Anda di halaman 1dari 20

BAB I

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RANGKA


1. Sistem Rangka
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang)
yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama
tersusun dari tulang, rangka disebagian tempat dilengkapi kartilago.
a. Definisi
Tulang adalah suatu bentuk khusus jaringan ikat di tandai oleh adanya sel
bercabanganjang-panjang dan berkeluk-keluk (osteosit) yang mengisi ronggo-rongga
(lakuna) dan celah ynag kecil (kanalikuli) di dalam matrix yang keras terdiri atas
serabut kolegen pada jaringan amorf yang mengandung gugusan fosfat kalsium.
b. Struktur
Tulang merupakan tempat penyimpanan kalsium dan posfat, yaitu 99% dari pada
seluruh kalsium tubuh 90% dari pada fosfat tubuh.
Tulang terdiri dari epifisis (tulang rawan/spongiosa), garis epifisis, metafisis
(substansi spongiosa), sumsum ( sel-sel sumsum tulang susunan retikulo endotelial),
diafisis (osteoblas, osteoklas), periosteum (jaringan ikat, osteoblas).
Epifisis dan metafisis adalah bagian tulang yang tumbuh. Sumsum tulang
berwarna merah pada umur muda dan kuning pada umur dewasa, kecuali tulang
gepeng (tengkorak, iga, vertebra, pelvis). Pada orang dewasa rongga tulang spongiosa
pada epifisis berhubungan dengan rongga sumsumtulang diafisis. Tetapi pada anak-
anak yang masih tumbuh, epifisis dan diafisis dipisahkan oleh lempeng tulang rawan
epifisis yang bersatu dengan diafisis melalui suatu tulang spongiosa yang di sebut
metafisis.
Unsur-unsur tulang
1) Unsur tetap
a) Osteosit
Sel besar ercabang ke berbagai arah dan banyak cabang bersatu dengan
osteosit lain-lain. Badan osteosit terletak dalam lakuna dan cabang- cabangnya
terkletak dalam kanalikuli.
b) Matrix (jaringan interseluler) yang mengandung meniral (calcium phosphate,
hydroxapatite crystal)
1
2) Unsur sementara
a) Osteoblas
sel osteogen yang belum berdiferensiasi sempurna. Osteoblas membentuk dan
mengadakan klasifikasi jaringan interseluler. Pada permukaan tulang,
beberapa osteoblasakan di kelilingi interseluler yang telah di bentuknya
sendiri dan menjadi cabang dari osteosit. Osteoblas jika memperbanyak
diri/aktif menghasilkan enzim fosfatase alkalik yang berfungsi mengadakan
klasifikasi pada matrix.
b) Osteoklas
Sebuah sel raksasa berinti banyak, suatu fagosit tulang, di jumpai pada
permukaan tulang yang mengalami resorpsi.
selain itu terdapat pula: sumsum tulang berisi derivat sel retikuloendotel.

c. Bentuk
Tulang dikelompokkan menurut bentuknya menjadi :
1) Tulang pipa

Tulang dikelasifikasikan sebagai tulang panjang apabila panjangnya melebihi


lebarnya. Tulang yang paling jelas adalah di tangan dan kaki ( tulang femur adalah
yang paling panjang ). Tulang-tulang panjang di badan adalah tulang humerus,
ulna, radius, femur, tibia dan fibula. Ada di antara tulang panjang yang kelihatan
pendek seperti yang terdapat di bahagian digit tapak tangan dan tapak kaki.
Tulang panjang bertindak sebagai tuas yang ditarik oleh otot yang menguncup.
Aksi tuas ini membolehkan tubuh badan bergerak.

2
2) Tulang pendek
Tulang pendek adalah hampir sama dari segi panjang, lebar dan tebalnya. Ia
diperolehi di pergelangan tangan (karpal) dan pergelangan kaki ( tarsal ).
3) Tulang pipih
Tulang ini adalah nipis atau melengkung. Tulang pipih termasuk tulang rusuk,
skapula, sternum, pelvik dan tulang kranium (tengkorak). Tulang ini adalah
bertujuan untuk lekatan otot, dan lengkungannya bertindak sebagai pelindung bagi
kebanyakkan organ lembut.
4) Tulang tak beraturan
Tulang-tulang ini tidak boleh dimasukkan ke dalam mana-mana kategori
tulang di atas. Tulang vertebra adalah contoh tulang tidak beraturan dan terdapat
cuaran untuk lekatan otot. Tulang vertebra melindungi korda spina manusia.
Tulang rahang juga merupakan contoh tulang tak beraturan.
5) Tulang sesamoid
Tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian atau bersambungan dengan
kartilago, ligaman atau tulang lainnya. Contohnya platela.

d. Jumlah Seluruh Tulang


Tulang Skeletal manusia terdiri daripada 206 tulang yang dibahagikan kepada
tengkorak, tulang aksil dan tulang apendikular. Tengkorak dan tulang aksil berjumlah
80 tulang dan tulang-tulang apendikular pula berjumlah 126 tulang. Tulang aksil
terdiri daripada tengkorak, sternum, tulang rusuk, dan ruas tulang vertebra. Tulang
apendikular pula terdiri daripada tulang skapula, klavikle, tulang-tulang lengan, tulang
pelvik dan tulang-tulang kaki.

3
Nama-nama tulang pada tubuh
1. Cranium (tengkorak)
2. Mandibula (tulang rahang)
3. Clavicula (tulang selangka)
4. Scapula (tulang belikat)
5. Sternum (tulang dada)
6. Rib (tulang rusuk)
7. Humerus (tulang pangkal lengan)
8. Vertebra (tulang punggung)
9. Radius (tulang lengan)
10. Ulna (tulang hasta)
11. Carpal (tulang pergelangan tangan)
12. Metacarpal (tulang telapak tangan)
13. Phalanges (ruas jari tangan dan jari kaki)
14. Pelvis (tulang panggul)
15. Femur (tulang paha)
16. Patella (tulang lutut)
17. Tibia (tulang kering)
18. Fibula (tulang betis)
19. Tarsal (tulang pergelangan kaki)
20. Metatarsal (tulang telapak kaki)

e. Bagian yang sering terdapat pada tulang


Bagian-bagian yang sering terdapat pada tulang, terdiri dari:
1) Foramen, Suatu lubang tempat lalunya pembuluh darah, saraf dan ligamentum.
2) Fosa, Suatu lekukan di dalam atau pada permukaan tulang.
3) Prosesus, suatu tonjolan atau taju.
4) Kondilus, taju yang bentuknya bundar merupakan tonjolan.
5) Tuberkulum, tonjolan kecil.
6) Tuberositas, tonjolan besar.
7) Trokanter, tonjolan besar, pada umumnya tonjolan ini pada femur.
8) Krista pinggir atau tepi tulang misalnya terdapat pada tulang illium yang disebut
krista iliaka.
9) Spina, tonjolan tulang yang bentuknya agak runcing misalnya pada tulang ilium
yang disebut spina liaka.

4
10) Kaput ( kepala tulang) bagian ujung yang bentuknya bundar misalnya kapu
femoralis.

Tulang terdiri dari 2 bahan:


1) Matrik yang kaya mineral (70%) = Bone (Tulang yang sudah matang)
2) Bahan-bahan organik (30%) yang terdiri dari:
* Sel (2%) :

Sel Osteoblast : yang membuat matrik (bahan) tulang / sel pembentuk tulang
Sel Osteocyte : mempertahankan matrik tulang
Sel Osteoclast : yang menyerap osteoid (95%) (resorbsi) bahan tulang
(matrik) / sel yang menyerap tulang.
* Osteoid (98%) : Matrik (bahan) tulang yang mengandung sedikit mineral

(osteoid=tulang muda)

f. Fungsi tulang
1) Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot
untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan
alat gerak pasif.
2) Fungsi Protektif, Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum
tulang.
3) Fungsi Metabolik, Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral
yang penting seperti kalsium dan phospat.
4) Fungsi Hemopetik, berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel
darah.
5) Fungsi pergerakan, tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah
persendian dan berfungsi sebagai pengungkit.

5
2. Mineral Atau Vitamin Pembentuk Tulang
a. Kalsium
Kalsium adalah salah satu mineral utama dalam pembentukan tulang yang
diperlukan oleh tubuh dan kepentingan mineral ini merupakan asas yang telah
lama bertapak dalam sains pemakanan untuk tulang. Penyelidikan telah
membuktikan hubungan di antara pengambilan kalsium yang mencukupi dengan
puncak jisim tulang yang optimum di awal kehidupan dan pencegahan kehilangan
jisim tulang ketika usia tua.

Kebutuhan Kalsium
data dari Departemen Kesehatan, nilai gizi kalsium yang dianjurkan
adalah:
1) Anak-anak: 500mg/hari
2) Remaja: 1000mg/hari
3) Dewasa: 700mg/hari
4) Wanita hamil dan wanita menyusui: 1000mg/hari
b. Vitamin D
Vitamin D meningkatkan keberkesanan penyerapan kalsium, oleh sebab
itu ia membantu mengekalkan tahap kalsium yang optimum di dalam darah.
Pengetahuan saintifik menyatakan bahawa kekurangan vitamin D adalah berkaitan
dengan ketumpatan tulang yang rendah dan risiko keretakan tulang yang tinggi,
terutamanya pada golongan tua. Sumber-sumber makanan dari vitamin D adalah
telur, hati dan ikan, seperti halnya susu dan margarine yang diperkaya dengan
vitamin D.

Kelebihan vitamin D menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium


didalam darah. Kalsium dapat membentuk batu ginjal. Kadar kalsium yang tinggi
di dalam darah juga dapat menyebabkan pembuluh darah mengeras, yang sangat
berbahaya bagi arteri pada hati dan paru-paru dan dapat berakibat fatal. Gejala
tambahan dari keracunan vitamin D adalah kehilangan nafsu makan, sakit kepala,
lemah, lelah, dahaga yang berlebihan, sifat lekas marah dan lesu.

c. Vitamin K
Vitamin ini telah lama dikenali melalui peranannya dalam proses
pembekuan dan penggumpalan darah. Bagaimanapun, kebelakangan ini semakin
banyak bukti menunjukkan bahawa vitamin K memainkan peranan dalam
mengoptimumkan kesihatan tulang. Penyelidikan telah menunjukkan bahawa

6
vitamin K amat penting dalam salah satu proses utama dalam pembentukan tulang
iaitu proses pengkarboksilan osteocalcin, protein yang ditemui dengan banyaknya
di dalam tulang. Vitamin K berfungsi dengan meningkatkan jumlah osteocalcin
yang aktif, yang dapat meningkatkan daya tarikannya terhadap kalsium. Ini akan
mengekalkan dan mengikat nutrien-nutrien di dalam tulang.
d. Vitamin A

Vitamin ini diproduksi dari dua senyawa yang berbeda yang diubah di
dalam tubuh menjadi vitamin A. Dalam sumber makanan hewani, tersedia dalam
bentuk retinol; dalam sumber makanan nabati berada dalam bentuk beta-karoten,
yang kurang efisien dibanding retinol untuk produksi vitamin A. Vitamin A
penting untuk pemeliharaan sel kornea dan epitel dari penglihatan. Vitamin A juga
membantu pertumbuhan dan reproduksi tulang dan gigi. Selain itu vitamin A juga
berperan dalam pembentukan dan pengaturan hormon serta membantu melindungi
tubuh terhadap kanker.

e. Vitamin B
Memprcepat pembentukan callus pada fraktura.
f. Vitamin C
Dibutuhkan untuk pambentukan dan pemelihraan jaringan ikat
mesenchym, seperti kolagen, osteoid, dinding kapiler dan dentin.

3. Gerakan Tulang
a. Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara dua tulang atau dua bagian
tubuh.
1) Dorsofleksi adalah gerakan menekuk telapak kaki di pergelangan ke arah
depan.
2) Plantar fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki.
b. Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau dua
bagian tubuh.
1) Ekstensi adalah tubuh kembali ke posisi anatomis.
2) Hiperekstensi mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada bagian-
bagian tubuh melebihi 180o.
c. Abduksi adalah gerakan tubuh menjauhi garis lurus tubuh.

7
d. Aduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh atau aksis
longitudinal tungkai.
e. Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar di sekitar aksis pusat tulang itu sendiri
tanpa mengalami dislokasi lateral.
1) Pronasi adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis, yang
mengakibatkan talapak tangan menghadap ke belakang.
2) Supinasi adalah rotasi lateral lengan bawah yang mengakibatkan telapak
tangan mengahadap ke depan.
f. Sirkumduksi adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar untuk
membuat ruang berbentuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan membentuk
putaran.
g. Inversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki
menghadap ke dalam atau medial.
h. Eversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki
menghadap ke arah luar.
i. Protraksi adalah memajukan bagian tubuh seperti saat menonjolkan rahang bawah
ke depan.
j. Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh ke belakang seperti saat meretraksi
mandibula.
k. Elevasi adalah pergerakan struktur ke arah superior, seperti saat mengatupkan
mulut dan mengangkat bahu.
l. Depresi adalah menggerakkan suatu struktur ke arah inferior, seperti saat
membuka mulut.

1. Pengertian
Pengertian Fraktur
 Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakh fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak
lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. (Sylvia, A. Price. 1995).

8
 Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinultas jaringan tulang tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebaboleh rudapaksa. (Arif. Mansjoer.
2000).
Pengertian Fraktur Humerus
 Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus, saraf dan pembuluh darah brakhialis dapat mengalami cedera pada
fraktur ini. Lumpuh pergelangan tangan merupakan petunjuk adanya cedera saraf
radialis. Pengkajian neurovaskuler awal sangat penting untuk membedakan antara
trauma akibat cedera dan komplikasi akibat penanganan.
Berat lengan dapat membantu mengoreksi adanya pergeseran sehingga tidak
diperlukan pembedahan. Pada fraktur oblik, spiral, atau bergeser yang
mengakibatkan pemendekan batang humerus, dapat digunakan gips penggantung.
Gips ini dirancang
sedemikian rupa sehungga beratnya dapat berfungsi sebagai traksi bagi lengan
saat pasien tegak.

Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Kaput

Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat
sendi dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan
sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher
anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah
benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah
benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat
celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep.
Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.

b. Korpus

Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih.


Disebelah lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas
deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid). Sebuah celah benjolan oblik
melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan
memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga
disebut celah spiralis atau radialis.

9
c. Ujung Bawah

Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk
bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam
berbentuk gelendong-benang tempat persendian dengan ulna dan disebelah
luar etrdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi
persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral
dan medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)

2. Etiologi
a. Infeksi.
b. Akibat dari suatu keadaan patologis → tumor, Ca.
c. Pukulan langsung.
d. Gerakan puntir mendadak.
e. Konstraksi otot ekstream.
f. Gaya meremuk.

10
3. Patofisiologi

Tulang Normal

Trauma, Penyakit patologi, Malnutrisi

Fraktur

Rusak, terputusnya kotinuitas tulang

Kerusakan jaringan lunak sekitar

Kerusakan integritas kulit Periosteum terpisah dari tulang
↓ ↓
Gangguan rasa nyaman nyeri Resti trauma

Resti infeksi Kerusakan mobilitas fisik pendarahan

Resti disfungsi
neurovaskuler
feifer

4. Manifestasi Klinik
1) Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang
dimobilisasi.
2) Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
ekstiemitas normal.
3) Pada fraktur panjana, terjadi pemendekan tulang yang disebenarnya
dinamakan konstraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
4) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang
lainnya.

11
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
6) Deformitas : penonjolan yang abnormal (misalnya pada fraktur kondilus
lateralisi angulasi, rotasi, dan pemendekan.
7) Krepitasi terasa bila fraktur digerakkan.

5. Komplikasi
1) Malunion
Adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang
tidak seharusnya membentuk sudut atau miring.
2) Deleyed Union dan Nonunian
Deleyed Union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Neunion dari tulang yang
patah dapat menjadi komplikasi yang membahayakan bagi penderita. (tulang
yang patah tetap tidak menyatu).
3) Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat dari perdarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksterasel ke
jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur eksremitas, torak, pervis dan
vertebra.
4) Terjadi emboli lemak
5) Sindiom kompartemen
6) Infeksi
7) Tromboemboli
8) Keagulopati intravaskuler diserminate (KID).
9) Nekrosis vaskuler tulang.

6. Penatalaksanaan Medis
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan ABC, Anamnese, pemeriksaan fisis SEC – cepat, lakukan fotoradiologi,
pemasangan bidai.
Untuk fraktur tertutup bisa konservatif dan operatif.
a. Terapi Konservatif.

12
1) Protesi saja, misal mitela untuk fraktur colium chirurgiccum humeri dengan
kedudukan baik.
2) Imobilisasi saja tanpa reposisi, ex : pemasangan gips pada fraktur inkomplit
dan fraktur dengan kedudukan baik.
3) Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Ex : pada fraktur suprakondilus,
colles, fraktur smith. Reposisi dapat dalam anastesi umum atau lokal.
4) Traksi untuk reposisi secara perlahan.
b. Terapi Operatif.
a. Reposisi terbuka, fiksasi interna.
b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti eksterna.
Untuk fraktur terbuka :
1. a. Lakukan penanganan secepat mungkin, waktu optimal 6 – 7 jam.
b. Berikan toksoid.
c. Berikan ATS.
d. Berikan antibiotik.
e. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman.
f. Teknik debridmen :
1) Lakukan narkosis namun oleh anestesi lokal bila luka ringan dan kecil
2) Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket.
3) Cuci ekstremitas selama 5 – 10 menit lalu lakukan pencukuran. Luka diirigasi
dengan cairan Nacl stril atau air matang 5 – 10 menit sampai bersih.
4) Lakukan tindakan desnfeksi x pasang duk.
5) Eksisi luka lapis demi lapis, mulai dari kulit, subkutis, fasia, hingga otot.
Buang – buang tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum –
pertahankan fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas.
6) Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila perlu ditutup satu
minggu kemudian setelah edema menghilang untuk dapat juga hanya dijahit
situasi bila luka tidak terlalu lebar. (jahit luka batang).

7. Tes Diagnostik
1. X RAY
2. MRI
3. CT – SCAN
4. Darah Lengkap
13
8. Karakteristik Fraktur
A. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
1. Tertutup.
2. Terbuka, TDD 3 Derajat
a. Derajat I
 Luka < 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk.
 Fraktur sederhana, transversal, oblik untuk kumunitif ringan.
 Kontaminasi minimal.

b. Derajat II
 Laserasi > 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak tidak luas
 Fraktur komunitif sedang.
 Kontaminasi sedang

c. Derajat III
 Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, ada laserasi
fraktur segmental / sangat komunitif yang disebabkan oleh energi
tinggi.
 Kehilangan jaringan lunak, fraktur terpapar atau terkontaminasi.
 Luka pada pembuluh darah arteri atau saraf oerifer yang harus
diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

14
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian fisik : infeksi umum tubuh akan memperlihatkan ukuran, setiap tanda
deformitas, asimetri kontur, pembengkakan, edema, memar atau luka dikulit. Dengan
mengosebvarsi postur, gerakan dan cara berjalan pasien akan diperoleh data mengenai
perubahan mobilitas pasien dan adanya rasa nyeri atau ketidak nyamanan atau gerakan
invalunter.
a. Pengkajian aktivitas/istirahat.
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu
sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).
b. Kaji nyeri/Kenyamanan
Nyeri berat tiba – tiba pada saat cedera mungkin terlokalisasi pada area jaringan atau
kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi) tidak ada nyeri akibat kerusakan
saraf. Spasme / kram otot (setelah imobilisasi).
c. Neurosensori.
Hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot. Agitasi (mungkin berhubungan dengan
nyeri/ansietas atau trauma lain).
d. Sirkulasi
Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
e. Keamanan
Avvisi jaringan, perdarahan, perubahan warna. Pembengkakan lokal ( dapat
meningkatkan secara bertahap atau tiba – tiba).
f. Penyuluhan/Pembelanjaan.
Lingkungan cedera, aktivitas perawatan diri, dan tugas pemeliharaan/perawatan
tubuh.

15
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spasme otot dan pembedahan.
b. Resti terhadap trauma b.d kehilangan integritas tulang.
c. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer b.d penurunan aliran darah.
d. Kerusakan integritas kulit aktual b.d insisi bedah
e. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri.
f. Resti tinggi terhadap infeksi b.d kerusakan jaringan, trauma jaringan.
g. Kurang pengetahuan tentang program pengobatan b.d kurang informasi.

3. Rencana Keperawatan.
a. DX I
 Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring , gips, pembatas,
traksi.
R : Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan
jaringan yang cedera.
 Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
R : Meningkatkan aliran baik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
 Evaluasi skala nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik,
termasuk intensitas (skala 0 – 10).
R : Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi, tingkat ansietas
dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
 Bantu perubahan posisi sesering mungkin.
R :Penggantian posisi mengurangi tekanan dan ketidaknyamanan yang
diakibatkannya.

b. DX II
 Pertahankan tirah baring/eksremitas sesuai indikasi
R:Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan
posisi/penyembuhan
 Letakkan papan dibawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur
ortopedik.

16
R : Tempat tidur lembut atau lentur dapat membuat informasi gips yang masih
basah, mematahkan gips yang sudah kering, atau mempengaruhi dengan
penarikan fraksi.
 Evaluasi pembebat eksremitas terhadap resolusi edema.
R : Pembebat koaptasi mungkin digunaka untuk memberikan imobilisasi fraktur
dimana pembengkakan jaringan berlebihan.

c. DX III
 Evaluasi adanya /kualitas nadi periver distal terhadap cedera melalui palpasi
R : Penurunan / tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler dan
perlunya evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi.
 Dorong pasien untuk secara rutin latihan jari/sendi distal cedera ambulasi segera
mungkin
R : Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnya pada
ekstermitas bawah.
 Selidiki nyeri tekan,pembengkakan pada dorsofleksi kaki.
R : Terdapat peningkatan potensi untuk homboflebitis dan emboli paru pada
pasien imobilisasi selama 5 hari / lebih.
 Awasi TTV,perhatikan tanda-tanda umum sianosis,kulit dingin,perubahan mental.
R : Ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi
jaringan.

d. DX IV
 Pantau TTV
R : Peningkatan TTV sebagai respons terhadap infeksi.
 Lakukan penggantar balutan secara asepsis
R : Menghindari masukan organisme infeksius.
 Kaji keluhan nyeri
R : Nyeri dapat juga disebabkan oleh hematoma luka, kemungkinan tempat
infeksi, yang perlu di evakuasi secra bedah.
 Kaji penampilan luka dan sifat cairan yang keluar
R : Insisi yang bengkak, merah dan mengeluarkan cairan merupakan indikasi
adanya infeksi.

17
e. DX V
 Kaji derajat imobilisasi yang di haislkan oleh cedera / pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap imobilisasi.
R : Pasien mungkin di batasi oleh pandangan didi / persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual.
 Intruksikan Px untuk bantu dalam rentang gerak Px/ aktif pada ektremitas yang
sakit dan yang tak sakit.
R : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang meningkatkan tanus otot,
mempertahankan gerak sendi.
 Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan.
R : Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol Px dalam
siruasi, dan meningkatkan kesadaran diri langsung.

f. DX VI
 Infeksi kulit untuk adanya iritasi akan robekan kontinuitas.
R : Pen atau kawat tidak harus di masukkan melalui kulit yang terinfeksi,
kemerahan, atau abrasi.
 Berikan perawatan pen / kawat steril sesuai protokol dan latihan mencuci tangan
R : Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.
 Kaji tonus otot, refleks tendon dalam kemampuan untuk berbicara.
R : Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang, dan disfagia menunjukkan
terjadinya tetanus.
 Berikan obat sesuai indikasi cex. Antibiotik.
R : Antibiotik spektrum luas dapat di gunakan secara profilaktik atau dapat di
tujukan pada mikro organisme khusus.

g. DX VII
 Kaji ulang patologis, prognosis dan harapan yang akan datang.
R : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi.
 Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan trapis fisik
bila di indikasikan.
18
R : Banyak fraktur memerlukan gips, bebat tau penjepit selama proses
penyembuhan.
 Kaji ulang perawatan pen / luka yang tepat.
R : Menurunkan resiko trauma tulang / jaringan dan infeksi yang dapat berlanjut
menjadi osteomielitis.

4. Evaluasi.
a. Nyeri berkurang
b. Tidak terjadi trauma
c. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
d. Tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik
e. Tidak terjadi infeksi

19
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media A esculapius.

Burnner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol.3 Jakarta : EGC.

Doengoes, Marliyan E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan eq. 3 Jakarta : EGC.

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologis. Eq. 4. Jakarta : EGC.

http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-dengan-fraktur_23.html

20

Anda mungkin juga menyukai