukur keefektifan nutrisi
dengan program pe- riodik. & cairan.
ngobatan 5. Lakukan perawatan oral sebelum 5. Untuk mengurangi rasa tidak
& sesudah terapi. nyaman.

3. Gangguan mobilitas fi- Mobilitas fisik terpenuhi, 1. Berikan posisi dalam kesejajaran 1. Untuk mencegah komplikasi
sik berhubungan deng- komplikasi minimal tubuh. & meminimalkannya apabila
an penurunan kekuatan dalam 1 bulan. ada.
otot, terjadi kontraktur, 2. Ajarkan ibu untuk melakukan latih- 2. Untuk mencegah komplikasi
efek tirah baring. Kriteria Hasil: an gerak pada extremitas.
- Otot tangan & kaki 3. Ajarkan ibu dan keluarga untuk 3. Mencegah trauma karena
lemas. tindakan kewaspadaan keamanan. kondisi klien yang tidak sa-
- Dekubitus tidak terjadi dar.
4. Fisioterapi oleh rehab medik setiap 4. Untuk memaksimalkan pen-
hari. cegahan komplikasi.
4. Kurang pengetahuan Keluarga dapat menger- 1. Kaji kemampuan belajar keluarga 1. Kemampuan belajar berka-
keluarga tentang kon- ti & memahami kondisi (ibu). itan dengan keadaan emosi
disi klien, pengobatan, klien, pengobatan, pro- & kesiapan fisik.
prosedur diagnostik & sedur diagnostik & prog- 2. Berikan informasi yang tepat & je- 2. Agar tidak terjadi salah inter-
prognosis nosis klien sehingga da- las serta mudah untuk dimengerti. peretasi/pengertian.
pat kooperatif dalam 24 3. Jelaskan kondisi klien, pengobatan, 3. Agar keluarga dapat mema-
jam. prognosanya serta prosedur diag- haminya.
nostik.
Kriteria Hasil: 4. Dorong keluarga/ibu untuk berta- 4. Untuk mengubah pandang-
- Dapat mengulang nya & mengungkapkan kecema- annya yang salah & mereda-
penjelasan yang dibe- sannya. kan kecemasannya.
rikan. 5. Jelaskan tentang efek samping pe- 5. Mencegah keraguan terha-
- Melakukan anjuran ngobatan & manfaatnya bagi klien. dap pengobatan & mening-
yang diberikan. katkan motivasi keluarga un-
tuk terus mendukung klien
dalam menjalani terapi.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

R
Dx Tgl. Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi
Kep
1 09/7/ 0745 wib - Memberika S: -
2001 n kompres hangat pada dahi & O: -Suhu tubuh
0820 ketiak kanan/kiri. 37oC.
- Memberika -Ada spastik.
0845
n injeksi Streptomycin 400 mg/IM. -Tidak ada ke-
0915 - Memberika jang.
0915 n obat oral (puyer) serta diit TKTP, A: Masalah tetap.
Modisco III 100 cc, tim bubur saring P: Tetap teruskan
150 cc lewat sonde. rencana kepe-
- Menanyak rawatan.
an kepada ibu klien apa-kah ada
keluarga yang sakit batuk lama
(TBC) & dijawab tidak ada.
- Menganjur
kan keluarga untuk membatasi
pengunjung/menjenguk secara
bergantian.
- Monitor
suhu tubuh: 37oC.
2 09/7/ 1000 - Mengkaji tentang status nutrisi S: Ibu mengata-
2001 klien; mengukur: LK 50 cm, LD kan telah mem-
55,5 cm, LLA 10,5 cm, BB= 12m5 berikan semua
kg, TB= 105 cm. diit sesuai route
0855 - Menganjurkan ibu klien untuk pemberian.
memberikan sari buah/juice. O: -Diit dihabis-
0900 - Melakukan perawatan oral hygiene. kan sesuai
1030 - Menanyakan & mencatat output waktu.
BAK 2x ( 200 cc). -BB= 12,5 kg.
-Ibu membe-
rikan jus buah
A: Masalah tetap.
P: Tetap teruskan
rencana kepe-
rawatan.
3 09/7/ 0930 - Memberikan gulungan kain untuk S: -
2001 dipegang oleh klien. O: -Kesadaran
0935 - Memberikan kain diantara kedua somnolen.
kaki saat klien miring kiri/kanan. -Ada spastik.
1045
- Mengajarkan ibu untuk melatih otot -Kaki & tangan
lengan & kaki. drop/kaku.
1100 - Memberikan talk pada punggung & A: Masalah tetap.
daerah yang menonjol. P: Tetap teruskan
1145 rencana inter-
- Menyarankan ibu untuk vensi.
melaksanakan fisioterapi seperti
yang diajarkan oleh rehab medik
1245 setiap 1-2 jam.
- Monitor TTV: nadi= 128x/mnt, RR=
36x/mnt, suhu= 37,2oC.
3 09/7/ 0820 - Memberikan injeksi Streptomycin S:
2001 400 mg/IM. O:
0835 - Memberikan obat oral (puyer). A: Klien pu-
- Memberikan kompres hangat, suhu P: lang paksa
0845
38,1oC. Tanggal
10-7-01
(malam
hari)
3 10/7/ 0910 - Mengatur posisi klien miring kiri/ka- S:
2001 nan. O:
0920 - Memberikan talk & masase pada A: Klien pu-
punggung & daerah yang tertekan. P: lang paksa
- Mengamati & memperbaiki posisi Tanggal
0930
tubuh klien & kain yang digenggam. 10-7-01
- Mengamati ibu klien dalam mene- (malam
0945 rapkan latihan yang diajarkan oleh hari)
bagian rehab medik kemarin.
2 10/7/ 0855 - Memberikan diit TKTP Modisco III, S:
2001 tim bubur serta sari buah 50 cc. O:
0900 - Melakukan perawatan mulut deng- A: Klien pu-
an gliserin. P: lang paksa
- Mengingatkan ibu untuk tepat Tanggal
memberikan diit kepada klien. 10-7-01
1030 - Mengukur output: BAK 300 cc, BAB (malam
1x, pagi lavament. hari)
4 10/7/ 1000 - Menjelaskan tentang perawatan pa- S:
2001 sien tidak sadar. O:
1045 - Menjelaskan tentang prosedur pe- A: Klien pu-
ngobatan/perawatan mengapa ma- P: lang paksa
ta klien harus dijahit/ditutup namun Tanggal
klien tetap menolak mata anaknya 10-7-01
dijahit. (malam
1100 - Menjelaskan efek samping bila ma- hari)
ta klien tidak ditutup serta progno-
sisnya.
1215 - Menjanjikan untuk menjelaskan
tentang pengobatan klien kepada
ibu besok (membuat kontrak).
- Mengukur TTV: nadi= 132x/mnt,
1255
RR= 40x/mnt, suhu= 38,2oC.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Ilmu Keperawatan Anak


Topik : Pengobatan TB pada anak
Sub Topik : Anjuran pemberian pengobatan secara intensif & tuntas serta
benar
Sasaran : Keluarga (ibu & ayah), klien
Tempat : Ruang Anak (B 3), RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hari/Tanggal : Rabu, 11 Juli 2001
Waktu : 1 x 20 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan keluarga dapat mengetahui pengobatan
TB yang harus diberikan kepada anaknya selama sakit.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat:
1. Menyebutkan tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Menyebutkan prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Menyebutkan alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Menyebutkan obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Menyebutkan lama pemberian obat TB pada anak.
6. Menyebutkan efek samping obat TB pada anak.

III. SASARAN
Ibu dan keluarga serta klien, An. M.F yang dirawat di Ruang anak (B 3) di
RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

IV. MATERI
1. Tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Lama pemberian obat TB pada anak.
6. Efek samping obat TB pada anak.

V. METODE
- Ceramah
- Tanya jawab

VI. MEDIA:
- Leaflet/brosur.

VII. KRITERIA EVALUASI


Kriteria proses:
1. Ibu dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2. Ibu dan keluarga konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
3. Ibu dan keluarga mengaju kan pertanyaan & menjawab pertanyaan
secara benar.
Kriteria hasil:
1. Ibu mengetahui tentang tujuan pengobatan TB pada anak.
2. Ibu mengetahui tentang:
1) Tujuan pengobatan TB secara umum.
2) Prinsip pengobatan TB pada anak.
3) Alternatif pengobatan TB pada anak.
4) Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5) Lama pemberian obat TB pada anak.
6) Efek samping obat TB pada anak.

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 3 menit 1. Memperkenalkan diri & - Mend
pembimbing engarkan.
2. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan - Mend
3. Melakukan kontrak wak- engarkan.
tu
4. Menyebutkan materi - Memp
yang akan diberikan erhatikan.

- Memp
erhatikan.
2. 15 menit Pelaksanaan: - Mend
- M engarkan & memperhatikan.
enjelaskan tentang
tujuan pengobatan TB
secara umum.
- M
enjelaskan tentang
prinsip pengobatan TB
pada anak.
- M - Bertan
enjelaskan tentang ya & menjawab pertanyaan
alternatif pengobatan yang diajukan.
TB pada anak.
- M
enjelaskan tentang obat
anti tuberkulosis
(OAT) .
- M
enjelaskan tentang
lama pemberian obat
TB pada anak.
- M
enjelaskan tentang efek
samping obat TB pada
anak.

3. 5 menit Evaluasi: - Menjawab pertanyaan


- Menanyakan kepada ibu/
keluarga tentang materi
yang telah diberikan &
reinforcement kepada
ibu/ keluarga bila dapat
menjawab/menjelaskan
kembali.
4. 2 menit Terminasi: - Mendengarkan & bersalaman
- Mengucapkan terima ka-
sih kepada ibu &
keluarga.
- Bersalaman dengan ibu
& keluarga.
IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara : Herry Reonardo
Pembimbing : - Ibu M. E. Sumiati
- Ibu Indriatie, Skp

Materi Penyuluhan:
PENGOBATAN TB PADA ANAK

A. Tujuan Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah
kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan
memutus mata rantai penularan.

B. Prinsip Pengobatan TB
1. Permulaan intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu
cepat mengobati daripada terlambat mengobati. Setelah diperiksa dengan
teliti dan selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka
langsung diobati. Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB
lebih pasti pengobatan di teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada
perbaikan nyata, mungkin bukan TB atau ada resistensi terhadap obat.
Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih teliti.

2. Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.


Obat Anti Tuberculosis (OAT):
1) Isoniazid (INH)
2) Rifampisin
3) Pirazinamid
4) Streptomisin
5) Etambutol
6) Lain-lain: Ethionamid, Kanamycin, Cycloserine, Ciplofloxacin.
Obat-obat paling efektif:
- Kavitas, extra sel: INH, Rifampicin, Streptomycin.
- Massa keju: Rifampicin, INH.
- Dalam makrofag (intra sel): PZA, Rifampicin, INH.
Diberikan: 1 bulan; 2 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun.

3. Teratur dan lama.


Diberikan dalam waktu yang lama dan harus diminum secara teratur,
jangan sampai putus ( patuh minum obat). Perlu diawasi oleh petugas
kesehatan, orang yang disegani atau guru sekolah.

4. Pemberian gizi yang baik.


Umumnya klien dengna TB berat badannya turun atau malnutrisi tanpa
sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi,
nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh, jadi klien perlu
penanganan gizi secara baik dan benar untuk menunjang program
pengobatan.

5. Pengobatan dan pencegahan penyakit lain.


Selain pengobatan TB, pada paru juga diperlukan pengobatan dan
pencegahan terhadap komplikasi TB diluar paru, sesuai gejala yang muncul
seperti:
- TB pada kulit/skrofuloderm.
- TB tulang dan sendi.
- TB otak dan saraf.
- TB pada mata.
- TB pada organ-organ lain

C. Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak


1. Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat murah,
memakan waktu 18 24 bulan.
2. Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat
mahal, waktu 6 9 bulan.

D. Obat Anti Tuberculosis Pada Anak


1. Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
2. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum
makan. Maksimal 600 mg/hari.
3. Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
4. Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
5. Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal 2,5 gram/hari saat
perut kosong/sebelum makan.
6. Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena
mengganggu daya kerja/khasiat Rifampisin.

E. Lama Pemberian Obat Pada Anak

Macam Obat Frekuensi Pemberian Lama


INH Dosis tunggal setiap hari 6 bulan
INH 6 bulan
Rmp Dosis tunggal setiap hari Strep 2 bulan
Strep
INH
Rmp Dosis tunggal setiap hari 9 bulan (Strep &
Strep PZA 2 bulan)
PZA
INH
Rmp TB tulang Dosis tunggal setiap hari 6-9 bulan (Strep 2
Strep belakang bulan)

INH
Rmp Meningitis TB Dosis tunggal setiap hari 12 bulan (Strep &
Strep dosis berbeda PZA 2 bulan)
PZA
F. Efek Samping Obat Pada Anak
INH :
Radang syaraf tepi
Racun Pada hati
Hepatitis
Rmp :
Hepatitis
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
Keseimbangan
Gangguan pendengaran
Etambutol:
Radang pada syaraf mata
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
Mual
Muntah
Racun di hati
PAS (P):
Gastritis (maag)
Racun di hati.

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan Anak dengan judul:
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK M. F USIA 5 TAHUN DENGAN LIMFADENITIS
TUBERCULOSA SUSPECT MENINGOENCEPHALITIS TB DI RUANG ANAK (B3)
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan Akademik.

Mengetahui/Menyetujui:
Pembimbing Klinik/ Pembimbing Akademik:
Kepala Ruangan Anak

M. E. SUMIJATI INDRIJATIE, Skp


NIP. 140 072 185 NIP. 140 238 227
PENGOBATAN TUBERCULOSIS Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian,
PADA ANAK mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat
anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai
penularan.

II. Prinsip Pengobatan TB


Pada Anak
1. Permulaan intensif
2. Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.
3. Teratur dan lama.
4. Pemberian gizi yang baik.
5. Pengobatan dan pencegahan penyakit lama.

III. Alternatif Pengobatan


TB Paru Pada Anak:
OLEH: 1. Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen):
HERRY REONARDO kombinasi obat murah, memakan waktu 18 24
bulan.
3. Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen):
kombinasi obat mahal, waktu 6 9 bulan.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN IV. Obat Anti Tuberculosis


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA (OAT):
SURABAYA Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari,
2001 maksimal 300 mg/hari.
1. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat
I. Tujuan Pengobatan perut kosong/sebelum makan. Maksimal 600
TB: mg/hari.
2. Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari,
maksimal 2 mg/hari.

3. Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1


gr/hari.
4. Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal
2,5 gram/hari saat perut kosong/sebelum makan.
5. Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin,
Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu
suspensi karena mengganggu daya kerja/khasiat
Rifampisin.
INH :
Radang syaraf tepi
Racun Pada hati
V. Lama Pemberian Obat Hepatitis
TB Pada Anak:
Rmp :
Macam Obat Frekuensi Lama Hepatitis
Pemberian Mual
INH Dosis tunggal setiap 6 bulan Muntah
hari Nafsu makan menurun
INH 6 bulan Kencing berwana merah/orange
Rmp Dosis tunggal setiap Strep 2 bulan PZA :
Strep hari
Racun pada hati
INH
Rmp Dosis tunggal setiap 9 bulan (Strep Nyeri pada persendian
Strep hari & PZA 2 bulan) Strep :
PZA Racun pada syaraf
INH Keseimbangan
Rmp TB tulang Dosis tunggal setiap 6-9 bulan Gangguan pendengaran
Strep belakang hari (Strep 2 bulan) Etambutol:
Radang pada syaraf mata
INH Meningitis 12 bulan
Rmp TB dosis Dosis tunggal setiap (Strep & PZA 2 Kulit kemerahan dan bengkak
Strep berbeda hari bulan) Etionamid:
PZA Mual
Muntah
Racun di hati
VI. Efek Samping PAS (P):
Gastritis (maag)
Pengobatan TB Paru Pada Racun di hati.
Anak:
Catatan:
Pengobatan TBC tidak boleh terputus-putus karena
akan menyebabkan kuman TBC menjadi
resisten/kuman tahan terhadap obat yang diberikan
dan resiko kambuh kembali.

Anda mungkin juga menyukai