Anda di halaman 1dari 63

ANATOMI FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus


pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur
ini. (Price,S.A,1995 :175)

KOMPONEN SISTEM MUSCULOSKELETAL

A. Tulang

Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya

yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari

bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.

Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :

1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

2. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).

3. Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan

pergerakan).

4. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hematopoesis).

5. Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor).

Struktur tulang

Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut

periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan

tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum

mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat

mengandung osteoblast . Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu membran


vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam

tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna

howship (cekungan pada permukan tulang).

Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum

(batang) tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama

terletak di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa,

bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah dan putih. Pada orang

dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang

mempunyai vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan darah

melalui pembuluh metafis dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah

ke tulang kompak melalui kanal volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang

menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-

lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum tulang, System vena

ada yang keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri.

Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :

1. Osteoblas

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan

mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen

dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan

proteoglikan). Matrik tulang merupakan kerangka dimana garam garam

mineral ditimbun terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.

2. Osteosit

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai

pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik

tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di


tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik

tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang

memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli

yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang

terletak kurang lebih 0,1 mm).

3. Osteoklas

Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan

mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan

remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas

mengikis tulang.

Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan

tulang (resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang

dewasa diganti 18% pertahun.


Gambar 1.1 struktur tulang

Faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan pembentukan dan reabsorpsi

tulang adalah :

1. Vitamin D

Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan

meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan

vitamin D dapat menyebabkan deficit mineralisas, deformitas dan patah

tulang.

2. Horman parathyroid dan kalsitonin

Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium. Hormon

parathyroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah, sebagian dengan

cara merangsang perpindahankalsium dari tulang. Sebagian respon kadar

kalsiumdarah yang rendah, peningkatan hormone parathyroid akan

mempercepat mobilisasi kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan

kista tulang. Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan

kalsium dalam tulang.

3. Peredaran darah

Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan

menurunnya pasokan darah / hyperemia (kongesti) akan tejadi penurunan


osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis (berkurang

kepadatannya). Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliran

darah.

Pada keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi

pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-

kanak diman lebih banyak terjadi pembentukan dari pada absorpsi tulang.

Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat

tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk

mencegah terjadi patah tulang. Perubahan tesebut membantu

mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matrik organic

yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang relative menjadi

lemah dan rapuh. Pembentukan tulang baru memerlukan matrik organic

baru, sehingga memberi tambahan kekuatan tulang.

Berdasarkan bentuknya tulang dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Tulang Panjang / Tulang Pipa

Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya

sebagai alat ungkit dari tubuh dan memungkinkan untuk bergerak.

Batang atau diafisis tersusun atas tulang kortikal dan ujung tulang

panjang yang dinamakan epifis tersusun terutama oleh tulang

kanselus. Plat epifis memisahkan epifiis dan diafisis dan merupakan

pusat pertumbuhan longitudinalpada anak-anak. Yang pada orang

dewasa akan mengalami kalsifikasi. Misalnya pada tulang humerus

dan femur.
2. Tulang Pendek

Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di

tangan dan tarsalia di kaki. Fungsinya pendukung seperti tampak

pada pergelangan tangan. Bentuknya tidak teratur dan inti dari

konselus (spongi) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

3. Tulang Pipih

Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul / koxa,

sternum, dan iga-iga, serta scapula (tulang belikat). Fungsinya

sebagai pelindung organ vital dan menyediakan permukaan luas

untuk kaitan otot-otot, merupakan tempat penting untuk

hematopoesis. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus diantara 2

tulang kortikal.

4. Tulang Tak Beraturan

Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang

tidak teratur, terdiri dari tulang kanselous di antara tulang

kortikal. Contoh : tulang vertebra, dan tulang wajah.

5. Tulang Sesamoid

Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan

dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial.

Contoh : tulang patella (Kap lutut).

Bentuk dan kontruksi tulang ditentukan fungsi dan gaya yang

bekerja padanya.
B. Kerangka

Sebagian besar tersusun atas tulang. Kerangka tulang merupakan kerangka

yang kuat untuk menyangga struktur tubuh.

Kerangka dibagi menjadi :

1. Kerangka aksial

Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang, terkelompok pada 3 daerah

yaitu:

a. Kranium dan Tulang Muka ( TENGKORAK )

Kranium terdiri atas 8 tulang yaitu tulang-tulang parietal (2),

temporal (2),frontal, oksipital, stenoid, dan etmoid.

Tulang muka terdiri atas 14 tulang yaitu tulang maksila (2),

zigomatikus (2), nasal (2), lakrimal (2), palatinum (2),concha

inferior (2),mandibula dan vomer.

b. Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk

tidak teratur, terbentang antara tengkorak dan pelvis. Juga

merupakan tempat melekatnya iga dan otot punggung.


Kolumna vertebralis dibagi dalam 7 vertebra sevikalis, 12

vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacrum

dan 4 vertebra koksigius.

c. Thoraks tulang

Thorak tulang terdiri tulang dan tulang rawan. Thoraks

berupa sebuah rongga berbentuk kerucut terdiri dari 12

vertebra torakalis dan 12 pasang iga yang melingkar dari

tulang belakang sampai ke sternum.

Pada sternum terdapat beberapa titik penting yaitu

supra sternal notch dan angulus sterni yaitu tempat

bertemunya manubrium dan korpus sterni.

Bagian-bagian tersebut merupakan penunjang kepala,

leher, dan badan serta melindungi otak, medulla spinalis dan

organ dalam thoraks.


2. Kerangka Apendikular

Kerangka apindikuler terdiri atas :

a. Bagian bahu (Singulum membri superioris)

Singulum membri superior terdiri atas klavikula dan scapula.

Klavikula mempunyai ujung medial yang menempel pada

menubrium dekat suprasternal notch dan ujung lateral yang

menempel pada akronion.

b. Bagian panggul (Singulum membri inferior )

Terdiri dari ileum, iskium, pubis yang bersatu disebut

tulang koksae. Tulang koksae bersama sacrum dan koksigeus

membentuk pelvis tulang. Ekstremitas bawah terdiri dari

femur, patella, tibia, fibula, tarsus, metatarsus.


3. Cartilago (tulang rawan)

Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada

gelatin kuat, tetapi fleksible dan tidak bervasculer. Nutrisi melaui

proses difusi gel perekat sampai ke kartilago yang berada pada

perichondium (serabut yang membentuk kartilago melalui cairan

sinovial), jumlah serabut collagen yang ada di cartilage menentukan

bentuk fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous (fibrocartilago) memili

paling banyak serabut dan memiliki kekuatan meregang. Fibrus

cartilage menyusun discus intervertebralis articular (hyaline)

cartilage halus, putih, mengkilap, dan kenyal membungkus

permukaan persendian dari tulang dan berfungsi sebagai bantalan.

Cartilage yang elastis memiliki sedikit serat dan terdapat pada

telinga bagian luar.


C. Ligamen (simplay)

Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat
keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung
tulang dan mempertahankan stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral,
collateral dari lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta
ligament cruciate anterior dan posterior di dalam kapsul lutut yang
mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil. Ligament pada daerah
tertentu melengket pada jaringna lunak untuk mempertahankan struktur.
Contoh ligament ovarium yang melalui ujung tuba ke peritoneum.
D. Tendon

Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan

ujung dari otot yang menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung dari

otot dan menempel kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi dari

serabut fibrous yang bersambungan dengan aperiosteum. Selaput tendon

berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu

terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn

dengan membrane sinovial yang menjamin pelumasan sehinggga mudah

bergerak.

E. Fascia

Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang

didapatkan langsung di bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai

pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot,

saraf dan pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia dalam.

F. Bursae

Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat

dimana digunakan di atas bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan
kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae dibatasi membrane sinovial dan

mengandung caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-

bagian yang bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus

olekranon dan kulit.

G. Persendian

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang

ini dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita

fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.

Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan

dengan tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang disebut

persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial).

Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon.

Sedangkan, jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang disebut

ligamen.

Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa,

sinovial. Dan berdasarkan fungsionalnya sendi dibagi menjadi: sendi

sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.

Secara structural dan fungsional klasifikasi sendi dibedakan atas:

1. Sendi Fibrosa/ sinartrosis

Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka

tidak mungkin gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi fibrosa tidak

mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan lainnya

dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. contohnya sutura


pada tulang tengkorak, sendi kaitan dan sendi kantong (gigi), dan

sindesmosis (permukaan sendi dihubungkan oleh membran).

2. Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis

Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian-

persendiannya dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin

sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-ujung tulangnya dibungkus

tulang rawan hyalin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit

bergerak.

Ada dua tipe kartilago :

a. Sinkondrosis

Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan

hialin
b. Simfisis

Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago

dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti

permukaan sendi.

Contohnya :simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang

mempersatukan kedua tulang pubis), sendi antara manubrium

dan badan sternum, dan sendi temporer / sendi tulang rawan

primer yang dijumpai antara diafisis dan epifisis.

3. Sendi Sinovial/ diarthroses

Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga

sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin.

Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat,

suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung

berpembuluh darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu

kantong yang melapisi suatu sendi dan membungkus tendon-tendo

yang melintasi sendi.

Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang

membasahi permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening,


tidak membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang ditemukan pada

tiap-tiap sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula

juga sebagi sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.

Tulang rawan memegang peranana penting, dalam membagi

organ tubuh. Tulang rawan sendi terdi dari substansi dasar yang

terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh

sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang

rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan

tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima

beban berat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan

proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia

bertambah.

Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya.

Berbagai jenis sendi sinovial yaitu sendi datar / sendi geser, sendi

putar, sendi engsel, sendi kondiloid, sendi berporos, dan sendi

pelana / sendi timbal balik.Gerak pada sendi ada 3 kelompok utama

yaitu gerakan meluncur, gerkan bersudut / anguler, dan gerakan

rotasi.

Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi

adalah fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi, sirkumduksi dan

Pergerakan khusus seperti supinasi, pronasi, inversion, eversio,

protaksio.

Sendi diartrosis terdiri dari:

a. Sendi peluru
Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan

yang lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila ujung tulang yang

satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang

lain yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru adalah

hubungan tulang panggul dengan tulang paha, dan tulang

belikat dengan tulang atas.

2. Sendi engsel

Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah, Persendian yang menyebabkan

gerakan satu arah karena berporos satu disebut sendi engsel. Contoh

sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.
3. Sendi pelana

Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi, seperti pelana, dan

berporos dua. Contohnya, terdapat pada ibu jari dan pergelangan tangan

Memungkinkan gerakan 2 bidang yang saling tegak lurus. misal

persendian dasar ibu jari yang merupakan sendi pelana 2 sumbu.

4. Sendi pivot

Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar pegangan pintu,

misal persendian antara radius dan ulna.

5. Sendi peluncur

Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah sendi-sendi

tulang karpalia di pergelangan tangan

H. Jaringan Penyambung

Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan

terutama adalah jaringan penyambung, yang tersususn dari sel-sel dan

subtansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan penyambung

sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung,

seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit, leukosit polimorfonuklear.

Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan

peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit reumatik. Jenis sel yang


kedua dalam sel penyambung ini adalah sel yang tetap berada dalam

jaringan seperti fibroblast, kondrosit, osteoblas. Sel-sel ini mensintesis

berbagai macam serat dan proteoglikan dari substansi dasar dan

membuat tiap jenis jaringan pemyambung memiliki susunan sel yang

tersendiri.

Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah kolagen dan

elastin. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat ini

didapat dalam ligament, dinding pembuluh darah besar dan kulit. Elastin

dipecah oleh enzim yang disebut elastase.

I. Otot

Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi otot

menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas

untuk mempertahankan temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas

semua jaringan kontraktil. Menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan

dari seluruh bagian tubuh otot dikelompokkan dalam :

· Otot rangka (striadted / otot lurik).

Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan pergerakan,

mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.

· Otot polos (otot visceral).

Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh darah. Otot ini

mendapat rangsang dari saraf otonom yang berkontraksi di luar

kesadaran

· Otot jantung.

Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian.

Otot rangka dinamai menurut bentuknya seperti deltoid, menurut jurusan

serabutnya seperti rektus abdominis, menurut kedudukan ototnya

seperti pektoralis mayor, menurut fungsinya seperti fleksor dan

ekstensor. Otot rangka ada yang berukuran panjang, lebar, rata,


membentuk gumpalan masas. Otot rangka berkontraksi bila ada rangsang.

Energi kontaraksi otot diperoleh melalui pemecahan ATP dan kegiatan

calsium.

Otot dikaitkan di dua tempat tertentu yaitu :

1. Origo

Tempat yang kuat dianggap sebagai tempat dimana otot timbul

2. Isersio

Lebih dapat bergerak dimana tempat kearah mana otot berjalan.

Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika dirangsang. Energi kontraksi

otot dipenuhi dari pemecahan ATP dan kegiatan kalsium. Serat-serat

dengan oksigenasi secara adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila

dibandingkan dengan oksigenasi tidak adekuat. Pergerakan akibat tarikan

otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit dan sendi berperan

sebagai tumpuan atau penopang.

Masalah yang berhubungan dengan system ini mengenai semua kelompok usia,

masalah pada system musculoskeletal tidak mengancam jiwa tetapi

berdampak pada kativitas dan produktivitas penderita.


ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

Jaringan Saraf terdiri dari:

A. Neuron (sel saraf).

Merupakan unit anatomis dan fungsional sistem persarafan

Bagian-bagian dari neuron :

1. badan sel (inti sel terdapat didalamnya).


2. dendrit : menghantarkan impuls menuju badan sel
3. akson : menghantarkan impuls keluar dari badan sel .
Klasifikasi neuron berdasarkan bentuk:

1. Neuron unipolar

Terdapat satu tonjolan yg bercabang dua dekat dengan badan sel,


satu cabang menuju perifer & cabang lain menuju SSP (neuron sensorik
saraf spinal).

2. Neuron bipolar

Mempunyai dua tonjolan, 1 akson dan 1 dendrit.

3. Neuron multipolar

Terdpt beberapa dendrit dan 1 akson yg dpt bercabang-cabang


banyak sekali.

Sebagian besar organela sel pd neuron terdpt pada sitoplasma


badan sel

Fungsi neuron yaitu menghantarkan impuls saraf keseluruh tubuh


(somatik dan viseral). Impuls neuron bersifat listrik disepanjang neuron
dan bersifat kimia diantara neuron (celah sinap / cleft sinaptik)
Zat kimia yg disinteis neuron & disimpan didalam vesikel ujung akson
disebut neurotransmiter yang dapat menyalurkan impuls
Contoh neurotransmiter : asetilcolin, norefineprin, dopamin, serotonin,
gama-aminobutirat (GABA)

B. Sel penyokong (Neuroglia pada SSP & sel schwann pada SST). Ada 4
neuroglia

1. Mikroglia : berperan sbg fagosit


2. Ependima : berperan dlm produksi CSF
3. Astrosit : berperan menyediakan nutrisi neuron dan mempertahankan
potensial biolelektrik
4. Oligodendrosit : menghasilkan mielin pd SSP yg merupakan selubung
neuron

C. Mielin
1. komplek protein lemak berwarna putih yg menutupi tonjolan saraf
(neuron)
2. menghalangi aliran ion Na & K melintasi membran neural.
3. daerah yg tidak bermielin disebut nodus ranvier
4. transmisi impuls pd saraf bermelin lebih cepat dari pada yg tak
bermelin, karena adanya loncatan impuls dari satu nodus kenodus
lainnya (konduksi saltatorik)

Pembagian sistem saraf secara anatomi :

1. SSP (Sistem Saraf Pusat)


2. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum


tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain
tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan
selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi
radang yang disebut meningitis.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai


berikut:

1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan


tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang
mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan
duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang
labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor
cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran
araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk
melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan
lipatan-lipatan permukaan otak.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)


2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf
di dalam sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau
kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.

D. Otak

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla
oblongata), dan jembatan varol.
1. Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas


mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan
(memori), kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar


atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks
otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat
bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang
area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area
motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan
ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar
kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang
lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu
mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan
terdapat di bagian belakang.

2. Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di


depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur
kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah
merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan
pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

3. Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang


terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.
4. Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula


spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks
fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi,
gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain
seperti bersin, batuk, dan berkedip.

5. Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil


bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.

Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:

1. Telensefalon (end brain).


2. Diensefalon (inter brain).
3. Mesensefalon (mid brain).
4. Metensefalon (after brain).
5. Mielensefalon (marrow brain)

Telensefalon(end brain) terdiri dari:

a. Hemisfer, serebri, kortek serebri,


sistem limbik (Bangsal ganglia, hipokampus, Amigdala).
b. Diensefalon (inter brain) terdiri dari: Epitalamus,
Talamus, Subtalamus, Hipotalamus
c. Mesensefalon (mid brain) terdiri dari:, Kolikulus superior,
Kolikulus, inferior, Substansia nigra.
d. Metensefalon (after brain) terdiri dari: Pons, Serebelum,
Mielensefalon, Medula oblongata.

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna
putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada
penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang
terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk
ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang
melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang
melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel
saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf
sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor

Suplai darah otak


Otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
1. Arteri karotis interna
2. Arteri vertebro basiler

Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk
menjalankan otot dan organ tubuh.

Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang,
membiarkannya rentan terhadap racun dan luka mekanis.

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar
(sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya
diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat
diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.
Gbr. Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya

1. Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf
yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang
keluar dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8


2. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7,9.

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus
membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas
maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf
otak yang paling penting.

Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan


asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12
pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu
pasang saraf ekor.

Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut
pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi


bagian leher, bahu, dan diafragma.
b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

2. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun
dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem
ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion
disebut urat saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik
terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai
urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis).


Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama
cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum
sambung.

Parasimpatik

 mengecilkan pupil
 menstimulasi aliran ludah
 memperlambat denyut jantung
 membesarkan bronkus
 menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
 mengerutkan kantung kemih

Simpatik

 memperbesar pupil
 menghambat aliran ludah
 mempercepat denyut jantung
 mengecilkan bronkus
 menghambat sekresi kelenjar pencernaan
 menghambat kontraksi kandung kemih

Mekanisme Penghantaran Impuls

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia
dan Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi
satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf
dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf
pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron
aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom
(viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon,
metensefalon, dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur
lanjutan tunggal yang memanjang dari medula oblongata melalui foramen magnum
dan terus ke bawah melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal
1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan
12 pasang saraf kranial. Suplai darah pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua
pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria karotis interna, yang
cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus serebri
Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum
melalui vena jugularis interna. (Wilson. 2005, Budianto. 2005, Guyton. 1997)
Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang
memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat
ion lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+
berdifusi dari sitoplasma menuju cairan jaringan melalui membran plasma.
Permeabilitas membran terhadap ion K+ jauh lebih besar daripada permeabilitas
terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+ jauh lebih besar
daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan perbedaan
potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma
karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini
dikenal sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell. 2007)
Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan
yang cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi
melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut
menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang
diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekitar +40mV.
Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama sekitar 5msec.
Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera menghilang dan
diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai
mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke
potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls
saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi
lain tidak dapat segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat
dirangsang ini disebut periode refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan
menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion Cl- melalui membran plasma
ke dalam neuron sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi
sel. (Snell. 2007)
SISTEM KEKEBALAN TUBUH (IMUNITAS)

Imunitas – Sistem Imunitas – Respon Imunitas


- Yaitu sistem pertahanan terhadap suatu penyakit atau serangan infeksi dari
mikroorganisme/ substansi asing
- Yaitu gabungan dari sel/molekul/jaringanyang berperanan dalam pertahanan
tubuh terhadap infeksi
- Yaitu reaksi yang dipelihatkan oleh sel/molekul/bahan lainnya terhadap mikroba

Fungsi Sistem Imunitas


1.Melindungi tubuh dari bibit penyakit
2.Menghancurkan mikroorganisme/substansi asing dalam tubuh
3.Menghilangkan sel mati untuk perbaikan jaringan
4.Mengenali dan menghilangkan jaringan abnormal

Organ Asal Sistem Imun


1. Sumsum tulang
2. Kelenjar Thymus
3. Kelenjar limfe/getah bening
4. Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)

Macam Sistem Imunitas


1.Sistem imun non spesifik/alamiah (innate immune system)
2.Sistem imun spesifik (adaptive immune system)

I. Sistem Imun Nonspesifik/alamiah


- Yaitu sistem pertahanan yang sudah ada dalam tubuh
- Dapat mendeteksi benda asing yang masuk dan melindungi tubuh
- Tidak dapat mengenali benda asing yang masuk

Meliputi :
1. Reaksi inflamasi
2. Protein antivirus/interferon
3. Sel Natural Killer (NK)
4. Sistem komplemen

Lapisan dalam Imunitas Tubuh


1. Lapisan pertama/physcal barrier : kulit, membran mukosa, kelenjar keringat,
sebum, kelenjar air mata, silia, asam lambung, kelenjar ludah
2. Lapisan kedua : sel leukosit fagositik, protein antimikroba dan respon
inflamasi
3. Lapisan ketiga : sel limfosit dan antibodi

II. Sistem Imun Spesifik/Adaptive


- Yaitu sistem pertahanan yang mempunyai kemampuan untuk mengenali benda
asing yang masuk
- Karakteristik : kemampuan merespon berbagai antigen, membedakan antigen
asing dengan antigen diri, merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan
memulai respon memori
- Sistem imun akan terbentuk jika ada benda asing
- Yang berperanan : sel limfosit

Cara dalam Sistem Imun Spesifik


1.Imunitas Humoral/humoral immunity
- Diperankan oleh sel limfosit B
- Dilaksanakan oleh antobodi atau immunoglobulin (Ig),merupakan hasil sekresi
sel plasma dan antitoksin
- Menahan serangan mikroba maupun toksinnya
Macam Immunoglobulin (Ig)
1. Immunoglobulin A/IgA : untuk mencegah masuknya bakteri/virus melalui
ajringan epithel (air liur, air mata,kolustrum & susu)
2. Immunoglobulin D/IgD : untuk memicu deferensiasi jaringan limfosit B
menjadi sel plasma dan limfosit B memori
3. Immunoglobulin E/IgE : untuk merespon reaksi alergi. Hanya ditemukan pada
mammalia, dapat merespon cacing parasit
4. Immunoglobulin G/IgG : untuk menembus placenta membawa kekebalan dari
ibu ke janin yaitu pada masa 20 minggu pertama
5. Immunoglobulin M/IgM : merupakan antibodi pertama yang menyerang antigen

Mekanisme pembuangan antigen


1. Netralisasi : dengan menetralkan antigen
2. Aglutinasi : dengan penggumpalan
3. Presipitasi : dengan pengendapan
4. Fiksasi komplemen/lisis : dengan lisis/penghancuran antigen

Cara dalam Sistem Imun Spesifik


1. Imunitas Seluler/Cellular Immunity
- Perantara oleh sel leukosit
- Diperankan oleh sel limfosit T
- Caranya dengan fagositosis

2.Immunologi
- Perantara sel memori (pada sel limfosit)
- Diperoleh setelah sembuh dari sakit

Macam Sel Limfosit


1. Limfosit B, terdiferensiasi menjadi :
a. Sel limfosit B memori : menyimpan mengingat antigen yang pernahmasuk ke
dalam tubuh
b. Sel limfosit plasma : sel pembentuk antibodi
c. Sel limfosit B pembelah : menghasilkan sel limfosit B dalam jumlah banyak dan
cepat

2. Limfosit T, terdiferensiasi menjadi :


a. Sel limfosit T sitotoksik/Killer T cells : menyerang sel tubuh yang terinfeksi
patogen
b. Sel limfosit T penolong/Helper T Cells : mengatur sistem imun dan mengontrol
kualitas sistem imun
c. Sel limfosit T supresor/Supressor T Cells : mengurangi respon imun jika
infeksi berhasil diatasi.

Jenis – jenis Sistem Imun


1.Aktif
- Dibentuk oleh tubuh karena adanya infeksi antigen
- Macamnya
a. Alami : bila terserang antigen
b. Buatan : bila memasukkan antigen yang dilemahkan

2. Pasif
- Diperoleh dari luar tubuh
- Macamnya
a. Alami : bila bayi mendapatkan imunitas dari ibunya
b. Buatan : bila menyuntikan serum, antibisa, immunoglobin lainnya dari darah
orang yang telah kebal. Hanya bertahan beberapa minggu
Tahapan Respon Sistem Imun
1. Deteksi dan mengenali benda asing
2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon
3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon
4. Destruksi atau supresi penginvasi

Disfungsi Sistem Imunitas

1. Hipersensitivitas : respon imun berlebihan terhadap antigen/alergen


2. Autoimun : hilangnya toleransi terhadap sistem imun diri sendiri. Misalnya
diabetes melitus (menyerang sel beta pad pankreas), Addison disease
(menyerang kelenjar adrenalin), lupus eritemateus (menganggap jaringan sebagai
antigen), myasthenia gravis (menyerang sel otot lurik)
3. Defisiensi imun: berkurangnya respon sistem imun. Penyebabnya : obesitas,
pengguna alkohol, narkoba, kekurangan nutrisi
4. Defisiensi imun dapatan : chronic granulomatous disease yaitu kemampuan
fagosit berkurang. Akibat dari penyakit AIDS atau beberapa tipe kanker

Daftar Istilah:
Alergi : Respon yang berlebihan (hipersensitif) terhadap antigen yang masuk ke
dalam tubuh
Antigen : Zat yang dapat merangsang pembentukan antibody jika diinjeksikan ke
dalam tubuh
Antibodi : Zat yang dibentuk dalam darah untuk memusnahkan bakteri, virus atau
untuk melawan toksik yang dihasilkan oleh bakteri
Autoimunitas : Keadaan hilangnya toleransi system kekebalan terhadap “diri
sendiri”
MEKANISME PERUBAHAN NYERI

Nyeri sebenarnya adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi


dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh. Dari nyeri ini
tubuh akan melakukan tindakan yang diperlukan selanjutnya.
Mekanisme terjadinya nyeri adalah sebagai berikut rangsangan(mekanik, termal
atau Kimia) diterima oleh reseptor nyeri yang ada di hampir setiap jaringan
tubuh, Rangsangan ini di ubah kedalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat
nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke
perifer dalam bentuk persepsi nyeri (rasa nyeri yang kita alami).

Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai
faktor dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik


seperti tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.
2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-
rata manusia akan merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45 C,
dimana mulai pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan
3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan
zat yang di sebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri
antaralain: bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin dan prostaglandin.
Bradikinin merupakan zat yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri
karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperan dalam
menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat P dan ion K+ (ion K
positif ).

Proses Terjadinya Nyeri


Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan
hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf
Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ
bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30
m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-
1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan
persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C
menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa
pegal dan perasaan tidak enak.
Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron
traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini
ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls
diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.

Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain
a. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
- Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat
contoh nyeri trauma
- Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri
- Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya
kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani,
contoh Nyeri karena tertusuk
- Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri
karena trauma di hati atau paru-paru.
- Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri
angina.
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
- Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas
- Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya
Nyeri yang diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Organ reproduksi membentuk traktus genetalis yang berkembang setelah


traktus urinarius. Kelamin laki-laki maupun wanita semenjak lahir sudah dapat
ditentukan, tetapi sifat-sifat kelamin belum dapat dikenal (Syaifudin,1997).

1. Anatomi Saluran Reproduksi Laki-laki

TESTIS

Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang


sekitar 4 cm dan diameter sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum
bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding
pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis.
Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke
dalam skrotum primitive selama perkembangan genetalia interna pria, setelah
migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis)
akan menutup.

EPIDIDIMIS

Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral


testis. Epididimis dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur
yang disebut duktus epididimis. Panjang duktus epididimis sekitar 600 cm.
Duktus ini berawal dari puncak testis (kepala epididimis) dan berjalan berliku-
liku, kemudian berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas
deferens. Epididimis merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma.

SCROTUM

Skrotum pada dasarnya merupakan kantung kulit khusus yang melindungi testis
dan epididimis dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis.
Spermatozoa sangat sensitive terhadap suhu karena testis dan epididimis
berada di luar rongga tubuh, suhu di dalam testis biasanya lebih rendah daripada
suhu di dalam abdomen.

VAS DEFERENS

Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis. Panjangnya 45 cm


yang berawal dari ujung bawah epididimis, naik disepanjang aspek posterior
testis dalam bentuk gulungan-gulungan bebas, kemudian meninggalkan bagian
belakang testis, duktus ini melewati korda spermatika menuju abdomen.
VESICULA SEMINALIS

Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar


kandung kemih di depan rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm
dan menempel lebih erat pada kandung kemih daripada pada rectum. Pasokan
darah ke vas deferens dan vesikula seminalis berasal dari arteri vesikulkaris
inferior. Arteri ini berjalan bersama vas deferens menuju skrotum
beranastomosis dengan arteri testikukar, sedangkan aliran limfatik berjalan
menuju ke nodus iliaka interna dan eksterna. Vesikula seminalis memproduksi
sekitar 50-60 % dari total volume cairan semen. Komponen penting pada semen
yang berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin.

KELENJAR PROSTAT

Kelenjar prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya merupakan


kelenjar dan sebagian lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Organ
ini mengililingi uretra pria, yang terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat di
belakang simpisis pubis. Lobus media prostat secara histologis sebagai zona
transisional berbentuk baji, mengelilingi uretrra dan memisahkannya dengan
duktus ejakulatorius. Saat terjadi hipertropi, lobus media dapat menyumbat
aliran urin. Hipertropi lobus media banyak terjadi pada pria usia lanjut.

PENIS

Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua permukaan
yaitu permukaan posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan permukaan
dorsal. Jaringan erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu
sepasang korpus kavernosum dan sebuah korpus spongiousum di bagian tengah.
Ujung penis disebut glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan
berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang
dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium ini dibuang
saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai penetrasi.
Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks
uterus.

1. Anatomi Saluran Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu organ reproduksi wanita
yang terdapat di luar dan di dalam tubuh. Organ reproduksi wanita ada di dalam
rongga pelvis.

RONGGA PELVIS
Terletak di bawah,berhubungan dengan rongga abdomen, dibentuk oleh os iski
dan os pubis pada sisi samping dan depan, os sakrum dan os koksigis membentuk
batas belakang dan pinggiran pelvis dibentuk oleh promontorium sakrum di
belakang iliopektinal sebelah sisi samping dan depan dari tulang sakrum
(Syaifudin,1997).

PINTU KELUAR PELVIS (PINTU BAWAH)

Dibatasi oleh os koksigis dibelakang simfisis pubis, di depan lengkung os pubis,os


iski, serta ligamentum yang berjalan dari os iski dan os sakrum disetiap sisi,
pintu keluar ini membentuk lantai pelvis (Syaifudin,1997).

ISI PELVIS

Kandung kemih dan dua buah ureter terletak dibelakang simfisis, kolon sigmoid
sebelah kiri fosa iliaka dan rektum terletak di sebelah belakang rongga
mengikuti lengkung sakrum. Kelenjar limfe, serabut saraf fleksus lumbosakralis
untuk anggota gerak bawah cabang pembuluh darah a.iliaka interna dan v.iliaka
interna berada di dalam pelvis (Syaifudin,1997).

Genetalia pada wanita terpisah dari urethra, dan mempunyai saluran tersendiri.
Alat reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. ALAT GENITALIA LUAR (VULVA)

Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,klitoris, dan labia.Hanya mons
dan labia mayora yang dapat terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri
pudenda interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini berasal dari arteri iliaka
interna bagian posterior, sedangkan aliran limfatik dari vulva mengalir ke nodus
inguinalis.

Alat genetalia luar terdiri dari :

1). Mons veneris/pubis (Tundun)

Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar terletak di di atas
simfisis pubis. Area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas (Syaifudin,
1997).

2). Labia Mayora (bibir besar)

Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia mayora banyak
mengandung urat syaraf (Syaifudin, 1997). Labia mayora merupakan struktur
terbesar genetalia eksterna wanita dan mengelilingi organ lainnya, yang berakhir
pada mons pubis.

3) Labia Minora (bibir kecil)

Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia minora, harus
membuka labia mayora terlebih dahulu.

4). Klitoris (Kelentit)

Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau yang dapat
mengeras dan tegang (erectil) yang mengandung urat saraf (Syaifudin, 1997),
jadi homolog dengan penis dan merupakan organ perangsang seksual pada wanita.

5). Vestibulum (serambi)

Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora), muka belakang
dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibulum terdapat muara-muara dari
: liang senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar bartolini, dan kelenjar skene
kiri dan kanan (Syaifudin, 1997).

6). Himen (selaput dara)

Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama,


ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar,
letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti
bulan sabit. Konsistensinya ada yang kaku, dan ada yang lunak, lubangnya ada
yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari (Syaifudin,1997). Himen
mungkin tetap ada selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama kali.

7). Perineum (kerampang)

Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang menyambung
kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga kongenital dan bagian belakang
segitiga anal, titik tengahnya disebut badan perineum terdiri dari otot fibrus
yang kuat di sebelah depan anus.Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya
lebih kurang 4 cm .
PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL DAN
PENYIMPANGANNYA
A. Sex

Seks adalah alat kelamin, mengacu pada sifat-sifat biologis yang secara kasat

mata berbentuk fisik yang mendefinisikan manusia sebagai perempuan atau laki-

laki. Istilah seks seringkali diartikan sebagai kegiatan seksual tetapi dalam

konteks perbincangan tentang seksualitas seks diartikan sebagai jenis kelamin.

Penggolongan jenis kelamin:

a. Laki-laki.

b. Perempuan.

c. Interseks (seseorang memiliki karakteristik jenis kelamin laki-laki dan

perempuan).

Seks, dari bahasa Inggrissex, dalam bahasa Indonesia memiliki paling tidak dua

makna:

1. Jenis kelamin, kelas-kelas dalam dimorfisme seksual (sexual dimorphism)

akibat adanya sistem penentuan kelamin pada organisme.

2. Kegiatan yang berkaitan dengan manipulasi organ kelamin, khususnya hubungan

seksual; namun dapat juga sesuatu yang mengarah pada hal tersebut (seperti

masturbasi dan petting).

B. Seksualitas
Pengertian seksualitas tidak bisa begitu saja diwakili oleh sebuah kalimat

yang bisa langsung menjelaskan tentang makna dari seksualitas tersebut. Berikut

ini bisa membantu kita memaknai seksualitas:

a. Salah satu aspek dalam kehidupan manusia sepanjang hidupnya yangberkaitan

dengan alat kelaminnya. Seksualitas dialami dan diungkapkan dalam pikiran,

khayalan, gairah, kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, perbuatan, peran dan

hubungan.

b. Seksualitas lebih dari sekedar perbuatan seksual atau siapa melakukanapa

dengan siapa.

c. Seksualitas merupakan salah satu bagian dari kehidupan seseorang, bukan

keseluruhannya.

C. Kebutuhan Seksual

Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan

ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan

(Murray dalam Bherm, 1996)

Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan

seksual, bagi mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks

bagi manusia sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer –

yang sama dengan kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun,

bekerja, buang air besar, atau buang air kecil. Aktiviats-aktivitas rutin ini

dilakukan setiap manusia sepanjang hidup. Orang bisa berpuasa tetapi dalam

batas waktu tertentu. Dan itulah yang disebut dengan kebutuhan seks.

Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan

dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai memperhatikan, dan

menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara kedua individu

tersebut (Alimut , 2006)


2.2Tinjauan Seksual pada beberapa aspek

1) Aspekbiologis

Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi

dari sitem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks dan adanya hormonal dari

sistem syaraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual

b.AspekPsikologis

Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah

perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang

gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.

2) AspekSosialBudaya

Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di

masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perlakuanya di masyarakat.

2.3 Factor – factor yang mempengaruhi kebutuhan seksualitas

1. Pertimbangan Perkembangan

a) Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan

biologik kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu

b) Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi

2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan


a) Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat

mencapai kepuasan seksual

b) Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan

kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi

ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit

c) Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif

mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan.

3. Peran dan Hubungan

a) Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi

kualitas hubungan seksualnya

b) Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa

nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan

seseorang yang dicintai dan dipercayainya

c) Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan siapa

individu tersebut berhubungan seksual.

4. Konsep Diri

Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung

terhadap seksualitas

5. Budaya, Nilai dan Keyakinan

a) Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat

mempengaruhi individu

b) Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku

seksual

c) Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan

hal lain terkait dengan kegiatan seksual


6. Agama

a) Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap

ekspresi seksualitas seseorang

b) Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap tidak wajar

c) Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan

seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu

7. Etik

a) Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung

pada terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas

b) Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain

2.4 Perkembangan seksualitas

Tahapan perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena

memperesentasikan suatu kebutuhan(dan pemuasan) seksual yang menonjol pada

stiap tahapan perkembangan. Hambatan yang terjadi pada proses pemenuhan

kebutuhan seksual pada setiap tahapan - disebut fiksasi berpotensi

menyebabkan gangguan perilaku pada waktu dewasa.

Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:

1) Tahap oral(0-1 tahun)

Kontak pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah

melalui mulut(oral). Kepuasan seksual(kesenangan) pada saat ini diperoleh melalui

mulut, yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, dan

menghisap atau menggigit. Fiksasi pada tahap ini menyebabkan orang

mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi orang yang tergantung dan lebih

senang untuk bertindak pasif dan menerima bantuan dari orang lain.
Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa

percaya, baik kepada diri sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan

terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai tidak

akan banyak menemui kesulitan dalam menerima dirinya, sebaliknya anak-anak

yang merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung

mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak

mempercayai orang lain, serta memandang dunia sebagai tempat yang

mengancam. Efek penolakan pada fase oral akan membentuk anak menjadi pribadi

yang penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci, dan kesepian.

2) Tahap anal(1-3 tahun)

Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh

kesenangan melalui aktivitas-aktivitas pembuangan. Pada fase anal anak banyak

berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orangtua, terutama yang berhubungan

dengan toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal

kedisiplinan. Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan

kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat menekankan kepatuhan,

konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak.

Tugas perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar

mengakui dan menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap

fungsi tubuh sendiri yang dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak

akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak,

marah, dan sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan

tersebut bisa diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari anak adalah bahwa

mereka memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi.

3) Tahap palis(3-5 tahun)


Pada fase ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh

(mengeksploitasi) organ kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil

melakukan fantasi-fantasi seksual. Anak laki-laki mengembangkan fantasi seksual

dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak perempuan mengembangkan

fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex. Jika konflik oedipal ini

tak terpecahkan, anak laki-laki aka berkembang menjadi homoseksual atau

heteroseksual sedangka anak perempuan akan menjadi wanita genit penggoda

pria atau lesbian.. Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani,

dimana anak belajar mengenai standar-standar moral. Selama fase ini anak perlu

belajar menerima perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar

memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan contoh yang

memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui apa yang benar dan

salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga mereka memperoleh

perspektif yang benar tentang peran mereka sebagai anak laki-laki atau anak

perempuan.

4) Tahap laten(6-12 tahun)

Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua

isu-isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai

melibatkan dirinya ke dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain

dari jenis kelamin yang sama, baik kelompok yang kelompok yang bersifat full

male atau full female. Namun berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu

bersifat laten dan masih akan terus memberikan pengaruh pada tahap

perkembangan kepribadian berikutnya.

5) Tahap genital(12 tahun keatas)


Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja

awal dan berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai

terarah kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan

anak mulai mengenal cinta kepada lawan jenis.

Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama

lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling

mengembangkan afeksi (hubungan) dan minat-minat seksual, cinta, dan bentuk-

bentuk keterikatan yang lain.

2.5 Perilaku seksual

Seks merupakan suatu kebutuhan yang juga menuntut adanya pemenuhan

yang dalam hal penyalurannya manusia mengekspresikan dorongan seksual ke

dalam bentuk perilaku seksual yang sangat bervariasi.

Perilaku seksual menurut Sarwono (2010:174) adalah segala tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.

Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan

tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek

seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Nevid,

dkk., 1995 (dalam Amalia, 2007:28) mendefinisikan perilaku seks sebagai semua

jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan

erotis atau perasaan afeksi. Sedangkan perilaku seks pra nikah sendiri adalah

aktifitas seksual dengan pasangan sebelum menikah pada usia remaja (Cavendish,

2009:663) Beberapa tahapan-tahapan dari perilaku seksual yang biasanya

dilakukan, dimana tahapan selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan semakin

mengarah pada perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut adalah (London; 1978

dalam Amalia,2007:29):
1. Awakening and eksploration

Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan

membaca buku-buku porno.

2. Autosexuality:Masturbation

Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk

mendapatkan kepuasan seksual.

3. Heterosexuality:kissing and necking

Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah

sensitif pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.

4. Heterosexuality

a. Light petting : perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih dalam

keadaan memakai pakaian.

b. Heavy petting : perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan dalam

keadaan tidak memakai pakaian untuk mencapai kepuasan. Tahap ini adalah awal

terjadinya hubungan seks.

5. Heterosexuality : Copulaation

Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual

masing-masing.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, menurut

Purnawan (2004) yang dikutip dari berbagai sumber antara lain:

a.Faktor Internal

1) Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)

Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang

berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13

tahun.

2) Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi


Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang

kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara

yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya.

3) Motivasi

Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi

untuk memperoleh tujuan tertentu. Hersey & Blanchard cit Rusmiati (2001)

perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan,

mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh

uang(padagigolo/WTS).

b. FaktorEksternal

1. Keluarga

Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang

tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang.

2. Pergaulan

Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan

pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman

sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.

3. Media massa

Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi

menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi

positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan

perilaku lain sebagai manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.

2.6 Tahapan Respon seksual

Menurut Wahyudi (2000) perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul

karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ


seksual melalui berbagai perilaku. Perilaku seksual yang sehat dan dianggap

normal adalah cara heteroseksual, vaginal, dan dilakukan suka sama suka.

Sedangkan yang tidak normal (menyimpang) antara lain Sodomi, homoseksual.

Selama ini perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan seksual

berupa penetrasi dan ejakulasi.

Padahal menurut Wahyudi (2000), perilaku seksual secara rinci dapat

berupa:

a) Berfantasi: merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas

seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.

b) Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual

yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain.

c) Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir.

d) Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.

e) Meraba : Merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti

leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain.

f) Berpelukan : Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman

disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah aerogen/sensitif)

g) Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) : perilaku merangsang organ kelamin

untuk mendapatkan kepuasan seksual.

h) Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memaukan alat kelamin

ke dalam mulut lawan jenis.

i) Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan

alat kelamin).

j) Intercourse : merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin

laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.


Respons terhadap rangsangan seksual banyak mengacu pada urutan

perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada orang yang dirangsang secara

seksual dan ia turut hanyut/larut dalam aktivitas perangsangan tersebut.

Dengan mengetahui respons tubuh anda terhadap rangsangan seksual anda

dapat mengetahui lebih baik untuk mengatasi kelainan yang mungkin timbul.

Siklus respons rangsangan seksual memiliki empat fase: Perangsangan, Dataran

tinggi (plateau), Orgasme dan Resolusi. Pria dan wanita sama-sama akan

mengalami ke-empat fase tersebut, walaupun mungkin waktunya biasanya akan

berbeda. Contohnya adalah ketidaksamaan waktu orgasme pria dan wanita.

Intensitas respon atau tanggapan rangsangan juga akan memakan waktu yang

berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Dengan mengetahui perbedaan

dan kebiasaan ini, maka akan dapat membantu pasangan pasutri untuk memahami

satu sama lain.

2.6.1 Fase 1: Perangsangan

Secara umum karakteristiknya adalah tahap ini bisa berlangsung dari

hanya beberapa menit sampai bahkan beberapa jam, termasuk di dalamnya:

a) Meningkatnya tekanan otot-otot

b) Denyut jantung yang semakin cepat dan nafas yang memburu

c) Kulit yang menjadi memerah (terkadang timbul semburat merah di sekitar

dada dan punggung)

d) Puting yang mengeras

e) Aliran darah menuju organ genital yang meningkat, yang berakibat klitoris dan

labia minora (bibir vagina dalam) pada wanita menjadi basah serta penis pria

menegang.
f) Organ intim (vagina) wanita secara umum menjadi basah.

g) Payudara menjadi tegang dan seakan-akan penuh serta organ intim wanita

merekah.

h) Testis pria akan mengembang dan scrotum akan penuh cairan yang siap

dikeluarkan.

2.6.2 Fase 2: Dataran tinggi (plateau)

Karakteristiknya adalah kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme

yang ditandai dengan:

a) Organ intim wanita yang semakin mengembang karena meningkatnya aliran

darah serta perubahan kulit sekitar organ intim menjadi ke-ungu-an dan menjadi

lebih gelap.

b) Klitoris yang menjadi semakin sensitif (bahkan terkadang nyeri bila disentuh)

dan terkadang kembali masuk tertutup klitoris untuk menghindari perangsangan

oleh penis.

c) Napas, denyut jantung dan tekanan darah yang terus meningkat

d) Otot mengejang di kaki, muka dan tangan

e) Tekanan otot meningkat

2.6.3 Fase 3: Orgasme

Orgasme adalah puncak dari siklus rangsangan seksual. Fase ini adalah

fase terpendek dan umumnya hanya berlangsung selama beberapa detik saja.

Tanda-tandanya antara lain:

a) Kontraksi otot yang tak beraturan dan tidak terkontrol

b) Teakan darah, denyut jantung dan nafas berada dalam kondisi puncak dengan

kebutuhan oksigen yang masimal.

c) Otot sekitar kaki yang mengejang penuh.

d) Pelepasan yang tiba-tiba dari tekanan seksual


e) Pada wanita organ intim akan berkontraksi, rahim akan terus berkontraksi.

f) Pada pria, kontraksi ritmis otot pada pangkal penis akan mengakibatkan

ejakulasi dan pengeluaran semen.

g) Gerakan tubuh tak beraturan akan berlanjut dan keringat akan cenderung

keluar dari pori-pori tubuh.

2.6.4 Fase 4: Resolusi

Selama fase ini, tubuh akan kembali pada kondisi normal. Bagian-bagian

tubuh yang mengembang dan meregang lambat laun akan kembali normal pada

ukuran dan warna semula. Tahap ini juga ditandai dengan perasaan puas oleh

pasutri, keintiman dan bahkan kelelahan.

Beberapa wanita mampu melanjutkan fase orgasme tersebut dengan

sedikit rangsangan dan inilah yang disebut sebagai multiple orgasm. Sebaliknya

pri memerlukan waktu setelah orgasme yang disebut dengan periode refraksi,

dimana pada waktu ini pria tidak akan mampu orgasme lagi. Periode refraksi ini

berlangsung berbeda-beda pada pria, biasanya semakin tua umur maka periode

refraksi ini akan berlangsung makin lama.

2.7 Penyimpangan-penyimpangan seksual

2.7.1 Keseksulan jantina berbeza

Keseksualan jantina berbeza melibatkan dua orang daripada jantina yang

berbeza. Orang-orang yang hanya melakukan seks jantina berbeza tidak

semestinya akan mengenal diri sebagai heteroseksual, walaupun (berbeda dengan

homoseksual yang melakukan seks sama jantina) kebanyakan takrif

"heteroseksual" merangkuminya antara tahap-tahap kegiatan, kekerapan, dan

minat yang berbeza-beza. Sebaliknya, mereka mungkin akan mengenal diri

sebagai heteroseksual, dwiseksual, atau aseksual. Serupa juga, seseorang yang


mengamalkan kedua-dua tabiat seks sama jantina dan seks jantina berbeza

mungkin akan mengenal diri sebagai homoseksual, lesbian, dwiseksual,

heteroseksual, atau aseksual.

Walaupun seringnya dikaitkan dengan homoseksual lelaki, seks dubur

merupakan suatu amalan seks jantina berbeza yang kekadang dilakukan kerana

dubur adalah "lebih ketat" berbanding dengan faraj dan oleh itu, lebih disukai

oleh sebilangan heteroseksual semasa penembusan; selain itu, banyak orang juga

suka melanggar pantang larang seks kebudayaan. Seks dubur tidak disarankan

sebagai suatu kaedah kawalan kelahiran kerana masih terdapat setakat

kemungkinan (walaupun amat kecil) untuk air mani memasuki faraj. Seks dubur

jantina berbeza juga sering diamalkan oleh wanita yang menembuskan lelaki

dengan dildo ikat, suatu amalan yang dikenali sebagai "pegging atau "memasak" di

barat.

Amalan seks jantina berbeza dibatasi oleh undang-undang di Amerika

Syarikat serta di banyak negara yang lain. Undang-undang perkahwinan Amerika

Syarikat bertindak untuk menggalakkan orang-orang melakukan persetubuhan

hanya dalam perkahwinan. Undang-undang liwat diperlihatkan sebagai

menggalakkan persetubuhan antara jantina yang berbeza. Undang-undang juga

mengharamkan orang-orang dewasa daripada melakukan penganiayaan seks,

melakukan kegiatan seks dengan orang-orang yang masih belum cukup umur,

melakukan kegiatan seks di tempat awam, serta melakukan kegiatan seks sebagai

suatu perdagangan (pelacuran). Walaupun kesemua undang-undang ini juga

merangkumi kegiatan seks sama jantina, undang-undang itu berbeza dari segi

hukuman, dan hanya atau lebih kerapnya dikuatkuasakan pada kegiatan seks sama

jantina. Undang-undang juga mengawal penerbitan dan penontonan fonografi,

termasuk fonografi seks jantina berbeza.


Pemikatan, atau dating, ialah proses yang sesetengah orang menggunakan untuk

mencari pasangan seks atau jodoh yang berpotensi. Di kalangan remaja

heteroseks Amerika Syarikat (biasanya daripada kelas menengah) pada

pertengahan abad ke-20, "dating" ialah sesuatu yang dibuat oleh seseorang

dengan sebilangan orang yang lain sebelum memilih salah satu daripada mereka,

baik untuk bersetubuh, berkahwin, atau kedua-dua.

Amalan seks jantina berbeda boleh mengambil bentuk monogami, monogami

bersiri, atau poliamori, dan bergantung kepada takrif amalan seks, boleh

merangkumi juga penghindaran bersetubuh serta autoerotisisme (termasuk

pelancapan).

Berbagai-bagai gerakan moral dan politik telah berjuang untuk perubahan-

perubahan dalam amalan seks jantina berbeza, termasuk pemikatan dan

perkawinan, sungguhpun perubahan-perubahan tersebut biasanya hanya dibuat

sedikit demi sedikit di semua negara. Khususnya di Amerika Syarikat, kempen-

kempen itu sering mencetuskan dan dipercepatkan oleh kecemasan moral. Di

sana, gerakan-gerakan yang tidak menggalakkan amalan seks sama jantina sering

menegaskan bahawa mereka sedang memperjuangkan pengukuhan amalan seks

jantina berbeza dalam perkahwinan, seperti Akta Pertahanan Perkahwinan serta

cadangan Pindaan Perkahwinan Persekutuan.

2.7.2 Keseksualan sama jantina

Keseksualan sama jantina melibatkan dua orang yang sama jantinanya.

Perbuatan homoseksual boleh dilakukan oleh mereka yang menganggap diri

sebagai heteroseksual, umpamanya pelancapan bersaling dalam konteks yang

boleh dianggap sebagai perkembangan remaja heteroseks "biasa". Orang

homoseksual yang berpura-pura mengamalkan hidup keheteroseksualan sering

dirujuk dalam bahasa Inggeris sebagai mengamalkan hidup "almari" (bahasa


Inggeris: closeted ), iaitu mereka menyembunyikan keseksualan mereka di dalam

"almari".

Walaupun terdapat stereotaip dan tanggapan salah yang umum, tidak

adanya sebarang bentuk kegiatan seks tersendiri bagi tingkah laku seks sama

jantina yang tidak juga terdapat dalam tingkah laku seks jantina berbeza, kecuali

perbuatan-perbuatan yang melibatkan penyentuhan kemaluan jantina yang sama

(sila lihat tribadisme, dan frot).Sesetengah keadaan, seperti pemenjaraan atau

sekolah jantina tunggal serta persekitaran pemisahan jantina, sering

menyebabkan orang-orang yang biasanya tidak mencari hubungan jenis dengan

pasangan sama jantina, melakukan jenis tingkah laku seks sama jantina. Ini

dikenali sebagai kehomoseksualan situasi.

Dalam kes-kes yang lain, sesetengah orang mungkin menguji kaji atau

menyelidik keseksualan mereka melalui kegiatan seks sama jantina (dan/atau

berbeza) sebelum menentukan identiti jantina mereka. Kempen-kempen dan

pegawai-pegawai kesihatan Amerika Syarikat seringnya menyasarkan orang-

orang yang mengenal diri sebagai "Lelaki yang bersetubuh dengan Lelaki"

heteroseksual atau dwiseksual, berbanding dengan orang-orang yang mengenal

diri sebagai lelaki "homoseksual". Lihat juga Lesbian selepas mendapat

ijazah.Orang-orang yang hanya mengamalkan kegiatan seks sama jantina secara

eksklusif tidak semestinya mengenal diri sebagai "homoseksual" atau "lesbian".

Bagaimanapun, takrif homoseksual tetap membawa pengertian "seorang yang

berasa ghairah terhadap ahli yang sama jantina dengannya". Walaupun demikian,

tahap tarikan bergantung kepada kekerapan, kerelaan, dan/atau minat.

Di kalangan sesetengah sektor orang Amerika-Afrika (digelar "men on the

DL" dalam bahasa Inggeris, dengan "DL" merupakan singkatan untuk "down-low"

), tingkah laku seks sama jantina kekadang diperlihatkan hanya sebagai suatu
keseronokan fizikal. Mereka itu melakukan hubungan jenis dengan lelaki

(seringnya secara terselindung) semasa meneruskan hubungan cinta dan

hubungan jenis dengan kaum wanita. Para lelaki itu seringnya menjauhi diri

daripada gelaran "homoseksual" kerana istilah itu di kawasan mereka membawa

pengertian lelaki ranggi dan kewanita-wanitaan berketurunan Eropah, sebuah

kumpulan yang sesetengah mereka mungkin ingin menjauhi diri.

2.7.3 Keseksualan hubungan pasangan luas

Kes-kes yang melibatkan melebihi dua orang pasangan dalam sebuah perkongsian

seks termasuk:

a) Poliamori yang merupakan hubungan cinta terikat antara lebih daripada satu

pasangan.

b) Poligami yang agama dan kebudayaan tertentu membenarkan pasangan

berbilang. Terdapat tiga senario yang wujud:

o Poligini yang lelaki mempunyai dua atau lebih orang isteri;

o Poliandri yang perempuan mempunyai dua atau lebih orang suami;

o Poliginandri yang terdiri daripada berbilang pasangan lelaki dan

perempuan dalam sebuah perkahwinan.

c) Seks kumpulan, pejolian, seks sembarangan dan hubungan bersahaja yang

biasanya tidak bertujuan untuk membentuk ikatan pasangan.

2.7.4 Keseksualan autoerotik

Autoerotisisme, sebagaimana yang namanya membayangkan, ialah kegiatan

seks yang tidak melibatkan orang lain sebagai pasangan. Ia boleh mengambil

bentuk pelancapan, tetapi banyak jenis parafilia (amalan seks yang luar biasa)

juga serupa tidak memerlukan pasangan.


Kebanyakan amalan autoerosisme adalah agak selamat atau selamat pada

keseluruhannya. Bagaimanapun, terdapat beberapa bentuknya yang dianggap

tidak selamat. Ini termasuk pengasfiksian autoerotik dan perhambaan diri.

Kemungkinan kecederaan atau juga kematian wujud semasa melakukan versi

fetisy pasangan (permainan cekik dan perhambaan) dinaikkan dengan ketara,

akibat keterasingan dan ketiadaan bantuan semasa kecemasan. Pengasfiksian

autoerotik menuntut banyak nyawa pemuda setiap tahun.

2.7.5 Keseksualan alternatif

Terdapat beberapa bentuk untuk apa yang dipanggil keseksualan

alternatif. Ini biasanya berdasarkan pilihan masing-masing, dan berbeza-beza

antara apa yang umumnya diterima atau ditoleransi, sehingga jenis yang penuh

dengan perbalahan atau haram di sisi undang-undang.

Contoh-contoh untuk bentuk keseksualan alternatif yang kurang biasa

termasuk kegiatan BDSM yang kegiatan penguasaan dan penyerahan merupakan

ciri-ciri utama kegiatan seks, serta keseksualan haiwan yang pasangan jangka

panjang merupakan spesies yang lain.

2.7.6 Keseksualan paksaan dan penganiayaan

Kegiatan seks juga boleh merangkumi penganiayaan seks, yaitu

menyalahgunakan keseksualan atau menggunakan keseksualan secara paksaan.

Contoh-contohnya termasuk rogol, pembunuhan nafsu berahi, penganiayaan seks

kanak-kanak, zoosadisme (penganiayaan seks haiwan), serta di banyak negara,

parafilia tanpa sepersetujuan seperti frotaj, skatofilia telefon (panggilan

telefon yang tak senonoh), serta juga ekshibisionisme tanpa sepersetujuan dan

penyakit intai (juga dikenali masing-masing sebagai "pendedahan tak senonoh"

dan "pengintai").

Anda mungkin juga menyukai