OLEH : KELOMPOK 5
1. DODI KISMORO
2. ELI FAHMIATI
3. IIS SHALIHAT
4. MARLINA
5. PAUL SAKTIAN DJOYO
6. RIKO BIMNY
7. RISKA
8. TAUFIK
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini terutama kepada dosen pengajar mata kuliah Sistem endokrin Ns.Agus
Supriyadi,S.Kep. dan anggota kelompok yang sangat kompak dan saling membantu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan
informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................
1.2. Tujuan..................................................................................................
1.3. Manfaat...............................................................................................
BAB IV PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................................
3.2. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-
hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon
paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri
secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia
paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid. Parathormon yang meningkat
menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus
meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga
manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan Pada area tulang dan ginjal.Prevalensi penyakit
hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam setahun yang dapat
diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat penderita penyakit hipoparatiroid
lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Pada Wanita mempunyai resiko
untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di
Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun keatas
mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria. Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang
diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2
banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena
hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering
hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia
tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan laki-
laki. Insidensnya mencapai 1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan
kemungkinan endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.Kelenjar
paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting
hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang.
Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan
pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam
mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap
penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada klien gangguan fungsi kelenjar paratiroid(Hipo/hipertiroid).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Penanganan pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid dapat teratasi dengan cepat dan
tepat sesuai pengkajian secara lengkap yang dilakukan oleh perawat.
1.2.2 Tujuan Khusus :
Perawat dapat lebih teliti dan lengkap dalam melakukan pengkajian terhadap gejala-gejala
yang mengarah ke gangguan kelenjar paratiroid.
1.3 Manfaat
Secara aplikatif, makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketermapilan
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kelenjar
paratiroid.
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid.
Bab II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Pengertian
2.1.1 Pengertian Hipoparatiroid
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium
menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang
sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak
adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
(www.endocrine.com)
2.1.2 Pengertian Hiperparatiroid
Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi
lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari
keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi
tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon
paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
maka ini kita sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena
kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroid sekunder.
2.2 Klasifikasi
Pembagian kelenjar paratiroid berdasarkan kadar kalsium yang dihasilkan:
1. Hipoparatiroidisme
Terjadinya kekurangan didalam darah atau Hipokalsemia mengakibatkan keadaan yang disebut
telani. Dengan gejala khas kejang dan konvulsi, kususnya pada tangan dan kaki yang disebut
karpopedal spasmus. Gejalaini dapat diringankan dengan pemberian kalsium.
2. Hiperparatiroidisme
Biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distrusi
kalium terganggu, kalsium dikeluarkan lagi dari tulang dan dimasukan kembali keserum darah
akibatnya terjadi penyakit tulangdengan tanda-tanda yang khas beberapa bagian kropos, yang
dikenal sebagai otatis fibrosc stistika parens dan terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya
diedarkan didalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal hiperfungsi
paratiroid terjadi memproduksi lebih banyak hormone paratiroksin dari biasanya.
1. Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang
menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal
hiperkalsemia.
3. Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah
operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid,
biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan
arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu
kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan
kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada
diagnosis hipoparatiroid.
2. Hiperparatiroid sekunder.
Hiperparatiroid sekunder merupakan suatu keadaan dimana sekresi hormon paratiroid
meningkat lebih banyak dibanding dengan keadaan normal, karena kebutuhan tubuh meningkat
sebagai proses kompensasi. Pada keadaan ini terdapat hiperplasi dan hiperfunsi merata pada
keempat kelenjar paratiroid, terutama dari chief cells. Biasanya penyebab primer adalah
kegagalan ginjal menahun, dan glomerulonefritis atau pyelonefritis menahun.
Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan hiperparatiroid sekunder adalah osteogenesis
imperfekta, penyakit paget multiple mieloma, karsinoma dengan metastase tulang. Gambaran
klinis hiperparatiroid sekunder yang timbul disebabkan oleh penyakit ginjal menahun, kadang-
kadang dapat membaik setelah dilakukan hemodialisis.
Dalam penatalaksanaan hiperparatiroid sekunder hal yang utama adalah manajemen medis.
Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau meminimalisir hiperparatiroid
sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga penting. Pasien yang
mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid.
Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah
hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroid sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-
dependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium,
dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien
dialysis relatif rentan terhadap hormon paratiroid. Pasien yang mengalami nyilu tulang atau
patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada
terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroid juga mengindikasikan untuk menjalani operasi.
Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian
kadar kalsium dan level fosfor dan terbukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar
paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.
3. Hiperparatiroid tersier
Istilah hiperparatiroid tersier digunakan untuk menunjukkan perkembangan lanjut tipe
sekunder, dimana terjadi autonomi kelenjar paratiroid. Seperti hiperparatiroid primer, maka
bentuk tersier memerlukan tindakan pembedahan ekstirpasi adenoma, kecuali bila kegagalan
ginjal sudah terlalu berat, maka dilakukan hemodialisis terlebih dahulu kemudian disusul
ekstirpasi adenoma. Pemberian vitamin D kadang-kadang masih diperlukan untuk mencegah
terjadinya hipokalsemia.
Pengobatan penyakit hiperparatiroid tersier adalah dengan cara pengangkatan total kelenjar
paratiroid disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid
2.3 Etiologi
2.3.1 Etiologi Hipoparatiroid
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun
etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi.
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).
2. Hipomagnesemia.
3. Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
4. Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme
2.4 Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 -
12,5 mgr%).Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk
mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah
untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak
jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini
disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh
pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat.
Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak
adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid
atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar
PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon,
maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk:
1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan
PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik,
2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon
terganggu.
2.5 WOC
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %)
adalah tetani atau tetanic aequivalent.
Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam
keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga
sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam
keadaan ekstensi.
Dalam titanic aequivalent:
1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
2. Stridor laryngeal (spasme) yang bisa menyebabkan kematian
3. Parestesia
4. Hipestesia
5. Disfagia dan disartria
6. Kelumpuhan otot-otot
7. Aritmia jantung
Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis:
1. Erbs sign:Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot
(normal pada 6 milli-ampere)
2. Chvosteks sign:Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari
foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka.
3. Trousseaus sign:Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik)
maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal
4. Peroneal sign:Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi
dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Pada 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena
ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya
psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ectoderm:
Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.
Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.
Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan
mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidis.
2.8 Pentalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan Medis Hipoparatirid
1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 10-
20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus.
Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D
100.000 U per oral.
2. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk
meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa. Diet
harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas pemberian
alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi fosfor di usus.
Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila
ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap
kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan untuk menurunkan
kadar kalsium serum.
2.9 Komplikasi
2.9.1 komplikasi hipotiroidisme
Foto Rontgen:
a. Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
b. Cystic-cystic dalam tulang
c. Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
Bantu dengan/persiapkan p
Siapakan pembedahan ulan
2. Resiko tinggi Mandiri:
terhadap(tetani),cedera Pantau tanda vital dan catat
200/menit),disritmia,distres
paru/GJK).
Evaluasi refleks secara perio
gerakan tersentak,kebas,par
kejang.
Pertahankan peghalang tem
posisi yang rendah dan jalan
restrein.
Kolaborasi:
Pantau kadar kalsium darah
Berikan obat sesuai dengan
Agen ikatan-Fostat:
Sedatif
Antikonvulsan.
3. Resiko Setelah dilakukan -kulit kembali Mandiri:
terhadap intervensi elastic(Lembab) Awasi tanda vital,kaji pengisian Mem
perubahan keperawatan -pengisian kapiler kapiler,warna kulit/membran deraja
perfusi selama 3x24 jam kembali normal mukosa,dasar kuku. dan m
jaringan. diharapkan -kemampuan Tinggikan kepala tempat tidur kebut
perubahan perfusi konsentrasinya normal sesuai toleransi. Men
jaringan kembali -tekanan darah kembali mema
normal. normal Awasi upaya kebut
-kesadarannya pernapasan;auskultasi bunyi selule
komposmentis napas perhatikan bunyi hipot
adventisius. Disp
Selidiki keluhan nyeri GJK
dada,palpitasi. lama/
Kaji untuk respons verbal jantun
melambat,mudah Iskem
terasang,agitasi,gangguan jaring
memori,bingung. infrak
Orientasi/orientasikan ulang Dapa
pasien sesuai kebutuhan.catat fungs
jadwal aktifitas pasien untuk difesi
dirujuk.Berikan cukup waktu
untuk pasien Mem
berfikir,komunikasi dan piker
aktivitas. melak
Catat keluhan rasa kebut
dingin,pertahankan suhu
lingkungan dan tubuh hangat
Vaso
sesuai indikasi.
perife
Hindari penggunaan bantalan rasa h
penghangat atau botol air kebut
panas.ukur suhu air mandi berleb
dengan thermometer. vasod
Kolaborasi: Term
Awasi pemeriksaan dangk
labotorium,mis.Hb/Ht dan
jumlah SDM,GDA
Berikan SDM darah Men
lengkap/pocked,produk darah kebut
sesuaiindikasi.Awasi ketat untuk terhad
komplikasi transfuse Men
Berikan oksigen tambahan oksig
sesuai dengan indikasi. untuk
Siapkan intervensi pembedahan
sesuai indikasi. Mem
ke jar
Tran
dilaku
tulang
3.2 askep teoritis pada klien hiperparatiroidisme
3.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan berisi Identitas diri: Nama, Umur, Suku/Bangsa, Status
perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,Tanggal masuk RS, Tanggal pengkaiian,
Catatan kedatangan: kursi roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( ).
4. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4.1 Kesimpulan
Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia. Efek
utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan hormon paratiroid
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid
carsinoma, dan hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya
hiperparatiroidisme. Dikatakan hiperparatiroidisme apabila kelenjar paratiroid memproduksi
hormon paratiroid lebih banyak dari biasanya. Sedangkan hipoparatiroidisme sendiri merupakan
kebalikan dari hiperparatiroidisme.
Adapun klasifikasi dari hiperparatiroid yaitu hiperparatiroid primer, hiperparatiroid
sekunder, dan hiperparatiroid tersier. Perbedaan dari ketiga klasifikasi tersebut yakni pada hasil
laboratoriumnya. Pada hiperparatiroid primer kadar kalsium meningkat/hiperkalsemia dan kadar
PTH juga menigkat, sedangkan hiperparatiroidisme sekunder terlihat adanya hipersekresi
hormon paratiroid sebagai respon terhadap penurunan kadar kalsium yang terionisasi dalam
darah. Keadaan hipokalsemia yang lama akan menyebabkan perubahan pada kelenjar paratiroid
menjadi otonom dan berkembang menjadi keadaan sepertri hiperparatiroidisme primer, dan pada
keadaan ini disebut hiperparatiroidisme tersier.
4.2 Saran
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan para tenaga medis
dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem
metabolisme yang mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid. Karena
penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan penatalaksanaan pengobatan yang cepat
dan tepat pula pada kelainan kelenjar paratiroid.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Faruq. 2009. Penyakit tiroid dan paratiroid. www.farospots.blogspots.com; diakses tanggal 20
April 2009
Doengoes, Marylin, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Suddarth dan Brunner. 2001. Keperawatan Medikal bedah vol.2. EGC: Jakarta