Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

SISTEM MUSKULOSKELETAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah: Ilmu Biomedik Dasar

Dosen Pembimbing:
Ibu Cuciati, Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Safitri Dinah Maeningrum P1337421023059
Nouval Hafidzinisha S. P1337421023077
Taopik Ramdan Nugraha P1337421023090
Mayla Kurnia Maharani P1337421023121
Mijil Satriajati P1337421023125

KELAS: 1 Internasional

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TEGAL


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
JL. DEWI SARTIKA NO. 01 DEBONG KULON
RT 01/RW 01
NO TELEPON: (0283) 323524
2023
BAB I
A. DEFINISI
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk
tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama dari sistem
muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun
kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih
50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini.

B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL


1. Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan
ikat lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat,
selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih
67 % dan bahan seluler 33%.
Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan
jaringan lunak).
c. Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang
(hematopoesis).
e. Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor,
magnesium dan fluor).
● Struktur tulang
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat
disebut periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada tulang
dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan
tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh
darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast .

1
Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu membran vascular
tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga
dalam tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan
dalam lacuna howship (cekungan pada permukan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga
sumsum (batang) tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang
merah terutama terletak di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada
orang dewasa, bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah
dan putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum
lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang baik.
Tulang kanselus menerima asupan darah melalui pembuluh
metafis dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke
tulang kompak melalui kanal volkman. Selain itu terdapat arteri
nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga
meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient
memasok darah ke sumsum tulang, System vena ada yang keluar
sendiri dan ada yang mengikuti arteri. Tulang tersusun dari 3 jenis
sel yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam
polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang merupakan
kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama
calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak
sebagai pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon
(unit matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik
tulang dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan
disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang disebut lamella.
Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi

2
lewat prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus
(kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak kurang lebih 0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak
memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi,
penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas
dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Tulang merupakan
jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang
(resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang
dewasa diganti 18% pertahun.

Gambar 1.1 Struktur Tulang

3
Faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan
pembentukan dan reabsorpsi tulang adalah :
a. Vitamin D
Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah
dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran
pencernaan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan deficit
mineralisas, deformitas dan patah tulang.
b. Horman parathyroid dan kalsitonin
Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium.
Hormon parathyroid mengatur konsentrasi kalsium dalam
darah, sebagian dengan cara merangsang perpindahankalsium
dari tulang. Sebagian respon kadar kalsiumdarah yang rendah,
peningkatan hormone parathyroid akan mempercepat
mobilisasi kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan
kista tulang. Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan
penimbunan kalsium dalam tulang.
c. Peredaran darah
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang.
Dengan menurunnya pasokan darah / hyperemia (kongesti)
akan tejadi penurunan osteogenesis dan tulang mengalami
osteoporosis (berkurang kepadatannya). Nekrosis tulang akan
terjadi bila tulang kehilangan aliran darah.
Pada keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan
absorpsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa
pertumbuhan kanak-kanak diman lebih banyak terjadi
pembentukan dari pada absorpsi tulang.
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini
membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang
meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang.
Perubahan tesebut membantu mempertahankan kekuatan
tulang pada proses penuaan. Matrik organic yang sudah tua
berdegenerasi, sehingga membuat tulang relative menjadi

4
lemah dan rapuh. Pembentukan tulang baru memerlukan
matrik organic baru, sehingga memberi tambahan kekuatan
tulang.
Berdasarkan bentuknya tulang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Tulang Panjang / Tulang Pipa
Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya
sebagai alat ungkit dari tubuh dan memungkinkan untuk bergerak.
Batang atau diafisis tersusun atas tulang kortikal dan ujung tulang
panjang yang dinamakan epifis tersusun terutama oleh tulang
kanselus. Plat epifis memisahkan epifiis dan diafisis dan
merupakan pusat pertumbuhan longitudinalpada anak-anak. Yang
pada orang dewasa akan mengalami kalsifikasi. Misalnya pada
tulang humerus dan femur.

Gambar 1.2 Struktur tulang panjang


b. Tulang Pendek
Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di
tangan dan tarsalia di kaki. Fungsinya pendukung seperti tampak
pada pergelangan tangan. Bentuknya tidak teratur dan inti dari
konselus (spongi) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang Pipih
Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul / koxa,
sternum, dan iga-iga, serta scapula (tulang belikat). Fungsinya
sebagai pelindung organ vital dan menyediakan permukaan luas
untuk kaitan otot-otot, merupakan tempat penting untuk

5
hematopoesis. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus diantara 2
tulang kortikal.

d. Tulang Tak Beraturan


Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang
tidak teratur, terdiri dari tulang kanselous di antara tulang kortikal.
Contoh : tulang vertebra, dan tulang wajah.
e. Tulang Sesamoid
Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan
dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial.
Contoh : tulang patella (Kap lutut). Bentuk dan kontruksi tulang
ditentukan fungsi dan gaya yang bekerja padanya. Kerangka
sebagian besar tersusun atas tulang. Kerangka tulang merupakan
kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Kerangka
dibagi menjadi :
a) Kerangka aksial
Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang, terkelompok pada 3 daerah
yaitu :
1. Kranium dan Tulang Muka ( TENGKORAK )
Kranium terdiri atas 8 tulang yaitu tulang-tulang parietal (2),
temporal (2),frontal, oksipital, stenoid, dan etmoid. Tulang
muka terdiri atas 14 tulang yaitu tulang maksila (2),
zigomatikus (2), nasal (2), lakrimal (2), palatinum (2),concha
inferior (2),mandibula dan vomer.

6
1) Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk tidak
teratur, terbentang antara tengkorak dan pelvis. Juga
merupakan tempat melekatnya iga dan otot punggung.
Kolumna vertebralis dibagi dalam 7 vertebra sevikalis, 12
vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacrum dan 4
vertebra koksigius.

2) Thoraks tulang
Thorak tulang terdiri tulang dan tulang rawan. Thoraks
berupa sebuah rongga berbentuk kerucut terdiri dari 12
vertebra torakalis dan 12 pasang iga yang melingkar dari
tulang belakang sampai ke sternum. Pada sternum terdapat
beberapa titik penting yaitu supra sternal notch dan angulus
sterni yaitu tempat bertemunya manubrium dan korpus sterni.
Bagian-bagian tersebut merupakan penunjang kepala, leher,
dan badan serta melindungi otak, medulla spinalis dan organ
dalam thoraks.

7
b) Kerangka Apendikular
Kerangka apindikuler terdiri atas :
1) Bagian bahu (Singulum membri superioris)
Singulum membri superior terdiri atas klavikula dan
scapula. Klavikula. mempunyai ujung medial yang menempel
pada menubrium dekat suprasternal notch dan ujung lateral
yang menempel pada akronion.
2) Bagian panggul (Singulum membri inferior )
Terdiri dari ileum, iskium, pubis yang bersatu disebut
tulang koksae. Tulang koksae bersama sacrum dan koksigeus
membentuk pelvis tulang. Ekstremitas bawah terdiri dari
femur, patella, tibia, fibula, tarsus, metatarsus.

2. Cartilago (tulang rawan)

8
Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada
gelatin kuat, tetapi fleksible dan tidak bervasculer. Nutrisi melaui
proses difusi gel perekat sampai ke kartilago yang berada pada
perichondium (serabut yang membentuk kartilago melalui cairan
sinovial), jumlah serabut collagen yang ada di cartilage
menentukan bentuk fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous
(fibrocartilago) memili paling banyak serabut dan memiliki
kekuatan meregang. Fibrus cartilage menyusun discus
intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus, putih,
mengkilap, dan kenyal membungkus permukaan persendian dari
tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Cartilage yang elastis
memiliki sedikit serat dan terdapat pada telinga bagian luar.

3. Ligamen (simplay)

9
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari
jaringan ikat keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament
mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan
stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral, collateral dari lutut
yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta ligament
cruciate anterior dan posterior di dalam kapsul lutut yang
mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil. Ligament
pada daerah tertentu melengket pada jaringna lunak untuk
mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium yang melalui
ujung tuba ke peritoneum.

4. Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang
merupakan ujung dari otot yang menempel pada tulang. Tendon
merupakan ujung dari otot dan menempel kepada tulang. Tendon
merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang bersambungan
dengan aperiosteum. Selaput tendon berbentuk selubung dari
jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu terutama pada
pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn dengan
membrane sinovial yang menjamin pelumasan sehinggga mudah
bergerak.
5. Fascia

10
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung
longgar yang didapatkan langsung di bawah kulit, sebagai fascia
superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Yang
demikian disebut fascia dalam.
6. Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu
tempat dimana digunakan di atas bagian yang bergerak. Misalnya
antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae
dibatasi membrane sinovial dan mengandung caiaran sinovial.
Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak
seperti olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan
kulit.
7. Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara misalnya
dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu
berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan
penyambung yang disebut persendian. Pada persendian terdapat
cairan pelumas (cairan sinofial). Otot yang melekat pada tulang
oleh jaringan ikat disebut tendon. Sedangkan, jaringan yang
menghubungkan tulang dengan tulang disebut ligamen.
Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa,
kartilaginosa, sinovial. Dan berdasarkan fungsionalnya sendi
dibagi menjadi: sendi sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.
a. Sendi Fibrosa/ sinartrosis
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka
tidak mungkin gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi fibrosa
tidak mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu
dengan lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung
fibrosa. contohnya sutura pada tulang tengkorak, sendi kaitan

11
dan sendi kantong (gigi), dan sindesmosis (permukaan sendi
dihubungkan oleh membran).

b. Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis


Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan
persendian- persendiannya dipisahkan oleh bahan antara dan
hanya mungkin sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-ujung
tulangnya dibungkus tulang rawan hyalin, disokong oleh
ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe
kartilago :
1) Sinkondrosis
Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh
tulang rawan hialin
2) Simfisis
Sendi yang tulangnya memiliki hubungan
fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang
menyelimuti permukaan sendi. Contohnya :simfisis pubis
(bantalan tulang rawan yang mempersatukan kedua tulang
pubis), sendi antara manubrium dan badan sternum, dan
sendi temporer / sendi tulang rawan primer yang dijumpai
antara diafisis dan epifisis.

12
c. Sendi Sinovial/ diarthroses
Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini
memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang
rawan hialin. Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup
fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan
penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang
membentuk suatu kantong yang melapisi suatu sendi dan
membungkus tendon-tendo yang melintasi sendi. Sinovium
menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening, tidak
membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang ditemukan pada
tiap-tiap sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak
pula juga sebagi sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Tulang rawan memegang peranana penting, dalam
membagi organ tubuh. Tulang rawan sendi terdi dari substansi
dasar yang terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang
dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang
ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga
memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan
sewaktu sendi menerima beban berat. Perubahan susunan
kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
cedera atau ketika usia bertambah.
Persendian yang bergerak bebas dan banyak
ragamnya. Berbagai jenis sendi sinovial yaitu sendi datar /
sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi kondiloid, sendi
berporos, dan sendi pelana / sendi timbal balik.Gerak pada

13
sendi ada 3 kelompok utama yaitu gerakan meluncur, gerkan
bersudut / anguler, dan gerakan rotasi.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh
sendi-sendi adalah fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi,
sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti supinasi, pronasi,
inversion, eversio, protaksio. Sendi diartrosis terdiri dari:
1) Sendi peluru
Sendi peluru adalah persendian yang
memungkinkan gerakan yang lebih bebas. Sendi ini terjadi
apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol, seperti
peluru masuk ke ujung tulang lain yang berbentuk
cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan tulang
panggul dengan tulang paha, dan tulang belikat dengan
tulang atas.

2) Sendi engsel
Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah,
Persendian yang menyebabkan gerakan satu arah karena
berporos satu disebut sendi engsel. Contoh sendi engsel
ialah hubungan tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.

14
3) Sendi pelana
Sendi pelana adalah persendian yang membentuk
sendi, seperti pelana, dan berporos dua. Contohnya, terdapat
pada ibu jari dan pergelangan tangan
Memungkinkan gerakan 2 bidang yang saling tegak lurus.
misal persendian dasar ibu jari yang merupakan sendi
pelana 2 sumbu.

4) Sendi pivot
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas
untuk memutar pegangan pintu, misal persendian antara
radius dan ulna.

15
5) Sendi peluncur
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah.
Contoh adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan
tangann.
8. Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah
yang berdekatan terutama adalah jaringan penyambung, yang
tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel yang
ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel yang tidak dibuat
dan tetap berada pada jaringan penyambung, seperti sel mast, sel
plasma, limfosit, monosit, leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini
memegang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan
peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit reumatik. Jenis
sel yang kedua dalam sel penyambung ini adalah sel yang tetap
berada dalam jaringan seperti fibroblast, kondrosit, osteoblas.
Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan
dari substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan
pemyambung memiliki susunan sel yang tersendiri.
Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah
kolagen dan elastin. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang
penting. Serat ini didapat dalam ligament, dinding pembuluh
darah besar dan kulit. Elastin dipecah oleh enzim yang disebut
elastase.
9. Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh
bergerak. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik
untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan
temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas semua jaringan
kontraktil. Menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari
seluruh bagian tubuh otot dikelompokkan dalam :
a. Otot rangka (striadted / otot lurik).

16
Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan
pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan
panas.

b. Otot polos (otot visceral).


Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan,
pembuluh darah. Otot ini mendapat rangsang dari saraf otonom
yang berkontraksi di luar kesadaran Otot jantung.
Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar
pengendalian. Otot rangka dinamai menurut bentuknya seperti
deltoid, menurut jurusan serabutnya seperti rektus abdominis,
menurut kedudukan ototnya seperti pektoralis mayor, menurut
fungsinya seperti fleksor dan ekstensor.
Otot rangka ada yang berukuran panjang, lebar, rata,
membentuk gumpalan masas. Otot rangka berkontraksi bila
ada rangsang. Energi kontaraksi otot diperoleh melalui
pemecahan ATP dan kegiatan calsium.
Otot dikaitkan di dua tempat tertentu yaitu :
1) Origo
Tempat yang kuat dianggap sebagai tempat dimana otot
timbu
2) Isersio
Lebih dapat bergerak dimana tempat kearah mana otot
berjalan.

Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika


dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan
ATP dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi
secara adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila
dibandingkan dengan oksigenasi tidak adekuat. Pergerakan
akibat tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai

17
pengungkit dan sendi berperan sebagai tumpuan atau
penopang.
Masalah yang berhubungan dengan system ini mengenai
semua kelompok usia, masalah pada system musculoskeletal
tidak mengancam jiwa tetapi berdampak pada kativitas dan
produktivitas penderita.
C. Patofisiologi sistem muskuloskeletal
1. Kelainan Pada Tulang
a. Osteoporosis
Osteoporosis yaitu kelainan yang terjadi penurunhan
massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang
homeostasis normal. Kecepatan resorpsi tulang dari kecepatan
pembentukan tulang yang mengakibatkan penurunan massa
tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh, dan
mudah patah. Patofisiologi :
1) Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus
dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan
proses pembentukan tulang. Setiap ada ada perubahan
dalam kesimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih
besar dari proses penbenutkan maka kan terjadi penurunan
massa tulang.
2) Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada
usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih
dini pada bagianh trabekula.
3) Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria akan
mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar
0,3-0,5 %/ tahun dan bagian trabekula pada usia lebih
muda.
4) Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan
tulang berkisar 20-30 % dan pada wanita 40-50 %.

18
5) Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian
tubuh seperti metakarfal, kolum femoris, dan korpus
vertebra.
6) Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra,
paha bagian proksimal dan radius bagian distal.
b. Osteomalasia
Osteomalasia adalah penyakit metabilisme tulang yang
di tandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang. Pada
orang dewasa osteomalasia bersifat kronik dan deformitas
skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan
skletal telah selesai. Pada pasien ini,sejumlah besar osteoroid
atau remodelling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi,
diperiksakan bahwa defek primernya adalah kekurangan
vitamin D aktif ( kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium
dari traktus GI, dan menfasilitasi tulang. Pasokan kalsium dan
fosfat dalam cairan ekstra sel rendah. Tanpa vitamin D yang
mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat di masukkan ke
tempak kalsifikasi tulang. Patofisilogi:
1) Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat
gangguan umum metabolisme mineral. Faktor risiko
terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet,
malabsorpsi, gasterktomi, gagal ginjal kronik, terapi
antikonvulsan berkepentingan dan kekurangan vitamin D.
2) Tipe malnutrisi ( kekurangan vitamin D) sering
berhubungan dengan kalsium yang jelek terutama akibat
kemiskinan, tetapi memakan makanan dan kurangnya
pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu
faktor.
Paling sering terjadi dibagian dimana vitamin D tidak
ditambahkan dalam makanan dan dimana terjadi
kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.

19
3) Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan
absorpsi kalsium atau kehilangan kalsium yang berlebihan
dari tubuh. Kelainan GI dimana absorpsi lemak tidak
memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui
kehilangan vitamin D dan kalsium, kalsium diekskresikan
melalui feces dalam kombinasi dengan asam lemak.
c. Osteomyelitis
Osteomyelitis dapat terjadi sebagai akibat kegagalan
absorpsi kalsium atau kehilangan kalsium yang berlebihan dari
tubuh.
1) Etiologi
a) Osteomyilitis ini biasanya disebabkan oleh bakteri
maupun virus, jamu dan mikroorganisme lain.
b) Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran henatopgen
(melalui darah) dari fokus infeksi dari tempat lain.
c) Osteomylitis dapat berhubungan dengan penyebaran
infeksi jaringan lunak seperti ulkus dekubitus yang
terinfeksi atau ulkus vaskuler. Atau kontaminasi
lansung tulang misalnya fraktur terbuka, cedera
traumatik seperti luka tembak dan pembedahan tulang.
2) Patofisiologi
a) Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% -
80%menginfeksi tulang.
b) Awitan osteomylitis ortopedi dapt terjadi dalam 3 bulan
pertama ( akut fulminan staduim I ) dan sering
berhubungan dengan hematomaatau infeksi superfisial.
Infeksi awitan lambat ( stadium II) terjadi antara 4-24
bulansetelah pembedahan. Osteomylitis lama ( stadium
III )biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi
dua tahun atau lebih setelah pembedahan.
c) Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan edema.

20
Setelah 2-3 hari trombus pada pembulu darah terjadi
pada tempat tersebut. Sehingga mengakibatkan iskemia
dengan nekrotis tulang. Seiringan dengan peningkatan
dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya.
d. Skoliosis
Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke
lateral dari garis tengah. Skoliosis merupakan deformitor
tulang belakan yang menggambarkan deviasi vertebrata ke
arah lateral. Bentuk dan tiap-tiap ruas tulang manusia pada
umumnya adalah sama hanya ada perbedaan sedikit tergantung
pada kerja yang di tanganinya.
1) Etiologi
a) faktor heriditas
Yaitu yang di turunkan secara auotsomal dominan,
kelainan ini dapat terjadi karena akibat
adanyaabnormalitas tulang bawahyang mengenai
vertebra atauipun struktur-strukturnya.
b) Kongenital
Yaitu didapat sejak lahir. Adapula yang tidak
didapat sejak lahir tetapi berkembang pada masa
berikutnya.
c) Idiopatik
Tidak di ketahui penyebabnya, tetapi jenis ini lebih
umum biasanya berkembang pada masa remaja.
d) Struktural
Perubahan pada steruktur tulang belakang karena
sebab yang bervariasi
a. Klasifikasi Skoliosis
1) Skoliosis non struktural ( reversible )
a) Skoliosis postural
b) Nyeri dan spasme otot

21
c) Tungkai bawah yang tidak sama panjang
2) Skoliosis struktural ( ireversble )
a) Skoliosis idoptik
b) Skoliosis osteopatik
c) Skoliosis neuropatik
d) Skoliosis miopatik
3) Patofisiologi
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang
spinalis termasuk rongga tulang spinal. Lengkungan dsapat
berbentuk S atau C. Derajat lengkungan penting untuk di
ketahui karena hal dapat menentukan jumlah tulang rusuk
yang mengalami pergeseran. Pada tingkat rootasi
lengkungan yang cukup besar mungkin dapat menekan dan
menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu
paru-paru dan jantung.
Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah
progresivitas pertumbuhan tulang. Dengan terjadinya
pembengkokan tulang vertebra ke arah lateraldi sertai
dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikuti dengan
perkembangan sekunder pada tulang vertebra dan iga. Oleh
karena adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat
progresif, di samping terjadi perubahan pada vertebra, juga
terdapt perubaahan pada tulang iga. Dimana bertambahnya
kurva yang menyebabkan deformitasi tulang iga semakin
jelas. Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan
penyempitan kanalis spinalis oleh karena terjadinya
penebalan dan pemendekan lamina pada sisi konkaf.
Kesimbangan lengkungan juga penting karena
mempengaruhi stabilitas dadi tulang belakang dan
pergerakan panggul.
e. Osteosarcoma

22
Osteosarcoma adalah suatu pertumbuhan yang sangat cepat
pada tumor maligna tulang. Osteosarcoma merupakan tumor
ganas tulang yang paling sering ditemukan. Tumor ini
merupakan tumor ganas yang menyebar secara cepat pada
periosteum dan jaringan ikat luarnya.
1) Etiologi
Penyebab yang pasti terhadap kanker belum di
ketahui secara jelas tetapi faktor-faqktor etilogilah yang
membantu terbetuknya kanker sudah banyak di ketahui yang
disebut bahan-bahan karsinogen, sinar ultraviolet, sinar
radioaktif parasif dan virus.
2) Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum
tulang dari jaringan sel tulang ( sarcoma ) sehingga sel-sel
tulang akan pada nodul-nodul limfe, ginjal, dan hati
sehingga dapat mengakibatkan adanya pengaruh aktivitas
hamateotik sum-sumj tulang yang cepat pada tulang
sehingga sel-sel plasma yang belum matang akan terus
membelah terjadi penambahan jumlah sel yang tidak
terkontrol lagi.
f. Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sedangkan
menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and
Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman
and Sorensen’s Medical Surgical Nursing.
1) Etiologi
a) Kekerasan langsung

23
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang
pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan,
penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.
2) Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai
kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi
apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur :
● Faktor Ekstrinsik

24
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang
yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan
yang dapat menyebabkan fraktur.
● Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang
menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti
kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang.
b) Biologi penyembuhan tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan
tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk
menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk
tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru
dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium
penyembuhan tulang, yaitu:

● Stadium Satu-Pembentukan Hematoma


Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma
disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin
guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat
tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama
sekali.
● Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi
sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari
periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi
ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses
osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang
baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang

25
patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur
sampai selesai, tergantung frakturnya.
● Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang
kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan
yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan
juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan
osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan
mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang
tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,
membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal
dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman
tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada
tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur
menyatu.
● Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut,
anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini
sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast
menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan
tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini
adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa
bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang
normal.
● Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang
yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun,
pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi
dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae
yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki

26
dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya
dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

c) Komplikasi fraktur
1)) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan
tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal,
hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
2)) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi
serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf,
dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan
otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena
tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu
kuat.
3)) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi
serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah
yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi,
hipertensi, tachypnea, demam.
4)) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma
pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai
pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena

27
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
dan plat.
5)) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran
darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.
6)) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya
terjadi pada fraktur.
g. Amputasi

Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih


diartikan pancung. Amputasi dapat pula diartikan sebagai
memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian
ekstremitas. Dalam ilmu kedokteran diartikan “membuang”
sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol
atau tonjolan alat (organ tubuh).Tindakan ini merupakan
tindakan yang dilakukan dalam kondisi (organ
tubuh).Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala organ yang terjadi pada
ekstremitas sudah tidak mungkin mendapat diperbaiki dengan
menggunakan teknik lain, atau manakala organ mendapat
membahayakan tubuh klien secara utuh atau merusak organ
tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan


beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem
persyarafan, sistem muskuloskeletal, dan sistem
kardiovaskuler. Lebih lanjut dia dapat menimbulkan masalah
psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan harga

28
diri dan produktivitas Penyebab atau faktor predisposisi
terjadinya amputasi.
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:
1) Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat
diperbaiki
2) Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin dapat
diperbaiki
3) Gangguan vaskuler atau sirkulasi pada ekstremitas yang
berat
4) Infeksi yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota
tubuh lainnya
5) Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin dapat
diterapi secara konservatif
6) Deformitas argon.

a) Jenis-jenis amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi:
1)) Amputasi selektif atau terencana. Amputasi jenis ini
dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penangan yang baik serta terpantau secara terus menerus.
Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif
terakhir.
2)) Amputasi akibat trauma. Ini merupakan amputasi yang
terjadi sebagai akibat trauma dan tidak terencana. Kegiatan
tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi
serta memperbaiki kondisi umum klien.
3)) Amputasi darurat. Kegiatan amputasi ini dilakukan secara
darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan
yang memerlukan kerja yang cepat seperti trauma dengan
patah tulang multiple dan kerusakan kulit yang luas.
Tetapi jenis amputasi yang lebih sering kita kenal adalah

29
a. Amputasi terbuka ini dilakukan pada kondisi infeksi yang
berat dimana pada pemotongan tulang dan otot pada tingkat
yang sama.
b. Amputasi tertutup ini dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkin dimana dibuat skalf kulit untuk menutup luka
yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm dibawah
potongan otot dan tulang.
2. Kelainan Pada Sendi
Sendi adalah pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau
otot.
Ada tiga tipe sendi, yaitu :
a. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat
bergerak.
b. Sendi kartilaginosa (amphiarthrodial), merupakan sendi yang
sedikit bergerak.
c. Sendi sinovial (diarthrodial), merupakan sendi yang dapat
bergerak dengan bebas.
a. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang
terutama terjadi pada orang yang berusia lanjut dan ditandai oleh
degenerasi kartilago artikularis, perubahan pada membran sinovia
serta hipertrofi tulang pada tepinya. Rasa nyeri dan kaku,
khususnya setelah melakukan aktivitas yang lama akan menyertai
perubahan degeneratif tersebut.
1) Insidens, Etiologi Dan Patologi
Osteoarthritis merupakan bentuk penyakit sendi yang
paling sering ditemukan. Diperkirakan ⅓ dari orang berusia
>35 tahun, menunjukkan bukti radiografi yang
memperlihatkan penyakit osteoarthritis dengan prevalensi yang
terus meningkat sampai 80 tahun. Meskipun mayoritas pasien,

30
khususnya yang berusia muda, menderita penyakit ringan dan
relatif asimptomatik, osteoarthritis merupakan salah satu dari
beberapa penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang
yang berusia > 65 tahun.
Osteoarthritis mungkin bukan satu penyakit melainkan
beberapa penyakit yang semuanya memperlihatkan gambaran
klinis dan patologis yang serupa. Akan kerusakan fokal tulang
rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada
dasar lesi tulang rawan dan tepi sendi yang dikenal sebagai
osteofit. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan
metabolisme tulang rawan sendi sudah timbul sejak awal
proses patologis osteoarthritis.
Perubahan metabolisme tulang tersebut berupa peningkatan
aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks
tulang rawan sendi yaitu kolagen dan proteoglikan. Perusakan
ini membuat kadar proteoglikan dan kolagen berkurang
sehingga kadar air tulang rawan sendi juga berkurang
Beberapa faktor turut terlibat dalam timbulnya osteoarthritis
ini. Penambahan usia semata tidak menyebabkan osteoarthritis,
sekalipun perubahan selular atau matriks pada kartilago yang
terjadi bersamaan dengan penuaan kemungkinan menjadi
predisposisi bagi lanjut usia untuk mengalami osteoarthritis.
Faktor-faktor lain yang diperkirakan menjadi predisposisi
adalah obesitas, trauma, kelainan endokrin (misalnya diabetes
melitus) dan kelainan primer persendian (misalnya arthritis
inflamatorik).

2) Keluhan dan Gejala


Gejala klinis osteoartritis bervariasi, tergantung pada sendi
yang terkena, lama dan intensitas penyakitnya, serta respon
penderita terhadap penyakit yang dideritanya. Gejala
Osteoarthritis adalah sebagai berikut:

31
a) nyeri sendi yang khas yaitu nyeri yang bertambah berat
pada waktu menopang berat badan atau waktu aktivitas
(melakukan gerakan), dan membaik bila diistirahatkan
b) gerakan sendi menjadi terhambat karena nyeri
c) pada beberapa penderita, nyeri sendi atau kaku sendi dapat
timbul setelah istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau
mobil (perjalanan jauh), atau setelah bangun tidur di pagi
hari
d) kadang disertai suara gemeretak/kemretek pada sendi yang
sakit
e) penderita mungkin menunjukkan salah satu sendinya
(sering lutut atau tangan) secara perlahan membesar
Secara klinis, osteoartritis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan,
yaitu :
a) Subklinis.
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis
lainnya. Kelainan baru terbatas pada tingkat seluler dan
biokimia sendi.
b) Manifest.
Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter.
Kerusakan rawan sendi bertambah luas disertai reaksi
peradangan.
c) Dekompensasi
Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi
deformitas dan kontraktur. Pada tahap ini biasanya diperlukan
tindakan bedah.
b. Arthritis Rheumatoid
Menurut definisi, artritis reumatoid adalah penyakit
inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif,
simetrik, dan sistemik serta cenderung menjadi kronik. Atau
artritis reumatoid adalah kelainan sistemik dengan manifestasi
utama pada persendian yang berkembang secara perlahan-lahan

32
dalam beberapa minggu. Artritis reumatoid merupakan inflamasi
kronik yang paling sering ditemukan pada sendi, insiden nya
sekitar 3% dari penduduk menderita kelainan ini dan terutama
ditemukan pada umur 20-30 tahun, lebih sering pada wanita
daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang
sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi
besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan.
1) Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa
teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
a) Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus
non-hemolitikus
b) Endokrin
c) Autoimun
d) Metabolik
e) Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh
faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap
kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena
virus dan organisme mikoplasma atau grup difteroid yang
menghasilkan antigen tipe II collagen dari tulang rawan sendi
penderita.

c. Arthritis Gout
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi
karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi).
Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi
asam urat (hiperurisemia). Serta Artritis gout suatu penyakit
autoimun dimana persendian secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

33
1) Insidens dan Patogenesis
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer
merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh
yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat
proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
Pada keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai
meningkat setelah pubertas. Pada wanita kadar urat tidak
meningkat sampai setelah menopause karena estrogen
meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah
menopause kadar urat serum meningkat seperti pada pria.
Gout jarang terjadi pada wanita. Sekitar 95% penderita gout
adalah pria. Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada
semua ras manusia. Ada prevalensi familial dalam penyakit
gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini.
Namun ada sejumlah faktor yang agaknya mempengaruhi
timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan gaya
hidup.
2) Gejala
Gejala gout berkembang dalam 4 tahap :
a) Tahap Asimtomatik : Pada tahap ini kadar asam urat dalam
darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
b) Tahap Akut : Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan
cepat memuncak, umumnya terjadi pada tengah malam atau
menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat
pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu
24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan
menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
c) Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat kembali
bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas
olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri
pada serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit
sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada

34
serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi
hanya sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung
bagaimana si penderita mengatasinya.
d) Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit
diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan akan
meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas
serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang
rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak
dan kaku pada sendi yang sakit.

3. Kelainan Pada Otot


a. Strain
Strain adalah trauma pada suatu otot atau tendon yang
biasanya disebabkan oleh peregangan otot yang melebihi batas
normalnya. Strain dapat pula disertai dengan robekan atau
ruptur jaringan. Pada cedera otot terjadi peradangan yang
menyebabkan jaringan membengkok atau terasa nyeri.
Penyembuhannya mungkin memerlukan beberapa minggu.
b. Sprain
Sprain atau keseleo adalah trauma pada suatu sendi
biasanya berkaitan dengan cedera ligamentum. Pada keseleo
yang berat , ligamentum dapat putus. Sprain dapat
menyebabkan peradangan, pembengkakan, dan nyeri.
c. Rigor Mortis
Rigor Mortis atau kaku mayat adalah kekakuan atau
kontraksi otot-otot yang terjadi beberapa jam setelah kematian.
Rigor mortis timbul akibat berkurangnya ATP dalam sel-sel
otot. Tanpa adanya ATP yang terikat ke kepala miosin, maka
jembatan-jembatan silang yang terhubung di otot pada saat dan
segera setelah kematian tidak dapat dilepaskan dan otot tetap
berkontraksi. Dalam satu hari protein-protein otot dihancurkan

35
oleh enzim-enzim lokal yang dikeluarkan oleh sel-sel yang
berdegenerasi sehingga otot kembali melemah.
d. Atrofi
Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan.
Atrofi suatu otot dapat terjadi akibat tidak digunakannya otot
atau terjadi pemutusan saraf yang mempersarafi otot tersebut.
Pada atrofi otot ukuran miofibril berkurang, atau walaupun
tidak mengalami atrofi kepadatan tulang dapat berkurang
akibat tidak digunakannya tulang tersebut atau adanya
penyakit defisiensi metabolik.

36
DAFTAR PUSTAKA
● Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-instruksional . Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.Jati, Wijaya. 2007.
● Syaifuddin. 2002. Anatomi fisiologi berbasis kompetensi untuk
keperawatan dan kebidanan. Jakarta. Penerbit : EKG
● Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.
Jakarta. Penerbit: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai