Anda di halaman 1dari 30

KELENJAR PARATIROID

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUANKELENJAR PARATIROID

OLEH : KELOMPOK 5
1.

DODI KISMORO

2.

ELI FAHMIATI

3.

IIS SHALIHAT

4.

MARLINA

5.

PAUL SAKTIAN DJOYO

6.

RIKO BIMNY

7.

RISKA

8.

TAUFIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT serta nikmat ilmu
dan limpahan Rahmat serta karunia_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Paratiroid.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini terutama kepada dosen pengajar mata kuliah Sistem endokrin Ns.Agus
Supriyadi,S.Kep. dan anggota kelompok yang sangat kompak dan saling membantu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan
informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Bengkulu, Oktober 2012

Tim Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................
1.2.
Tujuan..................................................................................................
1.3.
Manfaat...............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................
2.1. Konsep Dasar Teori..................................................................................
2.1.1. Pengertian.......................................................................................
2.1.2. Etiologi...........................................................................................
2.1.3. Klasifikasi .....................................................................................
2.1.4. Patofisiologi....................................................................................
2.1.5. WOC .............................................................................................
2.1.6. Manifestasi Klinis...........................................................................
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang..................................................................
2.1.8. Komplikasi......................................................................................
2.1.9. Penatalaksanaan .............................................................................
2.1.10. Pencegahan dan faktor resiko ......................................................
2.2. Konsep Dasar ASKEP
2.2.1. Pengkajian teoritis lengkap.............................................................
2.2.2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul...............................
2.2.3. Rencana ASKEP............................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Lengkap ................................................................................
3.2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul.......................................
3.2. NCP..........................................................................................................
3.3. Implementasi ...........................................................................................
3.4. Evaluasi (SOAP)......................................................................................
BAB IV PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................................
3.2. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

Bab I
Pendahuluan

1.1

Latar Belakang
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan seharihari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon
paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri
secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia
paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid. Parathormon yang meningkat
menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus
meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga
manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan Pada area tulang dan ginjal.Prevalensi penyakit
hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam setahun yang dapat
diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat penderita penyakit hipoparatiroid
lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Pada Wanita mempunyai resiko
untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di
Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun keatas
mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria. Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang
diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2
banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena
hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering
hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia
tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan lakilaki. Insidensnya mencapai 1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan
kemungkinan endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.Kelenjar
paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting
hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang.
Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan
pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam
mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap
penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada klien gangguan fungsi kelenjar paratiroid(Hipo/hipertiroid).
1.2

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum :


Penanganan pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid dapat teratasi dengan cepat dan
tepat sesuai pengkajian secara lengkap yang dilakukan oleh perawat.
1.2.2 Tujuan Khusus :
Perawat dapat lebih teliti dan lengkap dalam melakukan pengkajian terhadap gejala-gejala
yang mengarah ke gangguan kelenjar paratiroid.
1.3 Manfaat

Secara aplikatif, makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketermapilan
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kelenjar
paratiroid.

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid.

Bab II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Pengertian
2.1.1 Pengertian Hipoparatiroid
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium
menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang
sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak
adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
(www.endocrine.com)
2.1.2 Pengertian Hiperparatiroid
Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi
lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari
keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi
tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon
paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
maka ini kita sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena
kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroid sekunder.
2.2

Klasifikasi
Pembagian kelenjar paratiroid berdasarkan kadar kalsium yang dihasilkan:

1. Hipoparatiroidisme
Terjadinya kekurangan didalam darah atau Hipokalsemia mengakibatkan keadaan yang disebut
telani. Dengan gejala khas kejang dan konvulsi, kususnya pada tangan dan kaki yang disebut
karpopedal spasmus. Gejalaini dapat diringankan dengan pemberian kalsium.
2.

Hiperparatiroidisme
Biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distrusi
kalium terganggu, kalsium dikeluarkan lagi dari tulang dan dimasukan kembali keserum darah

akibatnya terjadi penyakit tulangdengan tanda-tanda yang khas beberapa bagian kropos, yang
dikenal sebagai otatis fibrosc stistika parens dan terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya
diedarkan didalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal hiperfungsi
paratiroid terjadi memproduksi lebih banyak hormone paratiroksin dari biasanya.
Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simple idiopatik hipoparatiroid,
hipoparatiroi pascabedah
1.

Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang

menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal
hiperkalsemia.
2.

Simple idiopatik hipoparatiroid


Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai
akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium,
jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita
hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium
primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
3. Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah
operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid,
biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan
arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu
kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan
kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada
diagnosis hipoparatiroid.
Hiperparatirod dapat berupa hiperparatiroid primer, sekunder, tertier dan intoksikasi
paratiroid akut.

1.

Hiperparatiroid primer
Gejala klinis hiperparatiroid primer dapat beraneka ragam dan dibagi dalam 4 kelompok,

yaitu :
1.

Sebagai akibat hiperkalsemia yang gejalanya berupa anoreksia, nausea, muntah-muntah,


konstipasi dan berat badan menurun, lekas lelah dan otot-otot lemah, miopati proksimal,
polidipsi dan poliuria (diabetes insipidus like syndrome), perubahan mental (depresi, stupor,
perubahan personalitas, koma, konvulsi).

2.

Sebagai akibat kalsifikasi visceral, kalsifikasi pada ginjal berupa kalkuli, nefrokalsinosis.
Kalsifikasi ocular terjadi karena deposit kalsium pada konjungtiva dan kelopak mata, band
keratopathy.

3.

Sebagai akibat peningkatan resorbsi tulang, nyeri tulang dan deformitas, fraktur patologis,
osteoklastoma dan perubahan gambaran tulang pada foto x-ray.

4. Sebagai akibat hipertensi, gagal ginjal, ulkus peptic, sindrom Zollinger Ellison, pankreatitis akut,
pankreatitis menahun dan kalkuli, multiple adenomatosis syndrome, hiperurisemia, gout.
Apabila ditemukan gambaran klinis, seperti tersebut di atas, maka harus curiga akan
kemungkinan hiperpatiroidisme. Jarang sekali teraba tumor pada kelenjar paratiroid dan bila
teraba umumnya adalah adenoma tiroid. Usaha selanjutnya untuk menegakkan diagnosis adalah :
Tentukan kadar kalsium dalam plasma; Singkirkan penyebab-penyebab lain dari hiperkalsemia
dan hiperkalsuria; tentukan tempat dan lokalisasi kelainan paratiroid; teliti komplikasi dan
hubungannya dengan hiperparatiroid karena apabila pada seorang penderita ditemukan kalkuli
renal atau nefrokalsinosis, maka penting untuk meneliti perubahan pada organ lain yang ada
hubungannya dengan hiperkalsemia. Menurut Hall and Anderson, kalkuli renal timbul pada 2/3
atau lebih penderita hiperparatiroid. Apabila hiperparatiroid dan kegagalan ginjalterdapat pada
saat yang sama, maka akan sangat sukar untuk menentukan mana yang primer.
Pengobatan

hiperparatiroid

primer

dilakukan

apabila

diagnosis

sudah

pasti,

penatalaksanaannya sebagai berikut :


1. Pembedahan yaitu dengan ekstirpasi tumor sedini mungkin . Kontra indikasi operasi hanyalah
pada keadaan Terminal anuric renal failure.

2.

Medikamentosa : terapi ini terdiri atas diet banyak kalsium, serta cukup vitamin D. Pada
pascabedah, kadar kalsium serum menurun pada 24-48 jam pertama, tapi akan menjadi normal
kembali.

3.

Prognosis cukup baik bila diagnosis penyakit cepat ditegakkan dan tumor di ekstirpasi sedini
mungkin. Setelah tumor diekstirpasi, tulang-tulang akan menjadi normal kembali. Prognosis
bergantung juga pada keadaan fungsi ginjalnya. Terjadinya hiperparatiroid rekuren sesudah 5
tahun operasi, rata-rata hanyalah 15 %.
2. Hiperparatiroid sekunder.
Hiperparatiroid sekunder merupakan suatu keadaan dimana sekresi hormon paratiroid
meningkat lebih banyak dibanding dengan keadaan normal, karena kebutuhan tubuh meningkat
sebagai proses kompensasi. Pada keadaan ini terdapat hiperplasi dan hiperfunsi merata pada
keempat kelenjar paratiroid, terutama dari chief cells. Biasanya penyebab primer adalah
kegagalan ginjal menahun, dan glomerulonefritis atau pyelonefritis menahun.
Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan hiperparatiroid sekunder adalah osteogenesis
imperfekta, penyakit paget multiple mieloma, karsinoma dengan metastase tulang. Gambaran
klinis hiperparatiroid sekunder yang timbul disebabkan oleh penyakit ginjal menahun, kadangkadang dapat membaik setelah dilakukan hemodialisis.
Dalam penatalaksanaan hiperparatiroid sekunder hal yang utama adalah manajemen medis.
Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau meminimalisir hiperparatiroid
sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga penting. Pasien yang
mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid.
Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah
hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroid sekunder.Pasien yang mengalami dialysisdependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium,
dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien
dialysis relatif rentan terhadap hormon paratiroid. Pasien yang mengalami nyilu tulang atau
patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada
terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroid juga mengindikasikan untuk menjalani operasi.
Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian

kadar kalsium dan level fosfor dan terbukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar
paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.
3.

Hiperparatiroid tersier
Istilah hiperparatiroid tersier digunakan untuk menunjukkan perkembangan lanjut tipe
sekunder, dimana terjadi autonomi kelenjar paratiroid. Seperti hiperparatiroid primer, maka
bentuk tersier memerlukan tindakan pembedahan ekstirpasi adenoma, kecuali bila kegagalan
ginjal sudah terlalu berat, maka dilakukan hemodialisis terlebih dahulu kemudian disusul
ekstirpasi adenoma. Pemberian vitamin D kadang-kadang masih diperlukan untuk mencegah
terjadinya hipokalsemia.
Pengobatan penyakit hiperparatiroid tersier adalah dengan cara pengangkatan total kelenjar
paratiroid disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid

2.3 Etiologi
2.3.1 Etiologi Hipoparatiroid
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun
etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:

Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi.

Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).

2. Hipomagnesemia.
3. Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
4. Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme
2.3.2 Etiologi Hipertiroid
Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyaknya hiperfungsi kelenjar paratiroid
adalah adenoma soliter (penyakit von Recklinghausen). Secara umum bahwa kelainan kelenjar
yang biasanya tunggal ditemukan 80 %. Kelainan pada kelenjar biasanya neoplasma yang
benigna atau adenoma sedangkan paratiroid karsinoma sangat jarang. Beberapa ahli bedah dan
ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis

adenoma yang ganda. Pada 15 % pasien semua kelenjar hiperfungsi, contohnya chief cell
parathyroid hyperplasia, biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan
endokrin lainnya, yaitu Multiple Endocrine Neoplasia (MEN). Hiperparatiroidisme yang
herediter dapat terjadi tanpa kelainan endokrin lainnya tetapi biasanya bagian dari Multiple
Endocrine Neoplasia syndrome. MEN 1 (Wermers syndrome) terdiri dari hiperparatiroidisme
dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga berhubungan dengan hipersekresi gaster dan ulkus
peptikum (Zollinger-Ellison syndrome).

2.4

Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 12,5 mgr%).Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk
mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah
untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak
jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini
disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh
pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat.
Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak
adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid
atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar
PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon,
maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk:

1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan
PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik,
2)

pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon
terganggu.

2.5 WOC

2.6

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %)
adalah tetani atau tetanic aequivalent.
Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam
keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga
sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam
keadaan ekstensi.
Dalam titanic aequivalent:

1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis


2. Stridor laryngeal (spasme) yang bisa menyebabkan kematian
3. Parestesia
4. Hipestesia
5. Disfagia dan disartria
6. Kelumpuhan otot-otot
7. Aritmia jantung
Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis:
1.

Erbs sign:Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot
(normal pada 6 milli-ampere)

2.

Chvosteks sign:Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari
foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka.

3. Trousseaus sign:Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik)
maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal

4.

Peroneal sign:Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi
dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Pada 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena
ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya
psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ectoderm:

Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.

Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.

Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.

Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan
mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidis.
2.7 Pemeriksaan Diagnosa

Elektrokardiografi :ditemukan interval QT yang lebih panjang.

Foto Rontgen :sering terlihat kalsifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak, kadangkadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah.

Laboratorium :Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali
normal atau rendah

Pemeriksaanpenunjangnya
Pemeriksaan kadar kalsium serum dan

adalah

Pemeriksaan radiologi

2.8 Pentalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan Medis Hipoparatirid
1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 1020 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus.
Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D
100.000 U per oral.
2. Hipoparatiroid menahun

Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk


meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa. Diet
harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas pemberian
alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi fosfor di usus.
Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila
ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap
kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan untuk menurunkan
kadar kalsium serum.
2.8.2 Penatalaksanaan Hiperparatiroid
1.

Penyembuhan Hiperparatiroid primer


Operasi pengangkatan kelenjar yang semakain membesar adalah penyembuhan utama
untuk 95% penderita hiperparatiroidisme. Apabila operasi tidak memungkinkan atau tidak
diperlukan, berikut ini tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kalsium:

a.

Memaksakan cairan

b. Pembatasan memakan kalsium


c.

Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin dengan menggunakan larutan
ga5ram normal, pemberiaqn Lasix, atau Edrecin.

d. Pemberian obat natrium, kalium fosfat, kalsitonin, Mihracin atau bifosfonat.


e.

Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid atau mithramycin)

f.

Operasi paratiroidektomi

g. Obati penyakit ginjal yang mendasarinya


2. Penyembuhan hiperparatiroid sekunder
Tidak seperti hiperparatiroidisme, manajemen medis adalah hal yang utama untuk
perawatan hiperparatiroidisme sekunder. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat
mencegah atau meminimalisir hiperparatiroidisme sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan
diet rendah fosfat juga penting.Pasien yang mengalami predialysis renal failure, biasanya
mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid. Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan
low-dose

calcitriol

mungkin

dapat

mencegah

hiperplasia

kelenjar

paratiroid

dan

hiperparatiroidisme sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-dependent chronic failure


membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium, dan cinacalcet (sensipar)

untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap
hormon paratiroid.Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan
calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk
mengontrol hiperparatiroidisme juga mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika
level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan
level fosfor dan tebukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya
dipertimbangkan
3. Penyembuhan hiperparatiroid tersier

2.9 Komplikasi
2.9.1 komplikasi hipotiroidisme

2.9.2 komplikasi hiperparatiroidisme


Krisis hiperkalsemia akut dapat terjadi pada hiperparatiroidisme. Keadaan ini terjadi pada
kenaikan kadar kalsium serum yang ekstrim. Kadar yang melebihi 15 mg/dl (3,7 mmol/L) akan
mengakibatkan gejala neurologi, kardiovaskuler dan ginjal yang dapat membawa kematian.
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan peningkatan
ekskresi kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi hiperparatiroidisme yang penting
dan terjadi pada 55% penderita hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat

presipitasi kalsium fosfat dalam pelvis dan ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal
(renal calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
2.10 Pemeriksaan Penunjang.
2.10.1 pemeriksaan penunjang hipotiroidisme

Elektrokardiografi :ditemukan interval QT yang lebih panjang.

Foto Rontgen :sering terlihat kalsifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak, kadang
kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah.

Laboratorium :Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali
normal atau rendah

2.10.2 Pemeriksaan Penunjang Hipertiroidisme


Laboratorium:
a.

Kalsium serum meninggi

b. Fosfat serum rendah


c.

Fosfatase alkali meninggi

d. Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah


Foto Rontgen:
a.

Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi

b. Cystic-cystic dalam tulang


c.

Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah

BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
3.1 Askep klien dengan hipoparatiroid
3.1 Askep Teoritis pada klien Hipoparatiroidisme
3.1.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan berisi Identitas diri: Nama, Umur, Suku/Bangsa, Status
perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,Tanggal masuk RS, Tanggal pengkaiian,
Catatan kedatangan:kursi roda( ), Ambulans( ), Brankar( ).
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah spasme karpopedal,
dengan tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari
lainnya ekstensi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS )
Penderita hipoparatiroidisme menampakkan gejala utama nya berupa tetanus, hipokalsemia
menyebabkan iritabilitas system neuromuskuluer, pada keadaan tetanus laten terdapat gejala peti
rasa, kesemutan dank ram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah
tangan serta kaki.

Pada keadaan tetanus yang nyata(overt), tanda-tanda mencakup br

onkospasme, spasme laring, spasme korpopedal(fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan
ekstensi sensi korpofalangeal), disfagia, fotofobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya
mencakup ansietas, iritabilitas, depresi bahkan delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi
dapat terjadi.
3. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD )
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan
ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
4. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK )
Riwayat adanya penyakit hipoparatiroidisme Biasanya bisa di turunkan dari ibu yang menderita
penyakit hipoparatiroidisme.

3.1.2 Diagnosa keperawatan


1. Resiko tinggi terhadap bersihan jalan napas tidak efektif
2.. Resiko tinggi terhadap(tetani),cedera
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan koponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel
4. Perubahan Nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

3.1.3 Nursing Care Planning


No
1.

Diangnosa keperawatan
Resiko terhadap

Tujuan
Setelah di

Bersihan jalan napas tidak

lakukan

efektif

intervensi
keperawatan

Kriteria hasil

Intervensi
Mandiri:

Pantau frekuensi pernapasa

Auskultasi suara napas,cata

selama
diharapkan
pasien

Kaji adanya dispnea,stidor

Waspadakan pasien untuk m


dengan bantal.

Bantu dalam perubahan po


sesuai indikasi.

Lakukan penghisapan pada

warna dan karateristik sputu

Lakukan penilaian ulang te


posterior.

Selidiki keluhan kesulitan m

Pertahankan alat trakeostom


Kolaborasi:

Berikan inhalasi uap,udara

Bantu dengan/persiapkan p

Siapakan pembedahan ulan

2.

Resiko

tinggi

terhadap(tetani),cedera

Mandiri:

Pantau tanda vital dan catat

200/menit),disritmia,distres
paru/GJK).

Evaluasi refleks secara perio

gerakan tersentak,kebas,par
kejang.

Pertahankan peghalang tem

posisi yang rendah dan jalan


restrein.
Kolaborasi:

Pantau kadar kalsium darah


Berikan obat sesuai dengan
Agen ikatan-Fostat:
Sedatif
Antikonvulsan.

3.

Resiko
terhadap
perubahan
perfusi
jaringan.

Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
perubahan perfusi
jaringan kembali
normal.

-kulit kembali
elastic(Lembab)
-pengisian kapiler
kembali normal
-kemampuan
konsentrasinya normal
-tekanan darah kembali
normal
-kesadarannya
komposmentis

Mandiri:
Awasi tanda vital,kaji pengisian Mem
deraja
kapiler,warna kulit/membran
dan m
mukosa,dasar kuku.
kebut
Tinggikan kepala tempat tidur
Men
sesuai toleransi.
mema
Awasi upaya
kebut
selule
pernapasan;auskultasi bunyi
hipot
napas perhatikan bunyi
Disp
adventisius.
Selidiki keluhan nyeri
GJK
lama/
dada,palpitasi.
jantun
Kaji untuk respons verbal
Iskem
melambat,mudah
jaring
terasang,agitasi,gangguan
infrak
memori,bingung.

Orientasi/orientasikan ulang
pasien sesuai kebutuhan.catat
jadwal aktifitas pasien untuk
dirujuk.Berikan cukup waktu
untuk pasien
berfikir,komunikasi dan
aktivitas.
Catat keluhan rasa
dingin,pertahankan suhu
lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi.
Hindari penggunaan bantalan
penghangat atau botol air
panas.ukur suhu air mandi
dengan thermometer.
Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan
labotorium,mis.Hb/Ht dan
jumlah SDM,GDA
Berikan SDM darah
lengkap/pocked,produk darah
sesuaiindikasi.Awasi ketat untuk
komplikasi transfuse
Berikan oksigen tambahan
sesuai dengan indikasi.
Siapkan intervensi pembedahan
sesuai indikasi.

Dapa
fungs
difesi

Mem
piker
melak
kebut

Vaso
perife
rasa h
kebut
berleb
vasod
Term
dangk

Men
kebut
terhad
Men
oksig
untuk

Mem
ke jar

Tran
dilaku
tulang

3.2 askep teoritis pada klien hiperparatiroidisme


3.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan berisi Identitas diri: Nama, Umur, Suku/Bangsa, Status
perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,Tanggal masuk RS, Tanggal pengkaiian,
Catatan kedatangan: kursi roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( ).
3.2.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah keluahan mudah
lelah, kelemahan otot, mual, muntah.sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot,
gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anorexia, obstipasi, dan nyeri lambung yang akan
disertai penurunan berat badan, depresi, nyeri tulang dan sendi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS )
Penderita hiperparatiroidisme menampakkan gejala nya mungkin tidak atau mengalami
tanda-tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa system organ. Gelaja apatis, keluhan
mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung dapat
terjadi; semua ini berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Klien biasanya juga
menderita gangguan psikologis yang bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan
neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabakan oleh efek langsung kalsium pada otak serta
system saraf. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf dan
otot. Klien juga menderita kerusakan ginjal,pesien mengalami nyeri skeletal dan nyeri tekan,
khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur patologik;
deformitas; dan pemendekan badan, serta adanya gejala gastrointestinal.
3. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD )
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit ginjal yang berlebihan menyerap kalsium.
4. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK )
Hiperparatiroidisme yang herediter dapat terjadi tanpa kelainan endokrin lainnya tetapi
biasanya bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia syndrome. MEN 1 (Wermers syndrome)

terdiri dari hiperparatiroidisme dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga berhubungan dengan
hipersekresi gaster dan ulkus peptikum (Zollinger-Ellison syndrome).
3.2.3 Diagnosa keperawatan
1.

perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia dan hiperfosfatemia

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


3. resiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
4. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

5. Nyeri,(akut),sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular

serebral.

3.2.4 Nursing Care planning


No
1.

Diangnosa keperawatan Tujuan


perubahan
eliminasi Klien akan kembali pada

Kriteria hasil

urine yang berhubungan haluaran urine normal,


dengan

Intervensi
Mandiri:

Perbanyak asup

keterlibatan seperti yang ditunjukkan oleh

hal yang berbaha

ginjal sekunder terhadap tidak terbentuknya batu dan

meningkatkan ka

hiperkalsemia

ginjal.

dan haluaran urine 30 sampai 60

hiperfosfatemia

ml/jam.

Berikan sari bu

bersifat asam. Ke

pembentukkan b
2.

Intoleransi
berhubungan
kelemahan

Tidak ada kelemahan

asam dari pada u


Mandiri:.

keperawatan selama 3x24

Klien tidak lemah lagi

Evaluasi motiva

jam, klien melaporkan

Klien bisa melakukan

. Hindari menja

peningkatan toleransi

aktivitas sehari-har

. Berikan dorong

aktivitas(termasuk aktivitas

Klien tampak rileks

dapat ditoleransi

sehari-hari)

TTV dalam batas

. Evaluasi respo

normal

lebih dari 20 x/m

TD: 110/70-

peningkatan TD,

aktivitas Setelah dilakukan intervensi


dengan

120/80mmHg, RR:1624x/i
ND:60-100x/i
3.

resiko

cedera Klien tidak akan menderita

berhubungan

dengan cedera, seperti yang

demineralisasi
yang

tulang ditunjukkan oleh tidak

mengakibatkan terdapatnya fraktur patologis.

fraktur patologi.

Mandiri:
Lindungi klien

fraktur patologis

Bila klien meng

Hindarkan klie
hati-hati.

Bantu klien me

Atur aktivitas y

Ajarkan cara m

tubuh, dan cara b

Ajarkan klien c

Anjurkan klien a

Bab IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia. Efek
utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan hormon paratiroid
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid
carsinoma, dan hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya
hiperparatiroidisme. Dikatakan hiperparatiroidisme apabila kelenjar paratiroid memproduksi
hormon paratiroid lebih banyak dari biasanya. Sedangkan hipoparatiroidisme sendiri merupakan
kebalikan dari hiperparatiroidisme.
Adapun klasifikasi dari hiperparatiroid yaitu hiperparatiroid primer, hiperparatiroid
sekunder, dan hiperparatiroid tersier. Perbedaan dari ketiga klasifikasi tersebut yakni pada hasil
laboratoriumnya. Pada hiperparatiroid primer kadar kalsium meningkat/hiperkalsemia dan kadar
PTH juga menigkat, sedangkan hiperparatiroidisme sekunder terlihat adanya hipersekresi
hormon paratiroid sebagai respon terhadap penurunan kadar kalsium yang terionisasi dalam
darah. Keadaan hipokalsemia yang lama akan menyebabkan perubahan pada kelenjar paratiroid
menjadi otonom dan berkembang menjadi keadaan sepertri hiperparatiroidisme primer, dan pada
keadaan ini disebut hiperparatiroidisme tersier.
4.2 Saran
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan para tenaga medis
dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem
metabolisme yang mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid. Karena
penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan penatalaksanaan pengobatan yang cepat
dan tepat pula pada kelainan kelenjar paratiroid.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Faruq. 2009. Penyakit tiroid dan paratiroid. www.farospots.blogspots.com; diakses tanggal 20
April 2009
Doengoes, Marylin, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Suddarth dan Brunner. 2001. Keperawatan Medikal bedah vol.2. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai