Anda di halaman 1dari 21

ANATOMI FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.


Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang
menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini
terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)
KOMPONEN SISTEM MUSCULOSKELETAL
A. Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas
hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium
kurang lebih 67% dan bahan seluler 33%.
Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).
3. Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hematopoesis).
5. Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor).
Struktur tulang
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut periosteum. Periosteum
memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan
limfatik. Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast . Dibagian dalamnya terdapat
endosteum yaitu membran vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan
rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna
howship (cekungan pada permukan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum (batang) tulang
panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di sternum, ilium, vetebra
dan rusuk pada orang dewasa, bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah dan putih.
Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang
mempunyai vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan darah melalui
pembuluh metafis dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak
melalui kanal volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan
memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok
darah ke sumsum tulang, System vena ada yang keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri.
Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik tulang. Matrik
tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam
polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang merupakan kerangka dimana garam garam
mineral ditimbun terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan fungsi tulang dan
terletak pada osteon (unit matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang
dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang
disebut lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat prosesus
yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh
darah yang terletak kurang lebih 0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas dan osteosit,
osteoklas mengikis tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi dan
pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti 18% pertahun.

Berdasarkan bentuknya tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Tulang Panjang / Tulang Pipa
Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya sebagai alat ungkit dari tubuh dan
memungkinkan untuk bergerak. Batang atau diafisis tersusun atas tulang kortikal dan ujung
tulang panjang yang dinamakan epifis tersusun terutama oleh tulang kanselus. Plat epifis
memisahkan epifiis dan diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinalpada anak-
anak. Yang pada orang dewasa akan mengalami kalsifikasi. Misalnya pada tulang humerus
dan femur.

Gambar 1.2 Struktur tulang panjang


2. Tulang Pendek
Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di tangan dan tarsalia di kaki.
Fungsinya pendukung seperti tampak pada pergelangan tangan. Bentuknya tidak teratur dan
inti dari konselus (spongi) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3. Tulang Pipih
Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul / koxa, sternum, dan iga-iga, serta scapula
(tulang belikat). Fungsinya sebagai pelindung organ vital dan menyediakan permukaan luas
untuk kaitan otot-otot, merupakan tempat penting untuk hematopoesis. Tulang pipih tersusun
dari tulang kanselus diantara 2 tulang kortikal.
4. Tulang Tak Beraturan
Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang tidak teratur, terdiri dari tulang
kanselous di antara tulang kortikal. Contoh : tulang vertebra, dan tulang wajah.
5. Tulang Sesamoid
Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung
oleh tendon dan jaringan fasial. Contoh : tulang patella (Kap lutut).
Bentuk dan kontruksi tulang ditentukan fungsi dan gaya yang bekerja padanya.
Kerangka
Sebagian besar tersusun atas tulang. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk
menyangga struktur tubuh.
Kerangka dibagi menjadi :
1. Kerangka aksial
Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang, terkelompok pada 3 daerah yaitu

 Kranium dan Tulang Muka ( TENGKORAK )


Kranium terdiri atas 8 tulang yaitu tulang-tulang parietal (2), temporal (2),frontal, oksipital,
stenoid, dan etmoid.
Tulang muka terdiri atas 14 tulang yaitu tulang maksila (2), zigomatikus (2), nasal (2),
lakrimal (2), palatinum (2),concha inferior (2),mandibula dan vomer.

 Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk tidak teratur, terbentang antara
tengkorak dan pelvis. Juga merupakan tempat melekatnya iga dan otot punggung. Kolumna
vertebralis dibagi dalam 7 vertebra sevikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5
vertebra sacrum dan 4 vertebra koksigius.

 Thoraks tulang
Thorak tulang terdiri tulang dan tulang rawan. Thoraks berupa sebuah rongga berbentuk
kerucut terdiri dari 12 vertebra torakalis dan 12 pasang iga yang melingkar dari tulang
belakang sampai ke sternum.
Pada sternum terdapat beberapa titik penting yaitu supra sternal notch dan angulus sterni
yaitu tempat bertemunya manubrium dan korpus sterni.
Bagian-bagian tersebut merupakan penunjang kepala, leher, dan badan serta melindungi otak,
medulla spinalis dan organ dalam thoraks.

2. Kerangka Apendikular
Kerangka apindikuler terdiri atas :
 Bagian bahu (Singulum membri superioris)
Singulum membri superior terdiri atas klavikula dan scapula.
Klavikula mempunyai ujung medial yang menempel pada menubrium dekat suprasternal
notch dan ujung lateral yang menempel pada akronion.
 Bagian panggul (Singulum membri inferior )
Terdiri dari ileum, iskium, pubis yang bersatu disebut tulang koksae. Tulang koksae bersama
sacrum dan koksigeus membentuk pelvis tulang. Ekstremitas bawah terdiri dari femur,
patella, tibia, fibula, tarsus, metatarsus.

B. Cartilago (tulang rawan)


Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat, tetapi fleksible dan
tidak bervasculer. Nutrisi melaui proses difusi gel perekat sampai ke kartilago yang berada
pada perichondium (serabut yang membentuk kartilago melalui cairan sinovial), jumlah
serabut collagen yang ada di cartilage menentukan bentuk fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous
(fibrocartilago) memili paling banyak serabut dan memiliki kekuatan meregang. Fibrus
cartilage menyusun discus intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus, putih,
mengkilap, dan kenyal membungkus permukaan persendian dari tulang dan berfungsi sebagai
bantalan. Cartilage yang elastis memiliki sedikit serat dan terdapat pada telinga bagian luar.
C. Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat keadaannya kenyal dan
fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas.
Contoh ligamen medial, lateral, collateral dari lutut yang mempertahankan diolateral dari
sendi lutut serta ligament cruciate anterior dan posterior di dalam kapsul lutut yang
mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil. Ligament pada daerah tertentu
melengket pada jaringna lunak untuk mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium
yang melalui ujung tuba ke peritoneum.

D. Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung dari otot yang
menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung dari otot dan menempel kepada tulang.
Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang bersambungan dengan aperiosteum.
Selaput tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu
terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn dengan membrane
sinovial yang menjamin pelumasan sehinggga mudah bergerak.
E. Fascia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di
bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia
dalam.
F. Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana digunakan di atas
bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae
dibatasi membrane sinovial dan mengandung caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan
diantara bagian-bagian yang bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus
olekranon dan kulit.
G. Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan
berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain
melalui jaringan penyambung yang disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan
pelumas (cairan sinofial). Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon.
Sedangkan, jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang disebut ligamen.
Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa, sinovial. Dan berdasarkan
fungsionalnya sendi dibagi menjadi: sendi sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.
Secara structural dan fungsional klasifikasi sendi dibedakan atas:
1. Sendi Fibrosa/ sinartrosis
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin gerakan antara
tulang-tulangnya. Sendi fibrosa tidak mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu
dengan lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. contohnya sutura pada
tulang tengkorak, sendi kaitan dan sendi kantong (gigi), dan sindesmosis (permukaan sendi
dihubungkan oleh membran).

2. Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis


Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian- persendiannya dipisahkan oleh
bahan antara dan hanya mungkin sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-ujung tulangnya
dibungkus tulang rawan hyalin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak.
Ada dua tipe kartilago :
 Sinkondrosis
Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan hialin
 Simfisis
Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin
yang menyelimuti permukaan sendi.
Contohnya :simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang mempersatukan kedua tulang pubis),
sendi antara manubrium dan badan sternum, dan sendi temporer / sendi tulang rawan primer
yang dijumpai antara diafisis dan epifisis.

3. Sendi Sinovial/ diarthroses


Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi
dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang
membentuk suatu kantong yang melapisi suatu sendi dan membungkus tendon-tendo yang
melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarana.
Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak
pula juga sebagi sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Tulang rawan memegang peranana penting, dalam membagi organ tubuh. Tulang rawan
sendi terdi dari substansi dasar yang terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang
dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi
sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan
sewaktu sendi menerima beban berat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah.
Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya. Berbagai jenis sendi sinovial yaitu
sendi datar / sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi kondiloid, sendi berporos, dan sendi
pelana / sendi timbal balik.Gerak pada sendi ada 3 kelompok utama yaitu gerakan meluncur,
gerkan bersudut / anguler, dan gerakan rotasi.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah fleksi, ekstensi, adduksi,
abduksi, rotasi, sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti supinasi, pronasi, inversion,
eversio, protaksio.
Sendi diartrosis terdiri dari:
1. Sendi peluru
Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan yang lebih bebas. Sendi ini
terjadi apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung
tulang lain yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan tulang panggul
dengan tulang paha, dan tulang belikat dengan tulang atas.
2. Sendi engsel
Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah, Persendian yang menyebabkan gerakan
satu arah karena berporos satu disebut sendi engsel. Contoh sendi engsel ialah hubungan
tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.
3. Sendi pelana
Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi, seperti pelana, dan berporos dua.
Contohnya, terdapat pada ibu jari dan pergelangan tangan
Memungkinkan gerakan 2 bidang yang saling tegak lurus. misal persendian dasar ibu jari
yang merupakan sendi pelana 2 sumbu
4. Sendi pivot
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar pegangan pintu, misal
persendian antara radius dan ulna.
5. Sendi peluncur
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah sendi-sendi tulang karpalia di
pergelangan tangan
H. Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan terutama adalah
jaringan penyambung, yang tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel yang
ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada
jaringan penyambung, seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit, leukosit
polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan
peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam sel
penyambung ini adalah sel yang tetap berada dalam jaringan seperti fibroblast, kondrosit,
osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan dari substansi dasar
dan membuat tiap jenis jaringan pemyambung memiliki susunan sel yang tersendiri.
Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah kolagen dan elastin. Serat-serat
elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat ini didapat dalam ligament, dinding
pembuluh darah besar dan kulit. Elastin dipecah oleh enzim yang disebut elastase.
I. Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi otot menghasilkan
suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan
temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas semua jaringan kontraktil. Menurut fungsi
kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh otot dikelompokkan dalam :
 Otot rangka (striadted / otot lurik).
Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan
postur tubuh dan menghasilkan panas.
 Otot polos (otot visceral).
Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh darah. Otot ini mendapat
rangsang dari saraf otonom yang berkontraksi di luar kesadaran
 Otot jantung.
Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian.
Otot rangka dinamai menurut bentuknya seperti deltoid, menurut jurusan serabutnya seperti
rektus abdominis, menurut kedudukan ototnya seperti pektoralis mayor, menurut fungsinya
seperti fleksor dan ekstensor. Otot rangka ada yang berukuran panjang, lebar, rata,
membentuk gumpalan masas. Otot rangka berkontraksi bila ada rangsang. Energi kontaraksi
otot diperoleh melalui pemecahan ATP dan kegiatan calsium.
Otot dikaitkan di dua tempat tertentu yaitu :
1. Origo
Tempat yang kuat dianggap sebagai tempat dimana otot timbul
2. Isersio
Lebih dapat bergerak dimana tempat kearah mana otot berjalan.
Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari
pemecahan ATP dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara adekuat dapat
berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenasi tidak adekuat. Pergerakan
akibat tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit dan sendi berperan sebagai
tumpuan atau penopang.
Masalah yang berhubungan dengan system ini mengenai semua kelompok usia, masalah pada
system musculoskeletal tidak mengancam jiwa tetapi berdampak pada kativitas dan
produktivitas penderita.
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR KLAVIKULA

A. DEFINISI
Clavikula (tulangselangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian
depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula
adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang
tubuh. serta memberikan perlindungan penting yang mendasari pembuluh darah dan
saraf. Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bisa
menyebabkan terputusnya kontinuitas tulang tersebut (Dokter bujang.2012).
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial
melengkung lebih besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecil
dan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula disebut ekstremitas sternalis,
membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut ekstremitas
acromalis, membentuk persendian dengan akromion. Shoulder komplek merupakan
sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena memiliki 5 sendi yang saling
terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi synovial dan 2 sendi non synovial.
Tiga sendi synovial adalah sterno clavicular joint, acromio clavicular joint, dan
glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah supra humeral joint dan scapula
thoracic joint (Sulhaerdi, 2012).
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang
terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti
seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung
maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi
disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher,
setiap kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur
clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya
(Dokter bujang, 2012).

B. ETIOLOGI
Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan
kendaraan bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak langsung
(kontraksi otot, fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari
jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara
langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban
digunakan untuk immobilisasi yang komplit, walaupun tidak umum, mungkin
menggunakan ORIF.
Faktur Klavikula, menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera
yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar
(outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai
klavikula, namun baru – baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme
secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya
tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini
dikemukankan oleh (Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson).
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena
trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma
dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling
sering dijumpai. Pada anak – anak sekitar 10 – 16% dari semua kejadian patah tulang,
sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6 – 5 %.

C. PATOFISIOLOGI
Patah Tulang selangka( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera
atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika
terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga
dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur klavikula.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume
darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema local
maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler
yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan
tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan site,
2013).
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan
pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat
normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan
bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin perlu untuk membantu
pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika
ingin menggerakan (Medianers, 2011).

E. KLASIFIKASI
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari
satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks
yang utuh).

Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan
dunia luar, meliputi:
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menonjol melalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan
dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun
1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
klavikula menjadi tiga kelompok:

Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi kejadian
75 - 80%).
 Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
 Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%). Terbagi menjadi
3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan trapezoid).
 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun gangguan ligament coracoclevicular.
 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
 Tipe 2 B. Terjadi gangguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua -
duanya.
 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC
joint.
 Tipe 4. Ligament tetap untuk melekat pada perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
 Tipe 5. Patah tulang klavikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada kejadian ini
biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi akut :
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemotorax
Komplikasi Lambat :
- Mal union : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non Union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di
dalam darah.
2. CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Anda. Anda mungkinkan diberi pewarna sebelum gambar
diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena).
Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang
alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin
alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap
kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
3. Magnetic Resonance Imaging scan (MRI)
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetic untuk mengambil
gambar tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI,
gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu
berbaring diam selama MRI.
4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.
H. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2000) diperoleh data sebagai
berikut:
1. Aktivitas (istirahat)
Tanda :Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan
nyeri)
2. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau
hipotensi ( kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia), penurunan
/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat
pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi
cedera.
3. Neurosensori
Gejala : Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan
dengan nyeri atau trauma)
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri
akibat kerusakan saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan,
pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan / kolaboratif pada pasien dengan fracture clavikula :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat
luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulitburuk, terdapat
jaringan nekrotik.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidaknyamanan,
kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/
tahanan.
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
5. Risiko cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien post operasi

J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Dx kep Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Kaji KU pasien Mengetahui cara yang
berhubungan keperawatan selama proses terhadap nyeri efektif untuk
dengan keperawatan pasien mengatasi nyeri
diskontinuitas diharapkan mampu
tulang mempertahankan tingkat nyeri
b. Kaji PQRST nyeri Untuk mengetahui
pada: pasien tingkat nyeri pasien
Indikator IR ER
Skala nyeri 2 4 c. Jelaskan tentang Memberi alternatif
berkurang prosedur yang meringankan nyeri
dapat menurunkan
Menggunakan 2 4
dan meningkatkan
teknik
nyeri
relaksasi untuk
menurunkan
d. Ajarkan teknik Untuk meringankan
Nyeri
nafas dalam dan memberikan rasa
Keterangan :
nyaman juga
1. Tidak pernah menunjukan
mengalihkan nyeri
2. Jarang menunjukan
pasien
3. Kadang-kadang
menunjukan
e. Kolaborasi Analgetik dapat
4. Sering menunjukan
pemberian obat mengurangi nyeri
5. Selalu menunjukan
analgetik jika
perlu.

f. Kaji TTV dan KU Mengetahui


pasien perkembangan
kondisi pasien

Dx kep Tanggal/ Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


jam
Risiko 08-2- Setelah dilakukan 1. Monitor perdarahan Mengetahui jumlah
perdarahan 2013 tindakan keperawatan pada daerah perdarahan yang
berhubungan 10.50 selama proses pembedahan setelah muncul
dengan wib keperawatan diharapkan dilakukan insisi.
proses masalah risiko 2.
pembedahan perdarahan tidak terjadi2. Bantu operator dan Minimalisasi perdarahan
dengan kriteria hasil: asisten bila terjadi
Indikator IR ER perdarahan hebat

. Tidak 3 5
terjadi 3. Monitor vital sign Mengetahui

perdarahan melalui bedsite perkembangan kondisi


monitor pasien
Tidak ada 3 5
peningkatan
output cairan
No Diagnosa Tujuan Intevensi Rasional
1. Resiko Setelah dilakukan asuhan a. Perhatikan posisi g. Keamanaan
tinggi keperawatan diharapkan resiko pasien pasien tetap
cedera b.d cedera tidak terjadi. terjaga
Proses Dengan criteria hasil:
pemindah Indikator IR ER b. Dekatkan bed di h. Menjaga
an pasien. Tidak terjadi abserasi 2 4 samping pasien keamanan
kulit karena c.
pemindahan pasien. Lindungi organi. Mencegah
vital pasien cedera
Pasien dapat 2 4
ii.
dipindahkan dengan
d. Kolaborasi denganj. Mempermudah
aman dan nyaman.
2-3 perawat yang pengangkatan
Keterangan :
ada
1. Tidak pernah menunjukan
e. k.
2. Jarang menunjukan
Angkat pasien Mempermudah
3. Kadang-kadang menunjukan
secara bersamaan pengangkatan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
f. Berikan l. Memberikan
penyangga di rasa nyaman
tempat tidur pasien. pada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012.


Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif
Watampone, 2011
Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2010
Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2012.
Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah.2nd ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010
Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia.Bandung:
Graha Ilmu Publishing, 2011
Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010.

Anda mungkin juga menyukai