OLEH : KELOMPOK 5
1.
DODI KISMORO
2.
ELI FAHMIATI
3.
IIS SHALIHAT
4.
MARLINA
5.
6.
RIKO BIMNY
7.
RISKA
8.
TAUFIK
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT serta nikmat ilmu
dan limpahan Rahmat serta karunia_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Paratiroid.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini terutama kepada dosen pengajar mata kuliah Sistem endokrin Ns.Agus
Supriyadi,S.Kep. dan anggota kelompok yang sangat kompak dan saling membantu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan
informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................
1.2.
Tujuan..................................................................................................
1.3.
Manfaat...............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................
2.1. Konsep Dasar Teori..................................................................................
2.1.1. Pengertian.......................................................................................
2.1.2. Etiologi...........................................................................................
2.1.3. Klasifikasi .....................................................................................
2.1.4. Patofisiologi....................................................................................
2.1.5. WOC .............................................................................................
2.1.6. Manifestasi Klinis...........................................................................
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang..................................................................
2.1.8. Komplikasi......................................................................................
2.1.9. Penatalaksanaan .............................................................................
2.1.10. Pencegahan dan faktor resiko ......................................................
2.2. Konsep Dasar ASKEP
2.2.1. Pengkajian teoritis lengkap.............................................................
2.2.2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul...............................
2.2.3. Rencana ASKEP............................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Lengkap ................................................................................
3.2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul.......................................
3.2. NCP..........................................................................................................
3.3. Implementasi ...........................................................................................
3.4. Evaluasi (SOAP)......................................................................................
BAB IV PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................................
3.2. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan seharihari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon
paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri
secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia
paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid. Parathormon yang meningkat
menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus
meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga
manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan Pada area tulang dan ginjal.Prevalensi penyakit
hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam setahun yang dapat
diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat penderita penyakit hipoparatiroid
lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Pada Wanita mempunyai resiko
untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di
Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun keatas
mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria. Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang
diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2
banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena
hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering
hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia
tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan lakilaki. Insidensnya mencapai 1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan
kemungkinan endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.Kelenjar
paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting
hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang.
Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan
pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam
mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap
penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada klien gangguan fungsi kelenjar paratiroid(Hipo/hipertiroid).
1.2
Tujuan
Secara aplikatif, makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketermapilan
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kelenjar
paratiroid.
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid.
Bab II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Pengertian
2.1.1 Pengertian Hipoparatiroid
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium
menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang
sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak
adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
(www.endocrine.com)
2.1.2 Pengertian Hiperparatiroid
Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi
lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari
keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi
tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon
paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
maka ini kita sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena
kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroid sekunder.
2.2
Klasifikasi
Pembagian kelenjar paratiroid berdasarkan kadar kalsium yang dihasilkan:
1. Hipoparatiroidisme
Terjadinya kekurangan didalam darah atau Hipokalsemia mengakibatkan keadaan yang disebut
telani. Dengan gejala khas kejang dan konvulsi, kususnya pada tangan dan kaki yang disebut
karpopedal spasmus. Gejalaini dapat diringankan dengan pemberian kalsium.
2.
Hiperparatiroidisme
Biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distrusi
kalium terganggu, kalsium dikeluarkan lagi dari tulang dan dimasukan kembali keserum darah
akibatnya terjadi penyakit tulangdengan tanda-tanda yang khas beberapa bagian kropos, yang
dikenal sebagai otatis fibrosc stistika parens dan terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya
diedarkan didalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal hiperfungsi
paratiroid terjadi memproduksi lebih banyak hormone paratiroksin dari biasanya.
Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simple idiopatik hipoparatiroid,
hipoparatiroi pascabedah
1.
Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang
menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal
hiperkalsemia.
2.
1.
Hiperparatiroid primer
Gejala klinis hiperparatiroid primer dapat beraneka ragam dan dibagi dalam 4 kelompok,
yaitu :
1.
2.
Sebagai akibat kalsifikasi visceral, kalsifikasi pada ginjal berupa kalkuli, nefrokalsinosis.
Kalsifikasi ocular terjadi karena deposit kalsium pada konjungtiva dan kelopak mata, band
keratopathy.
3.
Sebagai akibat peningkatan resorbsi tulang, nyeri tulang dan deformitas, fraktur patologis,
osteoklastoma dan perubahan gambaran tulang pada foto x-ray.
4. Sebagai akibat hipertensi, gagal ginjal, ulkus peptic, sindrom Zollinger Ellison, pankreatitis akut,
pankreatitis menahun dan kalkuli, multiple adenomatosis syndrome, hiperurisemia, gout.
Apabila ditemukan gambaran klinis, seperti tersebut di atas, maka harus curiga akan
kemungkinan hiperpatiroidisme. Jarang sekali teraba tumor pada kelenjar paratiroid dan bila
teraba umumnya adalah adenoma tiroid. Usaha selanjutnya untuk menegakkan diagnosis adalah :
Tentukan kadar kalsium dalam plasma; Singkirkan penyebab-penyebab lain dari hiperkalsemia
dan hiperkalsuria; tentukan tempat dan lokalisasi kelainan paratiroid; teliti komplikasi dan
hubungannya dengan hiperparatiroid karena apabila pada seorang penderita ditemukan kalkuli
renal atau nefrokalsinosis, maka penting untuk meneliti perubahan pada organ lain yang ada
hubungannya dengan hiperkalsemia. Menurut Hall and Anderson, kalkuli renal timbul pada 2/3
atau lebih penderita hiperparatiroid. Apabila hiperparatiroid dan kegagalan ginjalterdapat pada
saat yang sama, maka akan sangat sukar untuk menentukan mana yang primer.
Pengobatan
hiperparatiroid
primer
dilakukan
apabila
diagnosis
sudah
pasti,
2.
Medikamentosa : terapi ini terdiri atas diet banyak kalsium, serta cukup vitamin D. Pada
pascabedah, kadar kalsium serum menurun pada 24-48 jam pertama, tapi akan menjadi normal
kembali.
3.
Prognosis cukup baik bila diagnosis penyakit cepat ditegakkan dan tumor di ekstirpasi sedini
mungkin. Setelah tumor diekstirpasi, tulang-tulang akan menjadi normal kembali. Prognosis
bergantung juga pada keadaan fungsi ginjalnya. Terjadinya hiperparatiroid rekuren sesudah 5
tahun operasi, rata-rata hanyalah 15 %.
2. Hiperparatiroid sekunder.
Hiperparatiroid sekunder merupakan suatu keadaan dimana sekresi hormon paratiroid
meningkat lebih banyak dibanding dengan keadaan normal, karena kebutuhan tubuh meningkat
sebagai proses kompensasi. Pada keadaan ini terdapat hiperplasi dan hiperfunsi merata pada
keempat kelenjar paratiroid, terutama dari chief cells. Biasanya penyebab primer adalah
kegagalan ginjal menahun, dan glomerulonefritis atau pyelonefritis menahun.
Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan hiperparatiroid sekunder adalah osteogenesis
imperfekta, penyakit paget multiple mieloma, karsinoma dengan metastase tulang. Gambaran
klinis hiperparatiroid sekunder yang timbul disebabkan oleh penyakit ginjal menahun, kadangkadang dapat membaik setelah dilakukan hemodialisis.
Dalam penatalaksanaan hiperparatiroid sekunder hal yang utama adalah manajemen medis.
Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau meminimalisir hiperparatiroid
sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga penting. Pasien yang
mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid.
Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah
hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroid sekunder.Pasien yang mengalami dialysisdependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium,
dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien
dialysis relatif rentan terhadap hormon paratiroid. Pasien yang mengalami nyilu tulang atau
patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada
terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroid juga mengindikasikan untuk menjalani operasi.
Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian
kadar kalsium dan level fosfor dan terbukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar
paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.
3.
Hiperparatiroid tersier
Istilah hiperparatiroid tersier digunakan untuk menunjukkan perkembangan lanjut tipe
sekunder, dimana terjadi autonomi kelenjar paratiroid. Seperti hiperparatiroid primer, maka
bentuk tersier memerlukan tindakan pembedahan ekstirpasi adenoma, kecuali bila kegagalan
ginjal sudah terlalu berat, maka dilakukan hemodialisis terlebih dahulu kemudian disusul
ekstirpasi adenoma. Pemberian vitamin D kadang-kadang masih diperlukan untuk mencegah
terjadinya hipokalsemia.
Pengobatan penyakit hiperparatiroid tersier adalah dengan cara pengangkatan total kelenjar
paratiroid disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid
2.3 Etiologi
2.3.1 Etiologi Hipoparatiroid
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun
etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).
2. Hipomagnesemia.
3. Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
4. Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme
2.3.2 Etiologi Hipertiroid
Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyaknya hiperfungsi kelenjar paratiroid
adalah adenoma soliter (penyakit von Recklinghausen). Secara umum bahwa kelainan kelenjar
yang biasanya tunggal ditemukan 80 %. Kelainan pada kelenjar biasanya neoplasma yang
benigna atau adenoma sedangkan paratiroid karsinoma sangat jarang. Beberapa ahli bedah dan
ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis
adenoma yang ganda. Pada 15 % pasien semua kelenjar hiperfungsi, contohnya chief cell
parathyroid hyperplasia, biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan
endokrin lainnya, yaitu Multiple Endocrine Neoplasia (MEN). Hiperparatiroidisme yang
herediter dapat terjadi tanpa kelainan endokrin lainnya tetapi biasanya bagian dari Multiple
Endocrine Neoplasia syndrome. MEN 1 (Wermers syndrome) terdiri dari hiperparatiroidisme
dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga berhubungan dengan hipersekresi gaster dan ulkus
peptikum (Zollinger-Ellison syndrome).
2.4
Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 12,5 mgr%).Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk
mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah
untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak
jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini
disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh
pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat.
Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak
adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid
atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar
PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon,
maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk:
1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan
PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik,
2)
pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon
terganggu.
2.5 WOC
2.6
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %)
adalah tetani atau tetanic aequivalent.
Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam
keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga
sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam
keadaan ekstensi.
Dalam titanic aequivalent:
Erbs sign:Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot
(normal pada 6 milli-ampere)
2.
Chvosteks sign:Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari
foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka.
3. Trousseaus sign:Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik)
maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal
4.
Peroneal sign:Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi
dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Pada 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena
ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya
psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ectoderm:
Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan
mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidis.
2.7 Pemeriksaan Diagnosa
Foto Rontgen :sering terlihat kalsifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak, kadangkadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah.
Laboratorium :Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali
normal atau rendah
Pemeriksaanpenunjangnya
Pemeriksaan kadar kalsium serum dan
adalah
Pemeriksaan radiologi
2.8 Pentalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan Medis Hipoparatirid
1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 1020 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus.
Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D
100.000 U per oral.
2. Hipoparatiroid menahun
a.
Memaksakan cairan
Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin dengan menggunakan larutan
ga5ram normal, pemberiaqn Lasix, atau Edrecin.
f.
Operasi paratiroidektomi
calcitriol
mungkin
dapat
mencegah
hiperplasia
kelenjar
paratiroid
dan
untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap
hormon paratiroid.Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan
calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk
mengontrol hiperparatiroidisme juga mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika
level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan
level fosfor dan tebukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya
dipertimbangkan
3. Penyembuhan hiperparatiroid tersier
2.9 Komplikasi
2.9.1 komplikasi hipotiroidisme
presipitasi kalsium fosfat dalam pelvis dan ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal
(renal calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
2.10 Pemeriksaan Penunjang.
2.10.1 pemeriksaan penunjang hipotiroidisme
Foto Rontgen :sering terlihat kalsifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak, kadang
kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah.
Laboratorium :Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali
normal atau rendah
Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
3.1 Askep klien dengan hipoparatiroid
3.1 Askep Teoritis pada klien Hipoparatiroidisme
3.1.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan berisi Identitas diri: Nama, Umur, Suku/Bangsa, Status
perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,Tanggal masuk RS, Tanggal pengkaiian,
Catatan kedatangan:kursi roda( ), Ambulans( ), Brankar( ).
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah spasme karpopedal,
dengan tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari
lainnya ekstensi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS )
Penderita hipoparatiroidisme menampakkan gejala utama nya berupa tetanus, hipokalsemia
menyebabkan iritabilitas system neuromuskuluer, pada keadaan tetanus laten terdapat gejala peti
rasa, kesemutan dank ram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah
tangan serta kaki.
onkospasme, spasme laring, spasme korpopedal(fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan
ekstensi sensi korpofalangeal), disfagia, fotofobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya
mencakup ansietas, iritabilitas, depresi bahkan delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi
dapat terjadi.
3. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD )
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan
ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
4. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK )
Riwayat adanya penyakit hipoparatiroidisme Biasanya bisa di turunkan dari ibu yang menderita
penyakit hipoparatiroidisme.
Diangnosa keperawatan
Resiko terhadap
Tujuan
Setelah di
lakukan
efektif
intervensi
keperawatan
Kriteria hasil
Intervensi
Mandiri:
selama
diharapkan
pasien
Bantu dengan/persiapkan p
2.
Resiko
tinggi
terhadap(tetani),cedera
Mandiri:
200/menit),disritmia,distres
paru/GJK).
gerakan tersentak,kebas,par
kejang.
3.
Resiko
terhadap
perubahan
perfusi
jaringan.
Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
perubahan perfusi
jaringan kembali
normal.
-kulit kembali
elastic(Lembab)
-pengisian kapiler
kembali normal
-kemampuan
konsentrasinya normal
-tekanan darah kembali
normal
-kesadarannya
komposmentis
Mandiri:
Awasi tanda vital,kaji pengisian Mem
deraja
kapiler,warna kulit/membran
dan m
mukosa,dasar kuku.
kebut
Tinggikan kepala tempat tidur
Men
sesuai toleransi.
mema
Awasi upaya
kebut
selule
pernapasan;auskultasi bunyi
hipot
napas perhatikan bunyi
Disp
adventisius.
Selidiki keluhan nyeri
GJK
lama/
dada,palpitasi.
jantun
Kaji untuk respons verbal
Iskem
melambat,mudah
jaring
terasang,agitasi,gangguan
infrak
memori,bingung.
Orientasi/orientasikan ulang
pasien sesuai kebutuhan.catat
jadwal aktifitas pasien untuk
dirujuk.Berikan cukup waktu
untuk pasien
berfikir,komunikasi dan
aktivitas.
Catat keluhan rasa
dingin,pertahankan suhu
lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi.
Hindari penggunaan bantalan
penghangat atau botol air
panas.ukur suhu air mandi
dengan thermometer.
Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan
labotorium,mis.Hb/Ht dan
jumlah SDM,GDA
Berikan SDM darah
lengkap/pocked,produk darah
sesuaiindikasi.Awasi ketat untuk
komplikasi transfuse
Berikan oksigen tambahan
sesuai dengan indikasi.
Siapkan intervensi pembedahan
sesuai indikasi.
Dapa
fungs
difesi
Mem
piker
melak
kebut
Vaso
perife
rasa h
kebut
berleb
vasod
Term
dangk
Men
kebut
terhad
Men
oksig
untuk
Mem
ke jar
Tran
dilaku
tulang
terdiri dari hiperparatiroidisme dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga berhubungan dengan
hipersekresi gaster dan ulkus peptikum (Zollinger-Ellison syndrome).
3.2.3 Diagnosa keperawatan
1.
perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia dan hiperfosfatemia
serebral.
Kriteria hasil
Intervensi
Mandiri:
Perbanyak asup
meningkatkan ka
hiperkalsemia
ginjal.
hiperfosfatemia
ml/jam.
Berikan sari bu
bersifat asam. Ke
pembentukkan b
2.
Intoleransi
berhubungan
kelemahan
Evaluasi motiva
. Hindari menja
peningkatan toleransi
aktivitas sehari-har
. Berikan dorong
aktivitas(termasuk aktivitas
dapat ditoleransi
sehari-hari)
. Evaluasi respo
normal
TD: 110/70-
peningkatan TD,
120/80mmHg, RR:1624x/i
ND:60-100x/i
3.
resiko
berhubungan
demineralisasi
yang
fraktur patologi.
Mandiri:
Lindungi klien
fraktur patologis
Hindarkan klie
hati-hati.
Bantu klien me
Atur aktivitas y
Ajarkan cara m
Ajarkan klien c
Anjurkan klien a
Bab IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia. Efek
utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan hormon paratiroid
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid
carsinoma, dan hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya
hiperparatiroidisme. Dikatakan hiperparatiroidisme apabila kelenjar paratiroid memproduksi
hormon paratiroid lebih banyak dari biasanya. Sedangkan hipoparatiroidisme sendiri merupakan
kebalikan dari hiperparatiroidisme.
Adapun klasifikasi dari hiperparatiroid yaitu hiperparatiroid primer, hiperparatiroid
sekunder, dan hiperparatiroid tersier. Perbedaan dari ketiga klasifikasi tersebut yakni pada hasil
laboratoriumnya. Pada hiperparatiroid primer kadar kalsium meningkat/hiperkalsemia dan kadar
PTH juga menigkat, sedangkan hiperparatiroidisme sekunder terlihat adanya hipersekresi
hormon paratiroid sebagai respon terhadap penurunan kadar kalsium yang terionisasi dalam
darah. Keadaan hipokalsemia yang lama akan menyebabkan perubahan pada kelenjar paratiroid
menjadi otonom dan berkembang menjadi keadaan sepertri hiperparatiroidisme primer, dan pada
keadaan ini disebut hiperparatiroidisme tersier.
4.2 Saran
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan para tenaga medis
dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem
metabolisme yang mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid. Karena
penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan penatalaksanaan pengobatan yang cepat
dan tepat pula pada kelainan kelenjar paratiroid.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Faruq. 2009. Penyakit tiroid dan paratiroid. www.farospots.blogspots.com; diakses tanggal 20
April 2009
Doengoes, Marylin, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Suddarth dan Brunner. 2001. Keperawatan Medikal bedah vol.2. EGC: Jakarta