pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Adapun matriks tersusun atas
98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan
proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun.
Selanjutnya, osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Sementara osteoklas adalah sel
multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Di tengah osteon
terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan
lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus
yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus (menghubungkan pembuluh darah sejauh
kurang dari 0,1 mili meter).
Tulang diselimuti oleh membran fibrous padat yang dinamakan periosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai
tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah,
dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang
merupakan sel pembentuk tulang. Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang
menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.
Osteoklast, yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat
endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organic (hidup) dan 70% endapan
garam. Bahan organic disebut matriks, dan terdiri lebih dari 90% serat kolagen dan kurang
dari 10% proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan
fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam
menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan
organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan
kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan
dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup.
Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan jumlah
stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk
tulang yaitu osteoblas.
8 tulang karpal
5 tulang metacarpal
14 falang
1. Klavikula atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang membentuk bagian
anterior gelang bahu. Fungsi klavikula memberi kaitan pada beberapa otot leher, bahu
dan lengan yang bekerja sebagai penopang lengan
2. Scapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang gelang bahu dan terletak di
sebelah belakang toraks yang lebih dekat ke permukaan dari pada iga. Bentuknya
segitiga pipih dan memperlihatkan dua permukaan, tiga sudut, dan tiga sisi.
3. Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang anggota atas,
memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung.
4. Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan
dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial lengan bawah dan lebih panjang
dari pada radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.
5. Radius adalah tulang disisi lateral bawah, merupakan tulang pipa dengan sebuah batang
dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
6. Karpal terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat tulang dalam setiap
baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah navilular (skafoid), lunatum
(seminular), trikuetrum, dan pisiformis. Baris bawah adalah trapezium (multangulum
mayus), trapezoid (multangulum minus), kapitatum, humatum.
7. Metacarpal. Terdapat lima tulang metacarpal. Setiap tulang mempunyai batang dan
dua ujung. Ujung yang bersendi dengan tulang kapal di sebut ujung karpal dan sendi
yang di bentuknya adalah sendi karpo _ metacarpal. Ujung distal bersendi dengan
falang di sebut kepala.
8. Falang juga tulang panjang, mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya mengecil di
arah ujung distal. Terdapat 14 falang, tiga pada setiap jari dan dua pada ibu jari.
C. Kerangka Anggota Bawah
Tulang ekstermitas bawaha atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan
perantaraan gelang panggul. Anggota bawah terdiri atas tiga puluh satu tulang :
1 tulang koksa
1 femur
tulang paha
1 tibia
tulang kering
1 fibula
tulang betis
1 patela
tempurung lutut
1 tulang tarsal
5 tulang metatarsal -
14 falang
1. Tulang koksae adalah tulang pipih berbentuk tak teratur yang dibentuk tiga tulang
yang bertemu di aserabulum, yaitu sebuah rongga berbentuk cawan di permukaan
eksternal tulang koksa dan mencekam kepala femur dalam formasi gelang panggul.
2. Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi
dengan asetubulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini menjulur medial
kelutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai
sebuah batang dan dua ujung.
3. Patella atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang berkembang
didalam tendon otot kuadrisep ekstensor
4. Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak medial
dari fibula \atau tulang betis; tulang tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan
dua ujung.
5. fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang itu adalah
tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
6. Tulang tarsal (tulang pangkal kai). Ada tujuh buah tulang yang secara kolektif
dinamakan tarsus. Tulang-tulang itu adalah tulang pendek, terbuat dari jaringan tulnag
berbentuk jala dengan pembungkus jaringan kompak. Tulang-tulang ini mendukung
berat badan kalau berdiri.
7. Tulang metatarsal. Terdapat lima tulnag metatarsal. Tulang-tulang ini tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung-ujung proksimal atau ujung tarsal bersendi
dengan tulang tarsal. Ujung distal atau falangeal bersendi dengan tulang tarsal. Ujung
distal atau falangeal bersendi dengan basis falang proksimal.
8. Falang-falangnya sama dengan jari-jari tangan, tetapi lebih pendek
D. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).
5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
(syndenmosis
disebut
membrana
synovialis.
Ujung-ujung tulang yang ditutupi tulang rawan dan di perkuat dibagian luarnya
oleh kapsula sendi dan ligamentum. Kapsula sendi ada dua lapisan, yaitu:
a. Bagian luar disebut stratum (membrane) fibrosum
b. Bagian dalam disebut stratum synovialis
humeraulnaris)
b. Articulatio Biaxial, mempunyai dua axis. Contoh: hubungan antara humerus
dan radius (articulatio humeroradialis) dan sendi lutut (articulatio genus)
c. Articulatio Triaxial, mempunyai tiga axis. Contoh: sendi bahu (articulatio
humeri), dan sendi pinggul (articulatio coxae)
5. Enam sendi yang bergerak bebas
a. Sendi peluru atau art. Globaidea (ball dan socket). Sendi ini memberikan
gerakan yang terbesar. Kepala sendi yang agak bulat dari tulang panjang masuk ke
dalam rongga yang sesuai berbentuk cekung memungkinkan gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, dan gerak panduan atau sirkumduksi. Jenis sendi
ini digolongkan ke dalam sendi bersumbu tiga. Contoh sendi ini adalah art humeri
dan art coxae.
b. Sendi bujur telur atau art. Ellipsoidea (ellipsoid). Sendi ini merupakan modifikasi
dari sendi peluru. Gerakan sedikit terbatas dan tergolong ke dalam sendi bersumbu
dua. Meskipun dapat fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi, namun tidak rotasi.
Sebagai contoh sendi-sendi metacarpophalangea dan jari-cari tangan. Sendi geser
(gliding, atrhrodial, plane). Permukaan-permukaan sendi berbentuk tak beraturan,
biasanya datar atau sedikit lengkung. Satu-satunya gerakan yang dapat dilakukan
adalah menggeser, karenanya disebut nonaxial. Contoh-contoh terdapat dalam
tulang- tulang tarsal dan carpal, dan juga processus articularis dari verterbrae.
c. Sendi putar atau art. Trocoidea (trocoid). Gerakan pada sendi jenis ini terjadi di
dalam bidang transversal dengan longitudinal. Contoh-contoh dari sendi ini ialah
art, radioulnar dan art. Atlanto epistrophica pada rotasi kepala.
d. Sendi engsel atau art. Throchlearis (ginglysum). Gerakan pada sendi ini ada di
dalam bidang sagital dengan sumbu transversal. Fleksi dan ekstensi terjadi pada
siku, pergelangan kaki dan sendi interphalangea.
e. Sendi pelana atau art. Sellaris (sellar). Sendi ini berbentuk seperti pelana. Sendi
bersumbu dua yang dapat bergerak fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi. Satusatunya sendi pelana yang asli ialah art. Carpometacarpaldari ibu jari
6. Persendian Menurut Tempat Sendi Anggota Gerak Atas
a. Sendi Pergelangan Bahu
1) Art. Sternoklafikular adalah hubungan antara gelang bahu batang badan, antara
pares sternalis klafikula manubrium sterni rawan iga I, sebelah atas berhubungan
dengan klavikula dan sebelah bawah dengan sternum.
2) Art. Akromioklavikula.
Sendi ini merupakan hubungan antara ekstremitas akomialis dan klavikula
3) Art Humeri.
Persendian ini merupakan sendi peluru karena kaput humeri merupakan sebuah
bola yang melekat pada bagian dalam bidang scapula dengan kaput gerakan
humeri.
b. Sendi Siku (Art Cubiti)
Bagian ini merupakan artikulasiokomposita, pada sumbu ini bertemu humerus, ulna
dan radius. Sedangkan menurut faalnya sendi ini merupakan sendi engsel yang
terdiri dari 3 bagian.
1) Art. Humeroulnaris. sendi antara trokhlea humeri dan insisura seminularis
ulnae. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertamuan yang terlebar pada
sikap lengan yang sedikit diketulkan sehingga merupakan sikap terbaik bagi
lengan untuk menerima tumpuan.
2) Art. Humeroradialis. sendi antara capitulum humeri fovea capitulum adii.
3) Art. Radio Ulnaris Proksimal. Sendi btara sirkumferensia artikularis radii dan
insisura radialis ulna.
c. Sendi Lengan Bawah dan Tangan
1) Art. Radiokarval, merupakan sendi ellipsoid, hubungan antara ujung distal
radialis yang merupakan lekuk sendi dan os navikularie/ lunatum dan triquitrum
merupakan kepala sendiyang terletak di sebelah distal.
2) Art. Korpometacarpae, terdiri dari:
a) Art. Carpometacarpae I (pollicis), hubungan antara os metacarpal I dan os
multangulum manus merupakan sendi pelana simpai sendi sangat longgar
sehingga pergerakan lebih luas.
b) Articulations carpometacarpae II-V, sendi antara ossa carpalia dan ossa
metacarpalia II-V.
c) Articulationes intermetacarpal, basis ossis meta carpal II-V bersendi satu
sama lainya dengan satu permukaansendi yang kecil.
d) Articulaatoones metacarpophalangea, merupakan sendi antara ossis
metakarval, kepala sendi dengan basis ossis phalanx I merupakan lekuk sendi.
e) Articulations digitorum manus, sndi antara phalanx I, II, III merupakan
sendi-sendi engsel yang diprtkuat oleh (lig.vaginale,endorotasi dan eksorotasi).
d. Persendian Gelang Panggul
Sendi pinggul adalah sendi sinobial dari varietas sendi putar. Kepala sendi femur
kedalam asetabulum tulang koksa. Sendi ini tebal dan kuat, membatasi gerak
sendikeseluruh arah dan membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri, gerak
sendi fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan eksorotasi.
a) Articulatio sakroilliaka
Persendian antara os sacrum dan os sacrum dan os ileum melalui fascies
artikularis ossis illii dan fasies artikularis ossis sacrum. Sendi ini merupakan
hbungan antara gelang pnggul dan rangka yang identik dengan artikulasio
sternoklavikularis. Artikulasio ini mempunyi gerakan yang kecil karena banyak
cekungan, cembung dan persendian tidak rata, disamping itu banyak ligamentum
pada sendi.
b) Art. Simfisis pubis.
Hubungan antara kedua os pubis. Di dalamnya ada satu kavum yang disebut
pseudokruris berupa kartilago dinamakan fibrokartialagointerpubis.
c) Artikulatio koxae
Persendian ini merupakan enarthorosis spheroidea, diprkuat oleh ligamentum
illeo femorale sehingga caput pemoris bias keluar dari lekuknya dan berada di
bawah os ileum.
e. Persendian tungkai atas dan litut
Articulatio genu menghubungkan permukaan ujung tulang distal os femur dengan
permukaan ujung proksimal tibiya yaitu antara condilus medialis dan lateralis ossis
femur dengan fascies articularissuperior ossis tibia. Di depan sendi ini terdapat
patella.
Sendi lutut adalah sendi engsel yang dibentuk oleh kondilus femoralis yang bersendi
dengan permukaan dari kondilus tibia. Patella terletak di atas permukaan yang halus
pada femur tetapi tidak termasuk dalam sendi lutut.
f.
serabut membrane unterosa kruris dan medial atas ostibia ke lateral baawah
menuju osfibula.
g. Persendian kaki
a) Art. Talo tibia fibularis. talo fibia fibuaris (pergelangan kaki)
b) Art. Talo tarsalia. Talo tarsalia (sendi loncat),karena pada gerakan meloncat ada
dua bagian:
1) Art talo calcaneo (sendi locat bagian atas) antara fascies articularis calcanei
posterior assis talus dan fescies articularis tali posterior ossis calcaaneus.
2) Art talo calcaneo navicularis (sendi loncat bagian bawah) antara fasies
articular naviculare calcanei media anterior dan fasies articularis naviculare
ossis talus dengan fasies tali media anterior ossis calcaneus dan fasies
articularis tali ossis navicular pedis. Gerakan sendi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu geakan plantar flexi dan adduksi dan gerakan dorsal flexi kaki
disertai adduksi.
3) Art. Tarso transversa. Merupakan linea amputasionies choparti. Ada dua
bagian yaitu: art. Talo navicularis edis(antara capitulum tali fascies artikularis
tali os navicularis pedis) dan ar. Calcanea kuboida (antara articularis uboida
dari os kolumnae fasies articularis kalkanei dari os kuboideum). Gerakan
rotasi sumbu gerak searah dengan panjang kaki.
4) Art. Tarso metatarsia. Sendi ini ada diantara permukaan distal ossa
kunaiformi renon I, II, III dengan permukaan proksimal ossa metatarsalia I, II,
III. Permukaan sendi distal os koboideum dengan permkaan proksimal ossa
metatarsalia IV, V. antara permukaan distal ossa metatarsalia dengan
permukaan proximal ossa falangea I, digiti I, II, III, IV, V.
5) Art. inter falangeal. Ada diantara ruas jari I, II, III, ( masing-masing jari
digiti) I, II, III, IV, V untuk gerakan sendi engsel.
h. Sendi kolumna vertebralis
Kecuali vertebrae servikalis 1, semua vertebrae lainya saling berartikulasi dengan
perantaraan artikulasio kartilaginia dan artikulasio sinovial.
a) Sendi antara korpus vertebrae
b) Sindi diantara arkus vertebrae.
c) Artikulatio atianto oksipitalis.
d) Artikulatio atianto aksiralis
C. Gerakan yang terjadi pada sendi
1. Gerakan meluncur, dimana dua permukaan ceper bergerak bergeseran satu sama
lain, seperti dalam gerakan antar tulang-tulang karpal dan tarsal.
2. Gerakan bersudut (anguler), yang diterangkan sesuai dengan arah dari gerakan, misal:
fleksi, dan ekstensi.
3. Gerakan rotasi adalah dimana satu tulang bergerak mengitari tulang yang lain atau di
dalam tulang lain seperti pada sendi putar.
Osteoarthritis
1.1 Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena
osteoarthritis. Osteoarthritis dapat dibagi menjadi :
a.
Osteoarthritis primer
Osteoarthritis primer dapat disebut sebagai osteoarthritis idiopatik, OA ini tidak memiliki
penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit maupun
perubahan local pada sendi.
b.
Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder disebabkan oleh inflamasi, kelainan system endokrin, metabolic,
factor keturunan, serta imobilisasi yang terlalu lama.
1.2 Epidemiologi
Prevalensi keseluruhan 12 15 % pada paling sedikit satu sendi. Lebih banyak pada
kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya usia,
contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia >75% tahun memiliki bukti radiologis
adanya OA. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.
1.3 Etiologi
Penyebab osteoarthritis belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu digunakan factor resiko,
antara lain :
a.
b.
Frekuensi OA dibawah 45 tahun kurang lebih sama pada wanita maupun laki laki, tetapi
di atas 50 tahun ( setelah menopouse ) frekuensi OA lebih banyak pada wanita
c.
Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya OA baik
pada wanita maupun pria.
d.
Pekerjaan berat maupun pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan risiko OA
e.
2.
2.1 definisi
post traumatic arthritis adalah arthritis yang disebabkan karena adanya cedera atau trauma.
2.2 etiologi
post traumatic arthritis disebabkan oleh pemakaian dari sendi yang memiliki jenis cedera
fisik. Cedera bisa dari olahraga, kecelakaan kendaraan, jatuh, cedera militer, atau sumber lain
trauma fisik. Cedera tersebut dapat merusak tulang rawan dan/atau tulang, mengubah
mekanika sendi dan membuat haus lebih cepat.
3.
osteonecrosis
3.1 definisi
osteonecrosis merupakan kematian jaringan tulang karena kegagalan suplai darah.
3.2 etiologi
penyebab osteonecrosis antara lain akibat pengobatan (glukokortikoid), keadaan fisiologik
atau patologik tertentu (kehamilan, tromboemboli) atau tidak diketahui (idiopatik)
4.
osteochondritis dissecans
4.1 definisi
Osteokondritis Disekans adalah suatu kondisi di mana suatu bagian tulang rawan sendi lepas
dari ujung tulang bersama dengan lapisan tipis tulang di bawahnya. Gangguan ini paling
sering terjadi pada pria muda, terutama setelah cedera sendi.
4.2 etiologi
Artritis Reumatoid
5.1 Definisi
Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh adanya inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Artritis Reumatoid
terutama mengenai sendi - sendi kecil pada tangan dan kaki.
5.2 Epidemiologi
Pada kebanyakan populasi di dunia, prevalensi AR relative konstan yaitu berkisar antara 0,5
1. Prevalensi di India dan di Negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%. Sedangkan
di China, Indonesia, dan Philipina prevalensinya kurang dari 0,4%. Prevalensi AR lebih
banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki laki dengan rasio 3:1 dan
dapat terjadi pada semua kelompok umur.
5.3 Etiologi
a.
Etiologi dari AR tidak diketahui secara pasti. Factor genetic berperan penting terhadap
kejadian AR. Hubungan gen HLA-DRB1 telah diketahui dengan baik.
b.
Prevalensi AR lebih besar pada perempuan daripada laki laki, sehingga diduga hormone
sex berperan dalam perkembangan penyakit ini.
c.
Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit. Organism ini diduga
menginfeksi host dan merubah respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit.
6.
6.1 Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit rematik autoimun yang ditandai dengan
adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau system dalam tubuh
6.2 Epidemiologi
Prevalensi SLE diberbagai Negara sangat bervariasi antara 2,9/100.000 400/100.000.
penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia, tetapi paling banyak pada usia 15 - 40 tahun.
6.3 Etiologi
Etiologi dari SLE belum diketahui secara pasti. Diduga melibatkan interaksi yang kompleks
dan multifaktorial antar variasi genetic dan faktor lingkungan
7.
Spondilitis ankilosa
7.1 Definisi
Spondilitis ankilosa merupakan penyakit inflamasi yang bersifat sistemik terutama
menyerang sendi tulang belakang ( vertebra )
7.2 Epidemiologi
Spondilitis ankilosa biasanya mulai sejak decade kedua hingga decade ke tiga kehidupan
dengan median usia 23 tahun. Pada 5% pasien, gejala timbul pada usia lebih dari 40 tahun.
Usia yang rinci sulit ditentukan karena diagnosis seringkali tidak dikenali selama bertahun
tahun.
7.3 Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui tetapi penyakit ini cenderung diturunkan secara
genetic.
8.
8.1 Definisi
Arthritis pirai merupakan penyakit heterogen sebagai akibat dari deposisi Kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan
ekstraseluler
8.2 Epidemiologi
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa, sedangkan pada wanita jarang sebelum
menopause.
8.3 Etiologi
Gangguan metabolisme Hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih
dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. Penumpukan Kristal monosodium urat pada sendi.
9.
Pseudogout
9.1 Definisi
Serangan radang akut dengan gejala mirip dengan gout dan sering tampak pada pasien
pasien dengan penimbunan Kristal CPPD
9.2 Epidemiologi
Laporan mengenai data epidemiologi penyakit radang sendi akibat penimbunan Kristal
( atropati Kristal ) sangat jarang. Pseudogout sering ditemukan pada umur pertengahan dan
umur yang lebih tua, data yang pernah dilaporkan menyatakan bahwa 10 15 % mengenai
mereka yang berusia 65 70 tahun dan akan meningkat 30 -60 % pada usia di atas 80 tahun.
9.3 Etiologi
Penyebab dari pseudogout adalah timbunan Kristal CPPD di dalam struktur sendi. Penyebab
penimbunan ini belum diketahui.
3. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS PENYAKIT METABOLISME SENDI
Patofisiologi mempelajari mengenai fungsi-fungsi tubuh yang mengalami gangguan atau
fungsi-fungsi yang berubah akibat proses penyakit.
Patogenesis merupakan keseluruhan proses perkembangan penyakit. Perubahan struktur dan
fungsi setiap komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sel, jaringan dan organ.
1.Osteoarthritis(OA)
Patofisiologi
Pada kondisi fisiologis, matriks ekstraselular memiliki waktu paro bertahun-tahun sehingga
metabolismenya berjalan sangat lambat. Namun dengan adanya peningkatan beban mekanik
(peningkatan berat badan), bertambahnya usia dan adanya cedera dapat mempercepat proses
metabolismenya. Tulang rawan sendi akan terdegradasi menyebabkan keretakan matriks.
Permukaan halus tulang rawan menjadi kasar dan menyebabkan iritasi.Jika tulang rawan
menjadi kasar seluruhnya, maka tulang pangkal kedua tulang yang bertemu menjadi rusak
dan gerakannya menyebabkan nyeri dan ngilu.
Patogenesis
Sampai saat ini masih belum jelas, karena banyak faktor- faktor penyebab atau faktor-faktor
predisposisi yang mempengaruhinya. Perubahan-perubahan yang terjadi yaitu :
i.Kerusakan tulang rawan sendi
Dalam keadaan normal matrix tulang rawan berisi lebih kurang 80% air, 3,6% proteoglikan,
15% kolagen dan sisanya mineral dan zat-zat organik lain serta kondrosit yang berfungsi
membentuk kolagen dan proteoglikan. Kadar kolagen dan proteoglikan ini yang menentukan
agar matrix tulang rawan berfungsi baik yaitu sebagai penahan beban dan peredam kejut.
Pada tahap awal kerusakan tulang rawan, terjadi penurunan kadar proteoglikan sedangkan
kadar kolagen masih normal. Hal ini terjadi karena proses destruksi melebihi proses
produksinya sehingga permukaan tulang rawan menjadi lunak secara lokal. Juga kadar air
menurun sehingga warna matrix menjadi kekuningan dan timbul retakan dan mulai terbentuk
celah.
Tahap kedua, celah makin dalam tetapi belum sampai ke perbatasan daerah subkondral.
Jumlah sel rawan mulai menurun, begitu juga kadar kolagen.
Tahap ketiga, celah makin dalam sampai ke daerah subkondral.Kista dapat menjadi sangat
besar dan pecah sehingga permukaannya menjadi tidak teratur.
Tahap keempat, serpihan rawan sendi yang terapung dalam cairan sendi akan difagosit oleh
sel-sel membran sinovia dan terjadilah reaksi radang. Sementara itu kondrosit mati,
proteoglikan dan kolagen tidak diproduksi lagi.
ii.Pembentukan osteofit
Ada beberapa hipotesis mengenai pembentukan osteofit :
1) Akibat proliferasi (pengulangan siklus sel) pembuluh darah di tempat rawan sendi
berdegenerasi.
2) Akibat kongesti (penghambatan) vena yang disebabkan perubahan sinusoid sumsum yang
tertekan oleh kista subkondral.
3) Akibat rangsangan serpihan rawan sendi, maka akan timbul sinovitis sehingga tumbuh
osteofit pada tepi sendi, pada perlekatan ligamen atau tendon dengan tulang.
2.Rheumatoid Arthritis (RA)
Patofisiologi
Pada RA, reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot.
Patogenesis
Meskipun faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk inisiasi penyakit, kerentanan, dan
akselerasi belum teridentifikasi, faktor-faktor ini memicu reaksi kekebalan yang mengarah ke
peradangan sendi, kerusakan, dan kehancuran. Pada gilirannya, hal ini peradangan sendi,
kerusakan, dan kehancuran menguatkan respon imun, menyebarkan proses penyakit dan
menyebabkan kerusakan sendi lebih lanjut dan kehancuran. Respon imun terpadu yang
kompleks dan menyebabkan sekresi sitokin, antibodi, RF, dan anti-Antibodi PKC.Perubahan
histopatologis di RA sinovium terjadi, termasuk edema dengan infiltrasi sel T, sel B, dan
makrofag.Pembentukan pannus, atau jaringan granulasi inflamasi yang mengikis tulang
rawan menjadi berdekatan dan tulang, akhirnya mengarah pada kerusakan sendi.Respon
kekebalan yang terlibat dalam patogenesis RA sekarang dapat ditargetkan oleh farmasi barucotherapy. Sebuah contoh adalah penggunaan agen biologis terhadap tumor necrosis factor-
(TNF-) yang muncul pada akhir 1990-an. Sebagai penelitian lebih lanjut menjelaskan peran
sel kekebalan tubuh dan faktor (misalnya, TNF- dan interleukin [IL-1 dan IL-6]) dalam
patogenesis, kemajuan lanjut dalam pengobatan RA mungkin memerlukan interaksi beberapa
inflamasi sel Antigen-presenting sel dan sel T berinteraksi dengan sel B dan sel plasma.
3.GOUT (Uric Acid)
Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7
mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan apabila konsentrasi asam urat dalam serum
lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Jika
kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan
dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang-ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian
perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat
(batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis. Gambaran kristal urat dalam cairan
sinovial sendi yang asimtomatik menunjukkan bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin
berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut
dengan immunoglobulin yang terutama berupa IgG. Dimana IgG akan meningkatkan
fagositosis kristal dan dengan demikian dapat memperlihatkan aktifitas imunologik.
Patogenesis
pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
4. Post Traumatic Arthritis
Patofisiologi dan Patogenesis
Hal ini sering terbentuk sebagai akibat dari dislokasi, patah tulang atau cedera ligamen di
kaki yang merusak sendi. Patofisiologi dan Patogenesis yang sama dengan Osteoarthritis
hanya pada PTA, umumnya diakibatkan adanya trauma, contohnya trauma pada saat
olahraga, kecelakaan, jatuh atau cedera fisik lainnya.
5.Osteonecrosis (Necrosis Avascular)
Patofisiologi
Kepala tulang paha mendapatkan aliran darahnya dari hanya satu pembuluh darah.Bila
pembuluh ini tersumbat atau dihalangi, aliran darah ini ditutup dengan akibat
osteonekrosis.Hal serupa dapat berpengaruh pada bahu dan lutut.Pada beberapa kasus, lemak
mEnyumbat pembuluh darah dalam tulang.Infeksi HIV dapat menyebabkan masalah dengan
metabolisme lemak.Tingkat lemak yang tinggi dalam darah dapat menyumbang pada
gumpalan darah. Lebih banyak radang dapat meningkatkan pembekuan darah dan juga
meningkatkan risiko gumpalan darah.
Patogenesis
Dengan penyumbatan aliran darah pada pembuluh darah di tulang, menyebabkan kurangnya
bahkan tidak ada aliran darah (gangguan sirkulasi darah) dalam tulang selanjutnya, daerah
yang berdekatan menjadi hyperemic (meningkatnya volume darah), mengakibatkan
demineralisasi, dalam trabekular (jaringan) menipis, dan kemudian hancur/mati. Dengan
matinya sel pada satu bagian tersebut jaringan seluruhnya yang tidak tersirkulasi darah juga
akan mati.
6.
Osteochondritis dissecans
Patofisiologi
tersumbatnya aliran darah menyebabkan tulang subchondral untuk mati dalam proses yang
disebut avascular nekrosis. Tulang tersebut kemudian diserap kembali oleh tubuh,
meninggalkan tulang rawan artikular sehingga menjadi rentan terhadap kerusakan. Hasilnya
adalah fragmentasi (diseksi) dari kedua tulang rawan dan tulang, dan gerakan bebas dari
fragmen osteokondral ini dalam ruang sendi, menyebabkan rasa sakit ,kaku pada sendi
menjadi tidak seimbang serta menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Patogenesis
Osteochondritis dissecans adalah hasil dari sirkulasi aliran darah yang terhambat ke sebagian
dari tulang talus.dengan bertambahnya waktu yang lama, kalus yang sedikit demi sedikit
hilang/ habis akibat proses penyerapan oleh tubuh (efek sirkulasi darah) lama kelamaan akan
menyebabkan osteoarthritis.
7.
SPONDILITIS ANKILOSA
Penyakit ini bersifat kronis dan progresif yang menyerang pada sendi sakroiliakal dan sendi
panggul serta sendi-sendi synovial pada spiral.Intikuman biasanya merusak spingiosakorpus
vertebra.Bagian-bagian intervertebra menjadi meradang dan akhirnya terjadi fusi atau
kekakuan atau persatuan tulang pada sendi sakroiliakal dan spinal-spinal lain melalui
servikal.
Proses fusi ini terjadi setelah 10 20 tahun. Penyakit ini dapat timbul pada usia 10 30 tahun
dan biasanya menjadi progresif setelah 50 tahun dan lebih pada laki-laki. Spondiliti sankilosis
menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang belakang dan ligamen-ligamen
para vertebral. Apabila diskus vertebralis juga terinvasi oleh jaringan vascular dan fibrosa
maka akan timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur artikular .Kalsifikasi yang terjadi pada
jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra dengan vertebra lainnya.Jaringan
synovial disekitar sendi yang terserang akan meradang
LO 4. DIAGNOSIS RADANG SENDI
1. Anamnesis
Identitas (nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan).
Keluhan utama : nyeri sendi tangan, lutut, kaku pada pagi hari, krepitasi.
Keluhan tambahan : hambatan gerak, perubahan gaya berjalan, perubahan
bentuk tulang.
Riwayat penyakit terdahulu : hiperkolesterol, asam urat tinggi, berat badan
2. PemeriksaanFisik
Pada umumnya pasien yang mempunyai keluhan sendi akan mengatakan bahwa
keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahanlahan.
kedepan
disertai
pergerakan
vertebra
yang
terbatas
Referensi :
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing
Noer HMS,Waspadji S, Rachman AM, et, al, Editor. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi 3. Jakarta :Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Arif Mansjoer, et. al. Editor. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi II.
Jakarta:Media Aesculapius