OLEH
KELOMPOK I
ISABELA E. MANSEN
ANDRI. LONA
YENI RATU RADJA
CALVIN. LINOME
KATA PENGANTAR
Penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................
BAB II
TINJAUAN TEORI....................................................................................
2.3 Etiologi..............................................................................................
2.4 Klasifikasi.........................................................................................
2.5 Patofisiologi......................................................................................
2.6 Pathway.............................................................................................
2.7 Komplikasi........................................................................................
12
2.10 Terapi...............................................................................................
14
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN........................................................................
15
3.1 Pengkajian..........................................................................................
15
16
16
17
BAB IV
PENUTUP...................................................................................................
21
4.1 Kesimpulan.......................................................................................
21
4.2 Saran..................................................................................................
21
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan
tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang
berhubungan dengan trauma di amerika serikat dan berkaitan dengan 50%
kematian yang berhubungan dengan trauma yang mencakup cedera sistem
multiple. Trauma dada diklasifikasikan dengan tumpul atau tembus (penetrasi).
Meski trauma tumpul dada lebih umum, pada trauma ini seringtimbul kesulitan
dalam mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala mungkin umum
dan rancu.
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau
lebih mekanisme ptologi berikut:
Hipoksemia
akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan
otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia.
Hipovolemia
akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau
hemotoraks.
Gagal jantung
akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang
meningkat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 . Pengertian
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan
tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang
dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah mekanisme
yangpaling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme yang paling umum untuk
trauma tembus dada termasuk luka tembak dan luka tusuk
(Brunnar& Suddart, 2001).
yang
menyebabkan
rongga
dada
membesar
dan
paru-paru
Tamponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
2.
Gelisah.
Pucat,
Keringat dingin.
Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
Pekak jantung melebar.
Bunyi jantung melemah.
Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
ECG terdapat low voltage seluruh lead.
Perikardiosentesis keluar darah
Hematotoraks :
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
Gangguan pernapasan
3.
Pneumothoraks :
Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
Gagal pernapasan dengan sianosis.
Kolaps sirkulasi.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali. pada auskultasi terdengar
bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal
hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma
dan menimbulkan luka intra-abdominal.
2.5. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan
memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma
tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru.
Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung, atau
tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan
Flail Chest , yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena
fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis
fraktur. Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi
sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang
serius.
Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam seringkali berdampak
lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam
dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek pembuluh
darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi tusukannya.
Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada (Hemothorax), dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan tekanan didalam rongga baik
rongga thorax maupun rongga pleura jika tertembus. Kemudian dampak negatif
akan terus meningkat secara progresif dalam waktu yang relatif singkat seperti
Pneumothorax,penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga
gagal nafas dan jantung. Adapun gambaran proses perjalanan patofisiologi lebih
lanjut dapat dilihat pada skema
2.6. PATWAY
Trauma
thorax
Tekanan pleura
mendesak paru-paru
(kompresi
2.7. Komplikasi
Asidosis
Alkaliosis
Turun
Naik
Turun
Naik
Turun
Turun
Naik
Turun
Naik
Naik
Tabel 1.1 : Nilai Normal dan Kesimpulan Perubahan Hasil AGD dan pH (Hanif,
2007)
Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakan diagnosis
penyakit tertentu, namun pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dalam rangka
pemantauan hasil / respon terhadap pemberian terapi / intervensi tertentu kepada
klien dengan keadaan nilai AGD dan pH yang tidak normal baik Asidosis maupun
Alkaliosis, baik Respiratori maupun Metabolik. Dari pemantauan yang dilakukan
dengan pemeriksaan AGD dan pH, dapat diketahui ketidakseimbangan sudah
terkompensasi atau belum / tidak terkompensasi.
Pada tabel berikut ini dapat dilihat acuan perubahan nilai yang menunjukkan
kondisi sudah / tidak terkompensasi.
Jenis Gangguan Asam Basa
PH
Total CO2
PCO2
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Normal
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Normal
Rendah
Normal
metabolic
Alkalosis respiratorik kompensasi asidosis Normal
Rendah
Normal
metabolic
Asidosis metabolic kompensasi alkalosis Normal
Rendah
Rendah
respiratorik
Alkalosis metabolic kompensasi asidosis Normal
Tinggi
Tinggi
respiratorik
Tabel 2.2 : Acuan Nilai Hasil Pemantauan AGD dan pH ( FKUI, 2008)
4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat
kocher.
4. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas
botol dan slang harus tetap steril.
5. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja dirisendiri, dengan memakai sarung tangan.
6. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga
dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
1. Dinyatakan berhasil, bila :
a. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
b. Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
c. Tidak ada pus dari selang WSD.
2.10. Terapi :
a. Antibiotika
b. Analgetika
c. Expectorant.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
1. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3. Pengobatan terakhir.
4. Pengalaman pembedahan.
5. Riwayat penyakit dahulu.
6. Riwayat penyakit sekarang.
7. Dan Keluhan.
3.2. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk
c. Terdapat retraksi klavikula/dada
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Vital sign Status Setelah
dilakukan tindakan keperawatan
selama..... pasien
menunjukkan keefektifan pola
nafas, dibuktikan dengan kriteria
hasil:
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dg mudah,
tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
NIC:
Membuka jalan napas
Memposisikan pasien
untuk mendaptkan
ventilasi maksimal
Mengeluarkan sekret
dengan batuk efektif
atau suction
Mengajarkan batuk
efektif
Auskultasi suara napas
Memonitor status
respiratori dan
oksigenasi.
Terapi oksigen
Memebersihkan
sekresi pada mulut,
hidung dan trakea
Memelihara kepatenan
jalan napas
Memberikan suplemen
oksigen
Memonitor aliran
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran
udara per menit
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat
lama
- Penurunan kapasitas
vita
- Respirasi: < 11 24
x/mnt
oksigen
Memonitor
kemampuan pasien
dalam memelihara
oksigen
Mengobservasi tanda
terjadinya
hipoventilasi
Memonitor kecemasan
pasien
Mngajarkan pada
pasoen dan keluarga
bagaimana
menggunakan oksigen
dirumah
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Berikan
bronkodilator :
-..
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada
pasien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
memperbaiki pola
nafas
Ajarkan bagaimana
batuk efektif
Monitor pola nafas
DS:
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Aspiration Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama
..pasien
menunjukkan keefektifan jalan
nafas dibuktikan dengan kriteria
hasil :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
NIC:
Bantuan ventilasi
Aktivitas:
Memelihara kepatenan
jalan nafas
Memonitor eek
perubahan oksigenasi
Membantu bernafas
dalam
Mengauskultasi suara
nafas
Mengajarkan teknik
bernafas lewat mulut
Mengajarkan teknik
bernafas dengan baik
Memonitor kelemahan
otot respirasi
Pastikan kebutuhan
oral / tracheal
suctioning.
Berikan O2 l/mnt,
metode
-Dispneu
DO:
- Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas
(rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efekotif
atau tidak ada
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi
dan irama nafas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan
tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau
lebih mekanisme ptologi berikut:
Hipoksemia
akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan
otot pernapasan,kolaps paru dan pneumonia.
Hipovolemia
akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau
hemotoraks.
Gagal jantung
akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang
meningkat.
4.2 Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan sistem
pernafasan trauma toraks hendaknya mengetahui terlebih dahulu gambaran
keadaan pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan
yang lebih
DAFTAR PUSTAKA