Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

I.

Anatomi Dan Fisiologi Kepala


A. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis, loose conective tissue atau
jaringan penunjang longgar dan pericranium.
Vaskularisasi kepala sangat baik sehingga bila luka kecil saja sudah akan banyak
mengeluarkan darah. Bila luka dalam, maka kontraksi otot akan menyebabkan luka
tampak menganga, tetapi pembuluh darah juga kontraksi sehingga perdarahan berkurang.
(Bidang pendidikan dan pelatihan persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) Provinsi
Jawa Timur, 2015 ;83)
B. Tulang Kepala (Kranium)
Tengkorak di bentuk oleh beberapa tulang picak yang bentuknya melengkug, satu
sama lain berhububgan sangat erat sekali, terdiri atas dua bagian yaitu tengkorak otak
dan tengkorak wajah (Syaifuddin, 2006).
1. Tengkorak Otak
Tengkorak otak terdiri dari tulang yang di hubungkan satu sama lain oleh
tulang yang bergerigi yang disebut sutura, banyaknya delapan buah dan terdiri dari
tiga bagian yaitu,
a. Kubah tengkorak, yang terdiri dari tulang-tulang :
1) Os frontal: Tulang dahi terletak dibagian depan kepala.
2) Os padetal: Tulang ubun-ubun terletak di tengah kepala.
3) Os oksipital: Tulang kepala belakang terletak di belakang kepala pada os
oksipital, terdapat sebuah lubang cocok sekali dengan lubang yang terdapat
dalam ruas tulang belakang yang disebut foramen magnum.
b. Dasar tengkorak (basis kranium), yang terdiri dari tulang-tulang:
1) Os sfenoidal (tulang baji) tulang ini terdapat di tengah dasar tengkorak,
bentuknya seperti kupu-kupu yang mempunyai tiga pasang sayap. Di bagian
depan terdapat sebuah rongga yang disebut kavum sfenoidalis yang
berhubungan dengan rongga hidung. Di bagian atasnya agak meninggi dan

berbentuk seperti pelana yang disebut sela tursika yaitu tempat letaknya
kelenjar buntu (hipofise)
2) Os etmoidal (tulang tapis) terletak disebelah depan dari os sfenoidal, di
antara lekuk mata, terdiri dari tulang tipis yang tegak dan mendatar. Bagian
yang mendatar mempunyai lubang-lubang kecil (lempeng tapis) yaitu tempat
lalunya saraf pencium ke hidung sedangkan bagian yang tegak disebelah
depannya membentuk sekat rongga hidung. Di samping dua tulang di atas
dasar tengkorak ini juga dibentuk oleh bagian tulang-tulang lain di antaranya
tulang-tulang kepala belakang, tulang dahi dan tulang pelipis. Adapun bentuk
dari dasar tengkorak ini tidak rata tetapi mempunyai lekukan yang terdiri dari
lekukan depan, tengah dan belakang.
c. Samping tengkorak dibentuk oleh tulang pelipis (os temporal) dan sebagian dari
tulang dahi, tulang ubun-ubun dan tulang baji. Tulang pelipis terdapat dibagian
kiri dan kanan samping kepala dan terbagi atas tiga bagian yaitu:
1) Bagian tulang karang (skuamosa), yang membentuk rongga-rongga yaitu
rongga telinga tengah dan rongga telinga dalam.
2) Bagian tulang keras (os petrosum) yang menjorok kebagian tulang pipi dan
mempunyai taju yang disebut prosesus stiloid
3) Bagian mastoid, terdiri dari tulang yang mempunyai lubang-lubang halus
berisi udara dan mempunyai taju,bentuknya seperti puting susu yang disebut
prosesus mastoid.
Patah tulang kalvaria (atap tengkorak) dapat berbentuk garis (linear) yang bisa
non impressi (tidak masuk/menekan ke dalam) atau impressi (masuk ke dalam) bila
patah terbuka (ada hubungan dengan dunia luar), maka diperlukan operasi segera.
Pada fraktur

basis kranium, mungkin keluar darah dari hidung atau dan telinga;

Dalam keadaan ini harus berhati-hati memasang Naso-Gastric tube (NGT


maagslang), karena dapat masuk ke rongga tengkorak.
Yang juga harus diwaspadai pada fraktur basis adalah perdarahan yang hebat. Bila
penderita tidak sadar, maka perdarahan mungkin mengganggu jalan nafas. (Bidang
5

pendidikan dan pelatihan persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) Provinsi


Jawa Timur, 2015 ;83)
2. Tengkorak wajah
Bagian ini pada manusia bentuknya lebih daripada tengkorak otak, di
dalamnya terdapat rongga-rongga yang membentuk rongga mulut (kavum oris),
rongga hidung (kavum nasi) dan rongga mata (kavum orbita).
Dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
a. Bagian hidung
1) Os lakrimal: tulang mata, terletak disebelah kiri/kanan pangkal hidung di
sudut mata
2) Os nasal: tulang hidung yang membentuk batang hidung sebelah atas
3) Os konka nasal: tulang karang hidung letaknya di dalam rongga hidung
bentuknya berlipt-lipat
4) Septum nasi: sekat rongga hidung adalah sambungan tulang tapis yang tegak
b. Bagian rahang
1) Os maksilaris (tulang rahang atas), terdiri dari tulang bagian kiri dan kanan
menjadi satu di dalamnya terdapat lubang-lubang bessr yang berisi udara
yang disebut sinus maksilaris (antrum higmori) yang berhubungan dengan
rongga hidung.
2) Di bawah os maksilaris terdadpat suatu taju tempat melekatnya urat gigi yang
disebut prosesus alveoraklis.
3) Os zigomatikum, tulang pipi, terdiri dari dua tulang kiri/kanan
4) Os palatum, tulang langit-langit, terdiri dari dua buah tulang kiri/kanan,
dibagian tulang muka ini yang sangat keras disbut palatum mole.
5) Os mandibularis, tulang rahang bawah.Dua buah kiri//kanan dan menjadi
satu di pertengahan dagu, bentuknya seperti logam kuda, bagian muka
membentuk taju yang disebut proseus korakoid yaitu tempat melekatnya
otot-otot kunyah dan kondilus yang membentuk persendian tulang pipi. pada
tulang rahang atas dan tulang rahang bawah banyak mempunyai lubanglubang yaitu tempat saraf dan pembuluh darah.
6) Os hioid tulang lidah letaknya agak terpisah dari tulang-tulang wajah yang
lain yaitu terdapat di pangkal leher diantara otot-otot leher
C. Isi Tengkorak
1. Lapisan pelindung otak
6

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan selaput yang keras,
terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka
terdapat suatu ruang potensial (ruang subdural) yang terletak antara dura mater
dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,
pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus
sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami
robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi
dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam
dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat
menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan
epidural.Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningeal media
yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
b. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput
arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar
yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial,
disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang
terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya
disebabkan akibat cedera kepala.
c. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adalah
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan
7

masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak
dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam
substansi otak juga diliputi oleh pia mater
Perdarahan dalam rongga tengkorak, mungkin dapat berupa perdarahan
epidural (antara dura mater dengan tengkorak) atau subdural (dibawah dura mater).
Perdarahan juga dapat terjadi di dalam jaringan otak sendiri (intra-serebral). Rogga
tengkorak tidak besar,dan tertutup oleh tengkorak yang keras. Perdarahan yang
terjadi di dalam rongga tengkorak sebanyak 100 cc mungkin sudah dapat
menimbulkan kematian, dengan demikian apabila mendapatkan syok, maka syok
tersebut biasanya berasal dai tempat lain (rongga toraks, abdomen, tulang pelvis atau
tulang panjang)
2. Otak
Merupakan Alat tubuh yang sangat vital karena berfungsi sebagai pusat
pengatur seluruh tubuh yang terdiri dari 3 bagian besar : Otak besar (cerebrum),
Batang Otak (Truncus Serebri), dan Otak kecil (cerebellum)
a. Serebrum (otak besar)
Serebrum (cerebrum) adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari
atas dua hemisfer serebri (hemisphere cerebri) dan dihubungan oleh massa
subtansia alba yang di sebut korpus kolosum (corpus calosum) dan empat lobus
yaitu, lobus frontal (terletak di depan sulcus pusat sentralis), lobus pariental
terletak di belakang sulcus pusat dan di atas sulcus lateral, lobus oksipital terletak
dibawah sulcus parieto-oksipital dan lobus temporal terletak di bawah sulcus
lateral. Hemisfer di pisahkan oleh suatu celah dalam yaitu fisura longitudinalis
serebri, di mana ke dalamnya terjulur flax cerebri.
Lapisan permukaan hemisfer di sebut korteks (kortex) disusun oleh
subtansia grisca. Subtansia grisca terdapat pada bagian luar dinding serebrum
bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi subtansia grisca yang terbentuk dari
badan-badan sel saraf memenuhi korteks serebri, nukleus, dan basal ganglia.

Subtansia alba terdiri atas sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak
yang lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telensefalon-telencephalon) berisi
jaringan sistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik
tertinggi, yaitu fungsi idividu dan intelegensi.
1) Lobus Frontal
Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang mencakup bagian dari korteks
serebrum bagian depan, yaitu dari sulcus sentralis (suatu fisura atau jalur)
dan di dasar sulcus lateralis. Area Broca terletak di lobus frontalis dan
mengontrol ekspresi bicara. Area asosiasi di lobus frontalis menerima
informasi dari seluruh otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut
menjadi pikiran, rencana, dan perilaku. Area ini mengontrol perilaku
individu, membuat keputusan, kepribadian, dan menahan diri.
2) Lobus Parietal- lobus sensori
Lobus parientalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulcus
sentralis, di atas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parietooksipitalis. Area ini menginterprestasikan sensasi. Sensasi yang tidak
berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakan pada daerah ini
menyebabkan sindrom hemineglect .
3) Lobus Temporal
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke
bawah dari fisura lateralis dan ke sebelah postarior dari fisura parietooksipitalis. Berfungsi mengintegrasikan sensasi pengecap, penghidu,
pendengaran,dan sebagai tempat penyimpanan memori.
4) Lobus oksipital
Terletak di sebelah posterior dari lobus parientalis dan di atas fisura parietooksipitalis yang memisahkannya dari serebelum. Lobus ini adalah pusat
asosiasi visual utama. Bagian ini bertanggung jawab menginterpretasikan
penglihatan, yaitu menerima informasi yang berasal dari retina mata.
5) Korpus kalosum
9

Korpus kalosum adalah kumpulan serat-serat saraf tepi. Korpus kalosum


menghubungkan kedua hemisfer otak dan bertanggung jawab dalam
transmisi informasi dari salah satu sisi otak ke bagian lain. Beberapa orang
yang dominan menggunakan tangan kiri mempunyai bagian serebri kiri
dengan kemampuan lebih pada bicara, bahasa, aritmatika dan fungsi analisis.
Daerah hemisfer yang tidak dominan bertanggung jawab dalam kemampuan
geometrik, penglihatan serta membuat pola dan fungsi musikal. Basal ganglia
terdiri atas sejumlah nukleus dan terletak di bagian terdalam hemisfer serebri,
bertanggung jawab mengontrol gerakan halus tubuh, kedua tangan dan
ektremitas bagian bawah.
b. Cerebellum (otak kecil)
Otak kecil (cerebellum) terletak di bagian belakang kepala. Otak kecil ini
menggantung di belakang pons. Cerebellum berfungsi untuk mengatur koordinasi
gerakan. Seseorang yang mengalami gangguan fungsi cerebellum akan
mengalami kesulitan untuk menggerakkan tangannya sendiri dari posisi lurus
kedepan untuk menyentuh hidungnya. Yang bersangkutan juga tidak dapat
melakukan gerakan berulang seperti menyisir rambut, ototnya terasa lemah dan
tangan gemetar (tremor). Permukaan otak kecil juga berlekuk-lekuk, tetapi
dengan pola yang berbeda dari pada otak besar. Jika pada cerebrum lekukan itu
dinamakan gyri & sulci, pada cerebellum lipatannya dinamakan folia.
Keberadaan lipatan ini juga memperluas permukaan lapisan kulit cerebellum
yang banyak mengandung sel saraf.
Serebelum terletak melingkupi system sensorik dan motorik utama
dibatang otak. Serebelum dihubungkan dengan batang otak kedua sisinya oleh
pedunkulus superior (prakilum konjungtivum), pedumkulus medialis (rakium
kontis) dan pendunkulus inverior (kurkusrestiformis). Vermis (bagian tengah otak
kecil) yang terletak dimedial, dan hermisfer serebelum yang terletak dilateral
10

berlipat-lipat dan memiliki fisura yang lebih luas dari pada korteks selebri ; berat
sebelumya 10% dari berat korteks selebri tetapi luas permukaanya sekitar 75%
dari korteks selebri. Cerebellum terdiri dari lapisan substantia grisea di bagian
luar yang di sebut cortex dan lapisan substantia alba di bagian dalam. Setiap
hemispherium terdapat tiga masa substantia grisea yang membentuk nuclei intra
Otak Tengah (Mesensephalon)
c. Truncus Serebri (Batang Otak)
Batang otak dibentuk oleh medulla oblongata, pons, dan mesencephalon serta
menempati Fossa crania posterior di dalam tengkorak. Bentuknya seperti batang
dan menghubungkan medulla spinalis yang sempit dengan prosencephalon yang
luas.
Batang otak mempunyai tiga fungsi utama :
1) Berfungsi sebagai penyalur tractus asendens dan desendens

yang

menghubungkan medulla spinalis dengan berbagai pusat yang lebih tinggi di


prosencephalon .
2) Mengandung pusat-pusat refleks penting yang mengatur control system
respirasi dan kardiovaskular juga berhubungan dengan kendali tingkat
kesadaran.
3) Mengandung nuclei penting saraf cranial III sampai XII.
Batang otak terdiri dari :
a) Diensephalon
Diensephalon hampir seluruhnya tersembunyi

di

bawah

permukaan otak. Terdiri atas thalamus dorsal dan hypothalamus di ventral.


Thalamus adalah massa substantia grisea yang besar, terletak dikiri-kanan
ventriculus tertius. Merupakan stasiun perantara besar untuk jaras sensoris
aferen yang menuju cortex cerebri.
Hypothalamus membentuk bagian bawah dinding lateral dan dasar
ventriculus tertius. Struktur berikut ini terdapat pada dasar ventriculus
tertius, dari depan ke belakang yaitu Chiasma opticum, tuber cinereum,
dan infundibulum, corpora mammilaria, dan substantia perforate posterior.
Fungsi hypothalamus :
11

Memproduksi antidiuretic hormone (ADH) dan oksitosin, hormone


ini akan disimpan dikelenjar hipofisis posterior. ADH memungkinkan
ginjal mereabsorpsi air kembali ke darah sehingga mempertahankan
volume darah. Oksitosin menyebabkan persalinan dan pelahiran.
Menghasilkan releasing hormones (juga disebut releasing factors)
yang merangsang sekresi hormone oleh kelenjar hipofisis anterior.
Hipotalamus menghasilkan growth hormone releasing hormone
(GHRH), yang merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
menyekresi growth hormone (GH).
Mengatur suhu tubuh dengan memicu respons, seperti berkeringat
pada suhu hangat atau menggigil dalam lingkungan dingin.
Mengatur asupan makanan: hipotalamus di percaya merespons
perubahan kadar nutrien darah atau bahan kimia yang disekresi sel
lemak. Ketika kadar nutrisi darah rendah, kita merasa lapar, lalu
makan. Ini akan menaikkan kadar nutrien darah dan menimbulkan
rasa penuh atau kenyang, dan kita berhenti makan.
Mengintegrasi fungsi system saraf otonom, yang pada gilirannya
mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah, dan usus.
Merangsang respon organ visceral selama berada dalam kondisi
emosional. Ketika kita marah, frekuensi jantung biasanya meningkat.
ketika malu, sering kali wajah memerah. Ini merupakan vasodilatasi
kulit wajah. Respon ini di sebabkan oleh system saraf otonom ketika
hipotalamus mempersepsikan perubahan status emosional. Dasar
neurologis emosi kita tidaklah dimengerti dengan baik, dan respons
viseral emosi merupakan sesuatu yang tidak dapat dikontrol oleh
sebagian besar dari kita.
Mengatur ritme tubuh, seperti sekresi hormon, siklus tidur, perubahan
mood atau kesiagaan mental. Hal ini biasanya disebut jam biologis
12

kita, ritme seperti irama sirkadian, yang berarti seharian. Jika anda
pernah terjaga selama 24 jam. Anda akan mengetahui betapa hal ini
membuat kita disorientasi, sampai jam biologis hipotalamus diatur
kembali.
b) Otak Tengah (Mesensephalon)
Otak tengah adalah bagian sempit otak yang berjalan melewati
incisura

tentori

dan

menghubungkan

otak

depan

dengan

otak

belakang.Otak tengah terdiri atas dua belahan lateral yang disebut


pedunculus cerebri: masing-masing dibagi menjadi pars anterior atau crus
cerebri, dan pars posterior atau tegmentum, oleh sabuk substantia grisea
berpigmen, yaitu substantia nigra. Rongga sempit otak tengah adalah
aqueductus cerebri, yang menghubungkan ventriculus tertius dan quartus.
Tectum adalah bagian otak tengah posterior terhadap aqueductus cerebri :
memiliki empat tonjolan kecil, yaitu dua colliculus superior dan dua
colliculus inferior. Colliculus ini terletak dianatara cerebellum dan
hemisphere cerebri.
Corpus pinealis adalah struktur kelenjar kecil yang terletak di
antara colliculus superior. Melekat melalui suatu tangkai pada dinding
posterior ventriculus tertius. Lekuk kecil pada ventriculus, disebut
recessus pinealis, meluas ke dalam basis tangkai. Corpus pinealis ini
seringkali mengalami perkapuran pada usia pertengahan , dengan
demikian dapat terlihat pada radiografi.
fungsi Mesensephalon:
menjaga kepala tetap tegak dan mempertahankan keseimbangan atau
ekuilibrium karena otak tengah juga terlibat dengan apa yang dinamakan
refleks tegak.
c) Pons Varoli

13

Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum, dibawah otak


tengah dan di atas medulla oblongata. Terutama terdiri atas serabutserabut saraf, yang menghubungkan kedua belahan cerebellum. Juga
mengandung serabut asendens dan desendens yang menghubungkan otak
depan, otak tengah dan medulla spinalis. Beberapa sel saraf di dalam
pons, berfungsi sebagai stasiun perantara,sementara yang lain membentuk
nucleus saraf kranialis.
d) Medula Oblongata
Medula oblongata berbentuk kerucut, mengbungkus pons dengan
medulla spinalis. Fissura mediana ventralis terdapat pada permukaan
anterior medulla,dan pada tiap sisinya terdapat pembesaran, yang disebut
pyramis. Pyramis ini terdiri atas berkas-berkas serabut saraf yang berasal
dari sel-sel saraf besar dalam gyrus precentralis cortex cerebri. Pyramis ini
mengecil ke bawah, dan disinilah sebagian besar serabut desendens
menyeberang ke kontra lateral, membentuk decussatio pyramidum.
fungsi medulla oblongata:
Berkaitan dengan apa yang kita piker vital (seperti pada tandatanda vital).Medula berisi pusat jantung yang mengatur frekuensi
jantung, pusat vasomotor yang mengatur diameter pembuluh darah dan
juga tekanan darah, serta pusat pernapasan yang mengatur pernapasan.
Anda dapat melihat mengapa sebuah cedera yang meretakan tulang
oksipital dapat cepat berakibat fatal-kita tidak dapat bertahan hidup tanpa
medula. Di medula juga terdapat pusat refleks untuk batuk, bersin,
menelan, dan muntah.
e) Sumsum Tulang Belakang

14

Medula Spinalis merupakan jaringan saraf yyang terbungkus


dalam kolumna vertebrata yang memanjang dari medulla batang otak
sampai ke area vertebrata lumbal pertama disebut medulla spinalis.
Fungsi Medula Spinalis:
Medula spinalis mengendalikan berbagai aktifitas reflexs dalam
tubuh. Contoh: seseorang yang kena jarum dengan spontan/reflex
menarik tangan.
Bagian ini menstransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus
asenden dan desenden.Contoh: kemudian setelah menarik tangan tadi,
di laporkan ke otak untuk mengambil benda tersebut. Yang bertugas
di situ adalah traktus asenden dan desenden.
Struktur Umum Medula Spinalis
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak
pipih.walaupun diameter medulla spinalis bervariasi, diameter
struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking, panjang ratarata 42cm(17 inci).Tebal 2cm (0,8 inci).Berhenti tumbuh pada

usia sekitar 4-5 tahun.


Dua pembesaran, pembesaran lumba dan servika, menandai sisi

keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai.


31 pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui

foramina intervetebral. (ini nanti akan di jelaskan duta 2)


Korda berakhir ditengah bawah vertebra lumbal pertama atau
kedua saraf spinal bagian bawah yang keluar sebelum ujung
korda mengarah kebawah disebut korda ekulnamuncul dari
kolumna spinalis pada foramina intervetebral lumbal dan sacral
yang tepat. Konus medularis (Terminalis) adalah ujung kaudal
korda. Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pla mater
yang melekat pada konus medularis sampai kolumna vertebra.
15

Meringues (dura, mater, araknoid, dan pia meter) yang ,elapisi

otak, juga melapisi korda.


Fisura median anterior (ventral) dalam dan fisura posterior
(dorsal) yang lebih dangkal menjalar di sepanjang korda dan

membaginya menjadi bagian kanan dan kiri.


d. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna
dengan berat jenis 1,007, diproduksi di dalam ventrikel dan bersikulasi di sekitar
otak dan medulla spinalis melalui sistem ventricular.Cairan serebrospinalis
berfungsi sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medula spinalis, juga
berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak
sarta medula spenalis.
Pada ventrikel, terdapat empat bagian. Ventrikel lateral kanan, kiri,
ventrikel ketiga dan keempat. Kedua ventrikal lateral keluar ke ventrikel ketiga
pada foramen antara ventricular dan foamen Montro. Ventrikel ketiga dan
keempat berhubungan melalui saluran Sylvius. Ventrikel keemapt menyuplai
cairan Serehrospinal ke ruang subarachnoid dan turun ke medulla spinalis pada
permukaan daerah dorsal.
CSS diperoduksi di dalam plekses koroid pada ventrikel lateral ketiga dan
keempat. Secara organic dan nonorganic, kandungan CSS sama dengan plasma,
tetapi mempunyai perbedaan konsentrasi. CSS mengandung protein, glukosa dan
klorida; juga mengandung immunoglobulin. Secara normal, CSS mempunyai
sedikit sel-sel darah putih dan tidak mengandung sel darah merah. CSS kembali
ke otak dan kemudian disirkulasi mengitari otak, di mana diabsorbsi melalui villi
arknoid.
Otak terdapat didalam liquor cerebro-spinalis. Apabila terdapat hubungan
langsung antara otak dengan dunia luar (fraktur kranium terbuka, fraktur basis
dengan cairan otak keluar hidung atau telinga),maka ini merupakan keadaan yang
16

berbahaya karena akan dapat menimbulkan peradangan pada otak. Otak dapat
mengalami pembengkakan (edema), baik karena trauma langsung (prime) ataupun
setelah trauma (skunder). Pembengkakan otak ini dikenal sebagai edema serebri,dan
karena tengkorak merupakan ruangan yang tertutup rapat, maka edema ini akan
menimbulkan peninggian

tekanan dlam rongga tengkorak (peninggian tekanan

intra-kranial)
II.

CEDERA KEPALA BERAT


A. Pengertian
Cedera kepala berat adalah cedera dengan skala koma glasgow 3 8 atau dalam
keadaan koma (Mansjoer, A,dkk, 2001 : 3).
Cedera kepala berat adalah cedera kepala dimana otak mengalami memar dengan
kemungkinan adanya daerah hemoragi , pasien berada pada periode tidak sadarkan diri
(Smeltzer, S.C & Bare, B.C, 2002 : 2212).
Cedera kepala berat atau memar otak terjadi perdarahan di dalam jaringan otak
tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami
kerusakan atau terputus (Harsono, 2000 : 311).
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa cedera kepala berat
adalah cedera dengan skala koma glasgow 3 8, dimana otak mengalami memar dengan
kemungkinan adanya perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan meskipun
neuron-neuran terputus.
B. Penyebab
Penyebab cedera kepala antara lain adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian,
jatuh dan cedera olah raga, peluru atau pisau pada cedera kepala terbuka ( Corwin, J.E,
2001 : 175 ).
a. Akselerasi
Terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang sedang diam
b. Deselerasi
Terjadi jika membentur objek yang sedang tidak bergerak
C. Gambaran Klinik
Gejala dan tanda klinis yang dapat timbul akibat trauma kepala adalah sebagai
berikut:
17

1. Kehilangan kesadaran dan/ atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam dan skala koma
glasgow 3 - 8 ( Hudak & Gallo, 1997: 226 ).
2. Peningkatan tekanan intrakranial, tanda klinisnya:
a. Denyut nadi meningkat
b. Penurunan tekanan darah
c. Kedalaman pernafasan berkurang dan lambat
d. Penurunan skor skala koma Glasgow
e. Dilatasi pupil, hilangnya reflek pupil atau pupil yang asimetris
3. Fraktur kranium, tanda klinisnya:
a. Hematoma periobita (mata panda)
b. Memar disekitar area mastoideus (tanda Battle)
c. Keluarnya cairan serebrospinal dari hidung, telinga, dan laserasi di sekitar
fraktur
4. Pembengkakan kulit kepala yang terlihat menonjol
5. Perdarahan subkonjungtiva tanpa batas posterior
6. Disfungsi sensori
7. Kejang otot
8. Sakit kepala
9. Kejang
10. Muntah
11. Syok hipovolemik menunjukkan kemungkinan cedera multisistem (Brito, 1996)
D. Perdarahan Yang Sering Ditemukan
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang. Pelindung lain yang
melapisi otak adalah meningen yang terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, araknoid, dan
piameter. Sedangkan sifat anatomis yang paling penting dalam mempengaruhi akibat
trauma pada otak ialah tulang tengkorak. Meskipun tengkorak menjadi pelindung
terhadap trauma yang lebih berat ia dapat berubah menjadi senjata terhadap otak.
Perdarahan yang mengenai otak dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Hematoma epidural
Timbul setelah ruptura dari salah satu dari arteri meningea media yang ada diantara
durameter dan tulang tengkorak. Dalam hal ruptura, biasanya ada fraktur tulang
tengkorak dan bersifat perdarahan arteri maka hematoma epidural dengan cepat
berkumpul dan menyebabkan tekanan intrakranial yang progresif dan terjadi
beberapa menit sampai beberapa jam sesudah trauma.
Gejala-gejala yang terjadi :
Penurunan tingkat kesadaran
Nyeri kepala
18

Muntah
Hemiparesis
Dilatasi pupil ipsilateral
Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler
Penurunan nadi
Peningkatan suhu
b. Hematoma Subdural
Berbeda dengan hematoma epidural yang berasal dari pedarahan arteri, kebanyakan
pedarahan subdural terjadi sesudah rupture dari beberapa vena jembatan yang
menghubungkan sistem vena dari otak dengan sinus venosus yang tertutup di dalam
durameter. Berpindahnya posisi otak yang terjadi pada trauma dapat merobek
beberapa vena halus pada tempat dimana mereka menembus durameter, dengan
akibat terjadi perdarahan di dalam ruang subdural.
c. Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya
pembuluh darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya :
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Komplikasi pernapasan
Hemiplegia kontra lateral
Dilatasi pupil
Perubahan tanda-tanda vital
d. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Hemiparese

19

Dilatasi pupil ipsilateral


Kaku kuduk
Variasi yang abnormal pada volume intrakranial dengan diikuti perubahan
tekanan intrakranial dapat disebabkan oleh perubahan volume dari salah satu unsur
diatas. Meningkatnya takanan dalam rongga kepala dikompensasi oleh sistem vena
dan cairan serebrospinal. Apabila tekanan terus meningkat, aliran darah otak akan
turun dan terjadi perfusi yang tidak adekuat. Ini akan menyebabkan meningkatnya
pCO2, turunnya pO2 dan pH. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya
vasodilatasi dan edema serebral, yang pada gilirannya makin meningkatkan tekanan
intrakranial dan kompresi jaringan saraf, sehingga otak akan mengalami penurunan
O2 dan glukosa, sehingga metabolisme otak terganggu ( Pahria, T, 1996 : 26-50 ).
E. Klasifikasi Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran atau responsivitas dikaji secara teratur karena perubahan pada
tingkat kesadaran mendahului semua perubahan tanda vital dan neurologik lain.
a. Kompos metis (GCS 14-15)
Suatu keadaan sadar penuh atau kesadaran yang normal
b. Somnolen (GCS 13-11)
Suatu keadaan mengantuk dan kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.
Somnolen disebut juga letargi atau obtundasi. Somnolen ditandai dengan mudahnya
klien dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
c. Sopor atau Stupor (GCS 8-10)
Suatu keadan dengan rasa ngantuk yang dalam. Klien masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, singkat dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan
rangsang nyeri klien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah
tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari klien. Gerak
motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.
d. Koma ringan atau semi koma (GCS 5-7)
Pada keadaan ini, tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Reflek (kornea, pupil
dan sebagainya) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon terhadap

20

rangsang nyeri. Reaksi terhadap rangsang nyeri tidak terorganisasi, merupakan


jawaban primitif. Klien sama sekali tidak dapat dibangunkan.
e. Koma (dalam atau komplit) (GCS 3-4)
Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri
yang bagaimanapun kuatnya. (Lumbatobing, 1998).
Glasgow Coma Scale, yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat
kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada tiga aspek yang dinilai,
yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi
gerakan lengan serta tungkai (motor respons).
Glasgow Coma Scale (GCS) :
Respon

Nilai

M Membuka mata
Spontan

Terhadap bicara (Suruh pasien membuka mata)

Dengan rangsang nyeri (Tekan pada saraf supraorbita atau kuku)

Tidak ada reaksi (Dengan rangsang nyeri pasien tidak membuka mata)
Respon verbal (bicara)

Baik dan tidak ada disorientasi (Dapat menjawab dengan kalimat yang baik dan 5
tahu dimana ia berada)
Kacau (confused)
(Dapat bicara dengan kalimat, namun ada disorientasi waktu dan tempat)

Tidak tepat (Dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat dan
tidak tepat)

Mengerang (Tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang)

Tidak ada jawaban

21

Respon motorik (gerakan)


Menurut perintah (Misalnya : suruh pasien angkat tangan)

Mengetahui lokasi nyeri (Berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan


jari pada supraorbita. Bila oleh rasa nyeri pasien mengangkat tangannya sampai
melewati dagu untuk maksud menapis rangsang tersebut berarti ia dapat
mengetahui lokasi nyeri)

Reaksi menghindar

Reaksi Fleksi (dekortikasi)


(Berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan objek keras, seperti
bolpoint, pada jari kuku. Bila sebagai jawaban siku memfleksi, terdapat reaksi
fleksi terhadap nyeri (fleksi pada pergelangan tangan mungkin ada atau tidak
ada)

Reaksi ekstensi (deserebarsi)


(Dengan rangsang nyeri tersebut diatas terjadi ekstensi pada siku. Ini selalu
disertai fleksi spastik pada pergelangan tangan)

Tidak ada reaksi

F. Patofisiologi
Cedera kepala dapat terjadi karena cedera kulit, kepala, tulang kepala, jaringan
otak, baik terpisah maupun seluruh. Faktor yang mempengaruhi luasnya cedera kepala
adalah lokasi dan arah dari penyebab benturan, kecepatan kekuatan yang datang,
permukaan dari kekuatan yang menimpa, kondisi kepala ketika mendapat benturan.
Cedera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai gegar otak luka terbuka
dari tengkorak disertai kerusakan otak. Luasnya luka bukan merupakan indikasi berat
ringannya gangguan, pengaruh umum cedera kepala dari ringan sampai berat ialah
22

edema otak, defisit sesorik, dan motorik, peningkatan intrakranial. Hal ini akan
mengakibatkan perubahan perfusi jaringan otak dimana kerusakan selanjutnya timbul
herniasi otak, iskemi otak dan hipoksia, ( Long, B.C, 1996 : 203 ). Pada saat otak
mengalami hipoksia tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses
metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada cedera
kepala berat hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob yang menyebabkan timbulnya asidosis metabolik. Produksi asam
laktat akan merangsang reseptor nyeri sehingga timbul sakit kepala.
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi . Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi . Otak tidak punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke
otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Dari gangguan fungsi otak
akan muncul berbagai gejala antara lain penurunan fungsi nervus vagus yang akan
membuat penurunan fungsi otot menelan dan beresiko tinggi terjadi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh ( Pahria,T,dkk, 1996 : 50 ).
Kerusakan otak yang di jumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2 cara
yaitu 1) efek langsung trauma pada fungsi otak , 2) efek-efek kerusakan dari sel-sel otak
yang bereaksi terdapat trauma. Kerusakan neurologik langsung disebabkan oleh suatu
benda atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak oleh pengaruh
kekuatan yang diteruskan ke otak dan oleh efek perhambatan otak yang terbatas dalam
kompartemen yang kaku.
Derajat kerusakan targantung kekuatan yang menimpa semakin besar kekuatan
semakin parah kerusakan. Ada dua macam kakuatan yaitu pertama,cedera setempat
karena benda tajam dengan kecepatan rendah dan tenaga kecil. Kerusakan fungsi
neurologik terjadi pada tempat terbatas dan disebakan oleh benda / fragmen tulang yang
menembus dura pada tempat serangan. Kedua, cedera menyeluruh pada trauma tumpul
kepala, kerusakan terjadi waktu kekuatan diteruskan pada otak.
23

Banyak energi diserap oleh lapisan pelindung (rambut, kulit kepala, tengkorak)
tetapi pada trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa energi
diteruskan ke otak dan menyebabkan kerusakan dan gangguan sepanjang jalan yang
dilewati karena jaringan lunak menjadi sasaran kekuatan itu.
Efek sekunder trauma yang menyebabkan neurologik berat, disebabkan oleh
reaksi jaringan terhadap cedera. Setiap kali jaringan mengalami cedera responnya dapat
diperkirakan sebelumnya dengan perubahan isi cairan intrasel dan ekstrasel, ekstravasasi
darah, peningkatan suplai darah ketempat itu dan mobilisasi sel-sel untuk memperbaiki
dan membuang debris seluler.
Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke menit pada
suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan sangat peka terhadap
cedera metabolik apabila suplai terhenti sebagai akibat cedera, sirkulasi otak dapat
kehilangan kemampuannya untuk mengatur volume darah beredar yang tersedia,
menyebabkan iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam otak, (Price, 1999 : 1016).

24

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-Scan
Mengidentifikasi adanya hemorragic, ukuran ventrikuler, infark pada jaringan mati.
2. Foto tengkorak atau cranium
Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak.
3. MRI (Magnetic Resonan Imaging)
Gunanya sebagai penginderaan yang mempergunakan gelombang elektomagnetik.
4. Laboratorium
Kimia darah: mengetahui ketidakseimbangan elektrolit.
Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrkranial
Screen Toxicologi : Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran.
5. Cerebral Angiography :
Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder
menjadi udema, perdarahan dan trauma.
6. Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
7. X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
8. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
9. PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
10. CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
11. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intracranial
H. Pengelolaan Cedera Kepala
Pada setiap cedera kepala harus selalu diwaspadai adanya fraktur servikal
1. Airway dan breathing
Gangguan airway dan breathing sangat berbahaya pada trauma kapitis karena akan
dapat menimbulkan hipoksia atau hiperkarbia yang kemudian akan menyebabkan
kerusakan otak skunder. Bila koma harus dipasang jalan nafas definitif, karena
refleks menelan dan refleks batuk kemungkinan sudah tidak ada sehingga ada
bahaya obstruksi jalan nafas. Oksigen selalu diberikan, dan apabila pernafasan
meragukan, lebih baik memulai ventilasi tambahan.
2. Circulation
Gangguan circulation (syok) akan menyebabkan gangguan perfusi darah ke otak
yang akan menyebabkan kerusakan otak skunder, dengan demikian syok dengan
trauma kapitis harus dilakukan penanganan dengan agresif.
3. Disability
25

Selalu dilakukan penilaian GCS, pupil dan tanda lateralisasi yang lain, penurunan
kesadaran dalam bentuk penurunan GCS lebih dari 1 (2 atau lebih) menandakan
perlunya konsultasi

bedah syaraf dengan cepat ingat: selalu upayakan untuk

mencegah kerusakan otak skunder


I. Komplikasi
1. Epilepsi pasca trauma
Epilaepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu
setelah otak mengalami cedera karena benturan di kepala. Kejang merupakan respon
terhadap muatan listrik abnormal didalam otak.
2. Afasia
Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena terjadinya
cedera pada area bahasa di otak. Bagian otak yang mengendalikan fungsi bahasa
adalah lobus temporalis sebelah kiri dan bagian lobus frontalis disebelahnya.
3. Appraksia
Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan ingatan
atau serangkaian gerakan, disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietalis atau
lobus frontalis.
4. Agnosia
Agnosia merupakan suatu kelainan dimana penderita dapat melihat dan merasakan
sebuah benda tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan peran atau fungsi
normal dari benda tersebut. Penyebab dari kelainan ini adalah kelainan fungsi pada
lobus parietalis dan temporalis.
5. Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat
peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu.

26

Anda mungkin juga menyukai