Anda di halaman 1dari 33

CLINICAL SCIENCE SESSION

FRAKTUR SCAPULA

1
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem muskuloskeletal terdiri dari kerangka, sendi, otot, ligamentum dan


bursa. Kerangka membentuk dan menompa tubuh, melindungi organ penting dan
berperan sebagai penyimpan mineral tertentu seperti kalsium, magnesium, dan
fosfat (Reeves 2001).
Tingginya angka kejadian pada kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia
dapat mengakibatkan tingginya resiko patah tulang atau fraktur. Fraktur
kebanyakan disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki dari pada orang
perempuan dengan perbandingan 3:1. Fraktur disebabkan karena sering
berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor (Smeltzer & Bare, 2002).
Untuk itu pada makalah ini, penulis akan membahas menganai asuhan
keperawtan pada klien dengan fraktur clavicula dan fraktur scapula. Penulis
berharap makalah ini dapat membantu pembaca untuk melaksanakan intervensi
yang sebaiknya dilakukan untuk menangani kasus dengan fraktur scapula dengan
melihat dari beberapa masalah yang tercantum pada makalah ini.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan tindakan yang


harmoni sehingga manusia menjadi seseorang yang bebas dan mandiri. Sistem
muskuloskeletal terdiri dari kerangka, sendi, otot, ligamentum dan bursa.
Kerangka membentuk dan menompa tubuh, melindungi organ penting dan
berperan sebagai penyimpan mineral tertentu seperti kalsium, magnesium, dan
fosfat. Rongga medula tulang adalah tempat utama memproduksi sel darah. Otot
memberikan kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari
sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkatkan produksi panas
untuk menjaga kontrol temperature.

Tulang

Tulang dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein yang
diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Terdapat 206 tulang
di tubuh diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar dan tidak beraturan,
sesuai dengan bentuknya. Permukaan tulang bagian luar yang keras disebut
periostenum, terbentuk dari jaringan pengikat fibrosa. Periosteum mengandung
pembuluh darah yang memberikan suplai oksigen dan nutrisi ke sel tulang.
Rongga tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan sumsum merah.
Sumsum tulang merah adalah tempat hematopolesis yang memproduksi sel darah
putih dan sel darah merah serta platelet.

Stuktur tulang terdiri dari tulang rangka appendikular dan aksial. Tulang
rangka aksial dibentuk oleh tempurung kepala, tulang belakang, tulang rusuk, dan
sternum. Proses pemindahan beban dari struktur aksial ke kaki-kai (limbs) yang
kurang ikatan dan kaki-kaki mereka itu sendiri menyempurnakan tulang rangka
appendikular. Tulang klavikula terletak persis di bawah kulit dan mudah diraba
sepanjang strukturnya. Dari ujung sternum, tulang mula-mula melengkung ke

3
depan, kemudian ke belakang. Ia mempertahankan posisi scapula dan bila tulang
ini patah, bahu jatuh ke depan dan kebawah. Klavikula merupakan satu-satunya
tulang yang menghubungkan tulang-tulang ekstremitas atas dengan rangka aksila
karena scapula tidak berartikulasi dengan iga maupun kolumna vertebralis.
Klavikula tidak ditemukan pada rangka kebanyakan hewan berkaki empat, karena
klavikula hanya diperlukan untuk memfiksasi scapula bila ekstremitas digerakkan
keluar menjauhi batang badan.

Rangka apendikular terdiri dari girdle untuk pectoral (bahu) girdle pelvis,
dan tulang lengan serta tungkai. Setiap girdle pectoral memiliki dua tulang
klavikula dan scapula yang berfungsi untuk melekatkan tulang lengan ke rangka
aksial.

1. Skapula (tulang belikat) adalah tulang pipih triangular dengan tiga tepi;
tepi vertebra (medial) yang panjang terletak parallel dengan kolumna
vertebra; tepi superior yang pendek melandai ke arah ujung bahu; dan tepi
lateral (merupakan tepi ketiga pelengkap segitiga) mengarah ke lengan.

4
a. Bagian spina pada scapula adalah bubungan tulang yang berawal dari
tepi vertebra dan melebar saat mendekati ujung bahu

b. Spina berakhir pada prosesus akromion, yang berartikulasi dengan


klavikula; bagian ini menggantung persendian bahu

c. Prosesus korokoid adalah tonjolan berbentuk kait pada tepi superior


yang berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot dinding dada
dan lengan.

d. Rongga glenoid (fosa glenoid) adalah suatu ceruk dangkal yang


ditemukan pada persendian tepi superior dan lateral. Bagian ini
mempertahankan letak kepala humerus (tulang lengan).

Scapula mempunyai dua permukaan yaitu anterior dan posterior, dan tiga
patas yang meliputi superior, lateral dan medial. Permukaan anteriornya agak
konkaf dan terletak pada dinding toraks posterior. Permukaan posterior dibagi
menjadi dua daerah oleh spina scapulae, rigi tulang, yang teraba melalui kulit,
berjalan melintasi lebar scapula berujung di sebelah lateral sebagai acromnion,
bagian tulang yang terletak tepat di atas sendi bahu. Acromnion berartikulasi
dengan ujung lateral clavicula.
Processus coracoideus yang berujung kecil dan tajam mengarah ke depan
dari batas atas scapula, menonjol tepat di bawah clavicula. Cavitas glenoidale,
pada ujung atas batas luar scapula berartikulasi dengan caput humeri membentuk
sendi bahu.
Scapula dihubungkan dengan kepala, badan dan lengan oleh sejumlah otot.
Gerakan sendi bahu meluncur melalui permukaan posterior dinding dada.

5
2. Klavikula (tulang kolar) adalah tulang berbentuk S, yang secara lateral
berartikulasi dengan prosesus akromion pada scapula dan secara medial
dengan manubrium pada takik klavikular untuk sendi sternoklavikular.

a. Dua pertiga bagian medial dari tulang klavikula berbentuk konveks,


atau melengkung ke depan.

6
b. Sepertiga bagian lateral tulang klavikula berbentuk konkaf, atau
melengkung ke belakang.

c. Klavikula berfungsi sebagai tempat pelekatan sebagian otot leher,


toraks, punggung dan lengan.

Tulang klavikula terletak persis di bawah kulit dan mudah diraba


sepanjang strukturnya. Dari ujung sternum, tulang mula-mula melengkung ke
depan, kemudian ke belakang. Tulang tersebut mempertahankan posisi
scapula dan bila tulang ini patah, bahu jatuh ke depan dan kebawah.
Klavikula merupakan satu-satunya tulang yang menghubungkan tulang-
tulang ekstremitas atas dengan rangka aksila karena scapula tidak
berartikulasi dengan iga maupun kolumna vertebralis. Klavikula tidak
ditemukan pada rangka kebanyakan hewan berkaki empat, karena klavikula
hanya diperlukan untuk memfiksasi scapula bila ekstremitas digerakkan
keluar menjauhi batang badan.

Tulang ini mudah patah akibat benturan pada bahu, karena ia tertekan
antara sternum dan titik benturan. Sebenarnya tulang ini lebih baik patah. Bila
tidak, akan terjadi cedera pada leher. Dileher terdapat banyak struktur penting
atau pada sendi bahu (Watson Roger, 2002)

7
Terdapat dua tipe jaringan tulang yang terdapat dalam konstruksi tulang
rangka yaitu diaphysis dan epiphysis. Saat pertumbuhan tulang tercapai,
diaphysis atau batang tulang panjang yang padat dan keras akan bergabung
dengan epiphysis yaitu ujung tulang yang mirip spon (Reeves 2001).

Ada 4 jenis tulang, yaitu tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan
tulang yang tidak beraturan (Ester 2008) :

1. Tulang panjang

Tulang panjang (misalanya femur, humerus) bentuknya silindris dan


berukuran panjang, seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta,
dengan kedua ujungnya berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang
kanselus. Bangian luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosa kuat yang
disebut dengan periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang
menembus tulang.

2. Tulang pendek

Tulang pendek (misalnya falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan


tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil daripada bagian proksimal,
sera berukuran pendek dan kecil.

3. Tulang pipih

Tulang pipih (misalanya sternum, kepala, skapula, panggul) bentuknya


gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan
lunak dibawahnya. Tulang pipih terdiri atas dua lapisan tulang kompakta
dan bagian tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini dilapisi oleh
periosteum yang dilewati oleh dia kelompok pembuluh darah menembus
tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang spongiosa.

4. Tulang tidak beraturan

Tulang tidak beraturan ( misalnya, vetebra, telinga tengah) mempunyai


bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari
tulang spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta.

8
Sel-sel penyusun tulang terdiri dari (Ester 2008) :

1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresi


sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.

2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyang yang memungkinkan mineral dan


matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik
yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral
tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam darah.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :


Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
1. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
2. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
3. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hematopoiesis).
4. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

Struktur tulang aksesori

Struktur tulang aksesori menempel satu sama lainnya pada tempat yang disebut
dengan sendi atau artikulasi.

Terdapat tiga tipe jenis sendi yang di kelompokkan berdasarkan tingkat


gerakan menurut Reeves (2001) :

1. Sendi fibrosa atau synarthroses : sendi yang tidak dapat digerakkan


(immovable) dan dapat ditemukan diantara tulang tempurung kepala,
ujung distal radius dan ulna dan atara gigi dengan tulang rahang.

9
2. Sendi synovial atau diarthroses : sendi yang dapat digerakkan dengan
bebas, memiliki permukaan sambungan yang ditutupi oleh kartilago hyalin
dan kapsul yang diisi dengan cairan (bursa) untuk melumaskan dan
mengurangi pergesekan. Hal ini dapat ditemukan pada tulang sendi engsel,
sendi peluru, dan sendi bola serta sendi poros.

3. Amphiarthroses: sendi yang memungkinkan timbulnya gerakan ringan,


konstruksi tulang tersebut merupakan tulang kartilago dan bertempat
diantara tulang vetebra, tulang pubis dan dimana 10 tulang rusuk yang
pertama menyambung pada tulang sternum.

Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas (Ester 2008) :

1. Fibrosa

Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya,
sutura pada tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian
distal.

2. Kartilago

Sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan hialin,


disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini dibagi
menjadi 2, yaitu:

a. Sinkondrosis, yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi


oleh tulang rawan hialin. Contohnya, sendi-sendi kostokondral.

b. Simfisis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan


fibrikartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti
permukaan sendi. Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang
punggung.

3. Sendi sinovial

10
Sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi sinovial ini
memiliki struktur anatomi, yaitu:

a. Ball and socket joint (bahu dan pinggul) membuat pergerakan ke


segala arah.

b. Hinge joint (siku) membuat pergerakan fleksi dan ekstensi.

c. Lutut seringkali diklasifikasikan sebagai hinge joints, tetapi berputar


sebaik fleksi dan ekstensi.

d. Pergerakan yang luwer dan lembut fi pergergelangan tangan dikenal


sebagai biaxial joints.

e. Pivot joint hanya berotasi di daerah radio-ulnar.

Otot

Otot skelet adalah otot lurik karena mereka terbentuk dari serabut-serabut yang
terdiri dari beberapa myofibril yang tertutup dalam jaringan retikulum
endoplasmik. Serabut-serabut otot dibungkus dalam kelompok-kelompok
kemudian kelompok tersebut bersama-sama membentuk otot. Setiap otot dilapisi
oleh lapisan jaringan pengikat (fascia).

Tendon adalah ujung fascia yang memanjang membentuk ekor yang ulet dan
tendon ini menempelkan otot-otot pada tulang. Otot skelet biasanya
menghubungkan dua tulang dan melalui paling tidak satu sendi.

Otot memiliki sifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan namun
memiliki aksi yang berlawanan. Ketika satu otot berkontaksi (penggerak yang
utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis). Sedangkan kekuatan setiap
gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli dari serabut-serabut.

Fungsi otot skelet adalah mengontrol pergerakan, mempertahankan postur tubuh,


dan menghasilkan panas.

11
1. Ekstabilitas

Kesanggupan sel untuk menerima dan merespon stimulus. Stimulus biasanya


dihantarkan oleh neurotransmiter yang dikeluarkan oleh neuron dan respons yang
ditransmisikan dan dihasilkan oleh potensial aksi pada membran plasma dari sel
otot.

2. Kontrakbilitas

Kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan memendek secara paksa.

3. Ekstrabilitas

Kesanggupan sel untuk merespon stimulus dengan memperpanjang dan


memperpendek serat otot saat relaksasiketika berkontraksi dan memanjang jika
rileks.

4. Elastisitas

Kesanggupan sel untuk meghasilkan waktu istirahat yang lama setelah memendek
dan memanjang.

12
Fraktur Scapula

Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi berupa


terputusnya kontinuitas tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisis atau
kartilago. Diperkirakan 66% dari semua cedera dapat berdampak pada
system musculoskeletal, seperti fraktur dan cedera jaringan lunak. Ketika terjadi
fraktur, diperlukan perbaikan yang luar biasa untuk regenerasi tulang kembali ke
keadaan semula. Pada saat terjadi fraktur tulang, kekuatan fisik yang
menyebabkan fraktur tersebut juga menimbulkan kerusakan pada jaringan /
struktur di sekitarnya. Fraktur dapat dijelaskan berdasarkan posisi anatomis dan
susunan fragmen.

Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur. Leher scapula


dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Fraktur Scapula
tidak lazim karena terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada.

Fraktur scapula dapat terjadi pada badan, leher, prosesus akromion dan
prosesus korakoid. Terjadi akibat trauma langsung dengan gejala nyeri serta
pembengkakan pada daerah yang terkena trauma.

Klasifikasi fraktur

Berdasarkan lokasi fraktur, fraktur scapula di bedakan menjadi 3 tipe


(Zdravkovic and Damholt):

Tipe 1 : frakturyang melibatkan badan tulang scapula


Tipe 2 : fraktur yang melibatkan coracoid dan acromion (Apophyseal
fractures)
Tipe 3 : fraktur yang melibatkan sudut lateral superior, termasuk tulang
genoid dan leher scapula

13
Klasifikasi fraktur pada fossa glenoid (Ideberg):

 Tipe IA: fraktur tepi anterior


 Tipe IB: fraktur tepi posterior
 Tipe II: garis fraktur sepanjang
fossa glenoid yang keluar
melalui batas lateral skapula
 Tipe III: garis fraktur sepanjang
fossa glenoid yang keluar
melalui batas superior skapula
 Tipe IV: garis fraktur sepanjang
fossa glenoid yang keluar
melalui batas medial skapula
 Tipe VA: kombinasi tipe II dan
IV
 Tipe VB: kombinasi tipe III dan
IV
 Tipe VC: kombinasi II, III, dan
IV
 Tipe VI: fraktur comminuted

Klasifikasi fraktur acromion:

Type I: Minimally displaced


Type II: Displaced but does
not reduce the subacromial
space
Type III: Displaced with
narrowing of the subacromial
space

Klasifikasi Fraktur Korakoid

• Type I: Proximal to the coracoclavicular


ligament
• Type II: Distal to the coracoclavicular ligament

14
Etiologi

1. Trauma langsung
2. Dislokasi bahu dapat menyebabkan glenoid fracture
3. Otot atau ligamen dapat menyebabkan fraktur avulsion
4. Cedera tidak langsung terjadi melalui aksial loading pada lengan
terentang

Penyebab fraktur scapula menurut Stover (2012), yaitu:


a. Trauma atau benturan
Adanya 2 trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
1) Benturan langsung (karena adanya suatu benda yang terjatuh).
2) Benturan tidak langsung (benda metal).
b. Tekanan atau stress yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan fraktur yang kebanyakan terjadi pada tulang tibia, fibula
atau mentatarsal pada olahragawan, militer maupun penari.
Contoh :
Seorang militer yang berlatih dengan menghentakkan kakinya secara rutin
dan terus-menerus.
c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang
Kelemahan tulang yang abnormal karena proses patologis seperti
tumor maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan
fraktur yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.

Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit. Trauma pada tulang dapat menyebabkan
keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur
terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan
lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah.

15
Tulang scapula terletak di sebelah posterior tulang kostal dan merupakan
tempat melekatnya otot yang berfungsi untuk menggerakkan lengan atas dan
lengan bawah. Kondisi anatomis ini memberikan dampak terjadinya fraktur
tertutup lebih sering dibandingkan dengan terjadinya fraktur terbuka pada tulang
scapula. Bahkan menurut Gibson (2002) fraktur scapula tidak lazim karena
terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada.
Fraktur skapula dapat terjadi melalui beberapa mekanisme. Badan skapula
dapat patah karena tekanan besar secara langsung, seperti dari kecelakaan
kendaraan bermotor atau jatuh, yang biasanya juga dapat mematahkan tulang
rusuk dan dapat menyebabkan dislokasi sendi sternoklavikular. Leher skapula
dapat patah karena hantaman atau terjatuh di bagian bahu, yang menyebabkan
terjadinya tekanan pada anterior atau posterior bahu. Hantaman pada bahu dapat
menyebabkan ujung trisep dapat menarik glenoid ke arah bawah dan lateral.
Prosesus korakoid dapat patah di dasarnya karena antara lain hantaman terhadap
aspek superior bahu atau kontraksi otot yang sangat kuat yang menyebabkan
avulsi pada ujung tulang. Akromion dapat patah karena tekanan langsung ke
bawah yang mengarah ke bahu. Fraktur pada fossa glenoid sering disebabkan oleh
tekanan yang mengarah ke medial yang dialirkan sepanjang humerus setelah
terjatuh dengan posisi siku yang fleksi. Dislokasi bahu dapat terjadi pada fraktur
fossa glenoid. Fraktur glenoid stellate biasanya terjadi setelah hantaman langsung
terhadap bahu lateral. Fraktur scapula ini juga dapat terjadi karena osteoporosis
sehingga kekuatan tulang dapat menurun.

Manifestasi Klinis

1. Nyeri
2. Nyeri tekan pada scapula (loksi yang terjadi kerusakan tulang)
3. Bengkak
4. Hilangnya fungsi tulang

Body or spine fracture

16
Temuan paling sering adalah nyeri, edema, dan memar di daerah yang terkena.
Ekstremitas atas adduksi, apabila diabduksikan akan menambah rasa nyeri.
Fraktur akromion
Nyeri di prosessus akromion paling sering ditemukan. Kontraksi deltoid dan
abduksi lengan menambah rasa nyeri.
Type Description
I Non- or minimally-displaced
II Displaced but not affecting the subacromial space
Displacement compromising the subacromial
III
space

Neck fracture
Pasien dengan fraktur skapula bagian neck akan menahan agar bahu tidak
bergerak dalam posisi adduksi. Tempat paling nyeri yaitu lateral humeral head.
Type Description
Fracture proximal to the coracoclavicular
I
ligament
II Fracture distal to the coracoclavicular ligament

Fraktur glenoid
Fraktur pada glenoid menunjukkan manifestasi klinis mirip dengan fraktur
skapula bagian neck, dengan nyeri hebat apabila bahu bergerak.
Type Description
Ia Anterior rim fracture
Ib Posterior rim fracture
II Fracture through glenoid exiting scapula laterally
III Fracture through glenoid exiting scapula superiorly
IV Fracture through glenoid exiting scapula medially
Va Combination of types II and IV
Vb Combination of types III and IV
Vc Combination of types II, III and IV
VI Severe comminution

Coracoid fracture
Pasien dengan fraktur prosessus korakoid datang dengan nyeri pada area korakoid.
Adduksi bahu atau fleksi siku akan menambah rasa nyeri.

17
Pemeriksaan Diagnostik

Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan


tes diagnostik seperti:

1. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung dan
Mengetahui tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan
sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodic.

Gambar 7:Foto Rontgen Scapula (Wiss2013)

18
Penatalaksanaan Fraktur Scapula
Penatalaksanaan untuk fraktur scapula menurut Kneale (2011) yaitu:
1. Jika klien mengalami patah tulang karena kecelakaan, hal pertama yang
harus diperhatikan adalah posisi lurus dan sejajarkan seperti bentuk tubuh
yang seharusnya. Hindari posisi menekuk karena hal ini justru akan
memperparah adanya fraktur tulang scapula.
2. Jika terjadi nyeri, berikan obat-obatan yang dapat diberikan untuk
meringankan rasa sakit (lihat tatalaksana nyeri). Pasien mungkin perlu obat
antibiotic atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
3. Pertahankan gerakan lengan seminimal mungkin. Untuk mengurangi
adanya inflamasi. Pemberian analgesic seperti Aspirin, ibuprofen (Motrin,
Advil), dan acetaminophen (Tylenol) efektif menghilangkan rasa nyeri
pada orang dewasa, hindari penggunaan aspirin pada anak-anak.
4. Penanganan lanjutan dilakukan dengan pembedahan. Penanganan
tergantung pada derajat pergeseran. Fraktur sederhana memerlukan mitela
lebar untuk jangka pendek sebelum mobilisasi. Fraktur lainnya
mebutuhkan manipulasi tertutup, dilanjutkan dengan pemakaian mitela.
Pada fraktur displaced lebih berat, yang melibatkan permukaan artikular,
diperlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.

19
5. Setelah dilakukan penanganan lanjutan, klien dengan fraktur scapula
disarankan pergi ke dokter untuk memeriksa kemajuan penyembuhannya
dan menentukan adanya komplikasi atau tidak.
6. Modifikasi spika bahu (gips Clavikula) atau balutan berbentuk angka
delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini,
menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila
dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai
untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri
aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur
1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat
ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3
distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi
pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi
interna. (gayle 2001)
7. Manajemen Keperawatan (ROM)
Latihan ROM dapat dibedakan antara pasif dan aktif. Latihan ROM pasif
adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada
setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan
tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri,
pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
,sedangkan latihan ROM aktif adalah perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal. (Suratun 2008).
Pada fraktur scapula bentuk latihan Perawatan untuk pasien aktif adalah
memperingatkan klien untuk mengangkat lengan di atas bahu sampai
ujung tulang yang fraktur telah bersatu (sekitar 5 minggu). Latihan bahu
dilakukan supaya bahu dapat bergerak bebas. Aktivitas yang kuat dibatasi
selama 3 bulan. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal
2 kali sehari setelah pasca nyeri akut lewat untuk pasien yang sadar.

20
Adapun cara melakukan ROM secara aktif adalah sebagai berikut .
Bagian Tubuh Jenis Jenis Pergerakan Derajat Otot Primer
Sendi
Bahu endi bola Fleksi : Angkat lengan 180 Korakobrakialis,
lesung dari posisi samping ke 45-60 bisep brakii,
atas kepala dengan arah deltoid,
ke depan pektoralis mayor
Dorsi latisimus,
teres mayor,
Ekstensi : Kembalikan 180 trisep brakii
lengan ke posisi Dorsi latisimus,
disamping tubuh teres mayor,
deltoid
Hiperekstensi : 45-60 Deltoid,
Gerakkan lengan ke supraspinatus
belakang tubuh,
pertahankan siku lurus
Abduksi : Naikkan 180
lengan ke arah samping Pektoralis mayor
ke atas kepala dengan
telapak tangan menjauhi
kepala Pektoralis
Aduksi : Rendahkan 320 mayor, Dorsi
lengan ke samping dan latisimus, teres
melewati tubuh sejauh mayor,
mungkin subskapularis
Rotasi internal : Dengan 90
siku difleksikan,
rotasikan bahu dengan Infraspinatus,
menggerakan lengan teres
hingga ibu jari bergerak Infraspinatus,

21
menghadap ke depan dan teres mayor,
belakang. 90 deltoid
Rotasi eksternal : Dengan
siku difleksikan, gerakan Deltoid,
lengan hingga ibu jari korakobrakialis,
bergerak ke atas dan ke dorsal latisimus,
samping kepala brakoradioali
360
Sirkumduksi : Gerakan
lengan dalam satu
lingkaran penuh
(Sirkumduksi adalah
kombinasi dari semua
pergerakan sendi ball-
and-socket)

8. Anjurkan klien untuk lebih banyak beristirahat untuk meringankan inflamasi


setelah dilakukan tindakan.

Tatalaksana Nyeri
a. Dalam strategi penatalaksanaan nyeri yang sekiranya berat dalam patah tulang
digunakan srategi “Three Step Analgesic Ladder” dari WHO. Pada nyeri akut,
sebaiknya di awal diberikan analgesik kuat seperti Opioid kuat. Dosis
pemberian morfin adalah 0.05 – 0.1 mg/kg diberikan intravena setiap 10/15
menit secara titrasi sampai mendapat efek analgesia. Terdapat evidence
terbaru di mana pada tahun terakhir ini Ketamine juga dapat dipergunakan
sebagai agen analgesia pada dosis rendah (0.5 – 1 mg/kg). Obat ini juga harus
ditritasi untuk mencapai respon optimal agar tidak menimbulkan efek anastesi.
Efek menguntungkan dari ketamine adalah ketamine tidak menimbulkan
depresi pernafasan, hipotensi, dan menimbulkan efek bronkodilator pada dosis
rendah. Kerugian ketamine adalah dapat menimbulkan delirium, tetapi dapat
dicegah dengan memasukkan benzodiazepine sebelumnya (0.5 – 2 mg
midazolam

22
intravena) Peripheral nerve blocks juga menjadi pilihan baik dilakukan
tunggal maupun kombinasi dengan analgesik intravena. Yang umumnya
digunakan adalah femoral nerve block.
b. Paket es dapat ditempatkan pada daerah yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan
gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang.
c. Untuk mengurangi nyeri tersebut, juga dapat dilakukan imobilisasi, (tidak
menggerakkan daerah fraktur). Teknik imobilisasi dapat dilakukan dengan
pembidaian atau gips. Bidai dan gips tidak dapat pempertahankan posisi dalam
waktu yang lama. Untuk itu diperlukan teknik seperti pemasangan traksi
kontinu, fiksasi eksteral, atau fiksasi internal

Komplikasi

Komplikasi akut :
1. Cedera pembuluh darah
2. Pneumouthorax
3. Haemothorax
Komplikasi lambat :
1. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
2. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

23
Prognosis

Sebagian besar patah tulang nondisplaced skapula akan sembuh tanpa


operasi. Prognosis yang baik untuk kembali ke aktivitas fungsional jika
keharmonisan tulang dan stabilitas glenohumeral dikembalikan. Fraktur neck dari
skapula atau intra-articular glenoid fractur adalah yang paling memungkinkan
untuk merasa sakit berkepanjangan dan kehilangan jangkauan gerak bahu.
Prognosis Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan
operative.

Pencegahan

Banyak jenis fraktur yang dapat dicegah dengan menggunakan peralatan


pengaman seperti; sabuk pengaman , supaya dapat mengurangi insiden kecelakaan
kendaraan bermotor, perilaku mengendarai kendaraan yang baik dan penggunaan
mesin pabrik yang baik dapat mencegah cedera traumatik, yang dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan fraktur, meskipun
terutama orang-orang pada usia muda suka mengambil kegiatan yang beresiko,
bahaya yang berhubungan dengan mesin pabrik tidak dapat dianggap remeh,
peringatan ketika berolahraga. Di rumah sakit disediakan peringatan keamanan,
lantai yang bersih. (Chang, John & Dough 2010).

24
BONE HEALING

Setiap tulang yang mengalami cedera, misalnya fraktur karena kecelakaan,


akan mengalami proses penyembuhan. Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari:
inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan
remodeling.

1. Tahap Hematoma dan Inflamasi.


Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil
yang melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam
daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan
mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat
terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari
daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu
daerah cincin avaskular tulang yang mati pada sisi – sisi fraktur segera setelah
trauma. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3
minggu.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan
yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung
fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah.
Tempat cidera
25
kemudian akan diinvasi oleh macrophage (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama bila
ada cedera di tempat lain dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang
cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung
fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah.
Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar)
yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan,
dan nyeri. Tahap inflmasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri.

2. Tahap Proliferasi Sel.


Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-
benangfibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi,
dan invasi fibroblastdan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari
osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan
ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan
melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro
minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan
merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan
potensial elektronegatif. Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar
fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi
karena adanya sel – sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk
membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus
interna sebagi aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi
robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari
diferansiasi sel – sel mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan
lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan
jumlah dari sel – sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada
jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan
seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah
fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur

26
akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada
pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan
suatu daerah radioluscen.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan
berakhir pada minggu ke 4 – 8.

3. Tahap Pembentukan Kalus.


Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.
Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen
sel dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast
membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler
kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam – garam kalsium pembentuk
suatu tulang yang imatur.
Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek
secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.
Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam
tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi
digerakkan.
Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus
atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama
terjadinya penyembuhan fraktur.

4. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).


Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan – lahan
diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi
struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap.
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada
minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur. Pembentukan kalus mulai
mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang, melalui
proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal,

27
penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.
Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).


Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati
dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung
beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus
yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang.
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk
bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis
medularis. Pada fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi resorpsi secara
osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna
secara perlahan – lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang
yang kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian dalam akan
mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum.
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai
beberapa tahun dari terjadinya fraktur. Tulang kanselus mengalami
penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak,
khususnya pada titik kontak langsung.
Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis
mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis
menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai
hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan.
Prosesremodelingtulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak
dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif,
sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang
negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad.
C, 1998)
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati
dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodelling

28
memerlukan waktu berbulan-bulan samapai bertahun-tahun tergantung
beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus
yang melibatkan tulang kompak dan kanselus, stress fungsional pada tulang.
Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat dari
pada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung. Ketika
remodeling telah sempurna, muatan permukaan patah tulang tidak lagi
bermuatan negatif.

29
TEKNIK PEMERIKSAAN SCAPULA

Untuk proyeksi pemeriksaan Scapula ada  2 yaitu :

 AP
 Lateral
 Y view (Tangensial)
Untuk Proyeksi pemeriksaan yang sering dilakukan di rumah sakit hanya AP dan Lateral 
Untuk Klinisnya biasanya Fraktur di Scapula.

Proyeksi pemeriksaan AP 

 PP (Posisi Pasien) = Pasien berdiri (Erect) atau Tiduran (Supine)


 PO (Posisi Objek) = Tubuh dirotasikan 30 derajat ke arah yang sakit, sehingga scapula sisi
yang yang diperiksa paralel dengan film, pada posisi supine sisi yang sehat diganjal dengan sandbag
dan tangan diletakkan di atas scapula
 Ukuran kaset = 24x30 cm Vertikal
 CR = Horizontal atau vertikal tegak lurus.
 CP = Pada mid scapula menuju pertengahan kaset.
 FFD = 90 cm
 Marker = R/L orientasi AP

Kriteria gambaran : Scapula, Coracoid Process, Acromion, Glenoid cavity, Inferior angle Clavicula,
dan Lateral border.

30
Kriteria Radiograf: 

 Bagian lateral dari scapula harus bebas superposisi dari costae


 Scapula terlihat horizontal dan tidak obliq
 Detail dari scapula dapat dilihat pada bagian yang superposisi dengan paru-paru dan costae
 Processus acromion harus masuk dalam foto.

Proyeksi pemeriksaan Lateral

 PP (Posisi pasien) = Pasien berdiri (Erect) membelakangi arah sinar


 PO (Posisi Objek) = Siku pada sisi yang diperiksa dalam keadaan fleksi, lengan sedikit
abduksi dan diletakkan dibelakang tubuh dan tubuh dirotasikan 60-70 derajat sehingga sisi yang
diperiksa dekat dengan film dan bidang scapula tegak lurus terhadap kaset.
 Ukuran kaset = 24x30 cm Vertikal
 CR = Tegak lurus Horizontal
 CP = Pada pertengahan scapula menuj pertengahan kaset.
 FFD = 90 cm
 Marker = R/L Orientasi PA 

Kriteria gambaran : Scapula, Coracoid Process, Acromion, Inferior angle.

31
Kriteria Radiograf : 

 Bagian vertebrae pada daerah axila terlihat superposisi


 Scapula terbebas dari superposisi dengan humerus.
 Proses Acromion dan angulus inferior harus masuk dalam radiograf.
 Bagian yang tebal dari lateral scapula harus terlihat dengan densitas yang jelas.

32
DAFTAR PUSTAKA

33

Anda mungkin juga menyukai