Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN TRAUMA THORAKS


DISUSUN UNTUK PEMENUHAN TUGAS KEPERAWATAN

OLEH
KELOMPOK I
ISABELA E. MANSEN
ANDRI. LONA
YENI RATU RADJA
CALVIN. LINOME

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA


BLITAR
SEMESTER VI
2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta para
sahabatnya. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Trauma dimana makalah ini berisi tentang Trauma Thorax. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.

Penulis.

Blitar,23 maret 2015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

ii

BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................

1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................

BAB II
TINJAUAN TEORI....................................................................................

2.1 Pengertian Trauma Dada / Thorax....................................................

2.2 Anatomi Fisiologi.............................................................................

2.3 Etiologi..............................................................................................

2.4 Klasifikasi.........................................................................................

2.5 Patofisiologi......................................................................................

2.6 Pathway.............................................................................................

2.7 Komplikasi........................................................................................

2.8 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................

2.9 Penatalaksanaan ...............................................................................

12

2.10 Terapi...............................................................................................

14

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN........................................................................

15

3.1 Pengkajian..........................................................................................

15

3.2 Pemeriksaan Fisik..............................................................................

16

3.3 Diagnosa Keperawatan......................................................................

16

3.4 Intevensi Keperawatan.......................................................................

17

BAB IV
PENUTUP...................................................................................................

21

4.1 Kesimpulan.......................................................................................

21

4.2 Saran..................................................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan
tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang
berhubungan dengan trauma di amerika serikat dan berkaitan dengan 50%
kematian yang berhubungan dengan trauma yang mencakup cedera sistem
multiple. Trauma dada diklasifikasikan dengan tumpul atau tembus (penetrasi).
Meski trauma tumpul dada lebih umum, pada trauma ini seringtimbul kesulitan
dalam mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala mungkin umum
dan rancu.
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau
lebih mekanisme ptologi berikut:
Hipoksemia
akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan
otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia.
Hipovolemia
akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau
hemotoraks.
Gagal jantung
akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang
meningkat.

1.2. Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah


ini adalah :
1. Apa definisi trauma thorax ?
2. Apa etiologi trauma thorax ?
3. Apa manifestasi trauma thorax ?
4. Apa patofisiologi trauma thorax ?
5. Bagaimana penatalaksanaan trauma thorax dan Asuhan Keperawatan?
1.3. Tujuan Penulisan
Diharapkan penulis atau pembaca dapat mengetahui serta dapat
mendemontrasikan penatalaksanaan penderita trauma thorax.
1.4. Manfaat Penulisan
1.Mengetahui definisi trauma thorax
2.Mengetahui etiologi trauma thorax
3.Mengetahui manifestasi trauma thorax
4.Mengetahui patofisiologi trauma thorax
5.Mengetahui cara penatalaksanaan trauma thorax

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 . Pengertian
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan
tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang
dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah mekanisme
yangpaling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme yang paling umum untuk
trauma tembus dada termasuk luka tembak dan luka tusuk
(Brunnar& Suddart, 2001).

2.2. Anatomi Fisiologi

Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada, terdiri


atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan sternum. Tulang
iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan menyokong rongga thoraks.
Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang interkostalis dan diberi nomor
berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh: ruang intercostalis kedua berada
dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga
toraks dari abdomen dan digunakan selama inspirasi.
Dinding dada.
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding
dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula
dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta
pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.
Dasar toraks.
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus.
Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta
esofagus.

Isi rongga torak.


Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh
pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah
dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan
bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang
mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga
dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan
diafragma,

yang

menyebabkan

rongga

dada

membesar

dan

paru-paru

mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.


Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali dan
udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen, diafragma
akan naik ketika m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu
kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen,
menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur dan tidak
mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi merupakan
kegiatan pasif (Sjamsuhidajat, 2004).
2.3. Etiologi
1. Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif).
2.4. Klasifikasi
1.

Tamponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.

2.

Gelisah.
Pucat,
Keringat dingin.
Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
Pekak jantung melebar.
Bunyi jantung melemah.
Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
ECG terdapat low voltage seluruh lead.
Perikardiosentesis keluar darah

Hematotoraks :
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
Gangguan pernapasan

3.

Pneumothoraks :
Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
Gagal pernapasan dengan sianosis.
Kolaps sirkulasi.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas

yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali. pada auskultasi terdengar
bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal
hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma
dan menimbulkan luka intra-abdominal.
2.5. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan
memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma
tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru.
Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung, atau
tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan

Flail Chest , yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena
fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis
fraktur. Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi
sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang
serius.
Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam seringkali berdampak
lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam
dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek pembuluh
darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi tusukannya.
Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada (Hemothorax), dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan tekanan didalam rongga baik
rongga thorax maupun rongga pleura jika tertembus. Kemudian dampak negatif
akan terus meningkat secara progresif dalam waktu yang relatif singkat seperti
Pneumothorax,penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga
gagal nafas dan jantung. Adapun gambaran proses perjalanan patofisiologi lebih
lanjut dapat dilihat pada skema

2.6. PATWAY
Trauma
thorax

Mengenai rongga thorax sampai


rongga pleura,udara bila masuk
(pneumothorax)
karena tekanan negatif intrapleura
luar akan terhisap
kerongga pleura (sucking
wound).
Open pneumothorax
Close pneumothorax
Tension pneumothorax

Terjadi robekan pembuluh darah


intercostal, pembuluh darah
jaringan paru-paru
terjadi perdarahan : (perdarahan maka udara
jaringan interstitium, perdarahan masuk
intraalveolar, diikuti kolaps kapiler
Kecil-kecil dan ateleksasi)
Tekanan perifer pembuluh paru naik
(aliran darah turun).
- Ringan < 300 cc = di punksi
- Sedang 300-800 cc = di Drain
- Berat > 800 cc = torakotomi

Tekanan pleura meningkat terus


Sesak napas yang progresif
meningkat terus
Nyeri bernapas
Bising napas berkurang hilang
&.dekompresi )
Bunyi napas sonor/hipersonor
Photo thorax gambaran udara
lebih dari rongga thorax.

Tekanan pleura
mendesak paru-paru
(kompresi

Pertukaran gas berkurang


Sesak napas yang progresif
Nyeri bernapas/pernafasan
asimetris/adanya jejas/trauma
Bising napas tak terdengar
Nadi cepat/lemah, anemis/pucat.
Photo thorax 15-35%

WSD (Water Seal Drain)


Terdapat luka pada WSD
Nyeri pada luka bila bergerak
Perawatan WSD harus diperhatik
Inefektif kebersihan jalan nafas
pernafasan

- kerusakan integritas kulit


- resiko terhadap infeksi
- perubahan kenyamanan nyeri
- ketidakefektifan pola
- gangguan mobilitas fisik

2.7. Komplikasi

1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga


dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot
papilar ; ruptur klep jantung.
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
(Mowschenson, 1990).
2.8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari
trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari
kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain
2. Radiologi : Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
3. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
Gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas
darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar
oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan
ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah
arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A.
Femoralis. Didalam tabel berikut ini dapat dilihat nilai normal dari GDA
dan pH, serta kemungkinan diagnosis terhadap perubahan nilai dari hasil
pemeriksaannya :
Nilai Normal

Asidosis

Alkaliosis

pH ( 7,35 s/d 7,45 )

Turun

Naik

HCO3 (22 s/d 26)


PaCO2 (35 s/d 45)
BE ( 2 s/d +2)
PaO2 ( 80 s/d 100 )

Turun
Naik
Turun
Turun

Naik
Turun
Naik
Naik

Tabel 1.1 : Nilai Normal dan Kesimpulan Perubahan Hasil AGD dan pH (Hanif,
2007)
Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakan diagnosis
penyakit tertentu, namun pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dalam rangka
pemantauan hasil / respon terhadap pemberian terapi / intervensi tertentu kepada
klien dengan keadaan nilai AGD dan pH yang tidak normal baik Asidosis maupun
Alkaliosis, baik Respiratori maupun Metabolik. Dari pemantauan yang dilakukan
dengan pemeriksaan AGD dan pH, dapat diketahui ketidakseimbangan sudah
terkompensasi atau belum / tidak terkompensasi.
Pada tabel berikut ini dapat dilihat acuan perubahan nilai yang menunjukkan
kondisi sudah / tidak terkompensasi.
Jenis Gangguan Asam Basa

PH

Total CO2

PCO2

Asidosis respiratorik tidak terkonpensasi

Rendah

Tinggi

Tinggi

Alkalosis respiratorik tidak terkonfensasi


Asidosis metabolic tidak terkonfensasi
Alkalosis metabolic tidak terkonfensasi
Asidosis respiratorik kompensasi alkalosis

Tinggi
Rendah
Tinggi
Normal

Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi

Rendah
Normal
Rendah
Normal

metabolic
Alkalosis respiratorik kompensasi asidosis Normal

Rendah

Normal

metabolic
Asidosis metabolic kompensasi alkalosis Normal

Rendah

Rendah

respiratorik
Alkalosis metabolic kompensasi asidosis Normal

Tinggi

Tinggi

respiratorik
Tabel 2.2 : Acuan Nilai Hasil Pemantauan AGD dan pH ( FKUI, 2008)
4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat

diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada


pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum
dilakukan Aortografi.
5. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium,
cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung
ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini
bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi
akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma. Adanya
abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi,
tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi
jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit,
hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.
7. Angiografi
Gold Standard untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan
adanya cedera aorta pada trauma tumpul toraks.

8. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.


9. Hb (Hemoglobin) : Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan
oksigen jaringan tubuh.
2.9. Penatalaksanaan
1.Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a) Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga
dapat

ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita

jatuh dalam shock.


b) Terapi :

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.


Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing"
dapat kembali seperti yang seharusnya.
c) Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
"mechanis of breathing" tetap baik.
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang. Mendeteksi di bagian
dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan
perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya
slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang
hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
a) Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang
dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga
rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.

b) Pergantian posisi badan. Usahakan agar pasien dapat merasa enak


dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan
pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh
sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas
yang cedera.
d. Mendorong berkembangnya paru-paru.
Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
Latihan napas dalam.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan
batuk waktu slang diklem.
Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.
Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan

torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan


juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan
setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
2.

cairan yang keluar kalau ada dicatat.


Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan

adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.


3. Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara
masuk

yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan

kocher.
4. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas
botol dan slang harus tetap steril.
5. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja dirisendiri, dengan memakai sarung tangan.
6. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga
dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
1. Dinyatakan berhasil, bila :
a. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
b. Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
c. Tidak ada pus dari selang WSD.
2.10. Terapi :
a. Antibiotika
b. Analgetika
c. Expectorant.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
1. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3. Pengobatan terakhir.
4. Pengalaman pembedahan.
5. Riwayat penyakit dahulu.
6. Riwayat penyakit sekarang.
7. Dan Keluhan.
3.2. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk
c. Terdapat retraksi klavikula/dada

d. Pengambangan paru tidak simetris


e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,
hematotraks (redup).
g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
3.3. Sistem Kardiovaskuler :
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal
d. Hipotensi.
4. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan..
5. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
6. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
7. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a. Kemampuan sendi terbatas
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam
c. Terdapat kelemahan
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
8. Sistem Endokrine :
a.Terjadi peningkatan metabolisme
b.Kelemahan.
9. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
10. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
3. 4. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi cairan/udara.
2. ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
sekresi sekret dan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan ketidakcukupan
kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

4. Resikolaboratif: atelektasis dan penggeseran mesiatinum.


5. Kerusakan integritas kulit berhubngan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
6. Resiko terdapatnya infeksi berhubungan tempat masuknya infeksi sekunder
terhadap trauma.

3.5. Intervensi keperawatan


Diagnosa
Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
1. Pola Nafas tidak
efektif
berhubungan dengan :
- Hiperventilasi
- Penurunan
energi/kelelahan
- Perusakan/pelemahan
muskuloskeletal
- Kelelahan otot
pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi
Neuromuskuler
- Obesitas
- Injuri tulang belakang
DS:
- Dyspnea
- Nafas pendek
DO:

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Vital sign Status Setelah
dilakukan tindakan keperawatan
selama..... pasien
menunjukkan keefektifan pola
nafas, dibuktikan dengan kriteria
hasil:
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dg mudah,
tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)

NIC:
Membuka jalan napas
Memposisikan pasien
untuk mendaptkan
ventilasi maksimal
Mengeluarkan sekret
dengan batuk efektif
atau suction
Mengajarkan batuk
efektif
Auskultasi suara napas
Memonitor status
respiratori dan
oksigenasi.
Terapi oksigen
Memebersihkan
sekresi pada mulut,
hidung dan trakea
Memelihara kepatenan
jalan napas
Memberikan suplemen
oksigen
Memonitor aliran

- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran
udara per menit
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat
lama
- Penurunan kapasitas
vita
- Respirasi: < 11 24
x/mnt

Tanda Tanda vital dalam


rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)

oksigen
Memonitor
kemampuan pasien
dalam memelihara
oksigen
Mengobservasi tanda
terjadinya
hipoventilasi
Memonitor kecemasan
pasien
Mngajarkan pada
pasoen dan keluarga
bagaimana
menggunakan oksigen
dirumah
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Berikan
bronkodilator :
-..

Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Bersihkan mulut,
hidung dan secret

trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada
pasien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
memperbaiki pola
nafas
Ajarkan bagaimana
batuk efektif
Monitor pola nafas

2.Bersihan Jalan Nafas


tidak efektif
berhubungan dengan:
- Infeksi, disfungsi
neuromuskular,
hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan
nafas, asma, trauma
- Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas,
sekresi tertahan,
banyaknya mukus,
adanya jalan nafas
buatan, sekresi
bronkus, adanya
eksudat di
alveolus,adanya benda
asing di jalan nafas.

DS:

NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Aspiration Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama
..pasien
menunjukkan keefektifan jalan
nafas dibuktikan dengan kriteria
hasil :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi

NIC:
Bantuan ventilasi
Aktivitas:
Memelihara kepatenan
jalan nafas
Memonitor eek
perubahan oksigenasi
Membantu bernafas
dalam
Mengauskultasi suara
nafas
Mengajarkan teknik
bernafas lewat mulut
Mengajarkan teknik
bernafas dengan baik
Memonitor kelemahan
otot respirasi
Pastikan kebutuhan
oral / tracheal
suctioning.
Berikan O2 l/mnt,
metode

-Dispneu
DO:
- Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas
(rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efekotif
atau tidak ada
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi
dan irama nafas

pernafasan dalam rentang


normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah faktor yang
penyebab.
Saturasi O2 dalam batas
normal
Foto thorak dalam batas
normal

Anjurkan pasien untuk


istirahat dan napas
dalam
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Berikan
bronkodilator :
-
Monitor status
hemodinamik
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Berikan antibiotik :
-.
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan
tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai
rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau
lebih mekanisme ptologi berikut:
Hipoksemia
akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan
otot pernapasan,kolaps paru dan pneumonia.
Hipovolemia

akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau
hemotoraks.
Gagal jantung
akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang
meningkat.
4.2 Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan sistem
pernafasan trauma toraks hendaknya mengetahui terlebih dahulu gambaran
keadaan pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan
yang lebih
DAFTAR PUSTAKA

Crowin, Elizabeth. 2009. Patofisiologi . Jakarta : EGC


Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem
Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Shamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart.Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .
Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan
intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai