Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma kapitis merupakan kejadian yang sangat sering dijumpai.lebih dan

50%

penderita trauma adalah penderita trauma kapitis,bila multi-trauma (cedera lebih dan 1
bagian tubuh), maka 50% penderita ada masalah trauma kapitis. (Bidang pendidikan dan
pelatihan persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) Provinsi Jawa Timur, 2015 ;83)
Distribusi kasus cedera kepala / cedera otak terutama melibatkan kelompok usia
produktif, yaitu antara 15 44 tahun, dengan usia rata rata sekitar tiga puluh tahun, dan
lebih didominasi oleh kaum laki laki dibandingkan kaum perempuan. Adapun
penyebab yang tersering adalah kecelakaan lalu lintas ( 49 % ) dan kemudian disusul
dengan jatuh (terutama pada kelompok usia anak anak).
Pada kehidupan sehari hari cedera kepala adalah tantangan umum bagi
kalangan medis untuk menghadapinya, di mana tampaknya keberlangsungan proses
patofisiologis yang diungkapkan dengan segala terobosan investigasi diagnosik medis
mutakhir cenderung bukanlah sesuatu yang sederhana. Berbagai istilah lama seperti
kromosio dan kontusio kini sudah ditingalkan dan klasifikasi cedera kepala lebih
mengarah dalam aplikasi penanganan klinis dalam mencapai keberhasilan penanganan
yang maksimal. Cedera pada kepala dapat melibatkan seluruh struktur lapisan, mulai dari
lapisan kulit kepala atau tingkat yang paling ringan, tulang tengkorak , durameter,
vaskuler otak, sampai jaringan otak sendiri. Baik berupa luka tertutup, maupun trauma
tembus. Dengan pemahaman landasan biomekanisme-patofisiologi terperinci dari
masing-masing proses di atas, yang dihadapkan dengan prosedur penanganan cepat dan
akurat, diharapkan dapat menekan morbilitas dan mortalitasnya.
Jenis beban mekanik yang menimpa kepala sangat bervariasi dan rumit. Pada
garis besarnya dikelompokkan atas dua tipe yaitu beban statik dan beban dinamik. Beban
1

statik timbul perlahan lahan yang dalam hal ini tenaga tekanan diterapkan pada kepala
secara bertahap, hal ini bisa terjadi bila kepala mengalami gencetan atau efek tekanan
yang lambat dan berlangsung dalam periode waktu yang lebih dari 200 mili detik. Dapat
mengakibatkan terjadinya keretakan tulang, fraktur multiple, atau kominutiva tengkorak
atau dasar tulang tengkorak. Biasanya koma atau defisit neurologik yang khas belum
muncul, kecuali bila deformasi tengkorak hebat sekali sehingga menimbulkan kompresi
dan distorsi jaringan otak, serta selanjutnya mengalami kerusakan yang fatal. Mekanisme
ruda paksa yang lebih umum adalah akibat beban dinamik, dimana peristiwa ini
berlangsung dalam waktu yang lebih singkat ( kurang dari 200 mili detik). Beban ini
dibagi menjadi beban guncangan dan beban benturan. Komplikasi kejadian ini dapat
berupa hematoma intrakranial, yang dapat menjadikan penderita cedera kepala derajat
ringan dalam waktu yang singkat masuk dalam suatu keadan yang gawat dan
mengancam jiwanya.
Disatu pihak memang hanya sebagian saja kasus cedera kepala yang datang
kerumah sakit berlanjut menjadi hematom, tetapi dilain pihak frekuensi hematom ini
terdapat pada 75 % kasus yang datang sadar dan keluar meninggal .
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Setelah membahas tentang Asuhan Keperawatan Cedera Kepala Berat
mahasiswa mampu memahami secara kognitif, motorik dan afektif serta dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang tepat dan komprehensif sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan klien dan memperpendek masa perawatan klien
di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang Asuhan Keperawatan Cedera Kepala Berat mahasiswa
mampu :
a. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi kepala
b. Mahasiswa mampu memahami tentang definisi CKB
c. Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi CKB
d. Mahasiswa mampu memahami tentang manifestasi klinik CKB
2

e. Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologi dari CKB


f. Mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan CKB
g. Mahasiswa mampu memahami tentang komplikasi CKB
h. Mahasiswa mampu memahani tentang asuhan keperawatan dari CKB

Anda mungkin juga menyukai