PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin (ADA, 2003 dikutip dari Soegondo, 2007). Paling sedikit terdapat 3
bentuk diabetes mellitus : tipe I atau biasa disebut Diabetes Melitus Dependen
Insulin (DMDI), tipe II atau biasa disebut Noninsulin Dependen Diabetes
mellitus (NIDDM), dan dan diabetes gastasional ( Elizabeth j. Corwin 2002).
Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian
ulkus gangren pada penyandang diabetes mellitus berkisar antara 17-32%,
sedangkan laju amputasi berkisar antara 15-30%.Pengelolaan kaki diabetik
mencakup pengendalian gula darah, debridemen/membuang jaringan yang
rusak,
pemberian
antibiotik,
dan
obat-obat
vaskularisasi
serta
dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki
penyandang diabetes, yakni kerusakan saraf.Masalah pertama yang timbul
adalah kerusakan saraf ditangan dan kaki.Saraf yang rusak telah membuat
penyandang diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin,
pada tangan dan kaki.Hilangnya sensasi rasa ini disebabkan kerusakan saraf
yang disebut sebagai neuropati diabetik (Merry, 2007).
Masalah kedua adalah terjadinya gangguan pada pembuluh darah,
sehingga menyebabkan tidak cukupnya aliran darah ke kaki dan tangan.
Aliran darah yang buruk ini akan menyebabkan luka dan infeksi sukar
sembuh. Ini disebut penyakit pembuluh darah perifer yang umum menyerang
kaki dan tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin
memperburuk aliran darah. Hal itu dapat mengakibatkan darah menjadi lebih
kental sehingga sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian
ekstremitas tubuh.Luka menjadi sulit sembuh karena oksigen dan zat-zat yang
diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka (Merry,
2007).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan luka gangren (kronik) pada klien diabetes
melitus?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan asuhan keperawatan
pada klien dengan diabetes melitus disertai gangren dan perawatan
1.3.2
luka
Tujuan khusus
1. Diharapkan mahasiswa mengetahui pengertian diabetes
2. Diharapkan mahasiswa mengetahui etiologi dari diabetes.
3. Diharapkan mahasiswa mengetahui manifestasi klinik dari diabetes
4. Diharapkan mahasiswa mengaplikasikan perawatan luka
5. Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin di dalam tubuh. Gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein.( Askandar, 2000 ).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang
klinik
dan
perjalanan
(Andyagreeni, 2010).
2.2 Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Pankreas
perifer,
pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pylorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ
ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak
pada alat ini.Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pancreas terbentuk
dari epitel yang berasal dari lapisan epitelyang membentuk usus (Tambayong,
2001).
Fungsi pankreas ada 2 yaitu :
a. Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim
dan elektrolit.
b. Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang
bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin.
Pulau Langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama,yaitu :
1) Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 %
gliogenolisis.
Bila
cadangan
glikogen
hepar
menurun
maka
Hormon
yang
dapat
yaitu insulin.Kerja
merendahkan
insulin
yaitu
kadar
gula
darah
2.
hormone membentuk
suatu
darah)
pada
pembuluh
darah
besar
tungkai
insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. jadi membuat insulin
yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yag biasa
3. DM malnutrisi
a. Fibro calculous pancreatic DM (FCPD). terjadi karena mengkonsumsi
makanan rendah kalori da rendah protein sehingga klasifikasi pankreas
melalui proses mekani (fibrosis) atau toksik (cyanide) yang
menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
b. Protein defisiensi pancreatic diabetes melitus (PDPD). karena
kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel beta
pancreas
4. DM tipe lain
a. Penyakit hormonal : seperti acromegali yang meningkat gh (growth
hormon) yang merangsang sel-sel beta pankreas yang menyebabkan
sel-sel ini hiperaktif dan rusak
b. Penyakit pancreas seperti : pancreatitis, ca pancreas dll
c. Obat-obatan yang bersifat siotoksin terhapad sel-sel seperti aloxan dan
streptozerin. yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiade,
phenothiazine dll.
1. Diabetes Melitus tipe I
Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan
(misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel
beta. Ada beberapa factor antara lain :
a. Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah
terjadinya Diabetes Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human
leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
10
11
akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut
(central obesity). Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga
glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
peredaran darah.
c. Kurang Gerak Badan
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes.
Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat
badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi
lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan resiko
terjadinya diabetes tipe II akan turun sampai 50%.
d. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan
tingginya kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang juga bisa terkena
diabetes. Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit jantung
koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit
yang berlebihan.
e. Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia,
terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin banyaknya
anak yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II pada anak dan
remaja pun meningkat.
2.4 Klasifikasi
1. Type I : Diabetes Melitus tergantung insulin (IDDM)
Kurang lebih 5-10% penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu diabetes
yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas
dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh
suatu proses otoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan
untuk mengendalikan kadar glukosa darah. diabetes tipe I ditandai
dengan awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
2. Type II : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Kurang lebih 90-95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu
diabetes yang tidak tergantung insulin.Diabetes tipe II ini terjadi akibat
12
Derajat 0
tanpa selulitis.
Derajat V
: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2
golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah
ke
tungkai
akibat
adanya
13
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi.Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
Belum pasti DM
DM
< 110
< 90
110 199
90 - 199
200
200
< 110
< 90
14
110 125
126
90 - 109
110
c. HBAIC
(Glucosated
Haemoglobin
AIC)
meningkat
yaitu
sekunder
terhadap
Kronik
:makroangiophati
(atherosklerosis),
mikroangiophati
menyebabkan
pasien
mengalami
kecemasan
dan
yang
negatif
berupa
marah,
kecemasan,
mudah
17
Prinsip umum Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes
diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
a. Memberikan
semua
unsur
makanan
esensial
(misalny
vitamin,mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui caracara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangu faktor resiko
kardiovaskulerlatihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaina
insulin. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat
meningkatkan lean bodymass dan dengan demikian menambah laju
metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini dapat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan,
mengurangi rasa stres, dan mempertahankan kesegaran tubuh.
3. Pemantauan
Pemantauan Kadar Glukosa Darah secara Mandiri
Hiperglikemia pagi hari
Hemoglobin glikosilasi
Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pemeriksaan urin untuk keton
4. Terapi Insulin
Tipe pemberian insulin yang digunakan oleh seorang pasien bervariasi
menurut berbagai faktor.Sebagai contoh, pengetahuan pasien, kemauan,
tujuan yang hendak dicapai, status kesehatan dan kemampuan keuangan,
semuanya ini dapat mempengaruhi keputusan yang menyangkut
penggunaan insulin. Selain itu, filosofi dokter tentang pengendalian kadar
glukosa darah dan ketersediaan alat serta staf pendukung dapat
mempengaruhi pula keputusan yang berkaitan dengan terapi insulin. Ada
dua cara pendekatan yang umum digunakan dalam pelaksanaan terapi
insulin :
18
(3)
Aterosklerosismerupakan penyebab
(4,5)
Penyembuhan luka kronik biasanya berkepanjangan dan tidak lengkap. Luka akut
biasanya terjadi pada individu yang normal, sehat dan dapat dilakukan penutupan
luka secara primer atau dibiarkan menyembuh secara sekunder. Sebagian besar
luka yang terjadi akibat trauma pada organ atau jaringan dapat dikatagorikan
19
sebagai luka akut. Luka kronik terjadi karena kegagalan proses penyembuhan
luka akibat ada kondisi patologis yang mendasarinya. Luka kronik tidak akan
sembuh bila penyebab yang mendasarinya tidak dikoreksi.
kronik mengalami rekurensi.
( 4,5 )
(4)
Seringkali luka
(3)
2.8.2
Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka bersifat dinamis dengan tujuan akhir pemulihan
fungsi dan integritas jaringan. Dengan memahami biologi penyembuhan luka, kita
dapat mengoptimalkan lingkungan jaringan dimana luka berada.
Proses penyembuhan luka merupakan hasil akumulasi dari proses-proses
yang meliputi koagulasi, inflamasi, sintesis matriks dan substansi dasar,
angiogenesis, fibroplasias, epitelisasi, kontraksi dan remodeling. Tetapi secara
garis besar proses kompleks ini dibagi menjadi tiga fase penyembuhan luka : Fase
inflamasi, fase proloferasi dan fase maturasi.
A.
20
B.
21
Fase inflamasi secara klinis ditandai dengan cardinal sign: Rubor, calor,
tumor, dolor serta function laesa. Proses ini terjadi segera setelah trauma. Secara
simultan cascade pembekuan, arachidonic pathways dan pembentukan growth
factors serta sitokin bekerjasama memulai dan mempertahankan fase ini. (5)
Setelah cedera jaringan pembuluh darah segera mengalami vasikonstriksi,
produk tromboplastik jaringan menjadi terpapar dan dimulailah cascade
komplemen dan koagulasi.Pletelet yang terperangkap dalam luka mengalami
degranulasi, melepaskan substansi biologis yang penting untuk penyembuhan
luka. Setidaknya ada tiga jenis substansi yang dilepaskan : a) Alpha granules
yang mengandung growth factors seperi TGFbeta, PDGF, dan Insuline Like
Growth Factors-1 ( IGF-1), b) Dense bodies yang mengandung amine vasoaktif
seperti serotonin yang berfungsi meningkatkan permeabilitas mikrovaskuler dan
c) Lisosom yang mengandung hidrolase dan protease.(6)
Fase Proliferasi
Fase proliferasi penyembuhan luka dimulai kira-kira 2-3 hari setelah
terjadinya luka, ditandai dengan munculnya fibroblast.Fibroblast bermigrasi dari
tepi luka menggunakan matrix fibrin-based provisional yang dibentuk selama fase
inflamasi. Dalam minggu pertama luka fibroblast dikendalikan oleh makrfag: bFGF, TGF-beta dan PDGF yang berperan dalam proliferasi dan sintesis
glycosaminoglycans dan proteoglycans, serta kollagen.
Pada fase ini fibroblast merupakan tipe sel dominan, dan mencapai
puncaknya pada hari ke 7-14.Setelah sekresi kolgen fibroblast kemudian
bergabung membentuk fibro-kolagen.Peningkatan jumlah jaringan kolagen pada
luka berbanding lurus dengan kekuatan regangan luka.
Pada fase ini juga terjadi stimulasi jumlah keratinosit dan populasi sel
endotel. Secara simultan dengan proliferasi seluler terjadi perkembangan
angiogenesis yang diawali dari pembuluh darah dari tepi luka, selanjutnya disebut
neovaskularisasi.
Fase Maturasi
22
Etiologi
Selain sirkulasi yang buruk, neuropati, dan kesulitan bergerak, faktor yang
berkontribusi terhadap luka kronis adalah penyakit sistemik, usia, dan penyakit
trauma. Comorbid berulang yang dapat berkontribusi pada pembentukan luka
kronis termasuk vaskulitis (radang pembuluh darah), kekebalan penindasan,
pioderma gangrenosum, dan penyakit yang menyebabkan iskemia. Penekanan
kekebalan dapat disebabkan oleh penyakit atau obat medis yang digunakan dalam
jangka panjang, misalnya steroid.Faktor lain yang dapat menyebabkan luka kronis
adalah usia tua. Kulit orang tua lebih mudah rusak, dan sel-sel yang lebih tua tidak
berkembang biak secepat dan tidak mungkin memiliki respon yang memadai
terhadap stres dalam hal upregulation gen yang terkait dengan stres protein.
Fibrosis kronis, aterosklerosis, edema, penyakit sel sabit, dan arteri insufisiensi
merupakan penyakit yang terkait dengan luka kronis.Faktor utama yang
menyebabkan luka kronis, di antaranya adalah iskemia, cedera reperfusi, dan
kolonisasi bakteri.
23
2.8.5
Gejala klinis
Pasien luka kronis sering mengeluhkan nyeri yang dominan. Enam dari
sepuluh pasien dengan kaki vena ulkus mengalami nyeri.Nyeri persisten (pada
malam hari, saat istirahat, dan saat aktivitas) adalah masalah utama bagi pasien
dengan ulkus kronis.
2.8.6
24
6. Pembersihan luka
Pembersihkan luka dari awal dan pada setiap penggantian balutan luka
menggunakan larutan netral, tidak iritasi dan tidak beracun. pembersihan
luka rutin harus dicapai dengan minimal bahan kimia dan / atau trauma
mekanik. Saline steril atau air biasanya dianjurkan.Air keran hanya boleh
digunakan jika sumber air bersih.
7. Dokumentasi perjalanan luka
Dokumen perjalanan luka, kekambuhan dan karakteristik (lokasi,
stadium, ukuran, dasar, eksudat, kondisi infeksi kulit sekitarnya dan
nyeri).Tingkat penyembuhan luka harus dievaluasi untuk menentukan
apakah pengobatan yang optimal.
8. Dressing (balutan)
a. Penggunaan balutan(dressing)
yang
dapat
mempertahankan
26
menggunakan
stoking
kompresi
terus-menerus
dan
27
c. Menilai
semua
pasien
untuk
risiko
ulkus
karena
tekanan,
28
jaringan
menurun,
merokok
menurunkan
oksigen
jaringan)
4) Debridement. Lakukan debridement awal dan pdebridement
lanjutan). Metode debridement (pilih tergantung pada status luka,
kemampuan penyedia layanan kesehatan dan kondisi keseluruhan
pasien. Namun, itu adalah umum untuk menggabungkan metode
debridement untuk memaksimalkan tingkat penyembuhan).
5) Pembersihan luka. Pembersihan luka awalnya dan pada setiap
perubahan ganti balutan, netral tidak menyebabkan iritasi, cairan
yang tidak beracun. Capai dengan trauma minimal.Surfaktan
29
Sejarah
Luka.
Dokumentasi
luka
sejarah,
jaringan
menurun,
jaringan)
32
merokok
menurunkan
oksigen
33
34
penyakit
pembuluh
darah
yang
35
jaringan
jaringan)
b. Debridement.
menurun,
Lakukan
merokok
debridement
menurunkan
Hanya
Setelah
oksigen
prosedur
kesehatan,
kemudahan
penggunaan
dan
tingkat
fibrinolitik,
meningkatkan
insufisiensi
arteridan
37
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
3.1 PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan
status
kesehatan
dan
pola
pertahanan
penderita,
melalui
anamnese,
pemeriksaan
fisik,
pemerikasaan
38
39
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi,
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Luka (terlampir)
a. Gambar luka
40
41
Data/symptom
Etiologi /penyebab
42
Masalah / Problem
melitus
Resiko infeksi
ulkus
terkontaminasi
kuning,
22/3/16 Albumin=
2,81
23/3/16 Albumin=
2,90
DS:
klien
mengatakan Penyakit
Diabetes
Ketidakefektifan
Terdapat
luka
di meningkat sirkulasi ke
tidak
maksimal
P: 10cm
ketidakefektifan perfusi
L: 5 cm
jaringan
T: 2cm
Suhu sekitar luka terasa
3
bawah
kesulitan
posisi
merubah
posisi,
43
merubah
gangguan
dengan
terpaparnya
luka
dengan
Diagnose
keperawatan
(NOC)
Resiko
infeksi 1.Immuno status
berhubungan
dengan
terpaparnya luka
dengan
mikroorganisme
dan sistem imun
Tujuan/kreteria standar
Kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi.
Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya.
1. Menunjukan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi.
2. Jumlah leukosit dalam batas
normal.
3. Menunjukan perilaku hidup
sehat.
44
Intervensi (NIC)
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan luka
gangren
ektremitas bawah
4.5 Evaluasi
1. mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
2. Tercapainya proses penyembuhan luka
3. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang
4. Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang
optimal.
45
BAB V
PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa
darah. Kadar gula darah yang tidak ditangani dengan baik dan berlangsung
46
dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki
penyandang diabetes, yakni kerusakan saraf.Masalah pertama yang timbul
adalah kerusakan saraf ditangan dan kaki.Saraf yang rusak telah membuat
penyandang diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin,
pada tangan dan kaki.
Ini disebut penyakit pembuluh darah perifer yang umum menyerang
kaki dan tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin
memperburuk aliran darah. Hal itu dapat mengakibatkan darah menjadi lebih
kental sehingga sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian
ekstremitas tubuh. Luka menjadi sulit sembuh karena oksigen dan zat-zat yang
diperlukan tubuh sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka
1.2.
Saran
Dalam memberikan perawatan kepada pasien dengan Diabetes Melitus,
DAFTAR PUSTAKA
47
Carpennito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan. alih bahasa Yasmin asih, Edisi 6.
Jakarta:EGC
Corwin, JE. 2001. Pankreas dan Diabetes mellitus. Jakarta: EGC
Suyono, S. 1996. Penyakit Dalam. Jilid I.Edisi 3. Jakarta: FKUI.
Smeltzer, Suzanne and Brenda Bare 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Edisi 8. Jakarta: EGC. Hal: 156-160.
Tjokroprawiro, Askandar. 2000. Diabetes Mellitus : Klasifikasi, Diagnosis dan
Terapi.edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal: 56-60.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit edisi
3.jakarta:EGC.Hal:699
48