Anda di halaman 1dari 214

A.

Skeletal dan Sendi


1. Skeletal
a. Tulang atau Skeletal
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang.
Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting
adalah tulang belakang. Tulang adalah organ kaku yang merupakan bagian
dari kerangka tulang belakang. Tulang menopang dan melindungi berbagai
organ tubuh, memproduksi sel darah merah dan darah putih. Jaringan tulang
adalah jenis jaringan ikat padat.
b. Fungsi Sistem Skeletal :
1) Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
2) Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan
otot-otot yang.
3) Melekat pada tulang
4) Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu
jaringan pembentuk darah.
5) Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam
darah misalnya.
6) Hemopoesis
c. Struktur Dan Fungsi Jaringan Tulang
1) Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup
(matriks).
2) Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
3) Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
4) Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk.
5) Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel
tulang dewasa).
6) Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan
tulang).
Jaringan tulang terdiri atas :
1) Kompak (sistem harvesian  matrik dan lacuna, lamella intersisialis)
2) Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan pembuluh
darah
d. Klasifikasi Tulang
1) Rangka aksial
Rangka aksial yang kita sebut juga dengan rangka sumbu tubuh terdiri dari
tulang -tulang yang membentuk sumbu tubuh, diantaranya adalah :
2) Tulang tengkorak
Tulang tengkorak berfungsi melindungi otak organ pendengaran dan organ
penglihatan. Hubungan antar tulang yang terdapat pada tempurung
kepalatermasuk jenis suture, yaitu tidak ada gerak. Tulang tengkorak
terdiri dari tulang tempurung dan tulang muka.
3) Tulang hioid

Tulang
hioid merupakan tulang yang berbentuk seperti hurup U.terletak diantara
laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya
beberapa otot mulut dan lidah. Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap
manusia.
4) Tulang belakang (vertebrae)

Tulang belakang atau yang di sebut tulang


vertebrae berfungsi menyangga berat tubuh.
Tulang belakang memungkinkan manusia
melakukan berbagai macam posisi dan
gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau berlari.
Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian.

5) Tulang dada (sternum) dan tulang rusuk (costa)


Tulang dada (sternum) dan
tulang rusuk (costa) bersama sama membentuk perisai pelindungbagi
organ-organ penting yang terdapat di dada yaitu paru-paru dan jantung.
Tulang rusuk (costa) juga berhubungan dengan tulang belakang
(vertebrae).
6) Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu :
 Bagian keras yang dibentuk oleh tulang
 Bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligament
Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu:
 Pelvis mayor
Mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pankreas dll
 Pelvis minor
Tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium,
vagina, kandung kemih, dll

Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang yaitu :


a) 2 buah tulang pangkal paha (os coxae )
b) 1 buah tulang kelangkang (os sacrum)
c) 1 buah tulang tungging (os coccygis)
7) Ekstremitas
Ekstremitas atas yang berupa tangan berukuran pendek, terdiri atas :
a) Brachium (lengan atas) yang berupa humerus
b) Antibrachium (lengan bawah) yang berupa radioulna
c) Carpus (pergelangan tangan)
d) Menos (telapak tangan) yang terdiri atas metacarpus dan phalangus
(jari-jari) ; pada telapak tangan terdapat palm, dibawah jari pada hewan
jantan terdapat mengalami penebalan pada saat dia kawin.
Ekstremitas bawah yang berupa kaki bawah terdiri atas ;
Femur (paha), crus (bagian kaki bawah) yang terdiri atas : Tibia
dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes/metatarsalia (telapak kaki)
yang terdiri atas metatarsus dan phalangus (jari-jari).
8) Rangka Apendikuler
Rangka apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak. Rangka
apendikuler terdisi atas bahu, tulang-tulang tangan, telapak tangan,
panggul, tungkai dan telapak kaki. Secara umum rangka apendikuler
menyusun alat gerak tangan dan kaki.
a) Tulang selangka ( klavikula )
Tulang selangka ( klavikula ) merupakan tulang leher membentuk
bagian depan bahu.
b) Tulang belikat (skapula)
Tulang belikat (skapula) terdapat di atas sendi bahu dan merupakan
bagian pembentuk bahu.
c) Tulang panggul (koksa)
Setiap makhluk vertebrata memiliki jumlah tulang panggul (koksa) 2.
Satu bagian terdapat pada bagian kiri, dan satu bagiannya terdapat
pada bagian kanan. Tulang panggul membentuk tulang gelang panggul
yang berfungsi untuk menahan berat tubuh. Sewaktu lahir tulang setiap
tulang panggul (koksa) sebetulnya memiliki jumlah 3 tulang yaitu
ileum, ischium, dan pubis. Namun setelah dewasa tulang ini bersatu
membentuk tulang panggul (koksa)
d) Tulang pangkal lengan (humerus), hasta (ulna) pengumpil (radius)
Tulang pangkal lengan (humerus) bersama dengsan pengumpil (radius)
dan tulang hasta (ulna) menyusun lengan atas dan lengan bawah.
e) Tangan dan kaki
Tulang tanga tersusun atas tulang-tulang pergelangan tangan, telapak
tangan dan jari-jari. Jari tangan terdiri dari tiga ruas kecuali ibu jari
yang hanya mempunyai dua ruas. Telapak kaki manusia melengkung
dan tidak kaku sehingga berfungsi sebagai pegas ketika berjalan.
9) Jaringan Tulang
Jaringan tulang berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya
dibedakan menjadi tulang rawan dan tulang sejati.
a) Tulang Rawan
Tulang rawan (kartilago) terdiri dari 3 macam yaitu :
- Kartilagi hialin, banyak mengandung serabut-serabut hialin (tulang
rawan bening) warnanya kehijau-hijauan dan licin, terdapat pada
ujung sendi, rawan hidung, antara tulang rusuk dan tulang dada,
badan embrio, larings, trakea, dan bronkus.
- Kartilago elastis, banyak mengandung serabut-serabut elastis,
warnanya kekuningan, terdapat didaun telinga, epiglotis, tuba
eustacius.
- Kartilago fibrosa, banyak mengandung serabut-serabut fibrosa,
terdapat antara ruang tulang belakang dan simfisis.
a.

A B C
Fungsi
Tilang rawan :
- Rangka tubuh awal (embrio)
- Menunjang jaringan lunak serta alat dalam
- Melicinkan permukaan tulang dan sendi
- Membina pertumbuhan tulang
b) Tulang Sejati
Jaringan tulang merupakan jaringan yang paling keras pada
tubuh hewan. Jaringan tulang termasuk ke dalam jaringan ikt yang
berkembang dari sel – sel mesenkim pada masa gastrulasi. Seperti pada
umumnya jaringan ikat, jaringan tulang tersusun atas sel dan matriks
ekstraseluler. Osteoblast merupakan sel – sel penyusun jaringan tulang
yang mendepositnya diri pada matriks ekstraseluler yang tersusun atas
serat kolagen. Selain itu, matrik ekstraselulernya mengandung
beberapa mineral seperti kalsium dan fosfat yang menyebabkan
jaringan tulang mengeras (seperti adukan semen). Sel – sel osteoblas
itu dilindungi oleh sebuah ruang yang disebut lakuna, kemudian
osteoblas berubah menjadi osteosit. Dengan demikian osteosit dapat
terlindungi dari matrik ekstraseluler yang mengeras.
Sel-sel osteosit penyusun osteon (tulang keras) tersusun dalam
suatu sistem mikroskopis yang disebut dengan sistem Havers. Dalam
setiap sistem ini terdapat saluran Havers pada bagian tengah yang
berisi pembuluh darah dan juga sel saraf. Sementara sel- sel osteosit
mengelilingi sistem tersebut. Sel-selosteosit terletak dalam lakuna yang
merupakan ruangan kecil yang memisahkan sel dengan matriks osteon
yang keras. Ruang-ruang kecil ini memiliki saluran-saluran halus
(kanalikuli) yang berfungsi menghubungkan lakunan dengan
penyaluran nutrisi dari sentral Havers.
Berdasarkan susunannya, jaringan tulang dapat dibedakan
menjadi dua:
- Tulang kompak
Merupakan jenis jaringan tulang yang memiliki sistem saluran
havers. Jenis tulang ini merupakan bagian yang keras pada tulang.
- Tulang Spons
Bagian tulang yang tidak terdapat sistem havers. Bagian ini terletak
dibagian tengah pada tulang, yang sering disebut dengan sumsum
tulang dan juga merupakan tempat pembentukan sel – sel darah.
Fungsi Jaringan Tulang Sejati :
- Kerangka tubuh
Fungsi tulang pada hewan tingkat tinggi (vertebrata) adalah
sebagai kerangka tubuh hewan. Kelompok hewan vertebrata
termasuk manusia memiliki bentuk tubuh yang mengikuti bentuk /
susunan rangka pada hewan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bentuk suatu hewan (pada vertebrata) adalah sebagaimana bentuk
dari susunan tulang kerasnya.

- Alat gerak pasif

Tulang bersama dengan otot menyusun sistem gerak pada


hewan vertebrata. Pergerakan (lokomosi) pada hewan sangat
penting untuk menunjang kelangsungan hidup hewan tersebut.
Pergerakan yang dilakukan oleh hewan dilakukan dalam rangka
mencari mangsa (makanan), pasangan kawin, daerah kekuasaan
(teritorial), atau menanggapi rangsang. Hewan dapat
menggerakkan tubuhnya karena adanya kerjasama antara otot
dengan tulang. Otot menggerakkan tulang kemana hewan tersebut
bergerak. Oleh karena tulang digerakkan oleh otot maka tulang
berfungsi sebagai alat gerak pasif (yang digerakkan). Meskipun
tulang adalah alat gerak pasif, jika keberadaan tulang tidak ada
maka hewan tersebut pun mengalami gangguan dalam
pergerakkan.

- Tempat melekatnya otot

Tulang merupakan tempat melekatnya otot lurik atau otot


rangka. Otot ini berfungsi sebagai alat gerak aktif, yakni bekerja
sama dengan tulang (rangka) dalam menunjang lokomosi hewan.
Otot lurik menggerakkan tulang yang membuat sistem gerak
berfungsi.

- Melindungi organ vital

Tulang merupakan jaringan yang paling keras pada tubuh


hewan. Hal ini karena tulang tersusun atas serat kolagen serta
subtansi dasar yang mengalami kalsifikasi. Substansi dasar jaringan
tulang tersusun atas sebagian besar mineral kalsium, magnesium,
fosfat dan lain – lain yang menyebabkan jaringan ini mengeras.
Dengan struktur yang demikian, tulang berfungsi sebagai
pelindung organ – organ vital di dalam tubuh, seperti tengkorak
yang melindungi otak, tulang dada yang melindugi organ vital di
dada (paru – paru dan jantung), dan lainnya

- Tempat cadangan kalsium

Tulang merupakan tempat cadangan kalsium. Hal ini karena


matriks sel – sel penyusun tulang (osteosit) tersusun atas senyawa
kalsium. Dengan adanya kalsium di matriks tulang ini
menyebabkan tulang mengeras. Kalsium sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan tulang (kalsium yang cukup untuk tulang yang sehat)
dan juga proses pembekuan darah. Jika tubuh kekurangan asupan
kalsium, maka akan mengambil kalsium cadangan dari dalam
tulang. Oleh karena itu, jika hal ini tidak segera ditanggulangi
dapat mengebabkan osteoporosis.

- Tempat pembuatan sel – sel darah

Sumsum tulang yakni daerah yang terletak pada bagian ujung


tulang tersusun seperti sarang lebah (spons). Pada bagian ini
berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah.

Hubungan antar tulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat


bergerak, diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Dengan
adanya sendi, membantu mempermudah gerakan. Sendi yang
menyusun kerangka manusia terdapat dibeberapa tempat. Terdapat
tiga jenis hubungan antar tulang, yaitu sinartrosis, amfiartrosis, dan
diartosis.

2. SENDI
Pengertian sendi adalah penghubung antartulang sehingga tulang dapat
digerakkan. sendi merupakan perantara antara tulang yang satu dengan tulang
yang lainnya sehingga tulang tersebut menyatu. Hubungan antartulang dibiasa
disebut dengan artikulasi. Untuk terjadinya artikulasi maka diperlukannya sendi.
Sendi diapit oleh tulang rawan yang merupakan bantalan untuk sendi. sendi di ikat
oleh ligamen. ligamen adalah bahan yang kuat dan lentur.
a. Macam-Macam Sendi
Macam-macam sendi dikelompokan dalam 4 macam yakni macam-
macam sendi berdasarkan arah gerakannya, berdasarkan struktur, berdasarkan
fungsi, berdasarkan anatomi lokasinya. Untuk mengetahui penjelasannya
dapat dilihat dibawah ini.
1) Macam-Macam Sendi Berdasarkan Arah Gerakannya
a) Sendi Engsel adalah hubungan antartulang yang memungkinkan
gerakan satu arah maju atau mundur. Contoh sendi engsel adalah
persendian pada siku, lutut, dan persendian antararuas jari tangan.
b) Sendi Peluru adalah hubungan antar tulang yang memungkinkan gerak
ke segala arah. Contoh sendi peluru adalah persendian antara tulang
paha dan tulang gelang panggul serta antara persendian pangkal
lengan atas dan gelang bahu.
c) Sendi Putar adalah hubungan antartulang yang memungkinkan
gerakan tulang yang satu mengelilingi tulang lainnya sebagai poros.
Contoh sendi putar adalah persendian tulang tengkorak dan tulang
atlas serta persendian tulang hasta dan tulang pengumpul.
d) Sendi Geser adalah hubungan antartulang yang memungkinkan
gerakan tulang yang satu menggeser pada tulang yang lain. Contoh
sendi geser adalah persendian antartulangkarpal.
e) Sendi Pelana adalah antartulang yang memungkinkan gerakan tulang
ke dua arah yang saling tegak lurus seperti gerakan orang naik kuda.
Contoh sendi pelana adalah persendian tulang tumit dan tulang kering.
2) Macam-Macam Sendi Berdasarkan Sifat
Macam-macam sendi berdasarkan sifat dan biasa pula dikatakan dengan
pergerakan atau fungsinya, antara lain sebagai berikut.
a) Sinartrosis (Synarthrosis) atau Sendi mati adalah hubungan antartulang
yang tidak memungkinkan terjadinya gerakan, contohnya persendian
pada tulang tengkorak.
b) Amfiartrosis (Amphiarthrosis) atau Sendi kaku adalah hubungan
antartulang yang hanya sedikit memungkinkan terjadinya gerakan.
Contohnya sendi kaku adalah persendian tulang-tulang pergelangan
tangan, persendian tulang pergelangan kaki, dan persendian ruas-ruas
tulang belakang.
c) Diartrosis atau sendi gerak adalah hubungan antartulang yang
memungkinkan terjadinya gerak, baik gerak satu arah, dua arah,
maupun kesegala arah.
3) Macam Sendi Berdasarkan Strukturnya
Macam-macam sendi berdasarkan Strukturnya antara lain sebagai
berikut.
a) Sendi artikulasi tangan
b) Sendi pergelangan
c) Sendi siku
d) Sendi Bahu aksila (Glenohumeral dan sendi akromioklavikularis)
e) Sendi sternoklavikularis
f) Sendi artikulatoris vertebra
g) Sendi Sakroiliaka panggul
h) Sendi temporomandibular rahang
i) Sendi pinggul
j) Sendi lutut

B. Muskuler/Otot
1. Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat
lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut
dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada
yang melekat di bawah permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler otot :
 Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
 Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
 Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas
untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri ciri sistem muskuler otot :
 Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau
tidak melibatkan pemendekan otot.
 Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi
oleh impuls saraf.
 Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang
melebihi panjang otot saat rileks.

 Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah


berkontraksi atau meregang.
Jenis-jenis Otot
a. Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
 Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
 Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
 Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
 Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari
serabut-serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber
/serabut otot.
 Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai
banyak nukleus ditepinya.
 Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan
bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang
panjang disebut dengan myofibril.
 Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya :
 yang kasar terdiri dari protein myosin
 yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
b. Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta
pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi,
urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
 Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.
 Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi
pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
 Kontraksinya kuat dan lamban.
Struktur Mikroskopis Otot Polos
Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-
myofilamen.
Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi
untuk berkontraksi.
 Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah
besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang
memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot
erektor pili rambut
 Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah
besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang
memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot
erektor pili rambut.
 Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan
dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan
mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat
bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi
saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
c. Otot Jantung
 Merupakan otot lurik
 Disebut juga otot seran lintang involunter
 Otot ini hanya terdapat pada jantung
 Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga
mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Struktur Mikroskopis Otot Jantung
 Mirip dengan otot skelet

Gaotootot rangka otot polos otot jantung

Kerja otot
 Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
 Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
 Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
 Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
 Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
 Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang
terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang
dengan otot atau otot dengan otot.
Gambar 2. Tendon

3. Ligamen
L i g a m e n
elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang
dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
 Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral
yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya
pergerakan.
 Ligamen jaringan elastik kuning
Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan
memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.

C. Fasia
Fasia (fasica) adalah :
 Selubung tisu fibrosa yang membungkus jaringan dan organ.
 Jenis jaringan ikat yang digunakan dalam pembesaran bibir untuk
menghasilkan bibir yang lebih penuh. Produk ini terbuat dari tisu donor
manusia.
2.1Struktur Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan


berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak
yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan
darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.

2.1.1 Jantung

Jantung (Cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang memompa darah
lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung adalah salah
satu organ manusia yang berperan dalam system peredaran darah. Jantung manusia
adalah jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan
organ berotot yang mampu mendorong darah keseluruh bagian tubuh. Jantung
manusia berbentuk kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga
dada sebelah kiri. Jantung dibungkus oleh selaput yang disebut pericardium. Jantung
bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah
klep yang melengkapinya.

A. Struktur Anatomi
Bentuk serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh
organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel
kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal
kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200-425 gram dan sedikit lebih
besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam
masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter
darah. Posisi jantung terletak diantara kedua paru dan berada ditengah-tengah dada,
bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus
xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa
III dextra, 1 cm ditepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi
cranialis pars cartilaginis costa II sinistra dari tepi lateral sternum, tepi kiri caudal
berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara lapisan
fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 5 cc yang berfungsi sebagai pelumas
agar tidak ada gesekan antar perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan
paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah miokardium dimana lapisan ini
adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.

(Source : Google Images Anatomi Jantung)

1. Arteri adalah arteri terbesar dalam badan manusia. Bersumber dari bilik kiri jantung
dan membawa darah beroksigen kepada semua bagian tubuh dalam peredaran
sistemik.
2. Pembuluh darah balik cava atas ( cava superior ) adalah Vena Cava Superior
(pembuluh balik besar atas) adalah pembuluh darah yang menerima darah dari kepala
dan kedua tangan. Darah yang dibawa oleh pembuluh darah ini juga mengandung
banyak CO2.
3. Katup trikuspid adalah Katup trikuspid menghubungkan antara atrium kanan
dengan ventrikel kanan
4. Serambi kanan sebagai tempat menampung darah yang kaya karbondioksida dari
seluruh tubuh.
5. Pembuluh darah balik kava bawah ( inferior ) mengembalikan darah ke jantung
dari setengah bagian tubuh bawah .
6. Bilik kanan berfungsi memompa darah ”kotor” (yang dialirkan oleh seramni kanan)
ke paru-paru melalui arteri paru-paru.
7. Otot papiler melampirkan ke bagian bawah dinding bagian dalam ventrikel. Mereka
menyambung korda tendinea, yang melekat pada katup trikuspid dalam ventrikel
kanan dan katup mitral di ventrikel kiri. Kontraksi otot-otot papiler membuka katup-
katup ini. ketika otot papiler santai, katup-katup dekat.
8. Arteri koroner adalah pembuluh-pembuluh yang memasok darah beroksigen ke otot
jantung. Mereka disebut arteri koroner karena mengelilingi jantung dalam bentuk
mahkota.
9. Bilik kiri menampung darah dari bagian serambi kiri.
10. Katup aorta adalah jaringan khusus di dalam ruang jantung yang mengatur urutan
aliran darah dari satu bagian ke bagian lain. Katup aorta memisahkan ruang utama
pemompa jantung (ventrikel kiri) dengan aorta, pembuluh darah arteri utama yang
memberikan darah beroksigen ke seluruh tubuh. Katup mitral memisahkan ruang kiri
atas (atrium) dengan ruang kiri bawah (ventrikel) dan menjaga pergerakan aliran
darah yang tertib dari paru ke ventrikel kiri.
11. Katup mitral atau bikuspid adalah untuk mengontrol aliran darah dalam satu arah
melalui sisi kiri jantung, terutama dalam hal mencegah darah apapun dari muntah
kembali ke paru-paru.
12. Serambi kiri menampung darah bersih dari paru-paru yang banyak mengandung
oksigen
13. Arteri pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor
dari pulmonary trunk ke kedua paru paru.

B. Ruang Dalam Jantung

Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu berdinding tipis disebut
atrium dan lainnya berdinding tebal disebut ventrikel. Pada orang awam, atrium
dikenal dengan serambi sedangkan ventrikel dikenal dengan bilik.
Atrium merupakan ruang jantung bagian atas , ukuran atrium lebih kecil, berfungsi
sebagai ruang penerima dan merupakan tempat tujuan aliran darah dari vena.

a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh
tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui katup dan
selanjutnya ke paru-paru
b. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru-paru melalui 4
buah vena pulmonalis. Kemudia darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup dan
selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat
yang disebut septum atrium

Ventrikel merupakan ruang jantung bagian bawah, digunakan sebagai ruang pemompa
(discharging) dan tempat derah di dorong ke arteri.

a. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru
melalui arteri pulmonalis.
b. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh
melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel

Septum terletak ditengah jantung , memisahkan jantung kiri dan kanan dan berjenis
otot.

C. Lapisan-Lapisan Jantung

Jantung terdiri atas 3 lapisan jaringan yaitu;

a. Perikardium

Memiliki dua sakus (kantong pembungkus). Sakus terluar terdiri atas jaringan fibrosa,
sedangkan sakus terdalam terdiri atas lapisan membran serosa ganda. Jantung
terbungkus oleh kantong perikardium yang terdiri dari 2 lembar :

 Lamina pariestalis, disebelah luar


 Lamina viseralis yang menempel pada dinding jantung
D. Miokardium

Terdiri atas otot jantung. Gerakan otot jantung involunter. Setiap serat sel memiliki
satu inti sel dan satu atau lebih cabang. Ketebalan miokardium bervariasi dari satu
ruang jantung ke ruang lainnya.
E. Endokardium

Melapisi bilik katup jantung. Lapisan ini merupakan membran yang tampak
mengkilap, halus dan tipis yang memungkinkan aliran darah yang lancar ke dalam
jantung. Lapisan ini terdiri atas sel epitelium gepeng dan berlanjut ke pembuluh darah.

F. Katup jantung

Diantara atrium dan ventrikel terdapat sekat yang memisahkan keduanya yang disebut
katup. Jantung memiliki 4 katup :

1. Katup trikuspidalis :

Terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah
akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup ini berfungsi
mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup saat
kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup ini memiliki 3 daun katup.

2. Katup Bikuspid (Mitral) :

Terletak antara ventrikel kiri dan atrium kiri. Katup ini menutup pada saat kontraksi
ventrikel. Katup bikuspid terdiri atas 2 daun katup.

3. Katup Aorta :

Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Terdiri dari 3 daun katup. Katup ini akan
membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir
keseluruh tubuh. Sebaliknya, katup ini akan menutup pada saat ventrikel kiri
berelaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali dalam ventrikel kiri.

4. Katup Pulmonal :

Terletak anta ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Setelah katup trikuspid tertutup,
darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis.

G. Fisiologi Jantung

Jantung berfungsi sebagai pemompa darah. Atrium kanan berfungsi untuk menyimpan
dan menyalurkan darah ke ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis, atrium kiri
menerima darah dari empat vena pulmonalis yang berisi darah yang kaya akan
oksigen, ventrikel kiri menerima darah dari atrium kanan kemudian memompa ke
arteria pulmonalis melalui katup pulmonal, ventrikel kanan menerima darah dari
atrium kiri (kaya O2) kemudian memompa ke aorta melalui katup aorta ke seluruh
tubuh.

Fungsi jantung yang lainnya adalah :

1. Memompa darah melalui pembuluh darah;


2. Memompa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen;
3. Menerima darah dari seluruh tubu;
4. Menerima darah beroksigen dari paru-paru;
5. Mencegah bercampurnya darah miskin oksigen dengan darah kaya oksigen;
6. Membantu membuang limbah sisa metabolisme;
7. Membantu mengukur jumlah darah yang dipompa dengan menghitung jumlah
denyut jantung per menit.

H. Faal Otot Jantung


 Anatomi Fisiologi Otot Jantung

(Source : Google Images Otot Jantung)

Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja serabut –
serabutnya bercabang - cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi oleh saraf
otonom. Letak inti sel di tengah. Dengan demikian, otot jantung disebut juga otot
lurik yang bekerja tidak menurut kehendak.

 Elektro Fisiologi Otot Jantung

Kontraksi sel otot jantung dalam siklus di picu oleh aksi potensial yang menyebar ke
seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu:

1. Sel kontraktil yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan kerja
mekanis memompa darah. Dalam keadaan normal, sel ini tidak membentuk sendiri
potensial aksinya.

2. Sel otoritmik, yang tidak berkontraksi tapi khusus memulai dan menghantarkan
potensial aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung kontraktil. Sel otoritmik
jantung merupakan sel otot khusus yang berbeda dari sel saraf dan sel otot rangka di
mana sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel ini memperlihatkan
aktivitas pemicu yaitu potensial membran secara perlahan terdepolarisasi sampai ke
ambang (potensial pemicu). Dengan siklus yang berulang tersebut, sel otoritmik
memicu potensial aksi yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk memicu
denyut berirama tanpa rangsangan saraf apapun. Sel-sel jantung otoritmik ini
membentuk area tersendiri di:

a. Nodus Sinoatrial (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan
dekat pintu masuk vena cava superior.

b. Nodus Atrioventrikuler (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel otot jantung khusus
yang terdapat pada dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium
dan ventrikel.

c. Berkas His (berkas atrioventrikuler), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari
nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas tersebut terbagi
menjadi cabang berkas kanan dan kiri yang turun menyusuri septum, melengkung
mengelilingi ujung rongga ventrikel dan berjalan balik kearah atrium di sepanjang
dinding luar.

4. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur ke seluruh miokardium


ventrikel seperti ranting kecil dari suatu cabang pohon.Sistem konduksi diatas di
mulai dari nodus sinoatrial sebagai pacemaker yang berguna untuk memicu setiap
siklus jantung. Nodus SA ini biasa di pengaruhi oleh sistem saraf pusat, seperti impuls
dari saraf simpatis akan menambah kecepatannya dan saraf parasimpatis akan
memperlambatnya. Hormon tiroid dan epinefrin yang dibawa oleh darah juga dapat
mempengaruhi kecepatan impuls nodus SA. Setelah impuls listrik yang diinisiasi oleh
nodus SA, impulnya akan menyebar melalui kedua atrium sehingga menyebabkan
kedua atrium berkontraksi secara berkesinambungan. Pada saat yang sama impuls
tersebut mendepolarisasi nodus atrioventrikular yang berada dibawah atrium kanan.

Dari nodus AV ini, cabang dari serat konduksi yaitu berkas His melalui otot jantung
sampai septum interventrikular. Berkas His ini kemudian bercabang menjadi cabang
kanan (right bundle) dan cabang kiri (left bundle). Walaupun berkas His
mendistribusikan energi listrik ini sampai melewati permukaan medial ventrikel,
kontraksi sesungguhnya distimulasi oleh berkas purkinje (serat otot konduksi) yang
muncul dari cabang bundle yang dilanjutkan ke sel miokardium ventrikel.

I. Fungsi Jantung Sebagai Pompa

Pada tiap siklus jantung systole dan diastole secara berurutan dan teratur dengan
adanya katup jantung yang terbuka an trtutup. Pada saat itu jantung dapat bekerja
sebagai suatu pompa sehingga darah dapat beredar keseluruh tubuh.

Selama satu siklus kerja jantung terjadi perubahan tekanan di dalam rongga jantung
sehingga terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan ini penyebabkan darah mengalir ari
rongga yang tekanannya lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.

 Curah Jantung

Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per menit. Pada
keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan
ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di
tempat tertentu. Jumlah darah yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut
volume sekuncup. Dengan demikian curah jantung= volume sekuncup x frekuensi
denyut jantung per menit.16 Umumnya pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi
pengosongan total ventrikel, hanya sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan.
Jumlah darah yang tertinggal ini dinamakan volume residu. Besar curah jantung
seseorang tidak selalu sama, bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung
orang dewasa pada keadaan istirahat lebih kurang 5 liter dan dapat meningkat atau
menurun dalam berbagai keadaan

 Alir Balik Vena

Aliran balik vena ke jantun menentukan volume ventrikel. Peningkatan aliran balik
vena meningkatkan volume akhir – diastolic ventrikel, yang kemudian memperkuat
peregangan serabut miokardium. Sesuai engan hukum stirling jantung dimana paa saat
pengisian normal pada diastolik akan menyebabkan peregangan serabut dengan
kekuatan kontraksi dan volume sekuncup normal. Pada peningkatan pengisian pada
saat diastolic menyebabkan peningkatan peregangan serabut, kekuatan kontraksi, dan
volume sekuncup.

2.1.2 Darah

Darah adalah cairan jaringan tubuh yang fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen
yang diperlukanoleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai
bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah
berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besidalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Darah teriri atas plasma darah 55%, sel-sel darah 45% yang terdiri atas sel arah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), keeping-keping darah (trombosit). Plasma darah
merupakan komponen terbesar alam darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah
adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta
membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah
menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi. Sel darah
merah bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran diameter
kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam
1mm3 (41/2 juta), warnanyakuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu
zat yang disebut hemoglobin., warna ini akan beratamba merah jika didalamnya
mengandung banyak oksigen. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari
paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbondioksida ini
ikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut
oksihemoglobin ( hb + oksigen 4hb – oksigen) jadi oksigen diangkut dari seleuruh
tubuh sebagai oksihemoglobin yang setelah tiba dijaringan akan dilepaskan hb –
oksigen hb + oksigen, dan seterusnya. Hb akan bersenyawa dengan karbon dioksida
dan disebut karbon dioksidahemoglobin ( Hb+karboni dioksida hb-karbon dioksida)
yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.

Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merh, limpa dan hati.
Proses pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula
besar dan berisi nucleus dan tidak berisi hemoglobin kemuian dimuati hemoglobin
dan akhirnya menghilangkan nukleusnya dan siap diedarkan dalm srikulasi darah
yang kemudian akan berdarah didalam tubuh selama lebih kurang 114-115 hari
setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terulang
menjadi 2 zat yaitu hematin yang mengandung fe yang berguna untuk membuat
eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrosit yang
berguna untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Jumlah normal pada orang
dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100cc darah. Normal hb wanita 11,5mg% dan
laki-laki 13,0mg%. sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri
dari asam amino dan memerlukan zat besi, sehingga diperlukan diit seimbang zat besi.

Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga
banyaknya hemoglobin alam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka
keadaan ini disebut anemia, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan yang hebat,
penyakit yang melisi eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu. Sel darah
putih (leukosit), mempunyai bentuk dan sifat berlainan dengan sifat eritrosit dibawah
mikroskop akan terlihat bentuknya dan dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna),
banyaknya dalam 1mm3 darah kira-kira 6000-9000. Fungsinya sebagai pertahanan
tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam
jaringan res( sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya didalam limpa dan limfe
sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada didalam
pembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan
penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang berada
di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebakan sel leukosit yang
biasanya tingal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam
darah melebihi 10.000 per mm 3 disebut leukositosis dan kurang dari 6000 disebut
leukopenia.

Keping-keping darah (trombisit). Trombisit merupakan benda-benda kecil yang mati


yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya
putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000 per mm 3. Fungsinya memegang
peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal maka
jika ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan yang terus
menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang
dari 200.000 disebut trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang
turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh menapat luka. Ketika kita lupa maka darah
akan keluar, trombosit pecat dan mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase.
Trombokinasi ini akan bertemu dengan protombin dengan pertolongan ca 2+ akan
menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-
benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel
darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protombin dibuat didalam hati dan
untuk membuatnya diperlukan vitamin k, dengan demikian vitamin k penting untuk
pembentukan darah.
( sumber: Syaifuddin, 2012)

 Teknan Darah

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah

timbul dari adanya tekanan arteri yaitu tekanan yang terjadi pada dinding arteri.
Tekanan darah merupakan hasil dari curah jantung dan resistensi terhadap aliran darah
yang diatur oleh pembuluh darah.

 Teknan Sistolik Dan Diastoli

Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik
yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri yang terjadi pada saat
ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg dan tekanan ini dapat
meningkat dengan bertambahnya usia. Tekanan diastolik yaitu tekanan darah paling
rendah pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg.
Walaupun demikian, tekanan darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai
normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan
diastolik. Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal.
Peningkatan tekanan darah lebih dari normal disebut tekanan darah tinggi/hipertensi.
Sebaliknya, jika kurang dari normal disebut tekanan darah rendah/hipotensi.

 Pembagian Jumlah Darah Dalam Pembuluh Darah


Darah adalah connective tissue yg memungkinkan adanya komunikasi antar sel dlm
tubuh dan dengan lingkungan seperti membawa: oksigen, zat-zat gizi, sekresi hormon,
produksi panas, zat kekebalan, dll.

Jumlah : 7% dari BB ( 5,6 liter pd pria dgn BB 70 Kg) pada wanita lebih sedikit.

Komposisi : plasma 55% dan sel 45%

Sel darah terdiri dari : eritrosit, leukosit dan trombosit

Plasma terdiri dari air : 91%, protein : 8% (albumin, globulin, protrombin,fibrinogen),


mineral : 0,9% (NaCl, natrium bikarbonat,kalsium, fosfor, fe, dll).

Presentase volume darah dalam pembuluh darah : a.Jantung 9%, b.Pemb drh paru
12%, c.Arteri besar 8%, d.Arteri kecil 5%, e.Arteriola 2%, f.Kapiler 5%, g.Vena kecil,
venula, sinus 25%, h.Vena besar, resevoar vena 34%.

2.1.3 Pembuluh Darah

Pembuluh darah adalah serangkaian tuba tertutup yang bercabang dan membawa
darah dari jantung ke jaringan kemudian kembali ke jantung. Ada 3 jenis pembuluh
darah utama yaitu arteri, vena dan kapiler.

1. Arteri

Arteri adalah pembuluh darah yang meninggalkan jantung. Fungsi dari arteri adalah
mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke kapiler sehingga dapat memperdarahi
organ-organ tubuh. Darah meninggalkan jantung dari aorta menuju ke arteri.
Pembuluh darah arteri memiliki dinding yang kuat. Selain itu, dindingnya juga
bersifat elastis, sehingga mampu menahan tekanan yang kuat dari jantung, sehingga
pembuluh darah arteri tidak mudah robek.

Letak pembuluh arteri agak ke dalam tubuh bila dibandingkan dengan jenis pembuluh
darah vena. Hanya di beberapa bagian tertentu yang letaknya agak ke tepi, seperti di
leher, pergelangan tangan, dan pelipis.

Pembuluh arteri ikut berdenyut mengikuti denyutan jantung. Aliran darah yang berada
di dalam arteri pun sangat cepat, karena berasal langsung dari jantung. Terdapat
perbedaan mendasar antara pembuluh arteri dan vena, yaitu jika pembuluh darah vena
memiliki banyak katup, maka lain halnya dengan arteri. Pembuluh darah arteri hanya
memiliki satu katup di pangkal berbatasan dengan bilik kiri jantung, atau biasa disbeut
dengan valvula semilunar. Pembuluh darah arteri dibedakan lagi menjadi 3 bagian
yang memiliki perbedaan pada letak dan ukurannya. Akan tetapi, fungsinya tetap
sama. Ke-3 arteri tersebut adalah :

a) Arteri Elastik

Arteri elastik merupakan pembuluh darah arteri yang memiliki ukuran yang besar di
tubuh. Contoh arteri-arteri elastik seperti aorta (arteri yang berada di dekat jantung
dan menyambut darah langsug dari jantung) dan trunkus pulmonalis (pembuluh arteri
yang mengalirkan darah dari bilik kanan jantung), serta cabang-cabang utamanya
seperti aorta abdominalis, dan lain-lain

Arteri jenis ini memiliki dinding yang tersusun dari jaringan ikat elastik yang banyak,
sehingga ketika arteri ini mampu menahan tekanan yang tinggi dari darah saat
dipompa oleh jantung. Sifat elastik yang dimiliki juga sangat membantu dalam
melebarkan dan mengerutkan diameter pembuluh di saat-saat tertentu.

b) Arteri Muskular

Sesuai dengan namanya, arteri jenis ini terletak di dekat otot-otot tubuh ataupun dekat
dengan organ-organ tubuh. Contohnya adalah arteri radialis, arteri komunis, arteri
brachialis, dan lain-lain. Penyusun arteri ini adalah jaringan otot polos.

c) Arteriol

Arteri ini merupakan pipa terakhir dari arteri yang menghubungkan langsung dengan
kapiler-kapiler dalam tubuh. Arteri jenis ini memiliki satu sampai dengan lima lapis
jaringan otot polos.

Arteri mempunyai dinding yang kuat dan elastis yang tersusun dari 3 lapisan :

 Tunika intima/interna. Lapisan yang tipis, halus dan pipih yang dilapisi jaringan
epitelium skuamosa.
 Tunika medika. Lapisan yang terdiri atas otot polos dan sebagian jaringan fibrosa.
Dalam arteri yang berukuran lebih besar, jumlah serat elastis ini lebih banyak dan
sebaliknya lebih sedikit pada arteri yang lebih kecil
 Tunika eksterna/adventisia. Lapisan ini terdiri atas jaringan fibrosa yang
melindungi pembuluh darah

2. Vena

Vena adalah pembuluh adarah yang mengalirkan darah kaya CO2 dari tubuh ke
jantung. Dinding vena lebih tipis daripada dinding arteri, tetapi memiliki 3 lapisam
jaringan yang sama. Dinding vena lebih tipis karena terdapat sedikit otot dan jaringan
elastik sedikit di tunika media karena vena membawa darah dengan tekanan yang
lebih rendah daripada arteri. Saat vena terpotong vena kolaps sementara arteri yang
memiliki dinding yang lebih tebal tetap terbuka.

Sebagian vena memiliki katup yang mencegah aliran balik darah dan memastikan
darah mengalir ke jantung. Pintu (kuspid) katup berbentuk semilunar dengan
cekungan menonjol ke jantung. Katup banyak terdapat dalam vena ekstremitas,
khususnya ekstremitas bawah dimana darah harus berjalan jauh melawan gravitasi
saat individu berdiri. Vena paling kecil disebut venul.

Vena yang paling besar yang terletak di dekat jantung disebut dengan vena kafa. Vena
kafa sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan letak dan fungsinya yang berbeda, yaitu :

a) Vena Kafa Superior, yaitu vena kafa yang membawa darah ke jantung dari bagian
tubuh atas

b) Vena Kafa Inferior, yang bertugas membawa darah ke jantung dari bagian tubuh
bawah.

Vena terletak di bagian tubuh agak ke tepi. Pembuluh vena tidak memiliki aliran
darah secepat arteri, karena vena tidak membawa darah yang berasal langsung dari
jantung. Karena tidak mempunyai tekanan yang besar, maka pembuluh vena memiliki
banyak katup yang berfungsi mencegah agara aliran darah tidak kembali lagi ke
kapiler. Selain vena kafa, pembuluh vena juga terbagi lagi menjadi :

a) Vena Pulmonalis

Vena pulmonalis merupakan pembuluh vena yang bertugas untuk emmbawa darah
segar yang telah terikat dengan oksigen ke dalam jantung. Terdapat dua vena
pulmonalis, yaitu vena pulmonalis dextra yang membawa darah dari paru-paru kanan
ke jantung, serta vena pulmonalis sinistra yang membawa darah dari paru-paru kiri ke
jantung.

b) Vena Cutanea

Cutanea berarti kulit. Sesuai dengan namanya, vena jenis ini berada di bawah kulit,
yang biasanya ditusuk saat seseorang diambil darah untuk melakukan cek gula darah,
kolesterol dan lain-lain.

c) Deep Vein

Vena ini terletak berdekatan dengan arteri dan tidak tampak dengan mata telanjang
jika dilihat dari luar.

d) Venula

Sama halnya seperti arteriol, venula merupakan vena dengan ukuran terkecil dan
bertanggung jawab terhadap distribusi darah ke kapiler.

3. Kapiler

Arteriol (arteri berukuran paling kecil) terkecil bercabang menjadi sejumlah pembuluh
panjang yang disebut kapiler. Dinding kapiler terdiri atas lapisan tunggal sel
endotelium yang memiliki membran dasar tipis yang dapat dilalui air dan substansi
molekul kecil lainnya. Molekul besar seperti protein plasma tidak dapat melalui
dinding kapiler. Kapiler membentuk jaringan pembuluh darah tipis yang besar,
dimana menghubungkan arteriol terkecil dengan venul

terkecil. Kapiler terdiri atas 1 lapisan jaringan epitelium skuamosa. Kapiler berfungsi
dalam pertukaran oksigen dan nutrien dengan materi sisa secara osmosis.

Pembuluh kapiler merupakan kelanjutan dari pembuluh arteri yang bertugas untuk
mendistribusikan dan memberi makanan berupa darah yang kaya oksigen ke organ-
organ tubuh tempat kapiler tersebut berada. Setelah kapiler memberi darah yang kaya
oksigen tersebut, maka kapiler juga akan mengambil dan menyerap sampah-sampah
sisa metabolism seperti karbon dioksida sehingga dapat dialirkan melalui vena
kembali ke jantung. Terdapat beberapa jenis kapiler di dalam tubuh manusia, yaitu :

a) Vas Capillare Continuum


Jenis kapiler ini adalah kapiler terbanyak yang ada dalam tubuh. Dinding kapiler ini
tersusun atas banyak jaringan endotel

b) Vas Capillare Fenestratum

Perbedaan dengan vas capillare continuum terletak pada adanya pori-pori (fenestra)
dalam kapiler jenis ini. Biasanya kapiler ini terletak di kelenjar endokrin, usus halus,
dan glomerulus ginjal.

c) Vas Capillare Sinusoideum

Biasanya kapiler ini terletak di hati, limpa, dan sumsum tulang. Membrane basalis
kapiler ini tidak terbentuk secara sempurna, dan mempunyai diameter yang lebar serta
terdapat celah di antara sel endotelnya.

(sumber: google images pembuluh darah)

2.2 Sirkulasi Orang Dewasa

Sistem peredaran arah manusia ada dua yaitu sistem peredaran darah besar dan
peredaran darah kecil.
1. Sistem sirkulasi umum (sistemik): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri
keseluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan.
2. Sistem sirkulasi paru-paru (pulmoner): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung
kanan ke paru-paru lalu kembali ke jantung kiri.
ada orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam sistem sirkulasi
mencapai 5-6 liter (4,7 - 5,7 liter). Darah terus berputar mengalir di dalam sistem
sirkulasi sistemik dan paru-paru tanpa henti.

a. Sistem sirkulasi sistemik

Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah bersih (darah yang mengandung
banyak oksigen yang berasal dari paru) dipompa keluar oleh jantung melalui bilik
(ventrikel) kiri ke pembuluh darah Aorta lalu keseluruh bagian tubuh melalui arteri-
arteri hingga mencapai pembuluh darah yang diameternya paling kecil yang
kapilaria melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian yang disebut
dengan vasomotion sehingga darah didalamnya mengalir secara terputur-putus
(intermittent). Vasomotion terjadi secara periodik dengan interval 15 detik- 3 menit
sekali. Darah mengalir secara sangat lambat di dalam kapilaria dengan kecepatan rata-
rata 0,7 mm/detik. Dengan aliran yang lambat ini memungkinkan terjadinya
pertukaran zat melalui dinding kapilaria. Pertukaran zat ini terjadi melalui proses
difusi, pinositosis dan transpor vesikuler, serta filtrasi dan reabsorpsi. Ujung kapilaria
yang membawa darah bersih dinamakan arteriole sedangkan ujung kapilaria yang
membawa darah kotor dinamakan venule, terdapat hubungan antara arteriole dengan
venule melalui 'capillary bed' yang berbentuk seperti anyaman, ada juga hubungan

langsung (bypass) dari arteriole ke venule melalui 'Arteria-Vena Anastomose (A-V


Anastomosis).' (lihat gambar 2 di bawah). Darah dari arteriole mengalir kedalam
venule kemudian melalui pembuluh darah balik (vena terbesar yang menuju jantung
kanan yaitu Vena Cava Inferior dan Vena Cava Superior) kembali ke jantung kanan
(serambi/atrium kanan). Darah dari atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui
Katup Trikuspid (katup berdaun 3).
Sistem Sirkulasi Sistemik: jantung (bilik / ventrikel kiri) --> Aorta --> Arteri -->
Arteriole --> Capillary bed atau A-V Anastomose --> venule --> vena --> Vena Cava
(Vena Cava Inferior dan Vena Cava Superior) --> Jantung (atrium/serambi kanan).
b. Sistem sirkulasi paru (pulmoner)
Sistem sirkulasi paru dimulai ketika darah kotor (darah yang tidak mengandung
Oksigen (O2) tetapi mengandung banyak CO2, yang berasal dari Vena Cava Inferior
dan Vena Cava Superior) mengalir meninggalkan jantung kanan (Ventrikel/bilik
kanan) melalui Arteri Pulmonalis menuju paru-paru (paru kanan dan kiri). Kecepatan
aliran darah di dalam Arteri Pulmonalis sebesar 18 cm/detik, kecepatan ini lebih
lambat daripada aliran darah di dalam Aorta. Di dalam paru kiri dan kanan, darah
mengalir ke kapilaria paru-paru dimana terjadi pertukaran zat dan cairan melalui
proses filtrasi dan reabsorbsi serta difusi. Di kapilaria paru-paru terjadi pertukaran gas
O2 dan CO2 sehingga menghasilkan darah bersih (darah yang mengandung banyak
Oksigen). Darah bersih selanjutnya keluar paru melalui Vena Pulmonalis (Vena
Pulmonalis kanan dan kiri) memasuki jantung kiri (atrium/serambi kiri). Kecepatan
aliran darah di dalam kapilaria paru-paru sangat lambat, setelah mencapai Vena
Pulmonalis, kecepatan aliran darah bertambah kembali. Seperti halnya Aorta, Arteri
Pulmonalis hingga kapilaria juga mengalami pulsasi (berdenyut). Selanjutnya darah
mengalir dari dari atrium kiri melalui katup Mitral (katup berdaun 2) memasuki
Ventrikel kiri lalu keluar jantung melalui Aorta, maka dimulailah sistem sirkulasi
sistemik (umum), dan seterusnya secara berkesinambungan.

Sistem Sirkulasi Paru-paru: Jantung (bilik/ventrikel kanan) --> Arteri Pulmonalis -->
Paru --> Kapilaria paru --> Vena Pulmonalis --> jantung (atrium/serambi kiri).
2.3 Denyut Nadi

Denyut nadi (pulse rate) adalah gelombang yang disalurkan melalui arteri sebagai
respons terhadap ejeksi darah dari jantung ke dalam aorta. Denyut nadi terbentuk
seiring dengan didorongnya darah melalui arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri
berkontraksi dan berelaksasi secara periodik, kontraksi dan relaksasi jantung seiring
dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, denyut nadi
(pulse rate) juga dapat mewakili detak jantung permenit atau yang dikenal dengan
denyut jantung (heart rate). Denyut nadi dihitung tiap menitnya dengan hitungan
repitisi (kali/menit).

Denyut nadi paling mudah dirasakan ketika arteri ditekan ringan pada tulang.
Beberapa tempat untuk meraba denyut nadi yaitu arteri radialis di pergelangan tangan,
arteri temporalis superfisialis pada bagian tulang pelipis, arteri dorsalis pedis pada
dorsum pedis atau punggung kaki, arteri karotis pada leher, arteri femoralis pada
lipatan paha, arteri brakhialis pada lipatan siku.
Denyut nadi bervariasi pada kecepatan, regularitas, dan kekuatan karena
mencerminkan perubahan denyut jantung. Frekuensi denyut melambat selama tidur
dan dipercepat oleh emosi, olahraga, demam, dan rangsangan lain. Pada orang muda
sehat yang bernapas dengan frekuensi normal, frekuensi denyut jantung bervariasi
sesuai fase pernapasan; meningkat selama inspirasi dan menurun selama ekspirasi,
terutama bila kedalaman pernapasan meningkat.

2.4 Syok Dan Jenisnya

Syok adalah suatu keadaan disebabkan ganggguan sirkulasi darah kedalam jaringan
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak
mampu mengeluarkan hasil metabolisme.

Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler tidak mampu
mengalirkan darah keseluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya
berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan.

Adapun macam-macam syok adalah :

1. Syok Hemarogik adalah suato syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak.
Akibat perdarahan pada kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan ektopik dan
penyakit trofoblas (mola hidatidosa); perdarahan antepartum seperti plasenta previa,
solusio plasenta, repture uteri, dan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan
laserasi jalan lahir.
2. Syok Neurogenik yaitu syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan
oleh kehamilan ektopik yang terganggu.
3. Syok Kardiogenik yaitu syok yang terjadi karena kontraksi oto jantung yang tidak
efektif yang disebabkan oleh infrak otot jantung dan kegagalan jantung.
4. Syok Endotoksis/Septic merupakan suatu ganguan menyeluruh pembuluh darah
disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab utama adalah infeksi baktri gram negative.
5. Syok Anafilatik yaitu syok yang sering terjadi akibat alergi/hipersensitif terhadap
obat-obatan.
A. Landasan Teoretis
Pengertian secara umum dari pernapasan adalah peristiwa menghirup atau
pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru-
paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2)
sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh (Syaifudin, 1997)
Pearce, (2011:255) menyatakan “pernapasan merupakan proses ganda, yaitu
terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau pernapasan dalam dan di dalam paru-
paru atau pernapasan luar.”
B. Sistem pernafasan
1. Definisi Pernafasan
Pernafasan diambil dari kata napas. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyatakan kata napas dapat berarti udara yang diisap melalui hidung
atau mulut dan dikeluarkan kembali dari paru-paru.
Pearce, (2011:255) menyatakan “pernapasan merupakan proses ganda, yaitu
terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau pernapasan dalam dan di dalam
paru-paru atau pernapasan luar.”
a. Internal
“Pernafasan Internal adalah pertukaran gas di dalam jaringan.” (Pearce,2011).
Secara teknikal,pernapasan internal diketahui juga sebagai pertukaran gas
peripheral yang mengacu kepada proses pertukaran gas pernapasan diantara
darah dengan jaringan tubuh atau masuk ke dalam sel.
Pearce (2011:266) menyatakan “Darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat
b. Eksternal
Pernapasan eksternal atau disebut juga pernapasan paru merupakan pertukaran
oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada pernapasan melalui
paru/pernapasan eksterna. Oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Saat
bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan
dapat erat berhubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin,
1997:92).
2. Fungsi Pernapasan
Fungsi utama system pernapasan adalah:
a. Menyediakan oksigen untuk seluruh jaringan tubuh.
b. Mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolism di jaringan.
Fungsi tambahan system respirasi adalah:

a. Mempertahankan keseimbangan asam basa di dalam tubuh.


b. Berpartisipasi dalam berbicara,membaui,rasa kecap, dan menyanyi.
c. Mempertahankan kadar cairan tubuh. Hilangnya cairan sebanyak 200-500 cc
sehari pada frekuensi napas 14-16 kali/menit.
d. Mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
e. Membantu venous return darah ke atrium selama fase inspirasi.
f. Perlindungan terhadap infeksi seperti makrofag yang akan membunuh bakteri.
3. Organ-organ pernapasan
a. Hidung
Menghangatkan udara dengan konka dan septum, kemudian dilembapkan
sampai jumlah besar juga sebelum ia melewati hidung. Kemudian udara
disaring oleh rambut dan jauh lebih banyak oleh presipitasi partikel di atas
konka. Kesemua fungsi ini bersama-sama dinamai fungsi air conditioning
jalan pernapasan atas.

b. Nasofaring
Nasofaring berfungsi untuk membuka di bagian depan ke dalam cavum nasi
dan ke bawah ke dalam orofaring. Nasofaring adalah bagian faring yang
terletak pada bagian belakang rongga hidung. Nasofaring merupakan satu –
satunya bagian faring yang hanya dapat dilalui oleh udara, bagian faring
lainnya dapat dilalui oleh udara maupun makanan. Nasofaring berasal dari dua
kata, yaitu naso yang artinya hidung dan faring yang artinya tenggorokkan,
oleh karena itu nasofaring juga dikenal sebagai Saluran Hidung – Tenggorok.

c. Orofaring
berfungsi untuk membantu proses pernapasan dan hal – hal yang berkaitan
dengan pernapasan, serta berperan dalam proses menelan. Pada bagian
bawah orofaring terdapat klep yang disebut epiglotis, organ ini berfungsi
untuk mengarahkan makan agar tidak masuk ke saluran pernapasan. 

d. Laring
Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju
ke trakea Fungsi utama laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan
dibawahnya dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik,
sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Laring
mengandung pita suara.
e. Trakea
Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kurang lebih 10 cm dan lebar
2,5 cm. trakea berjalan dari cartilage cricoidea ke bawah pada bagian depan
leher dan dan di belakang manubrium sterni,berakhir pada setinggi angulus
sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) tempatnya berakhir, membagi
menjadi bronkus kanan dan kiri. Berfungsi sebagai jalan masuk udara menuju
paru-paru.

f. Bronkus
Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru dengan trakea.
Bronkus terdapat di bagian paru-paru kanan dan kiri. Setiap bronkus terdiri
dari lempengan tulang rawan dan dindingnya terdiri dari otot halus. Bronkus
kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertical daripada bronkus kiri.
Bronkus dilapisi oleh silia yang berfungsi untuk menangkap partikel dan
mendorong secret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui bersin.
g. Paru-paru
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan
dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan
udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon
dioksida dari darah. Prosesnya disebut "pernapasan eksternal" atau bernapas.
Paru-paru juga mempunyai fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran yang
berhubungan dengan paru-paru sering mulai di pulmo-, dari
kata Latin pulmones untuk paru-paru.

4. Proses Pernapasan
Proses pernapasan terbagi dua menjadi proses pernapasan internal dan proses
pernapasan eksternal. Proses pernapasan internal terjadi saat darah yang
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh
tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel
jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu
karbon dioksida. (Pearce,2011)
Proses pernapasan internal dan volume pertukaran gas tergantung dari
beberapa faktor diantaranya:
a. Jumlah oksigen di dalam tubuh. Difusi oksigen akan terjadi lebih rendah
saat oksigen lebih rendah dalam darah.
b. Jumlah karbon dioksida dalam jaringan. Difusi karbon dioksida akan
terjadi lebih rendah saat jumlah karbon dioksida lebih rendah dalam
jaringan.
c. Jumlah aliran darah. Lebih sedikit darah dalam jaringan maka lebih sedikit
das yang akan ditukar
d. Kondisi lokal di jaringan. Ketika jaringan memproduksi banyak H+
(menjadi asam) dan memanas karena melakukan kerja. Tingkat difusi
oksigen dan karbon dioksida meningkat. Hal ini merupakan respon
lokalisasi ke bagian-bagian jaringan yang membebaskan gas bertukar di
jaringan yang sedang bekerja untuk secara dramatis lebih tinggi dari
jaringan yang bekerja.

Pada proses pernapasan eksternal, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut
pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli,
dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonalis.
(Pearce,2011)

Hanya satu lapis membrane, yaitu membrane alveoli-kapiler,yang


memisahkan oksigen darah. Oksigen menembus membrane ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa ke arteri ke
semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100
mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. (Pearce,2011)
Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan pengangkutan CO2
dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini menurut Guyton dan Hall (1997:597)
dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh karena
masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan
walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume
residu. Volume ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk
menghasilkan darah.
b. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan
dari sel-sel.
d. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan

Pada proses pernapasan eksternal, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut
pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli,
dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonalis.
(Pearce,2011)
Hanya satu lapis membrane, yaitu membrane alveoli-kapiler,yang
memisahkan oksigen darah. Oksigen menembus membrane ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa ke arteri ke
semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100
mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. (Pearce,2011)
Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan pengangkutan CO2
dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini menurut Guyton dan Hall (1997:597)
dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh karena
masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan
walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume
residu. Volume ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk
menghasilkan darah.
b. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan
dari sel-sel.
d. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.
5. Transport Gas Pernapasan
a.Ventilasi,Difusi,Transportasi,Perfusi
1). Ventilasi pulmoner atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar. Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke
paru. Ventilasi paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi
dan ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi
tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer (760
mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.

Hukum Boyle’s :

Jika volume meningkat maka tekanan menurun


Jika volume menurun maka tekanan meningkat
Inspirasi bersifat aktif. Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan
intercosta eksterna, hal ini akan meningkatkan volume intrathorak kemudian
menurunkan tekanan intratorak lalu tekanan intrapleural makin negatif yang
menghasilkan paru berkembang sehingga tekanan intrapulmonary menjadi makin
negatif akhirnya udara masuk paru.

Ekspirasi bersifat pasif. Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan
interkosta eksterna, hal ini akan menurunkan volume intratorak kemudian
meningkatkan tekanan intratorak lalu tekanan intrapleural makin positif yang
menghasilkan paru mengempis sehingga tekanan intrapulmonal menjadi makin
positif akhirnya udara keluar paru.

Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :

a). Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru.
b). Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.
c). Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
d).Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta,
internal interkosta, otot abdominal.
2). Difusi gas terjadi saat gas dapat menembus membrane pemisah alveoli dan
kapiler. Karbon dioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke
dalam aliran darah dan karbondioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam
alveoli. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membran kapiler.
Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses
difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg
sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen
akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2
dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi
keluar alveoli.
3). Transportasi adalah proses diangkutnya oksigen yang sudah diperfusi oleh
darah untuk dibawa menuju sel dan dibuangnnya karbondioksida dari sel menuju
atmosfer ( melalui alveoli). Transport oksigen terjadi pada darah yang mengalir
dalam pembuluh darah karena di pompa oleh otot jantung akan mentransport O 2
dan CO2 antara alveoli darah di kapiler paruparu dan sel sl jaringan tubuh .O 2
hanya sedikit larut dalam cairan plasma darah karena koefisien kelarutan yang
kecil.Pada saat keadaan istirahat jumlah O2 terlarut hanya beberapa persen dari
kebutuhan sel sel tubuh akan O2 .Sebagian besar O2 dalam darah (kurang lebih
97%) terikat oleh hemoglobin yang terdapat di erithosit. Hemoglobin adalah
protein dengan struktur kuartener. HbA : 4 sub unit polipeptida atau globin yaitu 2
alpha dan 2 betha.
4). Perfusi, menunjukan besarnnya aliran darah kapiler pulmonal yang melewati
membrane alveoli.
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume
darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi
penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan
perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume
tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar
5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah :

Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8

Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt


Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Misalnya
jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q akan menurun
sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan oksigen.
Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasinya
adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen juga akan
rendah
b. Pengukuran Volume Paru
Paru-paru merupakan alat pernapasan yang berfungsi sebagai alat pompa. Paru-
paru manusia berjumlah dua buah, yaitu paru-paru kanan dan kiri, masing-masing
memiliki glambir yang berjumlah lima, 3 di paru-paru bagian kiri dan 2 di bagian
kanan (Pearce, 2011).
Pearce (2011 : 160) menyatakan bahwa paru-paru merupakan alat pernapasan
utama yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit
lebih tinggi dari pada klavikula di dalam dasar leher. Kapasitas paru-paru adalah
volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan
napas paling kuat (Pearce, 2011 : 267).
6. Pengaturan Pernapasan
a. Jenis-jenis Lokasi Pusat Pernapasan
Mekanisme pernafasan diatur oleh 2 faktor utama :
1. Pengendalian Oleh saraf
Pusat ritminitas di medula oblongata langsung mengatur otot otot pernafasan.
Aktivitas medula dipengaruhi pusat apneuistik dan pnemotaksis. Kesadaran
bernafas dikontrol oleh korteks serebri.
2. Pusat Respirasi
a) Medullary Rhythmicity Area yang mengatur di Area Inspirasi & ekspirasi
dan mengatur ritme dasar respirasi
b) Pneumotaxic Area yang mengatur di bagian atas pons, membantu
koordinasi transisi antara inspirasi & ekspirasi, dan mengirim impuls inhibisi
ke area inspirasi paru-paru terlalu mengembang
c) Apneustic Area yang membantu koordinasi transisi antara inspirasi &
ekspirasi, dan mengirim impuls ekshibisi ke area inspirasi.
b. Inspirasi dan Ekspirasi
1) Inspirasi adalah proses terjadinya pengisapan oksigen dari luar ke dalam
paru-paru. Inspirasi terjadi ketika otot antartulang rusuk berkontraksi.
Tulang rusuk akan terangkat dan rongga dada membesar. Tekanan udara di
dalam rongga dada menurun sehingga terjadi aliran udara dari lingkungan
ke dalam saluran pernapasan. Inspirasi terjadi ketika otot antartulang rusuk
mengendur (relaksasi) yang menyebabkan mengecilnya rongga dada.
Pernapasan seperti ini disebut pernapasan dada.
Pada pernapasan perut, selama inspirasi otot diafragma berkontraksi
sehingga posisi permukaan diafragma menjadi mendatar. Akibatnya,
volume rongga dada dan paru-paru membesar. Membesarnya volume
paru-paru menyebabkan tekanan udara di dalamnya menjadi lebih rendah
daripada tekanan udara di luar paru-paru sehingga udara masuk ke paru-
paru.
2) Proses Ekspirasi adalah proses keluarnya karbondioksida dan uap air dari
paru-paru. Atau dengan kata lain, ekspirasi adalah proses menghembuskan
napas. Selama ekspirasi, otot diafragma mengalami relaksasi sehingga
menyebabkan posisi permukaan diafragma menjadi melengkung ke atas.
Akibatnya, volume rongga dada dan rongga paru-paru menjadi mengecil
sehingga tekanan udara di dalam paru-paru lebih tinggi daripada tekanan
udara di luar paru-paru. Perbedaan tekanan udara ini menyebabkan
keluarnya udara dari dalam paru-paru.
c. Peran Otot Pernafasan
1.) Interkostalis eksternus yang terletak antara iga luar berfungsi untuk
mengangkat masing-masing iga.
2.) Sternocleidomastoid berfungsi mengangkat sterum atau tuang dada.
3.) Skalenus berfungsi untuk mengangkat dua iga teratas.
4.) Interkostalis internus yang terletak antara iga dalam berfungsi ntuk
menurunkan iga-iga.
5.) Otot perut berperan menarik iga kebawah sekaligus membuat isi perut
mendorong diafragma keatas.
6.) Otot dalam diafragma berperan dapat menurunkan diafragma percabangan
saluran napas dimulai dari trakea yang bercanabang menjadi bronkus
kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan
20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan
bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang
rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga
aliran udara lancar.
7. Masalah yang Terjadi pada Pernapasan
a. Depresi pusat pernapasan
penyebab terlazim depresi pusat pernapasan adalah akibat kelebihan dosis obat
anestesi atau narkotika.
Penyebab selanjutnya adalah penyakit kardiovaskuler terutama setelah oklusi
vaskuler atau peredaran darah yang merusak area pusat pernapasan sehingga
pasien bisa mengalami peningkatan PCO2 arteri dan penurunan PO2 secara
menahun.
Depresi pusat pernapasan juga dapat disebabkan oleh edema otak akuta yang
disebabkan karena benturan di kepala sehingga menyebabkan pembengkakan
jaringan otak yang rusak sehingga menekan arteri serebri pada lubang
tengkorak sehingga menghambat suplai darah ke otak total atau parsial yang
menyebabkan neuron pusat pernapasan mula-mula menjadi tidak aktif.
(Guyton,1996:379)
b. Emfisema kronika
Emfisema kronika sering ditemukan karena efek merokok . hal ini disebabkan
karena dua patofisiologis pertama dalam paru-paru. Pertama,aliran udara
banyak melalui bronkiolus terminalis tersumbat. Kedua, sebagian dinding
alveolus rusak.
Efek fisiologis emfisema paru sangatlah banyak. Pertama, obstruksi
bronkiolus sangat mengingkatkan tahanan saluran pernapasan dan
mengakibatkan sangat meningkatnya pekerjaan bernapas. Penderita akan
kesulitan untuk mengalirkan udara melalui bronkiolus selama fase ekspirasi
karena kekuatan kompresi di bagian paru-paru tidak hanya mengkompresi
alveolus tapi juga mengkrompresi bronkiolus sehingga meningkatkan
tahanannya.
Kedua, hilangnya parenkim paru secara menyolok sangat menurunkan
kapasistas difusi paru yang mengurangi kemampuan paru-paru untuk
mengoksigenasi darah untuk membuang karbon dioksida.
Ketiga,sering terjadi rasio ventilasi-perfusi yang abnormal menyebabkan suatu
pintas fisiologik, sehingga menyebabkan buruknya aerasi darah dan juga
perluasan hebat ruang rugi fisiologik, menyebabkan terbuangnya ventilasi,
kedua efek ini terjadi pada paru-paru yang sama.
Keempat,hilangnya sebagian besar paru juga menurunkan jumlah kapiler paru
yang bisa dialiri darah. Sebagai akibatnya tahanan vaskuler paru meningkat
menyolok, sehingga menyebabkan hipertensi pulmonalis. Ini kemudian
membebani jantung kanan sehingga menyebabkan payah jantung.
(Guyton,1996:380)
c. Pneumonia
Fungsi paru selama pneumonia berubah bertahap stadium penyakit. Stadium
awal,pneumonia terbatas pada hanya sebuah paru, dan ventilasi alveolus dapat
berkurang meskipun aliran darah melalui paru berlangsung hampir normal.
Hal ini menyebabkan penurunan luas total permukaan membrane respirasi
yang tersedia dan rasio ventilasi-perfusi menurun. Kedua efek ini
menyebabkan berkurangnya kapasitas difusi,yang menyebabkan hiposekmia.
(Guyton,1996:381)
d. Asma bronkiale
Penyakit ini disebabkan oleh hipersensitivitas alergik seseorang terhadap
benda asing di dalam udara,terutama terhadap tepung sari tumbuh-tumbuhan.
Reaksi ini menyebabkan edema terbatas pada dinding bronkiolus kecil,sekresi
mucus kental ke dalam lumennya. Dan juga menyebabkan spasme otot polos
bronkiolus. Oleh karena itu jelas tahanan saluran pernapasan sangat
meningkat. (Guyton,1996:381)
e. Tuberculosis
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang
aneh di dalam paru-paru yang meliputi, pertama, penyerbuan daerah terinfeksi
oleh makrofag dan, kedua, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan
fibrosauntuk membentuk apa yang disebut tuberkel.
Efek-efeknya menyebabkan peningkatan usaha otot pernapasan untuk
menyebabkan ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital.
Yang kedua, berkuarangnya luas total permukaan membrane respirasi dan
meningkatnya tebal membrane respirasi,ini menyebabkan penurunan kapasitas
difusi paru secara progresif,dan yang ketiga,rasio ventilasi-perfusi yang
abnormal di dalam paru-paru, yang lebih mengurangi oksigenasi darah.
(Guyton,1996:381)
f. Sianosis
Sianosis berarti kebiruan pada kulit, dan disebabkan oleh jumlah hemoglobin
yang deoksigenasi yang berlebihan di dalam pembuluh darah kulit,terutama di
dalam kapiler.
Hemoglobin terdeoksigenasi ini mempunyai warna biru tua yang kuat yang
diteruskan melalui kulit. Adanya sianosis merupakan salah satu tanda klinis
tersering dari berbagai tingkat insufisiensi pernapasan. (Guyton,1996:381)
g. Dyspnea
Dyspnea berarti suatu keinginan akan udara atau penderitaan batin yang
berhubungan dengan tindakan ventilasi yang cukup untuk memenuhi
permintaan udara. Kegiatan yang kuat dari otot pernapasan memberikan suatu
perasaan yang kuat akan kelaparan udara pada orang tersebut.
(Guyton,1996:382)
8. Kecepatan Pernapasan Normal
a. Pada bayi
Interpretasi kecepatan pernapasan normal pada bayi adalah 30-50 kali
permenit siklus permenit.
b. Pada anak-anak
Interpretasi kecepatan pernapasan normal pada anak-anak begini normalnya
20-30 kali permenit.
c. Pada dewasa
Interpratesi kecepatakan normal pernapasan pada usia 15 tahun adalah 24 kali
permenit.
d. Interpretasi kecepatan volume pernapasan pada usia menuju temaja dan
dewasa adalah 16—28

2.1Pencernaan

Dalam bentuk kuadran


Dalam bentuk kuadran merupakan bentuk garis besar dan sederhana.
Penentuan kuadran ini dengan menarik garis (horizontal dan vertikal) melalui
umbilikus. Dengan cara ini dinding abdomen terbagi atas 4 daerah yang sering
disebut :
1. Kuadran kanan atas Hati, kantung empedu, paru, esofagus
2. Kuadran kiri atas Hati, jantung, esofagus, paru, pankreas, limfa, lambung
3. Kuadran kanan bawah Usus 12 jari (duo denum), usus besar, usus kecil,
kandung kemih, rektum, testis, anus
4. Kuadran kiri bawah Anus, rektum, testis, ginjal, usus kecil, usus besar.

Dalam bentuk regio


1.Regio hypochondrium/hypochondriaca dexter
2.Regio hypochondrium/hypochondriaca sinister
3.Regio epigastrium/epigastrica
4.Regio lumbalis/lateralis dexter 
5.Regiolumbalis/lateralis sinister
6.Regio umbilicalis
7.Regio inguinalis/iliaca dexter
8.Regio inguinalis/iliaca sinister
9.Regio hypogastrium/suprapubic

2.2 Susunan Saluran Pencernaan dan Asesorisnya


Susunan Saluran Pencernaan
1.Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri
dari manis, asam, asin dan pahit. Makanan dipotong-potong oleh gigi
depan(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakangg (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
oencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan
enzim(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Kelenjar air liur mengandung enzim amilase(ptialin) yang
berfungsi untuk mencerna polisakarida (Amilum) menjadi disakarida. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran
mukosa. Serabut-seraut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang,
berkelompok dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan
penyambung. Pada permukaan bawah lidah, membran mukosanya halus,
sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh banyak tonjolan-
tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan tonjolan-
tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya
berbeda. Terdapat 4 jenis papilae pada lidah, yaitu :
a. Papilae Filiformis
Mempunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak, dan
terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung puting
kecap(reseptor).
b. Papilae Fungiformis
Menyerupai bentuk jamur karena mempunyai tangkai sempit dan
permukaan atasnya melebar. Papilae ini mengandung puting pengecap
yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur di sela-sela antara
papilae filiformis yang banyak jumlahnya.
c. Papilae Foliatae
Tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang
pinggir lateral belakang lidah. Papilae ini mengandung banyak puting
kecap.
d. Papilae Circumvallate
Merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya pipih
meluas di atas papilae lain. Papilae circumvallate tersebar pada daerah “V”
pada bagian posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan serosa (von
Ebner) mengalirkan isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi pinggir
masing-masing papila. Susunan yang menyerupai parit ini memungkinkan
aliran cairan yang contineu di atas banyak puting kecap yang terdapat
sepanjang sisi papilae ini. Aliran sekresi ini penting untuk menyingkirkan
partikel-partikel dari sekitar puting kecap sehingga mereka dapat
menerima dan memproses rangsangan pengecapan yang baru. Selain
kelenjar-kelenjar serosa yang berkaitan dengan jenis papilae ini, terdapat
kelenjar mukosa dan serosa kecil yang tersebar di seluruh dinding rongga
mulut lain-epiglotis, pharynix, palatum, dan sebagainya-untuk memberi
respon terhadap rangsangan kecap.
2. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.


Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang
belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri
dari 3 bagian sebagai berikut :
a. Bagian superior
Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring bermuara tuba
yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
b. Bagian media
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian
media disebut dengan orofaring. Bagian ini berbatas kedepan sampai
diakar lidah.
c. Bagian inferior
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
inferior disebut dengan laring gofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung(tube) berotot pada vertebrata yang


dilalui sewaktu makanan mengalir daribagian mulut ke dalam lambung. Sering
juga disebut dengan esofagus (dari bahasa Yunani). Panjang kerongkongan
kurang lebih 20 cm dan lebar kurang lebih 2 cm. organ ini berfungsi untuk
menghubungkan mulut dengan lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Gerak peristaltik kerongkongan meliputi gerakan melebar,
menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar makanan terdorong ke
lambung. Di kerongkongan, zat makanan tidak mengalami penvernaan.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian superior
(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan
otot halus), dan bagian inferior(terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk


seperti kandanv keledai. Lambung dibagi menjadi 3 daerah, yaitu sebagai
berikut :
a. Kardiak, yaitu bagian lambung yang paling pertama untuk tempat
masuknya makanan dari kerongkongan (esofagus)
b. Fundus, yaitu bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai penampung
makanan serta proses pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim.
c. Pilorus, yaitu bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan keluar
makanan menuju usus halus.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting, yaitu sebagai
berikut :
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakaan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida (HCL)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang lebih
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin
Pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.
5. Usus halus (Usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar (muskulus sirkuler), lapisan otot memanjang
(muskuluslongitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri
dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong(jejunun),
dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Nama duodenumberasal dari bahasa latin duodenum digitorum,
yang berarti dua belas jari. Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitobeal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. Usus dua belas
jari memiliki pH yang normal berkisar sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti “lapar” dalam bahasa inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa latin, jejunus, yang berarti “kosong”. Pada orang dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, dimana 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran
mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologis dapat dibedakan dnegan
usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit
untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
c. Usus penyerapan (ileum)
Usus penyerapan taau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4 meter
dan terletak setelah duodeum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Colon)
Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki
tambahan usus yang berupa umbai caing (appedix). Usus besar terdiri dari tiga
bagia yaitu bagian naik (ascending), mendatar (transverse) dan menurun
(descending). Pada usus besar tidak terjadi pencernaan. Semua sisa makanan
akan dibusukkan dengan bantuan bakteri E. coli dan diperoleh vitamin K. di
bagian akhir usus besar terdapat rektum yang bermuara ke anus untuk
membuang sisa makanan. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besra berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akbiatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.
Usus buntu atau sekum (bahasa latin : caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Umbai cacing atau apendiks adalah
organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apenditis atau
radang umbai cacing. Apenditis yang parah dapat menyebabkan apendiks
pecah dan membentuk nanh di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rangga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada
tahap embrio. Pada orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm
tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda, bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang
percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sbagai appendektomi.
7. Rektum dan Anus
Rektum (bahasa latin : regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjdi untuk periode yang lama, kontipasi dan pengerasan
feses akan terjadi. Orang deasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan
dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (BAB),
yang merupakan fungsi utama anus.
Organ Asesoris Pencernaan
1. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankreas terdiri
dari 2 jaringan yaitu Asini yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan, dan
pulau pankreas yang menghasilkan hormon.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik
memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan
dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah
mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar
sodium bbikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengancara
menetralkan asam lambung.
2. Hati

Hati meruapakan sebuah organ terbesar di dalam badan manusia dan


memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai
dalam hepat atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimapanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Hati juga memproduksi bile, yang penting dalam
pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk
diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah
darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum.
3. Kandung Empedu

Kandung empedu (bahasa inggris : gallbladder) adalah organ


berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada mausia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap, bukan karena
warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui sakuran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu
membantu pencernaan dan penyerapan lemak, serta berperan dalam
pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
2.3 Anatomi Kelenjar-Kelenjar Pencernaan
Pencernaan makanan di dalam saluran pencernaan dibantu dengan
enzim. Enzim pencernaan dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Berikut adalah
kelenjar pencernaan pada manusia.
1. Kelenjar Ludah (Parotis)
Kelenjar ludah terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah
kanan dan kiri serta di bawah telinga, sebelah kanan dan kiri faring.
Kelenjar ludah menghasilkan air ludah (saliva). Saliva keluar
dipengaruhi oleh kondisi psikis yang membayangkan makanan
tertentu serta refleks karena adanya makanan yang masuk ke dalam
mulut. Saliva mengandung enzim ptialin atau amilase ludah.
Kelenjar liur atau kelenjar ludah pada mamalia adalah kelenjar
eksoktrin, yaitu kelenjar yang mempunyai saluran sendiri, yang
memproduksi air liur. Kelenjar ini juga menyekresi amilase, enzim
yang memecah karbohidrat menjadi maltosa. Kelenjar ini pada
manusia terdapat di bawah lidah. Produksi air ludah dapat terganggu
apabila terjadi dehidrasi, panas dalam, atau disebabkan oleh suatu
penyakit.
2. Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibula adalah sepasang kelenjar yang terletak di
rahang bawahh, di atas otot disgatrik. Produksi sekresinya adalah
campuran serous dan mukous dan masuk ke mulut melalui duktus
wharton. Walaupun lebih kecil daripada kelenjar parotis, sekitar 70%
saliva di kavum oral diproduksi oleh kelenjar ini.
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar tubuloasiner
bercabang. Bagian sekretorisnya tersusun atas sel-sel mukosa dan
seromukosa. Sel-sel seromukosa mengandung granula-granula sekresi
protein dengan aktivitas amilotik lemah. Sel-sel pada kelenjar
submandibularis dan sublingualis mengandung dan mengsekresi enzim
lisosim, yang aktivitas utamanya adalah menghancurkan dinding
bakteri.
3. Kelenjar Sublingua
Kelenjar sublingua adalah sepasang kelenjar yang terletak di
bawah lidah di dekat kelenjar submandibula. Sekitar 5% air liur yang
masuk ke kavum oral keluar dari kelenjar ini. Kelenjar sublingualis
merupakan kelenjar tubulo-asiner bercabang.sssssssss
4. Kelenjar Liur Minor
Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di
kavum oral di dalam lamina propria mukosa oral. Diameternya 1-2
mm. kelenjar ini biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung
dalam lobulus kecil. Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous
( kecuali Kelenjar Von Ebner) dan mempunyai banyak fungsi, seperti
membasahi kavum oral dengan saliva. Masalah gigi biasanya
berhubungan dengan kelenjar liur minor. Kelenjar Von Ebner terletak
di papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini mensekresikan cairan serous
yang memulai hidrolisis lipid. Kelenjar ini adalah komponen esensial
indra perasa.
5. Kelenjar Lambung
Lambung memiliki kelenjar yang menghasilkan enzim
pepsin,enzim renin dan asam klorida (HCL). Enzim pepsin berasal dari
pepsinogen yang diaktifkan oleh asam lambung. Sekresi atau
pengeluaran asam lambung dipengaruhi oelh refleks jika ada makanan
yang masuk ke dalam lambung, serta dipengaruhi oleh hormon gastrin
yang dikeluarkan oleh dinding lambung. Produksi asam lambung yang
berlebih dapat membuat radang pada dinding lambung.
6. Hati
Hati bahasa Yunani : hepar ) merupakan kelenjar terbesar di
dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di
bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai
alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan
cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia, ura, dan asam urat dengan memanfaatkan
nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati
disebut proses detoksifikasi.
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal. Sel
parenkimal pada hati disebut hepatosit, menempati sekitar 80%
volume hati dan melakukan berbagain fungsi utama hati. 40% sel hati
terdapat terdapat pada lobus sinusoidal. Hepatosit merupakan sel
endodermal yang terstimulasi oleh jaringan mesenkimal secara terus-
menerus pada saat embrio hingga berkembang menjadi sel parenkimal.
Selama masa tersebut, terjadi peningkatan transkripsi mRNA albumin
sebagai stimulan poliferasi dan diferensiasi sel endodermal menjadi
hepatosit.
Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh hati dilakukan oleh
hepatosit. Hingga saat ini belum ditemukan organ lain atau organ
buatan atau peralatan yang mampu menggantikan semua fungsi hati.
Beberapa fungsi hati dapat digantikan dengan proses dialisis hati,
namun teknologi ini masih terus dikembangkan untuk peraatan
penderita gagal hati.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan empedu yang mencapai ½
liter setiap hari. empedu merupakan cairan kehijaun dan terasa pahit,
berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang
kemudian disimpan ddi dalam kantong empedu atau dieksrkresi ke
duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam
empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna
untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi
kemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi
zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat,
empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi
kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakut
kuning.
7. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas terletak di rongga perut di dekat lambung.
Pankreas menghasilkan enzim pencernaan yang dialirkan menuju
duodenum, yaitu enzim amilase, enzim tripsinogen, enzim lipase dan
NaHCO3. Sekresi enzim dari pankreas dipengaruhi oleh
hormonsekretin dihasilkan oleh duodenum pada saat makanan masuk
duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas memiliki kelenjar endokrin dan eksokrin. Bagian yang
predominan adalah kelenjar eksokrin, yang terdiri atas kelompok-
kelompok sel sekretorik seperti anggur yang membentuk kantung-
kantung(asinus). Kelenjar endokrinnya terdiri atas pulau-pulau
Langerhans yang tersebar di seluruh pankreas. Kelenjar eksokrin
oankreas menyekresikan :
1. Enzim pankreas, oleh sel-sel asinus. Enzim proteolitik berupa
tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase. Tripsinogen
merupakan bentuk inaktif yang ketika disekresikan ke lumen
duodenum akan diaktifkan oleh enterokinase di usus halus menjadi
tripsin. Tripsin kemudian mengubah kemotripsinogen dan
prokarbokpeptidase menjadi kimotripsin dan karboksipeptidase.
Tiap-tiap enzim proteolitik tersebut menyerang ikatan peptida yang
berbeda. Produk akhir yang dihasilkan adalah campuran asam
amino dan rantai peptida pendek. Amilase pankreas mengubah
polisakarida menjadi disakarida maltosa. Amilase disekresikan
dalam bentuk aktif karena tidak membahayakan sel-sel sekretorik.
Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida
dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diabsorbsi.
Defisiensi enzim pankreas menyebabkan maldigesti lemak yang
serius, sehingga dapat menimbulkan steatorea (kelebihan lemak pada
feses).
2. Alkali encer, oleh sel-sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus.
Cairan alkalis ini kaya akan NaHCO3. Fungsinya untuk menetralkan
kimus yang asam dari lambung. Karena enzim-enzim pankreas
bekerja dengan baik pada pH netral atau sedikit basa.

2.4 Kelainan Sistem Pencernaan


1. Parotitis
Parotitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang
menyerang kelenjar air ludah di bagian bawah telinga akibatnya
kelenjar air ludah menjadi bengkak atau membesar.
2. Xerostomia

Xerostomia adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang


ditandai dengan rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering
membuat makanan kurang tercerna dengan baik.
3. Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret)
sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Penyebab diare anatara
lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang
melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air
dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.
4. Kontipasi (Sembelit)

Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin karena


feses keras atau kering sehingga terjadi kebiasaan defekasi yang tidak
teratur. Sembelit terjadi jika kim(bubur makanan) masuk ke usus dengan
sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses
menjadi keras dan kering.
5. Apendiksitis
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan
penyebab abdomen akut. Apendiksitis dapat diartikan radang apendiks.
Suatu tambahan seperti kantung yang tidak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendiksitis adalah
abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya rusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa yang menyebabkan inflamasi.

6. Tukak Lambung (Ulkus)

Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga


terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan
memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari
kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung
menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh
di rongga perut. Sebgaian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi
bakteri jenis tertentu.
7. Gangguan lain
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain yaitu
pritonitis, yang merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium).
Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang
lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang
disebut kolik. Sedangkan produksi HCL yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus,
sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan
lebih parah akalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak
teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung.
Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada
lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang
disebut apenditis.
2.5 Gerakan dan Sekresi Gastrointestinal
Gerakan gastrointestinal Gerakan Propulsif (Peristaltik) Makanan
bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk
terjadinya pencernaan dan absorbsi.
Rangsangan yang dapat menimbulkan gerakan peristaltik antara lain :
a) Peregangan usus, iritasi epitel pelapis usus, sinyal saraf ekstrinsik terutama
parasimpatis.
b) Reflek mienterikus / reflek peristaltik dan gerakan peristaltik ke arah anus
(“hukum dari usus”).
Gerakan mencampur yang menjaga agar isi usus tetap tercampur setiap
waktu. Pada beberapa tampat, gerakan peristaltik sendiri menimbulkan
sebagian besar pencampuran. Pada tempat lain, kontraksi konstriktif yang
lebih berperan dalam proses pencampuran, namun ada pula yang melibatkan
kedua proses tersebut.sekresi gastrointestinal HCL sel-sel partikel secara aktif
mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung.
Fungsi HCL dalam proses pencernaan adalah
(1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen menjadi pepsin dan membentuk
lingkungan asam untuk aktivitas pepsin;
(2) membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat;
(3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan mikroorganisme dalam
makanan.
Pepsinogen pada saat di ekresikan ke dalam lambung, pepsinogen mengalami
penguraian oleh HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam
pencernaan protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena
fungsinya memecah protein, maka peptin dalam lambung harus disimpan dan
disekresikan dalam bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri
sel-sel tempat ia terbentuk.Sekresi mukusMukus berfungsi sebagai sawar
protektif untuk mengatasi beberapa cedera pada mukosa lambung.Sekresi
gastrin di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel yang
mensekresikan gastrin.
2.6 Pencernaan secara mekanis (fungsi motorik pencernaan) enzimatis
Pencernaan mekanik yaitu proses mengubah makanan dari ukuran
besar menjadi lebih kecil dengan bantuan alat-alat pencernaan. Alat yang
membantu pencernaan mekanik seperti gigi, lambung, usus. Pencernaan
mekanik menjadi lebih mudah karena adanya saliva (air ludah) dan getah
lambung. Pencernaan mekanik dibantu oleh gerakan saluran pencernaan
seperti gerakan peristaltik, gerak segmentasi dan gerak ayun (pendular).
Gerakan-gerakan ini memungkinkan makanan di dorong, kemudian diremas
dan dicampur dengan enzim pencernaan (pengadukan).
2.7 Absorbsi zat makanan
Absorbsi makanan yang telah dicernakan seluruhnya berlangsung
didalam usus halus melalui dua saluran, yaitu kapiler darah dan saluran
limfe divili disebelah dalam permukaan usus halus.
Sebuah vilus berisi lakteal, pembuluh darah, epitelum dan
jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid. Lakteal sentralis
berakhir menjadi ujung buntu, sedangkan jaringan otot datar
melaluinya, dan pembuluh kapiler darah mengitarinya. Kemudian
seluruhnya diselimuti oleh membran dasar dan ditutupi oleh epitelium.
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan
cair atau khime, dan lemak di absorbsi kedalam lakteal. Lemak yang
telah di absorbsi kemudian berjalan melalui banyak pembuluh limfe ke
reseptakulum khili, dan kemudian oleh saluran tarosika ke aliran darah.

Sumber Hasil tercerna terakhir Organ Absorpsi


makanan
Protein Asam amino Dari epitelium masuk
pembuluh darah dan
aliran darah
Lemak Gliserin dan asam Dari epitelium vili
lemak masuk lakteal dan
aliran limfe
Hidrat Monosakharida : Dari epitelium vili dan
karbon Glukosa,laevulosa, dinding pembuluh
galaktosa darah masuk aliran
darah

2.8 Reflek defekasi


Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang
air besar. 'Perdapat dua pusat yang momguasai refieks untuk defe:kasi, yang
te:rletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar
mengucup. Reflek defe;kasi dirangsang untuk buang air beaar, kemudian
sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap
waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain
membantu proses itiu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot
dasar pelvis.

Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak


direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh,
berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan
cairan tubuh. feaes yang normal terdiri atas masa padat, berwarna coklat
karena disebabkan ole;h mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan
usus kecil.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses
defekasi yaitu:
1. Refieks defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses)
dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada
saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi.
2. Refieks defekasi parasimpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang
saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, ke;mudian
ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi
relaksasi sfingte:r interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.
2.9 Pengaturan sistem pencernaan oleh saraf dan hormon
1. Kontrol saraf terhadap fungsi pencernaan
Saluran gastrointestinal mendapat inervasi dari cabang saraf
parasimpatis dan simpatis dari sistem saraf otonom. Saraf parasimptis
meningkatkan pergerakan saluran cerna, saraf simpatis menurunkan
pergerakan saluran cerna.
Sistem gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut
dengan sistem saraf enteric. Sistem ini mengatur pergerakan dan sekresi
gastrointestinal. Terdapat dua pleksus utama dalam sistem saraf enteric, yaitu :
a. Pleksus bagian luar yang terletak di antara lapisan longitudinal dan
sirkuler, dikenal dengan nama pleksus mesenterikus atau pleksus
Auerbach. Pleksus ini berfungsi mengatur pergerakan gastrointestinal,
khusunya frekuensi dan kekuataan kontraksi.
b. Pleksus bagian dalam yang terletak di dalam submukosa, dikenal
dengan nama pleksus submukosa atau pleksus meissner dan berfungsi
mengatur sekresi gastrointestinal serta aliran darah local.
2. Kontrol hormone terhadap saluran cerna
Lapisan mukosa saluran gastrointestinal menghasilkan hormone
sebagai respon adanya makanan. Hormone kemudian diabsorpsi ke dalam
darah dan dibawa ke kelenjar. Tipe rangsangan ini bermanfaat meningkatkan
pengeluaran getah gastric dan pancreas saat bolus masuk ke lambung atau
kimus masuk ke duodenum. Rangsangan hormone dari dinding kandung
empedu akan menyebabkan kandung empedu mengeluarkan empedu ke
duodenum.
Hormon Asal Efek
Disekresi di mukosa
Merangsang motilitas
Gastrin lambung dengan
gastrik dan sekresi HCL
adanya peptida

Menstimulasi getah
Disekresi oleh duodenum
Sekretin pankreas dan empedu
dengan adanya HCL
dari hati

Disekresi oleh duodenum


Menstimulasi getah
Pankreozymin dengan adanya
pankreas
peptida dan HCL

Menstimulasi sekresi
Cholesistokini Disekresi oleh duodenum
getah pankreas dan
n dengan adanya asam
getah empedu dari vesika
amino dan asam lemak
vellea
2.10 Katabolisme dan Anabolisme
Katabolisme adalah reaksi kimia yang memecah molekul organik
komplek menjadi bentuk yang lebih sederhana,melepaskan simpanan energi
kimia pada molekul organik. Reaksi katabolisme terjadi pada proses
glikolisis, siklus krebs dan the electron transport chain.
Anabolisme adalah reaksi kimia yang membentuk struktur, kompenen
dan fungsi kompleks tubuh dari gabungan molekul dan monomer sederhana.
Reaksi anabolisme adalah reaksi endergonic. Artinya membutuhkan lebih
banyak energi dibanding energi yang di hasilkan. Contoh reaksi anabolisme
adalah pembentukan ikatan peptida dari asam amino saat terjadi sintesa
protein, pembentukan asam lemak menjadi phospholipid, pembentukan
glikogen
2.11 Keseimbangan Energi
Menurut hokum termodinamika (kekekalan tenaga), energi tidak dapat
dibentuk maupun dihancurkan. Hukum ini diterapkan pada sistem kehidupan
yang mempelajari keseimbangan energi sebagai transformasi. Energi yaitu
jumlah total energy yang diambil tubuh harus sama dengan energi yang
dikeluarkan oleh tubuh.
Energi yang diambil = energy yang dikeluarkan
Energi kimia makanan = energi panas + energi kerja + energi
yang di simpan
Semua energi tubuh berasal dari satu sumber yaitu energy kimia
makanan, yang pemasukannya diatur terutama oleh pusat hipotalamus dalam
otak. Energy yang dikeluarkan tubuh terutama dalam bentuk panas, yang
kecepatan produksinya berbeda-beda bergantung pada keadaan lingkungan.
Seseorang yang sedang gerak badan, produksi panas lebih besar daripada
sedang istirahat pada orang yang sama. Setelah makan akan terjadi
peningkatan produk-produk si panas relatif terhadap pembentukan panas
selama puasa.
Produksi panas juga dipengaruhi lingkungan, kadar berbagai hormon
yang beredar, umur, seks dan ukuran tubuh. Bila jumlah energi yang masuk
sebagai makanan cukup mengimbangi jumlah energy yang dikeluarkan
sebagai panas kerja, energi kimia tubuh dikatakan tetap. Energi kimia yang
disimpan dalam tubuh anak yang sedang tumbuh akan meningkat selama
massa pertumbuhan meningkat untuk beberapa tahun. Peningkatan energi
kimia yang disimpan sehubungan dengan pertumbuhan dalam bentuk
protein.
Bila seorang dewasa terlalu gemuk, simpanan energi kimia tubuhnya
meningkat sebagai akibat deposisi (endapan) lemak tubuh yang berlebihan.
Sebaliknya, energi kimia tubuh menurun pada keadaan kekurangan gizi.
Pada kelaparan tingkat awal energi kimia endogen hilang terutama akibat
katabolisme lemak, dan bila kelaparan berlanjut protein juga akan digunakan
sebagai sumber tenaga. Pada orang normal dalam sehari juga terdapat
fluktuasi simpanan energi kimia yang dapat dilihat dari perubahan sedikit
pada berat badannya.
Faktor energy kimia simpanan harus dimasukkan ke dalam persamaan
keseimbangan energy untuk perubahan yang terjadi dalam energi kimia
tubuh. Bila pemasukan energi makanan lebih besar dari energy yang
dikeluarkan sebagai panas dan kerja, simpanan energy tubuh meningkat,
simpanan energinya positif, dan berat badannya akan naik. Bila lebih banyak
energy yang dikeluarkan dalam bentuk panas dan kerja daripada yang
dimakan, simpanan energy tubuh akan habis, maka simpanan energy
negative yang berarti berat badan akan berkurang.
Pengukuran keseimbangan energy dapat disederhanakan dengan
mengurangi beberapa variable. Misalnya, keseimbangan energi pada subjek
dalam keadaan post-absorptof dapat ditentukan dengan menghilangkan
factor energi kimia yang berasal dari makanan. Bila gerakan vluntir dibatasi,
emerge kerja dapat dihilangkan, dengan demikian persamaan menjadi.
Energi kimia = energi panas
2.12 Kalori Yang Terkandung Dalam Karbohidrat, Protein dan Lemak
Kalori merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah
energi. Pada umumnya kalori digunakan untuk menunjukkan jumlah energi
yang terkandung dalam makanan. Kalori dapat diperoleh dari asupan nutrisi
yang mengandung nutrisi, seperti karbohidrat, lemak, protein, dan alkohol.
Jumlah kalori dalam makanan diperlukan untuk memperhitungkan
keseimbangan energi.
a. Karbohidrat
 Satu gram karbohidrat setara dengan 4 kalori.
 Angka Kebutuhan Gizi harian untuk karbohidrat sebesar 300
gram. Adapun kebutuhanserat hendaknya dipenuhi sebanyak 25 gram setiap
hari3.
b. Protein
 Satu gram protein setara dengan 4 kalori.
 Protein merupakan zat pembangun sel dan berperan dalam
memperbaiki bagian tubuh yang rusak. Protein pun merupakan
nutrisi untuk mendukung pembentukan otot serta berperan dalam
metabolisme tubuh serta sistem imun selain berperan sebagai sumber
energi.
 Angka Kebutuhan Gizi harian untuk protein sebesar 60 gram.
c. Lemak
 Satu gram lemak setara dengan 9 kalori.
 Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan pelindung organ
tubuh.
 Angka Kebutuhan Gizi harian untuk lemak sebesar 62 gram.
Konsumsi kolesterol dibatasi agar tidak melebihi 300 mg perhari3.
 Ada dua jenis sumber lemak, yaitu sumber lemak “baik” dan lemak
“jahat”. Perbanyaklah konsumsi sumber yang lebih fatal. Sumber
lemak “baik” : ikan, sumber nabati seperti kacang-kacangan,
kedelai, zaitun. Sumber lemak “jahat” : jeroan, gorengan, mentega,
trans-fat pada margarin, lemak di daging

2.13. Metabolik Rate Dan Basal Metabolic Rate Pada Wanita Hamil
1. Pengertian Metabolisme

Metabolisme secara harafiah berarti perubahan, digunakan


untuk menyebut semua transformasi kimiawi dan energi yang terjadi di
dalam tubuh. Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada
metabolisme, karena itu wanita hamil perlu mendapat makanan yang
bergizi dan dalam kondisi sehat.
2. Metabolisme yang terjadi selama kehamilan

a. Basal Metabolic Rate


Pada wanita hamil basal metabolic rate, ( BMR ) meninggi
hingga 15-20 %, terutama pada trimester akhir.Sistem endokrin juga
meninggi dan tampak lebih jelas kelenjaer gondoknya
(grandulatireoidea).
b. Asam Alkali
Keseimbangan asam alkali ( acic-base balance ) sedikit
mengalami perubahan konsentrasi alkali : 
a. Wanita tidak hamil : 155 mEq/liter
b. Wanita hamil : 145 mEq/liter
c. Natrium serum : turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter
d. Bikarbonat plasma : turun dari 25 menjadi 22 mEq/liter
3. Metabolisme Protein
Protein dibutuhkan dalam jumlah yang banyak pada kehamilan
untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara dan badan ibu, serta
untuk persiapan laktasi. Maka dari itu perlu diperhatikan agar wanita
hamil memperoleh cukup protein selama hamil. Diperkirakan 1gram
protein setiap kilo gram berat badan dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Pada pemeriksaan plasma protein ditemukan adanya penurunan pada
fraksi albumin dan pula sedikit penurunan gamma globulin. Perubahan-
perubahan dalam plasma protein ini dalam satu minggu postpartum
kembali kepada keadaan sebelum adanya kehamilan.
4. Metabolisme Hidrat Arang
Hidrat arang : seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu
makan kuat, sering kencing dan kadang kala di jumpai glukosuria yang
mengingatkan kita pada DM. Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar
endokrim agak terasa, seperti somatomamotropin, plasma insulin dan
hormon-hormon adrenal -17-ketosteroid. Untuk rekomendasi, harus di
perhatikan sungguh-sungguh hasil GTT oral dan GTT intravena.
5. Metabolisme Lemak
Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolestrol meningkat
sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatomamotropin
mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposid
lemak lain nya terdapat dibadan, perut, paha dan lengan.

6. Metabolisme Mineral

a.Kalsium:
Dibutuhkan rata-rata 1.5 gram sehari sedangkan untuk
pembentukan tulang-tulang terutama dalam trimesrer trakhir dibutuhkan
30-40gram.
b.Fosfor: 
Dibutuhkan rata-rata 2 gram/hari

c.ZatBesi: 
Dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800 mg /atau 30-50 mg
sehari.
d. Air
Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
7. Kenaikan Berat Badan
Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6.5-16.5 kg. Kenaikan
berat badan yang terlalu banyak di temukan pada keracunan hamil
( pre-eklamsi dan eklamsi ). Kenaikan berat badan wanita hamil di
sebabkanoleh: 
a.Janin,uri,airketuban,uterus
b. Payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensiair.
8.Kalori
a. Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori
yang di butuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat
arang, khususnya sesudah kehamilan lima bulan keatas. Namun, bila
dibutuhkan dipakai lemak ibu untuk mendapatakan tambahan kalori.
b. Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus
mengandung banyak protein di Indonesia masih banyak dijumpai
penderita defisiensi zat besi dan vitamin B oleh karena itu wanita
hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan
vitamin.
c. Sistem Integumen
`Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya
agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit
juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction),
getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar,
sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak
nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal
dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh
vital.Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu
1. Epidermis  
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis
sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit
manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit
pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak
tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas
lapisan:
c. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap
rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte
stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang
terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang
yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang
berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang
lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari
merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan
memengaruhi warna kulit Contoh: kulit  akan tampak kebiruan bila terjadi
inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet
danakan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam
sinar matahari yang berbahaya.
d. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,
yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan
antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan
penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat
di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau
mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun.
Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel
kulit displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan
saraf-sarah simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf
dan kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat
memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. 
Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya
mencegah kanker.
e. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
f. Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan
lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara
bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam  sebagai berikut:
1) Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan
serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling
melekat erat.Lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi gesekan (friction)
dengan permukaan luar, terutama pada tangan & kaki. Juga merupakan lapisan
keratinosit terluar yang tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati
dan tidak berinti.
2) Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri
dari protein eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan
lapisan ini banyak terdapat pada telapak tangan & kaki.
3) Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat
granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja
sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan
efek pelindung pada kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan gepeng, dimana
sitoplasma berbutir kasar serta mukosa tidak punya lapisan inti.
4) Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel
pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian
mikroskop tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang
disebut spinadan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril
sebagai intercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen;
filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan)
antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini
banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak
kaki.
5) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan
dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel
mitosis.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah
tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis
di sebut rete ridge yang berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan
terdapat kerutan yang disebut fingers prints.

Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdiri dari
fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara
pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi
dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan,
telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan
membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis
kelenjar keringat yaitu :

a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu
keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan
sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit
kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14
liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.
b) Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
c) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting
susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital)
menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta
berbau khas pada setiap orang. Selkelenjar ini mudah rusak dan sifatnya
alkali sehingga dapatmenimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan
muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat
apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin” karena  95%  dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat atau
dermis  menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut,
kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh
darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini
elastis & tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera,
kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut & pembuluh darah yang juga merupakan
penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis.
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun
utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan
memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi
bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung.
Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare
dan stratum reticular.

a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag,
dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis
berada langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang
dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari
jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf ,
kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam
hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein
dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada
seluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh
limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis
mengandung jaringan ikat jarang.

b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen,
elastin, retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat
serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan
retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe, akar rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebaseus.
Lapisan dermis juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu mengatur suhu,
melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke kulit. Sel-sel khusus
dari dermis juga membantu dalam mendeteksi sensasi dan memberikan kekuatan dan
fleksibilitas untuk kulit. Komponen dermis meliputi:

1) Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit dan
mengeluarkan produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D dari kulit
tubuh.
2) Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung sel-sel
darah putih dari sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk melawan
mikroba.
3) Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke
permukaan kulit di mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.
4) Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan
melindungi terhadap mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.
5) Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar
rambut dan memberikan nutrisi pada rambut.
6) Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan
intensitas panas ke otak.
7) Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di tempat
dan memberikan kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.
8) Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit
merenggang. Hal ini juga ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding arteri.

3. Subkutan atau Hipodermis


Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
di dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan
banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan
makanan. Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot
dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan
panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi.
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-
saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-
pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit
berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian
dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan
kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah
pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit
dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi
banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin
kehilangan kontur.

d. Jaringan Penunjang
Jaringan penunjang adalah jaringan yang berfungsi menyokong berbagai jaringan dan
membetuk tubuh.
1. Klasifikasi dan Struktur
a. Jaringan ikat terdiri dari serabut, sel-sel dan cairan ekstraseluler. Cairan
ekstraseluler dan serabut disebut matriks. Fungsinya mengikat dan
mempersatukan jaringan-jaringan menjadi organ dan menjadi sistem organ,
menjadi selubung organ, dan melindungi jaringan atau organ tubuh. Berdasarkan
strukturnya dan fungsinya jaringan ikat dibedakan menjadi dua :
1) Jaringan ikat longgar
Ciri-cirinya sel-selnya jarang dan sebagian jaringan tersusun atas matriks yang
mengandung serabut kolagen dan serabut elastis. Jaringan ikat longgar
terdapat disekitar pembuluh darah dan saraf. Fungsinya untuk membungkus
organ-orgaan tubuh pembuluh darah dan saraf.
2) Jaringan ikat padat (ikat serabut putih)
Jaringan ini terbuat dari serabut kolagen yang berwarna putih. Jaringan ini
terdapat pada selaput urat, selaput pembungkus otot, fasia ligamen dan tendon.
Fasia adalah jaringan ikat berbentuk lembaran yang menyelimuti otot.
Ligamen adalah jaringan ikat yang berperan dalam penghubung antar tulang.
Tendon adalah ujung otot yang melekat pada tulang. Fungsinya untuk
menghubungkan berbagai organ tubuh seperti otot dengan tulang-tulang,
tulang dengan tulang, juga memberikan perlindungan terhadap organ tubuh.
b. Jaringan tulang rawan (kartilago)
Jaringan tulang rawan pada anak-anak berasal dari jaringan embrional yang
disebut mesenkim, pada orang dewasa berasal dari selaput tulang rawan atau
perikondrium yang banyak mengandung kondroblas atau pembentuk sel-sel
tulang rawan. Fungsinya untuk menyokong kerangka tubuh. Ada 3 macam
jaringan tulang rawan:
1) Kartilago hialin
Matriksnya bening kebiruan. Terdapat pada permukaan tulang sendi, cincin
tulang rawan pada batang tenggorok dan cabang batang tenggorok, ujung
tulang rusuk yang melekat pada tulang dada dan pada ujung tulang panjang.
Kartilago hialin merupakan bagian terbesar dari kerangka embrio juga
membantu pergerakan persendian, menguatkan saluran pernafasan, memberi
kemungkinan pertumbuhan memanjang tulang pipa dan memberi
kemungkinan tulang rusuk bergerak saat bernafas.
2) Kartilago fibrosa
Matriknya berwarna gelap dan keruh. Jaringan ini terdapat pada perekatan
ligamen-ligamen tertentu pada tulang, persendian tulang pinggang, pada
calmam antar ruas tulang belakang dan pada pertautan antar tulang kemaluan
kiri dan kanan. Fungsi utama untuk memberikan proteksi dan penyokong
3) Kartilago elastik
Matriksnya berwarna keruh kekuning-kuningan. Jaringan ini terdapat pada
daun telinga, epiglotis, pembuluh eustakius dan laring.
c. Jaringan tulang
Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang atau osteon yang tersimpan didalam
matriks, matriksnya terdiri dari zat perekat kolagen dan endapan garam-garam
mineral terutama garam kalsium (kapur). Tulang merupakan komponen utama
dari kerangka tubuh dan berperan untuk melindungi alat-alat tubuh dan tempat
melekatnya otot kerangka. Tulang dapat dibagi menjadi 2 macam :
i. Tulang keras, bila matriks tulang rapat dan padat. Contoh : tulang pipa.
ii. Tulang spons, bila matriksnya berongga. Contoh : tulang pendek.
d. Jaringan darah
Jaringan darah merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan.
Bagian-bagian dari jaringan darah adalah :
1) Sel darah
Dibagi menjadi sel darah merah (eritrosit) berfungsi untuk mengangkut
oksigen dan sel darah putih (leukosit) berfungsi untuk melawan benda benda
asng yang masuk kedalam tubuh
2) Keping keping darah (trombosit) berfungsi dalam proses pembentukan darah
3) Plasma darah, komponen terbesar adalah air yang berperan mengangkut sari
makanan, hormon, dan zat sisa hasil metabolisme anti bodi dan lain lain
4) Jaringan limfe (getah bening)
asal jaringan limfe adalah bagian dari darah yang keluar dari pembuluh darah,
komponen terbesarnya adalah air dimana terlarut zat zat antara lain glukosa,
garam garam, asam lemak. Komponen selulernya adalah limfosit. Jaringan
limfe menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe. Fungsinya untuk
kekebalan tubuh (adanya limfosit) dan untuk mengangkut cairan jaringan,
protein, lemak, garam mineral dan zat zat lain dari jaringan sistem pembuluh
darah.

e. PEMBULUH DARAH DAN SYARAF


1. Pembuluh Darah
Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu :
a. Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar, anyaman ini terdapat antara stratum
papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan anteriole pada tiap tiap
papilakori
b. Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, terdapat antara kolium
dan subkutis. Anyaman ini memberikan cabang cabang pembuluh nadi ke alat
alat tambahan yang terdapat di korium dalam hal ini percabangan juga
membentuk anyaman pembuluh nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang
ini kemudian akan menjadi pembuluh darah balik atau vena yang akan
membentuk anyaman yaitu anyaman pembuluh darah balik yang kedalam.
Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena itu diperkirakan
1/5 dari darah yang beredar melalui kulit. Disamping itu, pembuluh darah pada
kulit sangat cepat menyempit atau melebar oleh pengaruh atau rangsangan panas,
dingin, tekanan sakit, nyeri dan emosi, penyempitan dan pelebaran terjadi secara
refleks.
2. Persyaratan kulit
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang cabang syaraf spinal dan permukaan
yang terdiri dari syaraf syaraf motorik dan sensorik. Syaraf motorik berguna untuk
menggerakan sel-sel otot yang terdapat pada kulit. Sedangkan syaraf sensorik
berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit
ujung ujung syaraf sensorik ini membentuk bermacam macam kegiatan untuk
menerima rangsangan ujung ujung syaraf yang bebas untuk menerima rangsangan
sakit atau nyeri banyak terdapat di epidermis. Disini ujung ujung syarafnya
mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.
3. Bagian Kulit
a. Rambut
Sel epidermis yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut didalam
epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasarnya terdapat
papil tempat rambut tumbuh. Akar berada didalam folikel pada ujumh paling
dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut
terdapat otot polos kecil sebagai penegak rsmbut. Rambut terdiri dari :
1) Rambut panjang dikepala, pubis dan jenggot

2) Rambut pendek dilubang hidung, liang telinga dan alis


3) Rambut bulu lanugo diseluruh tubuh.

4) Rambut seksual di pubis dan aksila (ketiak).

Warna kulit dipengaruhi oleh pembuluh darah pada kulit, banyak sedikitnya
lemalk, dan pigmen kulit yang disebut melanin. Banyak sedikitnya melanin
dipengaruhi oleh ras atau suku bangsa, hormon, dan pengaruh sinar ultraviolet
dan inflamerah.

b. Kuku
Kuku adalah sel epidermis kulit kulit yang telah berubah, tertanam dalam palung
kuku menurut garis lekukan pada kulit. Palung kuku mendapat persyarafan dan
pembuluh darah yang banyak. Bagian proksimal terletak dalam lipatan kulit
merupakan awal kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit
dengan kuat terikat dalam palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang
bebas. Bagian kuku terdiri dari ujung kuku atas ujung atas,ujung batas, badan
kuku yang merupakan bagian yang besar, dan akar kuku (radiks).
c. Kelenjar Kulit
Mempunyai lubulus yang bergulung gulung dengan saluran keluar lutur
merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan (kelenjar keringat).
kulit mempunyai daya regenerasi yang besar. Setelah kulit terluka, sel sel dalam
dermis melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan mengalami
regenerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan ikat yang
bergenerasi sehingga terbentuk jaringan parut. Pada mulanya berwarna
kemerahan karena meningkatnya jumlah kapiler akhirnya berubah menjadi
serabut kolagen keputihan yang terlihat melalui epitel.

f. FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN


Kulit merupakan organ yang paling luas permukannya yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme
serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikatopr bagi
seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya, menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan, atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena
penyakit tertentu.
1. Fungsi Kulit
a. Fungsi proteksi. Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi (lisol, karbol, dan asam kuat). Gangguan panas misalnya
radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur.
Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut
jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanositturut berperan dalam mel;indungi kulit terhadap sinar matahari dengan
mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermeabel terhadap berbagi zat kimia dan air. Disamping itu terdapat lapisan
keasaman yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit.
c. Fungsi absorbsi. Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut
dalam lemak. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah
diantara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang
lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
d. Fungsi kulit sebagai pengatur panas. Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi
perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya panas yang dihasilkan oleh
pusat pengatur panas, medula oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu
viseral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persyarafan
dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasoodilatasi (kapiler
melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar
keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan
vasokontriksi (pembuluh drah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin,
hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan). Kulit
melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan
pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan
kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Pada bayi dinding pembuluh darah belum
terbentuk sempurna sehingga terjadi ekstra cairan karena itu kulit bayi tampak
lebih edema karena lebih banyak mengandung air dan natrium.
e. Fungsi ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan
amonia. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
f. Fungsi presepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan
subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh
papila dermis dan marker renvier, sedanglan tekanan diperankan oleh epidermis.
Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
g. Fungsi pembentukan pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf . melanosit membentuk warna kulit.
Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, dan karoten
h. Fungsi keratinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan
pembelahan. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan
tanduk yang berlangsung kira kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis-fisiologik.
i. Fungsi pembentukan vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan
hanya dari proses tersebut. Pemberian vitamin D sistematik masih tetap
diperlukan.
g. FISIOLOGI INDRA RABA
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf di dalam kulit berbeda-beda
menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, dan sakit yang ditimbulkan). Indra rasa,
raba terdapat pada kulit. Disamping itu juga sebagai pelepas panas yang ada pada tubuh.
Kulit banyak mempunyai ujung-ujung saraf raba yang menerima rangsangan dari luar,
diteruskan ke pusat saraf di otak. Reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan
jaringan ikat tubuh manusia. Di dalam kulit terdapat tempat tempat tertentu yang sensitif
terhadap panas dan sakit.
1. Modalitas rasa kulit
a. Rasa mekanik, yaitu rasa tekan, rasa raba, rasa getar, dan rasa geli yang berbeda
disetiap bagian tubuh tertentu.
b. Rasa suhu, rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi
mengindrai rasa dingin/rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor
ini dibantu oleh reseptor yang ada di dalam sistem saraf pusat.
c. Rasa propriosepsi, berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa dalam.
Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi di bagian yang lebih dalam yaitu di
dalam otot, tendo, dan sendi.
d. Rasa nyeri, timbul oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini terutama
berfungsi untuk perlindungan, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan
yang terkena. Rasa nyeri dibagi atas submodalitas nyeri somatik dan nyeri visera.
Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permmukaan dan nyeri dalam.
Zat kimia pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (mis. Asetilkolin,
serotonin, histamin yang juga menimbulkan rasa gatal). Pada otot jantung yang
mengalami iskemia, nosiseptor akan terangsang menimbulkan rasa nyeri yang
disebut angina pektoris. Alat dalam yang mengandung reseptor nyeri (mis. Usus,
ureter, dan empedu). Reseptor nyeri peka terhadap rangsangan yang kuat
sehingga terjadi nyeri visera yang disebut kolik.
h. Sirkulasi kulit
Jumlah panas yang hilang dari tubuh dalam batas batas yang luas diatur oleh perubahan
jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Aliran darah akibat respons dapat bervariasi sebab
dapat dilangsir melalui antasmosa. Kapiler subdermal dan pleksus vena dari resevbar darah
yang terpenting pada kulit tempat reaksi pembuluh darah.
a. Reaksi putih, bila ujung suatu objek ditekan perlahan-lahan pada kulit, garis tekanan
menjadi pucat (reaksi putih). Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter
kapiler dan darah mengalir keluar dari kapiler, respons ini tampak kira-kira 15 detik.
b. Tripel respons, bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang runcing, sebagian
reaksi putih terdapat kemerahan. Pada tempat tersebut diikuti pembengkakan, bintik
kemerahan sekitar luka yang disebabkan dilatasi kapiler merupakan suatu respons
langsung dari kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan lokasi disebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler dan venolus. Kemerahan karena dilatasi arteriola
dan denervasi karena hambatan saraf menimbulkan rasa nyeri.
c. Hiperemia aktif, yaitu kelainan jumlah darah dalam suatu darah yang dihidupkan
kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan. Respons pembuluh darah yang
terjadi pada organ dalam kulit darah memgalir dalam pembuluh darah yang melebar
membuat kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia dan dipengaruhi
oleh zat kimia.
i. Garis dan Sidikjari
1. Sidik jari ( fingerprint)
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil , maupun
bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan
atau kaki. Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal
pergelangan sampai kesemua ujung jari dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari
tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus
menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur yang
membentuk struktur tertentu.
2. Jenis sidik jari :
a. Visible impression, sidik jari yang dapat langsung dilihat tanpa mengguanakan
alat bantu
b. Laten impression, sidik jari yang tidak dapat dilihat langsung tetapi harung
menggunakan beberapa cara pengembangan terlebih dahulu supaya dapat nampak
lebih jelas.
c. Plastic impression, sidik jari yang berbekas pada benda yang lunak seperti sabun,
gemuk, permen, dan cokelat.
3. Penggunaan sidik jari
Digunakan sebagai alat autotentifikasi, misalnya untuk absensi sidik jari elektronik.
Sebagai alat identifikasi untuk pembuktian forensik dan dewasa ini di indonesia
sidik jari digunakan untuk E-KTP.

Anatomi Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria dan Uretra


Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi
untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur
kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia,
masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal
(di belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan
sepasang ureter, sebuah vesika urinaria dan uretra yang membawa urine ke lingkungan
luar tubuh
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang. Ginjal
kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini
disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
1. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus
distal.
2. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubulus pengumpul (ductus colligent).
3. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
4. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
5. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
duktus
memasuki/meninggalkan ginjal.
6. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.
7. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
8. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
9. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara
calix
major dan ureter.
10. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
1. Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal yang beranekaragam meliputi beberapa hal di bawah ini:
1. Ginjal merupakan salah satu alat eksresi utama pada tubuh manusia. Ginjal mengeksresi
urea,asam urat, dan prosuk penguraian hemoglobin dan hormon.
2. Menyaring darah. Semua darah dalam tubuh melewati ginjal beberapa kali sehari.
Ketika
ginjal menyaring darah, urine akan tercipta dari zat sisa dan kelebihan cairan di dalam
tubuh. Urine tersebut kemudian dialirkan melalui ureter untuk kemudian dibawa ke
kandung kemih dan dibuang sebagai air seni.
3. Memantau dan mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh, serta memastikan bahwa
jaringan tubuh menerima air yang cukup agar dapat bekerja dengan baik.
4. Mengatur tekanan darah dan tingkat garam dalam darah. Caranya, dengan memproduksi
enzim renin. Ginjal memerlukan tekanan yang stabil atau konstan untuk dapat
menyaring darah.
5. Mengatur sel darah merah. Ketika ginjal tidak mendapatkan cukup oksigen, ginjal akan
mengeluarkan hormon erythropoietin, yaitu hormon yang merangsang sumsum tulang
untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah pembawa oksigen.
6. Mengatur keseimbangan asam-basa (pH) darah dan cairan tubuh. Fungsi ginjal yang
satu
ini diperlukan agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Asam dalam tubuh dapat
meningkat atau bahkan dinetralisir karena makanan yang kita konsumsi.
7. Menjaga konsentrasi mineral, seperti natrium, kalium, dan fosfor dalam darah.
8. Menghasilkan bentuk aktif dari vitamin D yang dibutuhkan untuk kesehatan tulang dan
untuk keseimbangan zat kimia dalam tubuh.
2. Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler
glomerular, dalam gradien tekanan tertentu ke dalam kapsul Bowman. Filtrasi ini
dibantu oleh factor berikut:
a. Membran kapiler glomerulus lebih permeable dibandingkan kapiler lain dalam
tubuh
sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.
b. Tekanan darah dalam kapiler glomerulus lebih tinggi dibandingkan tekanan
darah
dalam kapiler lain karena diameter arteriol aferen.

3. Fungsi Tubulus
1. Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat
berliku. Pada permukaaan yang menghadap lumen tumulus ini terdapat sel-sel
epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area
permukaan lumen.
2. Tubulus kontortus distal
Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan
membentuk segmen terakhir nefron.
a. Di sepanjang jalurnya, tumulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol aferen.
Bagian
tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang
disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan
distimulasi oleh penurunan ion natrium.
b. Dindind arteriol aferen yang berselubungan dengan macula densa jukstaglomerular.
Sel
ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk memproduksi renin.
c. Macula densa, sel jukstaglomerular,dan sel mesangium slaing bekerja sama untuk
memebentuk aparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan
darah.
B. Fisiologi Ureter, Vesika Urinaria dan Uretra
1. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh
ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
2. Vesika Urinaria
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah
dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,
vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
3. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit
kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena,
dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di
sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai
saluran ekskresi.
C. Proses Berkemih dan Hal yang Mempengaruhi Komposisi Urin
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih).
Vesika Urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi kurang lebih 250
- 450 cc ( pada orang dewasa ) 4-5x/hari dan 200 - 250 cc ( pada anak-anak ) 6-8x/hari.
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian
rangsnagan tersebut diteruskan melalui medula spinalis ke pusat pengontrol berkemih
yang terdapat di korteks serebral. Selanjutnya otak memberikan impuls melalui medulla
spinalis ke neuromotris di daerah sacral, kemusian terjadi koneksi otot detrusor dan
relaksasi otot sfintgter internal.
Urin dilepaskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan sfingter eksternal. Jika
waktu dan tempat memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sfingter eksternal dan
kemungkinan dikeluarkan (berkemih).
Hal yang mempengaruhi komposisi urin. Urin merupakan zat buangan sisa
metabolisme. Zat-zat yang terkandung di dalam urin antara lain seperti berikut :
 Ureum

 Kreatin

 Asam Urat

 Natrium Klorida ( garam dapur )


D. Bahan-bahan yang Diekskresikan dan Tidak Diekskresikan ke dalam Urine
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika
molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui
molekul pembawa.
Bahan-bahan yang diekskresikan ke dalam urin antara lain :
1. Ureum adalah hasil akhir metabolism protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindah ammonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata
30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap seratus ccm
darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi
hati dalam pembentukan ureum.
2. Asam urat. Pada normal asam urat di dalam darah adalah 2 – 3 mg setiap 100 cm,
sedagkan 1,5 – 2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam urine.
3. Keratin adalah hasil buangan keratin dalam otot. Produk metabolism lain mencakup
benda-benda purin, oksalat, fosfat, sulfat, dan uratik.
4. Elektrolit atau garam, seperti natrium dan kalium klorida, diekskresikan untuk
mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut.
Bahan-bahan yang abnormal yang ada dalam urin antara lain :
1. Protein
2. Glukosa
3. Lain-lain: fruktosa, galaktosuria, lactosuria, pentosuria.
4. Benda-benda keton ( as. Asetoasetat, β-hedroksi butirat, aseton ): normal eksresinya
hanya 3-15 mg/hari.
E. Pengertian Cairan Tubuh Total
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan,
minuman dan cairan intravena dan di distribusikan ke seluruh bagian tubuh.
Air tubuh total atau Total Body Water (TBW) adalah presentase dari berat air
dibandingkan dengan berat badan total. TBW bergantung pada usia, berat badan, jenis
kelamin dan berat obesitas (kandungan lemak dalam tubuh).
F. Pembagian Ruangan Cairan Tubuh dan Volume dalam masing-masing Ruangan
Cairan tubuh total : 60%
Cairan intrasel : 40%
Cairan extrasel : 20%
Cairan transeluler 1-2% : Rongga synovial, cerebrospinal, liquor humos, intra okuler
liquor
Cairan Intertisial : 15%
Cairan intravaskuler/plasma : 5%
Homeostatis adalah usaha dari tubuh sendiri agar lingkungan sel tubuh dalam
keadaan stabil. Keseimbangan cairan tubuh dicapai dengan masukan dan keluaran air yang
seimbang.
G. Perbedaan Komposisi Elektrolit di Intraseluler dan Ekstraseluler
Zat terlarut yang ada di dalam cairan tubuh terdiri atas elektrolit dan non elektrolit.
1. Cairan non elektrolit
Adalah zat yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik. Terdiri
atas :
Protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam organik lainnya.
2. Cairan elektrolit
Kation utama pada cairan ekstraseluler adalah natrium, dan anion utama adalah
klorida dan bicarbonate. Kosentrasi elektrolit ini rendah dalam Intraseluler. Sebagai
partikel terbanyak cairan ekstraseluler adalah natrium yang memegang peran penting
dalam mengendalikan volume cairan tubuh total. Pada cairan intraseluler kation utama
adalah Kalium dan Fosfat adalah anion utama, dan sebaliknya elektrolit ini lemah
ekstraseluler. Kalium penting dalam mengendalikan volume sel.
Perbedaan muatan listrik di dalam dan di luar membran sel penting untuk
menghasilkan kerja syaraf dan otot, dan perbedaan konsentrasi natrium dan kalium di
luar dan di dalam membran sel penting untuk mempertahankan perbedaan muatan
listrik itu.
H. Pertukaran Cairan Tubuh Sehari-hari (antar kompartemen)
a. Antara sel dan CES
1. Distribusi air di dalam dan di luar sel bergantung pada tekanan osmotic
2. Tekanan osmotik tergantung berkaitan dengan konsentrasi zat terlarut total
(osmolalitas) di dalam dan di luar sel. Air akan bergerak dari regia berosmolalitas
rendah ke regia berosmolalitas tinggi.
3. Normalnya, osmolalitas di dalam dan di luar sel adalah sama dan tidak ada
penarikan
atau pengeluaran air menuju dan keluar sel.
4. Jika zat terlarut atau air tidak bertambah maupun hilang, equilibrium sementara
akan
terganggu. Air kemudian akan bergerak masuk dan keluar sel sampai equilibrium
baru tercapai.
b. Antara plasma dan Cauran Intrestisia
1. Pergerakan air menembus membran sel kapiler diatur oleh tekanan hidrostatik dan
osmotik. Cairan dan protein berlebih dikeluarkan melalui sistem limfatik.
2. Penibgkatan tekanan hidrostatik kapiler atau penurunan tekanan osmotik koloid
plasma
mengakibatkan semakin banyak cairan yang bergerak dari kapiler menuju cairan
interstisial. Sebaliknya penurunan tekanan hidrostatik kapiler atau peningkatan
tekanan osmotik koloid plasma menyebabkan pergerakan cauran interstisial ke dalam
kapiler.

Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Alat / organ reproduksi wanita terdiri atas alat / organ eksternal dan internal,
sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Organ eksternal (sampai vagina)
berfungsi sebagai kopulasi, sedangkan Internal berfungsi untuk ovulasi, fertilisasi
ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, dan kelahiran.

II.2 Alat Genitalia Wanita Bagian Luar


II.1.1 Vulva

Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang. Vulva


merupakan alat kelamin luar wanita yang terdiri atas mons pubis/mons veneris, labia
mayora (bibir-bibir besar), labia minora (bibir-bibir kecil), klitoris/kelentit, vestibulum
atau serambi dengan kelenjar-kelenjar yang bermuara di dalamnya, serta himen/selaput
dara.

1. Mons Pubis/Mons Veneris

Bagian ini menonjol yang meliputi bagian depan tulang kemaluan (simfisis
pubis) dan terdiri jaringan lemak. Karena adanya bantalan lemak, bagian ini sangat
berperan dalam hubungan seksual dan dapat melindungi simfisis pubis saat koitus dari
trauma. Dengan meningkatnya usia, lemak bawah kulit akan berkurang termasuk
dibagian mons pubis, selain itu rambut pubis pun akan menjadi menipis. Pada orang
dewasa biasanya ditutupi rambut dan pada laki-laki rambut kemaluan (pubis) sering
meluas keatas sampai umbilikus.

2. Labia Mayora (Bibir-Bibir Besar)

Terdiri atas dua bagian yaitu bagian kanan dan kiri. Bagian ini merupakan
lipatan kulit yang tebal karena jaringan subkutannya banyak mengandung lemak. Labia
mayora kanan dan kiri bersatu di sebelah belakang yang disebut komisura posterior
dan merupakan batas depan perineum. Permukaan luarnya ditumbuhi rambut dan
banyak mengandung kelenjar minyak. Di dalamnya terdapat pula banyak pleksus-
pleksus vena yang dapat mengalami hematoma bila terkena trauma. Jaringan saraf
yang menyebar luas menyebabkan labia mayora sensitif terhadap nyeri, suhu tinggi,
sentuhan yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.

3. Labia Minora (Bibir-Bibir Kecil)

Labia minora merupakan lipatan kulit di sebelah tengah labia mayora, dan
selalu basah karena dilumasi oleh kelenjar-kelenjar di labia minora. Pembuluh darah
yang sangat banyak membuat labia berwarna kemerahan dan memungkinkan labia
minora mengembang bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Labia minora
tidak ditumbuhi rambut karena tidak mengandung folikel rambut tetapi banyak
mengandung kelenjar minyak dan beberapa kelenjar keringat. Akhiran-akhiran saraf
yang sensitif banyak sekali terdapat pada labia minora dan ini penting dalam
rangsangan-rangsangan seksual, sehingga dapat meningkatkan erotiknya. Di sebelah
depan ia membentuk frenulum klitoris dan di sebelah belakang ia bertemu dalam suatu
peninggian yang disebut fourchette (frenulum labiorum pudendi = frenulum labiorum
minorum). Ruangan diantara kedua labia minora disebut vestibulum.

4. Klitoris/Kelentit

Klitoris merupakan suatu tunggul atau organ yang sedikit menonjol dan identik
dengan penis laki-laki. Organ ini mengandung banyak urat-urat saraf sensoris dan
erektil. Dengan banyaknya urat saraf dan pembuluh darah, gland klitoridis amat sensitif
sehingga dapat mengembang bila ada rangsangan seksual atau sensasi erotik. Besarnya
klitoris bervariasi antar setiap wanita, tetapi kira-kira sebesar kacang hijau. Klitoris
tertutup oleh preputium klitoridis, dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan
dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Apabila Anda tidak cermat dan
kurang memahami tentang anatomi genetalia eksterna, akibat prepusium menutup
klitoris, kadang–kadang menyangka bagian ini sebagai lubang uretra (meatus uretra),
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam perasat pemasangan kateter dengan mencoba
memasukkan pada bagian ini. Padahal Anda tahu bahwa usaha memasukkan kateter ke
daerah ini dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.

5. Vestibulum/Serambi

Vestibulum merupakan suatu rongga yang berbentuk seperti perahu atau


lonjong dan dibatasi oleh labia minora kanan dan kiri, sebelah atas dibatasi oleh klitoris
dan di sebelah belakang bawah oleh fourchet. Ada enam lubang yang bermuara ke
dalam vestibulum yaitu satu buah orifisium uretra eksternum, dua muara dari lubang
muara kelenjar parauretralis, introitus vaginae dan dua muara yang berasal dari lubang
muara kelenjar bartolini, yang terdapat di samping dan agak ke belakang dari introitus
vagina. Pada bagian belakang (posterior) cekungan ini terdapat cekungan lagi yang
disebut fossa navikularis. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang membasahi
vestibulum karena mengeluarkan sekret mukus selama rangsangan seksual. Pada
vestibulum ini terdapat pembuluh darah dan kumpulan vena yaitu Bulbus vestibuli dan
Arteria. Bulbus vestibuli merupakan kumpulan vena yang terletak di bawah selaput
lendir vestibulum dan terletak di sebelah kanan dan kiri linea mediana. Sebagian
tertutup oleh muskulus bulbokavernosus dan muskulus iskiokavernosus. Ini identik
dengan korpus spongiosus penis. Perlu Anda ketahui bahwa dalam persalinan bagian
ini dapat robek yang menimbulkan perdarahan yang hebat. Arteria yang berjalan di
dalam daerah ini antara lain arteri pudenda interna (cabang dari arteri iliaka interna),
yang bercabang pada arteri hemoroidalis inferior (arteri rektalis inferior), arteri
perinialis yang kemudian berakhir sebagai arteri labialis posterior, arteri klitoridis
kemudian bercabang menjadiarteri bulbi vestibuli yang masuk dalam bulbus vestibuli,
arteri uretralis, arteri profunda klitoridis, dan arteri pudenda eksterna (cabang dari
arteri femoralis) yang mempercabangkan arteri labialis anterior.

6. Himen (Selaput Dara)

Himen merupakan lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus
vagina. Himen bersifat elastis tetapi kuat karena terdiri atas jaringan ikat elastis dan
kolagen. Permukaannya ditutupi epitelium skuamosum kompleks. Himen mempunyai
bentuk yang berbeda-beda, dari yang berbentuk semilunar (bulan sabit) sampai yang
berlubang-lubang atau yang ada pemisahnya (septum). Ada bentuk himen yang tidak
berlubang atau tertutup sama sekali. Himen bentuk ini disebut himen imperforata atau
himen occlusivum. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung
jari sampai yang mudah dilalui oleh dua jari. Konsistensinya pun berbeda-beda dari
yang kaku sampai yang lunak sekali.

II.1.2 Perineum

Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit, yang membentang antara


komisura posterior dan anus. Panjangnya rata-rata 4 cm. Pada persalinan, korpus
perinei ini mudah robek, sehingga episiotomi dapat dikerjakan pada waktu yang tepat
dan cepat guna mencegah ruptur yang spontan. Perineum ini dibentuk oleh diafragma
pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas muskulus levator ani,
muskulus koksigeus dan fasia yang menutupinya. Diafragma urogenitalis terletak di
sebelah luar diafragma pelvis, antara tuberkulum iskhiadikum dan simfisis pubis.

II.3 Alat Genitalia Wanita Bagian Dalam


1. Vagina/Liang Sanggama

Suatu saluran berbentuk pipa atau tabung yang merupakan suatu lorong yang
melengkung ke depan dan terdiri atas muskulo membranosa yang menghubungkan
antara vulva sampai uterus. Panjang vagina pada dinding depan sekitar 6-7 cm, dan
lebih pendek dari dinding belakang, sedang pada dinding posterior/belakang
panjangnya kira-kira 7-10 cm.

2. Uterus

Uterus terletak di panggul kecil, sebelah depan dibatasi oleh kandung kemih dan
di sebelah belakang oleh rektum. Bentuk uterus seperti buah advokat atau buah peer
yang sedikit gepeng ke arah muka belakang. Dua lembar peritoneum menutupi bagian
ini, bagian kanan dan kirinya bersatu membentuk ligamentum latum. Lipatan
peritoneum di sebelah depan longgar, yang disebut plika vesikouterina, kavum douglas
merupakan kantong terletak di sebelah belakang lipatan peritoneum antara uterus dan
rektum. Di sebelah lateral, ia berhubungan dengan struktur-struktur yang ada di dalam
ligamentum latum yaitu tuba fallopi, ligamentum rotundum, ligamentum ovarii
proprium, serta arteri dan vena. Di sebelah lateral uterus terdapat ureter yang berjalan
sejajar serviks dengan jarak 8-12 mm, untuk kemudian menyilang arteri uterina dari
sebelah belakang bawah, kira-kira 1,5 cm dari forniks lateralis, berjalan ke tengah
masuk vesika urinaria. Uterus terdiri dua bagian utama, yaitu serviks dan korpus.
Hubungan antara cavum uteri dan canalis servikalis disebut ostium uteri internum,
sedangkan muara canalis sevikalis dalam vagina disebut ostium uteri eksternum.
Bagian serviks antara ostium uteri internum anatomikum dan ostium uteri hystoligicum
disebut ithmus uteri. Bagian tersebut melebar selama kehamilan dan disebut segmen
bawah rahim. Korpus uteri biasanya membentuk sudut ke depan terhadap serviks.
Keadaan ini disebut antefleksi. Bisa juga posisi uterus retrofleksi atau lurus. Posisi ini
dipengaruhi oleh isi kandung kencing dan rektum. Pada orang dewasa yang belum
pernah melahirkan, besar uterus kira-kira setelur ayam, panjang 7-8 cm dan lebar 4-5
cm.

Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium, myometrium, dan


endometrium. Perimetrium (lapisan peritoneum) meliputi dinding uterus bagian luar.
Myometrium (lapisan otot), merupakan lapisan yang paling tebal terdiri dari otot-otot
polos yang disusun sedemikian rupa sehingga mendorong isinya keluar pada persalinan.
Diantara serabut-serabut otot terdapat pembuluh darah, pembuluh limpha, dan urat
saraf. Endometrium (selaput lendir), merupakan lapisan bagian dalam dari corpus uteri
yang membatasi cavum uteri. Pada endometrium didapati lobang-lobang kecil
merupakan muara dari saluran-saluran kelenjar uterus yang dapat menghasilkan sekret
alkalis yang membasahi cavum uteri. Epithel endometrium berbentuk silindris. Tebal
susunannya dan faal berubah secara siklus karena dipengaruhi hormon-hormon
ovarium.

3. Tuba Uterina

Tuba uterina keluar dari korpus uteri, terdapat pada tepi atas ligamentum latum,
berjalan kearah lateral, mulai dari kornu uteri kanan dan kiri. Panjang 8-14 cm dengan
diameter kira-kira 0,6 cm. Tuba uterina terdiri dari sebagai berikut.

a. Pars intertisialis (intra murraris), yang terletak di dalam uterus (myometrium)


merupkan bagian tuba yang berjalan pada dinding uterus, mulai pada ostium interna
tubae.
b. Pars ithmica, bagian tuba setelah keluar dinding uterus, merupakan bagian tuba
yang lurus dan sempit.
c. Pars ampularis, bagian tuba antara pars isthmica dan infundibulum, merupakan
bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S. Ampula membangun segmen distal
dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.
d. Infundibulum, merupakan bagian yang paling distal, dilengkapi dengan
fibria/umbaiumbai dibagian ujungnya, sedang lubangnya disebut ostium
abdominalistubae. Fimbriae menjadi bengkak dan hampir erektil saat ovulasi.
4. Ovarium (Indung Telur)
Ovarium ada dua di kiri dan kanan uterus. Ovarium terletak di fosa ovarika
yang merupakan suatu cekungan pada percabangan arteri iliaka eksterna dan arteri
hipogastrika. Besar ovarium lebih kurang sebesar ibu jari tangan dengan ukuran kira-
kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Ada dua ligamentum yang menggantung
ovarium yaitu: ligamentum ovarii proprium yang menggantung ke uterus dan
ligamentum suspensorium ovarii (infundibulopelvikum) yang menggantung ke dinding
lateral panggul.

Ovarium terdiri dua bagian yaitu bagian luar (cortex) dan bagian dalam
(medula). Pada cortex terdapat folikel-folikel primordial, pada medula terdapat
pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh limpa. Secara ontogenis, ada tiga unsur yang
membentuk jaringan ovarium, yaitu Epitel coelom (mesotelium) yang menjadi pelapis
ovarium dan sel-sel folikuler (granulosa), sel-sel germinal (asal dari sel-sel endodermal
primitif dari dinding yolk-sac dekat pangkal alantois), serta sel-sel mesenkim lain yang
menjadi sel-sel stroma dan sel teka.

II.4 Ligamentum
Ligamen adalah pita jaringan yang elastis yang mengikat luar ujung tulang yang
saling membentuk persendian, membantu mengontrol rentang gerak, dan
menstabilkannya sehingga tulang bergerak dalam keselarasan. Struktur ligamen berupa
protein yang dikenal sebagai kolagen. Kelompok protein ini berbentuk panjang,
fleksibel, seperti benang atau serat.
Serviks terbenam dalam jaringan yang disebut parametrium, yang banyak
mengandung otot polos. Bagian serviks yang menonjol ke dalam puncak vagina disebut
portio vaginalis atau disingkat portio. Uterus difiksasi di dalam rongga pelvis minor
atau panggul kecil oleh ligamentum. Berikut ini beberapa ligamentum yang memfiksasi
uterus:
1. Ligamentum kardinale (ligamentum Mackenrodt/ ligamentum tranversum kolli)
merupakan ligamentum yang mengandung otot polos yang merupakan refleksi
fasia endopelvika dan tersusun longitudinal, berasal dari serviks dan vagina,
membentang dari serviks ke dinding lateral panggul dan merupakan
penggantung/fiksasi uterus yang utama (terletak di kiri dan kanan dari serviks
setinggi ostium uteri internum ke dinding panggul, menghalangi pergerakan ke
kiri atau ke kanan).
2. Ligamentum sakrouterinum (ligamentum uterosakrale) juga merupakan refleksi
fasia endopelvika yang ditutupi peritoneum viserale dan juga mengandung
serabut-serabut otot polos. Di dalamnya banyak serabut-serabut saraf yang bersatu
dengan periosteum vertebra sakralis IV. Ia berjalan dari serviks uteri, ke belakang
lateral.
3. Ligamentum rotundum (teres uteri) berpangkal pada korpus uteri tepat di bawah
ligamentum ovarii proprium. Ia berjalan ke lateral bawah, masuk ke dalam kanalis
inguinalis bersama-sama nervus ilioinguinalis dan nervus labialis,
genitofemuralis. Serabut-serabutnya berakhir dalam jaringan ikat labia mayora.
4. Ligamentum latum adalah dua lembar peritoneum yang saling melekat. Di
dalamnya berjalan arteri, vena, saraf, dan limfe.
5. Ligamentum infundibulopelvikum terdapat 2 buah pada kiri dan kanan dari
infundibulum dan ovarium ke dinding panggul. Ligamentum ini menggantung
uterus pada dinding panggul. Antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum
ovarii proprium.
6. Ligamentum vesiko uterinum,yang berjalan dari uterus ke kandung kencing.
Jaringan ikat yang menghubungkan tulang pangkal paha yang membentuk
panggul kecil (pelvis minor) yang berhubungan dengan tulang kelangkang melalui
artikulasi sacro-iliaca dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Permukaan belakang tulang kelangkang ke tulang usus
- Ligamentum sacro-iliaca posterior
2. Permukaan depan tulang kelangkang ke tulang usus.
- Ligamentum sacro-iliaca anterior
- Ligamentum iliolumbalis
- Ligamentum sacro-iliaca interossea
3. Tulang kelangkang ke spina ischiadica
- Ligamentum sacrospinosum
4. Tulang kelangkang ke tuber ossis ischiadica
- Ligamentum sacrotuberosum
5. Tulang pangkal paha kanan dan kiri dihubungkan oleh simfisis pubis
II.5 Anatomi Tulang Panggul
Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian,  yaitu:
1. Bagian keras yang dibentuk oleh tulang.
2. Bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamen.
Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian, yaitu :
1. Pelvis mayor: mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pankreas, dan lain-
lain.
2. Pelvis minor: tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium,
vagina, kandung kemih, dan lain-lain.
Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang, yaitu :
1. 2 buah tulang pangkal aha ( os coxae ).
2. 1 buah tulang kelangkang (os sacrum).
3. 1 buah tulang tungging (os coccygis).
Tulang-tulang panggul terdiri atas os koksa disebelah depan dan samping dan os
sakrum dan os koksigis di sebelah belakang.
Os koksa terdiri dari 3 bagian, yaitu: os ilium, os iskhium, dan os pubis.
Tulang-tulang ini satu dan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara
kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Di belakang terdapat artikulasio sakro-
iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Di bawah terdapat artikulasio
sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum dengan os koksigis. Di luar kehamilan
artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan
waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os
koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih kurang 2,5cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada partus, dan pada pengeluaran
kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
1. Os ilium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf
yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut krista iliaka. Ujung-ujungnya
disebut spina iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior superior.
2. Os iskhium adalah bagian terendah dari os koksa. Tonjolan dibelakang disebut
tuber iskhii yang menyangga tubuh sewaktu duduk.
3. Os pubis terdiri dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior os pubis
berhubungan dengan os ilium, sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk
arkus pubis. Ramis inferior berhubungan dengan ops iskhium kira-kira pada 1/3
distal dari foramen obturator. Kedua os pubis bertemu pada simfisis.
4. Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling
besar, menghadap ke depan. Pinggir atas vertebra ini dikelnal sebagai
promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran
panggul. Permukaan anterior sakrum berbentuk konkaf.
5. Os koksigis merupakan tulang kecuil, terdiri atas 4 vertebra koksigis
1. Tulang Pangkal Paha (OS COXAE)
Tulang coxae terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain. Batas os
coxae dari articulatio sakroiliaka sampai pertengahan pubis. Ketiga tulang itu ialah
1. Tulang usus (os illium)
2. Tulang duduk (os ischium)
3. Tulang kemaluan (os pubis)
2. Tulang Usus (OS ILLIUM)
Os illium terletak dari articulatio sakroilliaka sampai pinggir atas acetabulum.
Batas atasnya merupakan pinggir tulang yang tebal yang disebut crista illiaca
Ujung depan maupun belakang dari crista illiaka menonjol terdiri atas 4 spina yaitu:
1. Spina illiaka anterior superior (SIAS)
2.  Spina illiaka anterior inferior (SIAI)
3.  Spina illiaka posterior superior (SIPS)
4. Spina illiaka posterior inferior (SIPI)
Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat tekik yang disebut incisura
ischiadika mayor.
3. Tulang Duduk (OS ISCHIUM)
Os ischium terletak dari foramen obsturatorium sampai pada pinggir atas
acetabulum. Tonjolan yang ada pada ischium yaitu spina ischiadica, tulang yang tebal
yang menyangga berat badan pada saat duduk adalah tuber ischadicum, bagian yang
cekung besar sebelah atas disebut inchisura isciadica mayor, dan bagian yang cekung
kecil sebelah bawah disebut inchisura ischiadica minor.
4. Tulang Kemaluan (OS PUBIS)
Tulang yang membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul dinamakan
foramen obturatorium, bagian atas yang menonjol pada os pubis dinamakan ramus
superior, cekungannya dinamakan linea inominata atau linea terminalis. Pertemuan
kedua ramus superior dinamakan tepi atas simfisis. Pada bagian bawahnya dinamakan
ramus inferior, pertemuan antara ramus inferior membentuk tepi bawah simfisis.
Pada ramus inferior membentuk sudut yang disebut arcus pubis yang sudutnya tidak
boleh kurang dari 90 derajat.
5. Tulang Kelangkang (OS SACRUM)
Tulang kelangkang berbentuk segitiga melebar di atas dan meruncing ke bawah.
Batas-batas dari os sacrum yaitu :
1. Articulatio sakro illiaca (batas kanan dan kiri)
2. Prosesus lumbal ke 5 (batas belakang atas)
3. Coccygis (batas bawah)
4. Promontorium (batas depan atas)
Pada pertengahan basis terdapat titik menonjol digunakan sebagai petunjuk saat
melakukan pengukuran panggul dalam dinamakan promontorium. Pada bagian anterior
memanjng sampai illium dinamakan sayap sacrum. Lubang yang terdapat pada bagian
depan dinamakan foramina sacralia anteriora. Lubang yang terdapat pada bagian
belakang dinamakan foramina sacralia posteriora. Pada vertebra terdapat bagian yang
berduri yang dinamakan krista sakralia. Pada bagian samping tulang kelangkang
berhubungan dengan kedua tulang pangkal paha dengan perantara articulatio
sacroilliaca dan ke bawah dengan tulang tungging.
6. Tulang Tungging (OS COCCYGIS)
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu. Pada persalinan, ujung
tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah panggul
bertambah besar. Coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi lebar dari
ukuran panggul dalam.
Jaringan Lunak Panggul
Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi dinding
panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah, yang menutupi
panggul dari bawah membentuk dasar panggul dan disebut diafragma pelvis.
Diafragma pelvis dari dalam ke luar terdiri atas :
1. Pars muscularis yaitu mussculus levator ani.
2. Pars membranacea yaitu diafragma urogenitale.
Musculus levator ani terdiri atas 3 bagian, dari depan ke belakang dapat dikenal:
1. Musculus pubo coccygeus dari os pubis ke septum anococcygeus.
2. Musculus Ilio coccygeus dari arcus tendineus m.levator ani ke os coccygis dan
septum anococcygeus.
3. Musculus (ischio) coccygeus dari spina ischiadica ke pinggir sacrum dan
coccygis.
Antara musculus pubo coccygeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga
yang disebut hiatus urogenitalis yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma
urogenitale.
Daerah perinium merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terdiri dari 2
bagian yaitu :
1. Regio analis di sebelah belakang terdapat musculus sphincter ani externus yang
mengelilingi anus.
2. Regio urogenitalis terdapat : musculus bulbo cavenosus yang mengelilingi vulva,
musculus ischio cavernosus, musculus transversus perinei superficialis.
Bentuk-Bentuk Panggul

Klasifikasi menurut Caldwell dan Molloy, bentuk panggul terbagi menjadi 4


yaitu:
1. Panggul gynecoid
2. Panggul android
3. Panggul anthropoid
4. Panggul platypeloid
1. Panggul Gynecoid
Panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir bulat.
Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat. Jenis ini ditemukan
pada 45% wanita.
2. Panggul Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai jenis
seperti ini. Panjang diameter transversa dekat dengan sakrum. Pada wanita ditemukan
15%.
3. Panggul Anthropoid
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter
anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada
wanita.
4. Panggul Platypeloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini
ditemukan pada 5% perempuan.
Sumbu Panggul
Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan pusat-pusat dari beberapa
bidang di dalam panggul berupa garis lurus di bagian atas sampai suatu titik sedikit di
atas spina ischiadika dan kemudian melengkung ke depan di daerah PBP.
Sumbu jalan lahir sedikit berbeda dari sumbu anatomis. Bagian atas dari jalan lahir
merupakan silinder yang lurus tapi ujung bawahnya melengkung ke depan, ditentukan
oleh perubahan dasar panggul karena desakan bagian depan anak.
Ukuran-Ukuran Panggul
1. Ukuran Dalam Panggul
Conjugata vera yaitu perbatasan dari tepi atas symphysis sampai ke
promontorium, tidak dapat diukur secara klinis (kurang lebih 11 cm). Conjugata
diagonalis yaitu tepi bawah symphysis sampai ke promontorium (kurang lebih 12-13
cm).
Cara mengukur conjugata diagonalis dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah,
melalui konkavitas dari sacrum, jari tengah digerakkan ke atas sampai dapat meraba
promontorium. Sisi radial dari jari telunjuk ditempelkan pada pinggir bawah symphysis
dan tempat ini ditandai dengan kuku jari telunjuk tangan kiri.
Diameter oblique (menyilang) yaitu articulatio saccroilliaka sampai tuber pubicum
(12,5 cm). Diameter tranversal adalah jarak antara linea terminalis kiri dan kanan (13,5
cm).
2. Ukuran Luar Panggul
Ukuran luar panggul tidak dapat digunakan untuk penilaian apakah persalinan
dapat berlangsung secara biasa atau tidak. Walaupun begitu ukuran luar panggul
dapat memberi petunjuk akan kemungkinan panggul sempit.
Ukuran-ukuran luar panggul yaitu :
1. Distania spinarum adalah jarak antara SIAS kiri dan kanan (26-28 cm).
2. Distania cristarum adalah jarak antara crista iliaca kiri dan kanan (28-30 cm).
3. Diastania boudeloque adalah jarak antara tepi atas symphysis sampai ruas lumbal
ke 5 (18-20 cm).
4. Lingkar panggul adalah dari tepi atas symphisys ke pertengahan SIAS lalu ke
proxesus lumbal ke 5 kembali ke pertengahan SIAS dan kembali di tepi atas
shymphisis (80-100 cm).
II.6 Anatomi Payudara

Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah satu organ reproduksi pada
wanita yang berfungsi mengeluarkan air susu. Payudara terdiri dari lobulus-lobulus
yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI
dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Kelenjar mammae merupakan cirri
pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering
berukuran tidak sama.
Payudara terletak pada hermithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang
tampak dari sebagai berikut:
1. Batas Superior : iga II atau III
2. Batas Inferior: iga VI atau VII
3. Batas Medial: pinggir sternum
4. Batas Lateral: garis aksillars anterior
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

1. Korpus
1) Alveolus, yaitu unit
terkecil yang memproduksi
susu. Bagian dari alveolus
adalah sel Aciner, jaringan
lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah.
2) Lobulus, yaitu kumpulan dari
alveolus.
3) Lobus, yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
4) ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3. Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).
 Bentuk puting susu normal

Bentuk puting susu pendek

Bentuk puting susu panjang


Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

Kulit puting susu banyak mengandung pigmen tetapi tidak berambut. Papilla
dermis banyak mengandung kelenjar sabasea. Sedangkan kulit pada areola juga banyak
mengandung pigmen, tetapi berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadang
mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus
kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
Kelenjar payudara (mammae, susu) terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui
puting susu, masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara dibayangkan sebgai
piringan sebuah jam, satu garis menghubungkan “jam 12 dengan jam 6” dan garis
lainnya menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadran yang dihasilkannya
adalah kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas dalam (supero medial), kuadran
bawah luar (infero lateral), dan kuadran bawah dalam (infro medial). 
Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor
payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang payudara
lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih
banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia. 
Pada kuadran media atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya lebih sedikit
jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di kuadran medial bawah. Jaringan
kelenjar payudara tambahan dapat terjadi di sepanjang garis susu, yang membentang
dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
Jaringan Kelenjar, Duktus, dan Jaringan Penyokong
Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier mengelilingi
puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi, sesampainya di
belakang areola. Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu, menjadi lembut,
kecuali saat dan selama ibu menyusui, duktus ini akan mengalami distensi. Masing-
masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus
eksretorius). 
Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus
yang mengalirkan isinya ke dalam duktus askretorius lobulus itu. Setiap lobulus terdiri
atas sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) yang
bergabung dengan duktus-duktus lainnya, untuk membentuk saluran yang lebih besar
dan berakhir ke dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekati puting,
saluran-saluran ini akan membesar, untuk menjadi tempat penampungan air susu (yang
disebut sinus laktiferus), kemudian saluran-saluran tersebut menyempit lagi dan
menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan kelenjar
tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut, ada jaringan ikat
yang disebut ligamentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara, yang
bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur
penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Payudara mendapat aliran darah dari:
1. Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, IV, V
dari a. mammaria interna menembus di dinding dada dekat tepi sternum pada
interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan memberi aliran darah
pada tepi medial glandulla mamma.
2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh
utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan memberikan aliran darah ke glandula
mamma bagian dalam (deep surface)
3. A. thorakalis lateralis (a. mammae eksternal). Pembuluh darah ini berjalan turun
menyusuri tepi lateral muskulus (otot = m) pektoralis mayor untuk mendarahi
bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis.
Arteri i memberikan aliran darah ke m. latissmus dorsi dan m. serratus magnus.
Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi
sangat penting artinya, karena pada tindakan radikal mastektomi, pendarahan yang
terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “
the bloody angel”.
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena:
1. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna
Vena ini merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara yang
mengalirkan darah dari payudara dan bermuara pada v. Mammaria interna yang
kemudian bermuara pada v. minominata.
2. Cabang-cabang v. aksillaris, yang terdiri dari v. thorako-akromialis. v. thoraklais
lateralis dan v. thorako-dorsalis.
3. Vena-vena kecil bermuara pada v. interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada.
Azygos (melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat bermetastase
langsungkeparu).
Sistem Limfatik Pada Payudara
1. Pembuluh Getah Bening
1) Pembuluh getah bening aksilla: Pembuluh getah bening aksilla ini mengalirkan
getah bening dari daerah-daerah sekitar areola mamma, kuadaran lateral bawah
dan kuadaran lateral atas payudara.
2) Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah
bening dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia
pektorlais lalu menembus fasia tersebut sistem pertorntes menembus m. pektrolis
mayor. Kemudian berjalan ke medial bersama-sama dengan sisitem pertorntes
menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mamaria
interna. 
Dari kelenjar mammaria interna, getah bening menglilr melalui trunkus limfatikus
mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke
duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus deksrta(untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus
dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikadial anterior yang terletak di tepi
atas diafragma, di atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga menampung
getah bening dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero superior hepar.
Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
2. Kelenjar-kelenjar Getah Bening
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla:
1) Kelenjar getah bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di bawah
tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi
dalam 2 kelompok:
1. Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
2. Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI
2) Kelenjar getah bening scapula. Terletak sepajang v. subskapularis dan
thoralodoralis, mulai dari percabangan v. aksillaris mejadi v. subskapularis,
sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.
3) Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam jaringan lemak di
pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya terletak sangat superficial, di
bawah kulit dan fasia pada pusat aksila, kira-kira pada pertengahan lipat aksila
depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang
paling mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak
jumlahnya.
4) Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak antara m. pektoralis
mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya
satu sampai empat buah.
5) Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksillaris
bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi sampai ke sedikit
medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.
6) Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak di sepanjang v.aksillaris, mulai dari
sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai dimana v.
aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan
kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah bening yang
berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini.
Seluruh kelenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
7) Kelenjar getah bening prepektoral, Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar
tunggal yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan
payudara kuadran lateral atas disebut prepektoral karena terletak di atas fasia
pektoralis.
8) Kelenjar getah bening interna, Kelenjar-kelenjar ini terdapat di sepanjangt
trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari tepi sternum, terletak di
dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran jumlahnya
sekitar 6-8 buah
A. Sistem Getah Bening
1. Definisi dan Fungsi Getah Bening
Sistem getah bening (limfatik) adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh.Sistem limfatik (lymphatic system)
atau sistem getah bening membawa cairan dan protein yang hilang kembali ke darah.
Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang
terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila sudah berada dalam
sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau getah bening, komposisinya kira-
kira sama dengan komposisi cairan interstisial. Sistem limfatik mengalirkan isinya ke
dalam sistem sirkulasi di dekat persambungan vena cava dengan atrium kanan.
Pembuluh limfa, seperti vena, mempunyai katup yang mencegah aliran balik cairan
menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebut membantu
mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluh limfa juga sangat
bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan ke arah jantung.
Pembuluh limfa dibedakan menjadi:
1. Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) : Pembuluh limfa kanan
terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari daerah kepala dan leher bagian kanan,
dada kanan, lengan kanan, jantung dan paru-paru yang terkumpul dalam pembuluh
limfa. Pembuluh limfa kanan bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah selangka
kanan.
2. Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus toraksikus) : Pembuluh limfa kiri disebut
juga pembuluh dada. Pembuluh limfa kiri terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari
kepala dan leher bagian kiri dan dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah.
Pembuluh limfa ini bermuara di vena bagian bawah selangka kiri.
Peredaran limfa merupakan peredaran yang terbuka. Peredaran ini dimulai dari
jaringan tubuh dalam bentuk cairan jaringan. Cairan jaringan ini selanjutnya akan masuk
ke dalam kapiler limfa. Kemudian kapiler limfa akan bergabung dengan kapiler limfa
yang membentuk pembuluh limfa yang lebih besar dan akhirnya bergabung menjadi
pembuluh limfa besar yaitu pembuluh limfa kanan dan kiri. Kurang lebih 100 mil cairan
limfa akan dialirkan oleh pembuluh limfa menuju vena dan dikembalikan ke dalam
darah.
Ada beberapa perbedaan antara limfa (getah bening) dengan darah. Diantaranya
dapat dijelaskan di bawah ini. Cairan limfa berwarna kuning keputih-putihan yang
disebabkan karena adanya kandungan lemak dari usus. Jika darah tersusun dari banyak
sel-sel darah, maka pada limfa hanya terdapat satu macam sel darah, yaitu limfosit, yang
merupakan bagian dari sel darah putih. Limfosit inilah yang akan menyusun sistem
imunitas pada tubuh, karena dapat menghasilkan antibodi. Cairan limfa juga memiliki
kandungan protein seperti pada plasma darah, namun pada limfa ini kandungan
proteinnya lebih sedikit dan mengandung lemak yang dihasilkan oleh usus. Perbedaan
lain juga terlihat pada pembuluh limfa. Berbeda dengan pembuluh darah, pembuluh
limfa ini memiliki katup yang lebih banyak dengan struktur seperti vena kecil dan
bercabang-cabang halus dengan bagian ujung terbuka. Dari bagian yang terbuka inilah
cairan jaringan tubuh dapat masuk ke dalam pembuluh limfa. Fungsi sistem limfatik
antara lain sebagai berikut:
Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan
sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan tuuh.
Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein di dalam cairan
jaringan ke dalam aliran darah . Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan
bahan-bahan berbahaya. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi Pembuluh
limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah dicerna, terutama
lemak.
Namun secara garis besar, sistem limfatik mempunyai 3 fungsi, yaitu:
1. Aliran cairan interstisial
Cairan interestial yang menggenangi jaringan secara terus menerus yang diambil
oleh kapiler kapiler limfatik disebut dengan Limfa. Limfa mengalir melalui sistem
pembuluh yang akhirnya kembali ke sistem sirkulasi. Ini dimulai pada ekstremitas dari
sistem kapiler limfatik yang dirancang untuk menyerap cairan dalam jaringan yang
kemudian dibawa melalui sistem limfatik yang bergerak dari kapiler ke limfatik
(pembuluh getah bening) dan kemudian ke kelenjar getah bening. Getah bening ini
disaring melalui benjolan dan keluar dari limfatik eferen. Dari sana getah bening
melewati batang limfatik dan akhirnya ke dalam saluran limfatik. Pada titik ini getah
bening dilewatkan kembali ke dalam aliran darah dimana perjalanan ini dimulai lagi.
2. Mencegah infeksi
Sementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan interstisial mereka juga
mengambil sesuatu hal lain seperti virus dan bakteri, ini terbawa dalam getah bening
sampai mereka mencapai kelenjar getah bening yang mana dirancang untuk
menghancurkan virus dan bakteri dengan menggunakan berbagai metode. Pertama sel
makrofag menelan bakteri, ini dikenal sebagai fagositosis. Kedua sel limfosit
menghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon kekebalan tubuh. Proses ini
diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan melalui getah
bening tetapi sistem limfatik tidak meninggalkan ini di sana. Beberapa sel limfosit
akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening dan memasuki darah
ketika getah bening bergabung kembali, ini memungkinkan untuk menangani infeksi
pada jaringan lain. Ini bukan satu-satunya daerah dimana perlawanan berlangsung,
limpa juga menyaring darah dengan cara yang sama seperti sebuah nodus yang
menyaring getah bening, sel B dan sel T yang bermigrasi dari sumsum tulang merah
dan Thymus yang telah matang pada limpa (ada 3 jenis sel T yang menakjubkan, itu
adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang telah memasuki tubuh
sebelumnya. Dan dapat menangani mereka dengan lebih cepat, sel T lainnya disebut
helper dan sitotoksik) yang melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan sel makrofag
limpa menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh fagositosis. Ada
nodul limfatik seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi bakteri yang mana ini
menggunakan sel limfosit. Kelenjar timus mematangkan sel yang diproduksi di
sumsum tulang merah. Setelah sel-sel ini matang, sel-sel ini kemudian bermigrasi ke
jaringan limfatik seperti amandel yang mana kemudian berkumpul pada suatu wilayah
dan mulai melawan infeksi. Sumsum tulang Merah memproduksi sel B dan sel T yang
bermigrasi ke daerah lain dari sistem getah bening untuk membantu dalam respon
kekebalan.
3. Pengangkutan Lipid (lemak)
Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang larut
lemak A, D, E dan K ke dalam darah, yang menyebabkan getah bening berubah warna
menjadi krem. Lipid dan vitamin yang diserap dalam saluran pencernaan dari makanan
dan kemudian dikumpulkan oleh getah bening pada saat ini dikirimkan ke darah.
Tanpa sistem limfatik kita akan berada dalam kesulitan, memiliki masalah dengan
banyak penyakit. Jaringan tubuh akan menjadi macet dengan cairan dan sisa-sisa yang
membuat kita menjadi bengkak. Kita juga akan kehilangan vitamin yang diperlukan.
2. Asal Getah Bening
Ketika darah melalui kapiler-kapiler di dalam jaringan, cairan merembes keluar
melalui dinding kapiler yang berpori dan besirkulasi di dalam jaringan tersebut untuk
mendarahi setiap sel. Cairan ini disebut cairan jaringan atau cairan interstisial. Cairan ini
mengisi interstisium atau ruang antar sel yang terdapat di berbagai jaringan. Cairan ini
jernih, encer, dan berwarna jerami, mirip plasma darah yang merupakan asalnya. Apabila
darah bersirkulasi hanya melalui pembuluh darah, cairan jaringan bersirkulasi melalui
jaringan dan membawa zat-zat nutrisi, oksigen, dan air dari aliran darah ke masing-
masing sel dan membawa produk-produk sisa, seperti karbon dioksida, urea, dan air,
dan menghantarkan mereka ke dalam darah. Dengan kata lain, cairan ini merupakan
medium penghubung antara sel-sel jaringan dan darah. Dari sejumlah cairan yang keluar
dari kapiler ke dalam jaringan, sebagian diantaranya kembali ke sirkulasi melalui dinding
kapiler, tetapi proses kembali ini lebih sulit daripada proses keluarnya karena adanya
aliran darah yang terus-menerus datang dari kapiler. Kelebihan cairan yang tidak dapat
kembali langsung ke dalam aliran darah bergabung dan kembali ke aliran darah melalui
perangkat pembuluh kedua, yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisi
pembuluh ini disebut limfa (getah bening).
3. Komposisi Getah Bening 

Sistem limfatik terdiri dari empat macam struktur yaitu :


1. Kapiler Limfatik            
Kapiler limfatik berasal dari ruang intersel jaringan sebagai pembuluh sangat
halus dengan dinding berpori-pori. Kapiler ini menampung kelebihan cairan dari
jaringan dan kemudian bergabung membentuk pembuluh limfatik. Dinding kapiler
limfe bersifat permeabel, terhadap zat-zat dengan ukuran molekul lebih besar daripada
yang bisa lolos dari dinding kapiler darah. 
2. Pembuluh Limfatik                        
Pembuluh limfatik merupakan pipa berdinding tipis dan bisa kolaps, strukturnya
mirip dengan struktur vena, tetapi berisi cairan limfe. Pembuluh ini lebih halus dan
jumlahnya lebih banyak dari pada vena dan seperti halnya vena, pembuluh ini
diperlengkapi dengan katup untuk mencegah aliran cairan limfe ke arah yang salah.
Pembuluh limfatik ditemukan pada kebanyakan jaringan, kecuali sistem syaraf pusat,
tetapi pembuluh ini khususnya berjalan dalam jaringan subkutan dan melewati satu
atau lebih nodus limfatik. 
Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lakteal (khilus) dijumpai dalam vili usus kecil.
Fungsi pembuluh Limfe
 Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah
 Mengangkut limfosit dan kelenjar limfe ke sirkulasi darah
 Membuat lemak yang sudah diemulsi dari usus ke sirkulasi darah. Susunan
limfe yang melaksanakan ini adalah saluran lakteal
 Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme
 Menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi
3. Nodus Limfatik (kelenjar getah bening)            
Nodus limfatik adalah struktur kecil dengan ukuran bervariasi dari seujung jarum
sampai sebesar buah almon. Pembuluh limfatik membawa cairan limfe ke nodus ini
dan disebut pembuluh aferen.            
Pembuluh ini masuk ke dalam nodus limfatik dan kemudian bercabang dan
melepas cairan limfe ke dalam lumen. Cairan limfe kemudian berkumpul kembali ke
dalam pembuluh limfatik baru yang disebut pembuluh aferen, yang kemudian akan
membawa cairan tersebut selanjutnya dan akhirnya bermuara ke duktus limfatik
setelah kemungkinan melewati nodus limfatik yang lain. Nodus limfatik terutama
terdiri dari sel-sel yang mirip dengan sel darah putih (limfosit), yang dikumpulkan
oleh suatu jejaring, yang terdiri dari jaringan penyambung, yang juga membentuk
kapsul nodus limfatik.            
Nodus limfatik umumnya berkelompok di berbagai bagian tubuh. Kelompok
nodus di leher dan di bawah dagu menyaring cairan limfe dari kepala, lidah, dan dasar
mulut. Kelompok nodus di aksila menyaring cairan limfe dari ekstremitas atas dan
dinding dada. Kelompok nodus di lipat paha menyaring cairan limfe dari ekstremitas
bawah dan dinding abdomen bagian bawah. Kelompok nodus di dalam torak dan
abdomen menyaring cairan limfe dari organ-organ internal.
 Fungsi Nodus Limfe
 Menyaring cairan limfe sebelum kembali ke darah
 Sel pertahanan tubuh dalam nodus limfe merusak substansi asing,
memberikan respons imun terhadap antigen
 Nodus limfe membengkak apabila terjadi infeksi (trapping function)
4. Duktus Limfatik             
Setelah difiltrasi oleh nodus limfatik, cairan limfe disalurkan oleh pembuluh limfe
ke dalam dua duktus limfatik: duktus torasikus dan duktus limfatikus kanan. Duktus
torasikus berukuran lebih besar. Duktus ini berasal di sebuah kantong kecil pada
bagian belakang abdomen, yang disebut sisterna cili. Semua pembuluh limfe dari
ekstremitas bawah dan organ abdomen dan pelvis bermuara ke dalam sisterna ini. Dari
sisterna cili, duktus berjalan ke atas melalui mediastinum di belakang jantung ke arah
dasar leher dan kemudian berbelok ke kiri, bergabung dengan pembuluh limfatik dari
sisi kiri kepala dan toraks dan ekstremitas kiri, dan akhirnya bermuara pada vena
subklavia kiri, pada tempat pertemuannya dengan vena jugularis interna kiri.             
Duktus torasikus mempunyai panjang 45 cm dan diperlengkapi dengan katup
untuk mencegah cairan limfe mengalir ke arah yang salah. 
Duktus limfatikus kanan adalah pembuluh yang relatif kecil dan dibentuk oleh
gabungan pembuluh-pembuluh limfatik dari sisi kanan kepala dan toraks dan
ekstremitas atas kanan pada dasar leher. Panjangnya hanya sekitar 1 cm dan bermuara
ke dalam vena subklavia kanan pada tempat pertemuannya dengan vena jugularis
interna kanan. Kedua duktus limfatik menampung semua cairan limfe dan
mengembalikannya ke dalam aliran darah. Dari aliran inilah cairan jaringan akan
selalu diperbaharui.
B. Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh

a. Tonsil
Tonsil adalah organ limfoid yang paling sedarhana. Kedua tonsil terdiri juga atas
jaringan limfe. Letaknya antara dua tiang fauses (lengkung langit-langit) dan mendapat
persediaan limfosit melimpah didalam cairan yang ada permukaannya dan yang ada
didalam sela-sela tonsil.
Sejumlah besar jaringan limfoid masuk kedalam formasi limpa, membran serosa,
dan dalam kulit usus halus. Di dalam usus mereka ditampung didalam mukosa(selaput
lendir). Di beberapa tempat dijumpai beberapa nudulus jaringan limfe. Khilus sentralis
didalam vilus berhubungan dengan pembuluh limfe dalam jaringan submukosa. Dari sini
limfe keluar dan akhirnya sampai di reseptakulum khili. Tonsil terdapat dimulut dan
tenggorokan, Tonsil juga berfungsi untuk melawan infeksi pada saluran pernapasan
bagian atas dan faring. Oleh karena itu antigen dihancurkan dengan ditelan dan
diinhalasi.
b.Limfa
Limpa adalah organ limfoid terbesar. Limpa ialah sebuah kelenjar bewarna ungu tua
yang terletak disebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri dibawah iga kesembilan
sepuluh dan sebelas. Limpa berdekatan paada fundus dan permukaan luarnya menyentuh
diafragma. Limfa menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon dan kiri atas, dan ekor pankreas.
Limpa terdiri atas jaringan struktur jaringan ikat. Di antara jalinan-jalinan itu
terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel
darah. Limpa dibungkus oleh kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastik dan
beberapa serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperan seandainya ada sangan kecil
bagi fungsi limpa manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk yang disebut trabekulae
yang masuk kedalam jaringan limpa dan membaginya dalam beberapa bagian.
Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan
dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung kedalam pulpa
sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan tidak seperti pada
organ-organ lain yang dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini tidak terdapat sistem
kapiler biasa, tetapi darah langsung berhubungan dengan sel-sel limpa. Darah yang
mengalir dalam limpa dikumpulkan lagi dalam sebuah sinus yang bekerja seperti vena
dan yang menghantarkan darahnya kedalam cabang-cabang vena. Cabang-cabang ini
bersatu dan  membentuk vena limpa. Vena ini membawa darahnya dari limpa masuk
peredaran gerbang dan diantarkan ke hati.
Adapun fungsi limpa, yaitu :
1. Fagositosis
Leukosit, trombosit, dan mikroba difagositosis dilimpa. Tidak seperti nodus limfe,
limpa tidak memiliki limpatik aferen yang masuk sehingga limpa tidak terpapar
penyakit yang disebarkan oleh limfe.
2. Cadangan darah
Limpa mengandung 350 ml darah dan dalam merespons terhadap stimulus
simpatik dapat dengan cepat mengembalikan volume ini ke sirkulasi, misal pada
pendarahan.
3. Respons imun
Limpa mengandung limfosit B dan T yang diaktivasi oleh keberadaan antigen,
missal pada infeksi. Proliferasi limfosit saat infeksi yang serius dapat menyebabkan
pembesaran limpa (splenomegali).
4. Eritropoiesis
Limpa dan hati merupakan tempat memproduksi sel darah janin yang penting.
Selain itu, limpa juga dapat memenuhi fungsi pada orang dewasa pada saat
dibutuhkan.
c.Thymus
Suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trakea dirongga dada bagian atas.
Thymus membesar sewaktu pubertas dan atropy (mengecil) setelah dewasa. Fungsi
thymus ialah memproses limposit T. Limposit T yang terbentuk kemudian berimigrasi
menuju jaringan-jaringan lymphatic lainnya. (kurnadi, 2008:14)
Timus adalah tempat dimana limfosit berkembang menjadi sel T. Kalenjar timus
berada dibagian atas mediastinum di belakang sternum dan memanjang keatas hingga
dasar leher. Berat kalenjar ini sekitar 10-15 gram pada saat lahir dan tumbuh hingga
pubertas, selanjutnya akan mengalami atrofi. Berat maksimum timus saat pubertas
adalah 30-40 gram. Timus sekresikan hormon timopoietin yang menyebabkan kekebalan
pada sel T. Timus berbeda dengan organ limfoid lainnya karena hanya berfungsi untuk
tempat pematangan limfosit T. Selain itu juga, karena timus adalah satu-satunya organ
limfoid yang tidak memerangi antigen secara langsung.
d.Sumsum Tulang
Termasuk jaringan lymphatic yang memproduksi limpasit muda yang akan diproses
pada thymus atau tempat-tempat lainnya untuk menjafi limposit T dan Limposit B.
(kunadi, 2008: 143)
Sel B mengalami pematangan disumsum merah, sedangkan sel T mengalami
pematangan di timus. Kedua jenis limfosit tersebut bersirkulasi di seluruh tubuh dan
limfa, kemudian terkonsentrasi dalam limpa, nodus limfa dan jaringan limfatik.
C. Sel-Sel Yang Berperan Dalam Sistem Imunitas
Sistem imunitas atau sistem pertahanan tubuh adalah mekanisme tubuh untuk
melawan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Sistem imun sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa sistem imun manusia akan sangat
rentan terserang berbagai penyakit dan rentan mengalami kematian. Benda-benda asing
yang masuk ke dalam tubuh manusia disebut sebagai antigen, sedangkan sel-sel tertentu
akan membentuk antibodi untuk melawan antigen tersebut.
Manusia memiliki berbagai mekanisme tubuh untuk melawan serangan berbagai antigen
asing. Salah satu mekanisme utama dalam sistem imunitas adalah adanya aktivitas dari
sel-sel khusus yang berperan sebagai penjaga tubuh dari serangan antigen. Sel-sel yang
berperan dalam sistem imunitas adalah sebagai berikut.
No Sistem Imun Spesifik Sistem Imun Nonspesifik
1. Limfosit B (Sel B) Fagositosis
a. Sel Plasma a. Monosit
 IgA  Makrofag
 IgD  Neutrofil
 IgE  Eusinofil
 IgG
 IgM
b. Sel B Memory
2. Limfosit T (Sel T) Sel Natural Killer (NK)
a. Sel T Memory
b. Sel T Sitotoksis
c. Sel T Helper
d. Sel T Supresor

D. Mekanisme Tubuh Dalam Menjaga Kekebalan


Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting dalam menjaga
kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri atas organ limfatik primer
(sumsum tulang merah, kalenjar timus) dan organ limfatik sekunder (limpa, nodus limfa,
tonsil). Didalam tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi
asing yang berasal dari luar tubuh (ular, debu, virus dan mikroba) dengan materi dari
dalam tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan atas respons nonspesifik
dan respons spesifik.
Sistem pertahanan tubuh terdiri atas 3 macam lapisan pertahanan antara lain dapat dilihat
pada table beikut.

Pertahanan Tubuh Non Spesifik Pertahanan Tubuh


Spesifik

Lapisan Pertahanan Lapisan Pertahanan Lapisan Pertahanan


Pertama Ke Dua Ke Tiga

Kulit Sel Darah Putih Limfosit


Fagositik

Membran Mukosa Protein Anti Mikroba Antibodi

Sekresi dari kulit Respon Peradangan


dan Membran
Mukosa

Pada Lapisan pertama dikenal dengan sistem pertahanan tubuh nonspesifik eksternal
dan pada lapisan pertahanan ke dua dikenal dengan sistem pertahanan tubuh
nonspesifik internal untuk lebih dapat mengetahuinya bisa dilihat pada penjelasan
dibawah ini.

1.       Mekanisme Pertahanan Tubuh Non-Spesifik


        Respons non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan kimia  terhadap agen infeksi
dan tidak dipengaruhi oleh infeksi sebelumnya. Artinya, respons tersebut tidak memiliki
memori terhadap infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik ini
merupakan lini pertama pertahanan umum untuk mencegah masuknya dan
meminimalisasi jalan masuk mikroba dan antigen yang masuk kedalam tubuh manusia.

Terdapat 2 mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang utama, yaitu :

a. Pertahanan tubuh lapis pertama (Eksternal)

Langkah terbaik yang harus dilakukan untuk melawan mikroba adalah


mencegahnya masuk kedalam tubuh. Untuk itu, dibutuhkan beberapa lapis
pertahanan tubuh agar terhindar dari serangan mikroba tersebut. Pertahanan lapis
pertama yang berfungsi melawan infeksi terdapat pada permukaan tubuh, meliputi :

1)         Kulit dan Membran Mukosa

Kulit merupakan bagian pertahanan tubuh yang paling awal terhadap agen
infeksi karena kulit langsung terpapar terhadap lingkungan. Sebuah luka kecil
dapat menyebabkan bakteri atau virus masuk kedalam tubuh. Akan tetapi,
kalenjar yang terdapat dikulit akan mensekresikan asam lemak dan keringat yang
mengandung garam sehingga menghambat laju bakteri. Selama kulit tidak rusak,
epitelium yang berlapis keratin ini sulit ditembus oleh  mikroba. Apabila mikroba
dapat menembus kulit, membran mukosa yang menghasilkan lendir akan menjerat
mikroba tersebut. Saluran pernapasan yang menyekresi lendir akan memerangkap
bakteri. Sebagian lendir yang mengandung bakteri masuk kedalam saluran
pernapasan secara refleks kita akan merespons dengan batuk atau bersin.

Perlindungan yang dihasilkan kulit dan membrane mukosa adalah sebagai berikut:

1. Hasil sekresi kulit cenderung bersifat asam (pH 3-5), sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri. Minyak (sebum) pada kulit mengandung zat kimia yang
beracun bagi bakteri.

2. Mukosa lambung mengandung larutan HCL dan enzim untuk membunuh


mikroorganisme

3. Ludah dan airmata mengandung lisozim yaitu enzim penghancur bakteri.

4. Lendir yang lengket akan memerangkap mikroorganisme yang masuk


kesaluran pencernaan dan saluran pernapasan. (Marieb, 2004).

2)      Sekresi Alami dan Bakteri Alami

      Sekresi alami dari tubuh banyak mengandung bakterisida. Air liur dan air
mata mengandung lisozim yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri menjadi pecah
(lisis). Asam didalam lambung dapat membunuh banyak bakteri yang masuk
melalui makanan. Sekresi alami lainnya, adalah ASI yang mengandung
laktoperoksidase dan cairan sperma yang mengandung spermin.

      Sedangkan bakteri alami bersifat nonpatogen terdapat pada kulit, saluran


pencernaan, dan saluran kelamin perempuan. Keberadaan bakteri alami dapat
menghambat pertumbuhan bakteri patogen karena bakteri patogen berusaha
memasuki tubuh harus bersaing terlebih dulu.

b.      Pertahanan tubuh lapis kedua (Internal)

Meliputi :

1)      Fagositosis

      Fagosit adalah sel darah putih yang memiliki kemampuan menelan dan
menghancurkan mikroba dan material asing yang masuk kedalam tubuh. Dalam
hal ini, fagosit akan menelan bakteri atau mikroba ke dalam vakuolanya,
kemudian mengeluarkan enzim tertentu untuk membunuh bakteri tersebut.
Fagosit dihasilkan oleh susmsum tulang. Contoh fagosit antara lain makrofag,
neutrofil, dan eosinofil. Makrofag, neutrofil dan eosinofil berasal dari monosit,
yang merupakan bagian dari sel darah putih.  Monosit, neutrofil dan eosinofil
yang dihasilkan disumsum merah bersifat fagositik dan masuk kejaringan yang
terinfeksi. Eosinofil merupakan fagosit yang lemah, tetapi berperan penting dalam
pertahanan tubuh melawan cacing parasit.

      Mekanisme fagositosis adalah sel yang rusak oleh mikroba akan


menghasilkan sinyal kimiawi yang berfungsi memanggil neutrofil. Neutrofil
mendatangi sel-sel yang rusak ini dan masuk kejaringan yang terinfeksi. Caranya,
neutrofil akan keluar dari pembuluh darah dengan menembus dinding kapiler.
Neutrofil akan keluar menelan dan menghancurkan mikroba tersebut. Satu
neutrofil mampu memfagosit 5-20 bakteri. Saat neutrofil melakukan tugasnya
melawan antigen, monosit akan menyusul mendatangi daerah luka. Monosit
merupakan sel yang belum masak dan kurang bersifat fagosit. Dalam waktu 12
jam setelah monosit meninggalkan darah dan masuk kejaringan, monosit akan
membesar dan menghasilkan banyak lisosom. Lisosom berkembang menjadi
makrofag. Makrofag akan menggantikan fungsi neutrofil dalam pertempuran
melawan antigen. Makrofag mampu memfagosit 100 bakteri dengan cara
menempel kebakteri dengan kaki pseudopodiumnya kemudian merusaknya.

2)      Sel Natural Killer (Sel NK)

      Sel NK berjaga disistem peredaran darah dan limfatik. Sel NK merupakan sel
pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel kanker serta sel-sel tubuh
yang terinfeksi virus sebelum diaktifkannya sistem kekebalan adaptif. Sel NK
tidak bersifat fagositik. Sel-sel ini membunuh dengan cara menyerang membrane
sel target dan melepaskannya senyawa kimia yang disebut perforin.

3)      Protein antimikroba

      Protein antimikroba meningkatkan pertahanan dalam tubuh dengan melawan


mikroorganisme secara langsung atau dengan menghalangi kemampuannya untuk
memproduksi. Protein antimikroba yang penting adalah interferon dan protein
komplemen. Interferon adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sel tubuh yang
terinfeksi virus untuk melindungi bagian sel lain disekitarnya. Interferon mampu
menghambat perbanyakan sel-sel yang terinfeksi, namun dapat meningkatkan
diferensiasi sel-sel. Interferon dihasilkan dari limfosit T dan fungsinya adalah
mencegah replikasi virus didalam sel yang terinfeksi dan penyebaran virus kesel
yang sehat.

      Sedangkan protein komplemen sekelompok plasma protein yang bersirkulasi


didarah dalam keadaan tidak aktif. Protein komplemen dapat diaktifkan oleh
munculnya ikatan antigen dan antibodi. Terdapat lebih dari 20 jenis protein
komplemen. Protein in dibentuk dihati. Ketika terjadi infeksi, antibodi terbentuk
dan memicu terbentuknya protein komplemen akan memicu terbentuknya protein
komplemen lainnya sehingga membentuk reaksi berantai.

      Protein komplemen membantu pertahanan lapis kedua dengan beberapa cara,


antara lain sebagai berikut :

1.      Menempel pada mikroba sehingga fagosit lebih mudah mengenalinya

2.      Merangsang fagosit untuk lebih aktif

3.      Memicu fagosit menuju lokasi terjadinya infeksi

4.      Menghancurkan membran mikroba yang menyerang

5.      Berperan dalam kekebalan yang diperoleh

4)      Respons inflamasi

            Inflamasi merupakan reaksi akibat timbulnya infeksi dan terbukanya


arteriol disekitar daerah yang terluka sehingga suplai darah kedaerah yang terluka
meningkat. Inflamasi dikontrol oleh sejumlah enzim dan beberapa komponen
lainnya seperti serotonin, platelet, dan basofil. Tujuan respons inflamasi adalah
untuk melindungi, mengisolasi, menonaktifkan, serta menyingkirkan agen
penyebab dan jaringan yang rusak sehingga berlangsung proses penyembuhan.

            Serotonin dapat meningkatkan pelebaran arteriol dan permeabilitas


jaringan pembuluh. Darah membawa fagosit kedaerah tersebut. Fagosit juga
bergerak dari jaringan yang terdekat. Dinding kapiler semakin meningkat
permeabilitasnya sehingga fagosit dapat keluar dari pembuluh kapiler kedaerah
yang terluka. Fagosit yang tiba lebih dulu akan melepas senyawa
kimia histamin untuk memicu lebih banyak fagosit bergerak kedaerah yang
terinfeksi.

            Ketika bakteri berhasil dibunuh dan ditelan oleh fagosit, materi yang
berasal dari pembuluh kapiler akan membentuk penebalan atau pembengkakan
disekeliling daerah yang terinfeksi agar infeksi tidak menyebar. Daerah yang
mengalami inflamasi kemungkinan  juga mengandung nanah (abses). Nanah
berasal dari sel darah putih yang telah mati karena menelan bakteri. Nanah dapat
diserap lagi oleh sel tubuh. Selanjutnya, proses perbaikan jaringan dan tanda-
tanda inflamasi menghilang

2.      Mekanisme Pertahanan Tubuh Spesifik

        Jika pertahanan lapis pertama dan kedua tidak dapat membendung serangan
bakteri atau mikroba patogen, maka kehadiran patogen tersebut akan memicu
pertahanan lapis ketiga untuk aktif. Pertahanan itu melibatkan respons spesifik oleh
sistem imun terhadap infeksi khusus sehingga memperoleh kekebalan (imunitas).
Imunitas spesifik yang diperoleh seseorang biasanya dapat bertahan lama, bahkan
seumur hidup. Imunitas spesifik melibatkan dua jenis limfosit. Kedua limfosit
dibentuk di sumsum tulang dan setelah dilepaskan di aliran darah limfosit lebih
lanjut diproses untuk membuat dua jenis sel yang secara fungsional berbeda.
Sebagian limfosit  yang telah dewasa di dalam sumsum tulang berubah
menjadi limfosti B atau disebut sel B. Sebagian limfosit yang belum mencapai tahap
dewasa akan meninggalkan sumsum tulang menuju kalenjar timus dan berubah
menjadi limfosit T atau sel T.  

        Sel-sel yang berperan dalam imunitas spesifik, yaitu :

1. Limfosit B ( sel B )

Limfosit B tidak, tidak seperti limfosit T, yang bebas beredar ditubuh,


terbatas berada dijaringan limfoid (misal : limpa dan nodis limfe). Sekitar 20-
40% limfosit darah adalah sel B. dalam perkembangannya sel B akan berubah
menjadi sel plasma yang akan menghasilkan antibodi bila terangsang karena
invasi antigen.
Sel B memiliki immunoglobulin pada permukaannya. Immunoglobulin
adalah protein yang dapat mengidentifikasi antigen. Terdapat jutaan antigen
yang setiap kali harus direspons tubuh.  Walaupun sel B dapat mengenal
antigen memiliki jumlah yang terbatas untuk menahan serangan besar dari
bakteri. 

Limfosit B memproduksi dua jenis sel fungsional yang berbeda, yaitu :

a) Sel plasma

Sel ini menyekresikan antibodi kedarah. Antibodi dibawa oleh jaringan,


sementara sel B sendiri tetap berada dijaringan limfoid. Hidup sel plasma
tidak lama dari 1 hari dan menghasilkan hanya satu jenis antibodi yang
bekerja untuk antigen tertentu saja yang awalnya berikatan dengan limfosit
B. antibodi bekerja dengan antigen, menamakan antigen sebagai target
untuk sel pertahanan (seperti limfosit T sitotoksik dan makrofag), berikatan
dengan toksin bakteri, menetralkannya,dan mengaktifkan komplemen.

Terdapat lima jenis antibodi, yaitu :

1.  IgA

Ditemukan pada sekret tubuh seperti ASI dan saliva, serta mencegah
antigen menembus membrane epithelium serta menyerang jaringan yang
paling dalam.

2.  IgD

Dibuat oleh sel B dan ditampilkan pada permukaannya dan fungsinya


mengakitfkan sel B.

3.  IgE

Ditemukan pada membran sel (misal : basofil dan sel mast) dan jika
berikatan dengan antigen akan mengaktifkan respons imun. Antibodi ini
sering ditemukan saat alergi. Fungsinya proteksi terhadap serangan
parasit.

4. IgG
Merupakan jenis antibodi yang paling banyak dan paling besar. Antibodi
ini menyerang banyak patogen dan menembus plasenta untuk
melindungi janin. Fungsinya mengaktifkan protein komplemen dan
makrofag.

5.  IgM

Dihasilkan dalam jumlah besar saat respons primer dan merupakan


aktivator komplemen yang kuat. Fungsinya sebagai aglutinasi (dalam
pembuluh darah) serta merangsang fagositosis mikrob oleh makrofag.

b)  Sel B memori

Sel B memori berada dalam tubuh untuk waktu lama setelah episode awal
saat pertama kali terpapar antigen dan dengan cepat berespons terhadap
pemaparan antigen yang sama berikutnya dengan stimulasi produksi sel
plasma penyekresi antibodi.

2. Limfosit T ( sel T )

Sel T yang telah diaktifkan didalam kalenjar timus dilepaskan


kesirkulasi darah. Sel T normal sebanyak 70% dari limfosit darah. Saat sel T
terpapar antigennya untuk pertama kali, sel T menjadi tersensitasi. Jika antigen
berasal dari luar tubuh, antigen perlu ditampilkan pada permukaan sel penampil
antigen yaitu makrofag yang merupakan bagian pertahanan non-spesifik karena
makrofag menelan dan mencerna antigen tanpa membeda-bedakan, namun juga
berpartisipasi dalam respons imun. Setelah makrofag mencerna antigen,
makrofag membawa sebagian sisa antigen dimembran selnya. Sel T jumlahnya
terbatas dan sel T tidak membentuk antibodi.  Ada empat jenis limfosit T
dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu :

a. Sel T memori

Sel yang hidup lama bertahan hidup setelah ancaman dinetralkan dan
memberikan imunitas diperantarai sel dengan berespons secara cepat terhadap
paparan antigen yang sama lainnya.

b. Sel T sitotoksik
Sel ini berfungsi menghasilkan racun menghancurkan mikroba, sel kanker atau
sel yang terinfeksi virus.  Sel ini mengenali antigen, yaitu berupa selubung
protein virus yang tertinggal diluar sel. Sel ini membunuh sel dengan cara
menyekresikan suatu protein yang mampu melubangi membran sel sehingga sel
tersebut bocor.

c. Sel T helper

Sel ini mengenali fagosit dan merangsang sel B untuk bereplikasi. Sel B tidak
akan bereplikasi dan membentuk sel plasma tanpa rangsangan dari sel T helper
untuk membentuk antibodi. Sel ini juga menghasilkan lymphokinase yang akan
menggerakkan sel-sel kekebalan agar berpartisipasi dan aktif dalam proses
kekebalan.

d. Sel T supresor

Sel ini untuk menghentikan limfositT dan B yang aktif. Sel ini membatasi efek
yang kuat dan berpotensi membahayakan respons imun.

E.  Macam-macam  Kekebalan Tubuh Manusia

Dilihat dari segi imunologis, kekebalan tubuh dibagi dua, yaitu :

1.   Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif adalah bila tubuh menghasilkan antibodi untuk melawan antigen.

Kekebalan aktif dibagi dua, yaitu :

a.      Kekebalan aktif alami

Kekebalan yang didapatkan setelah sembuh dari sakit. Mekanismenya, kuman penyakit
yang masuk kedalam tubuh menghasilkan antibodi untuk melawan penyakit. Bila
penyakit yang sama menyerang kembali, tubuh telah memiliki antibodi sehingga tubuh
menjadi kebal dan tidak terserang penyakit.           Contoh : orang kebal terhadap cacar
setelah sembuh dari penyakit cacar.

b.      Kekebalan aktif buatan


Kekebalan ini diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi. Vaksin dapat berupa
racun bakteri, mikroorganisme yang dilemahkan, atau mikroorganisme yang mati.
Dengan pemberian vaksinasi tubuh dirangsang untuk menghasilkan antibodi sehingga
bila penyakit sesungguhnya menyerang, tubuh telah memiliki antibodi untuk
melawannya. Misalnya, vaksin polio diberikan pada anak agar anak tersebut kebal
terhadap virus polio karena telah memiliki antibodi.

2.   Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang didapat dari pemindahan antibodi dari suatu
individu keindividu lainnya. Kekebalan pasif dibagi dua, yaitu :

a.      Kekebalan pasif alami

Kekebalan ini pada bayi-bayi karena antibodi ibu bayi akan masuk ketubuh bayi melalui
plasenta pada saat kehamilan dan dari ASI yang diminumkan bayi. Macam dan jumlah
zat antibodi yang didapatkan bergantung pada macam dan jumlah zat anti yang dimiliki
ibunya.

b.    Kekebalan pasif buatan

Kekebalan yang diperoleh seseorang dari antibodi luar dengan tujuan pengobatan
maupun pencegahan. Misalnya, seseorang yang luka karena menginjak paku karena takut
menderita tetanus ia disuntik ATS (Anti Tetanus Serum) sebagai usaha pencegahan.

F. Kelainan atau Penyakit pada Sistem Imunitas Manusia

Berikut ini adalah kelainan dan penyakit lain yang berkaitan dengan sistem imun manusia,
sebagai berikut :

1. AIDS

penyakit ini dikarenakan defisiensi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. HIV menginfeksi sel T limfosit yang menghasilkan antibodi. Sel T yang
terinfeksi membentuk virus baru dalam jangka waktu yang lama. HIV menetap selama
bertahun-tahun dan menyerang sistem imun perlahan-lahan. Biasanya penderita AIDS akan
meninggal jika terjadi komplikasi berbagai infeksi dalam tubuhnya akibat tidak
berfungsinya sistem kekebalan tubuh.
2. Autoimunitas

Autoimunitas adalah suatu kelainan dimana sistem kekebalan tubuh manusia


menyerang jaringan tubuh sendiri. Contohnya penyakit Addison kalenjar         
adrenal,toroiditis, anemia pernisisus dan lupus.

3. Alergi

Sel matosit dan sel basofil adalah sel imun yang terkait dengan alergi. Sedangkan
antigen IgE mampu melawan antigen seperti debu, serbuk sari, dan spora. Respons
terhadap alergi dapat terjadi dengan cepat dan fatal, terutama jika menyebar keseluruh
tubuh. Respons alergi dapat dihindari dengan perlakuan tertentu dengan cara memberikan
dosis kecil antigen sehingga hanya sedikit antibodi IgE yang dihasilkan.

2.1Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


2.1.1 Genitalia Luar
1. Vulva

(Gambar 1. Vulva)
A. Mons Pubis/Mons Veneris
Merupakan bantalan lemak yang terletak dibagian depan tulang
kemaluan (simfisis pubis). Berperan melindungi simfisis pubis saat koitus
dari trauma. Mons pubis banyak mengandung minyak (kelenjar sebasea)
(Kusmiyati et al.2012; Siswosudarmo,1990).
B. Labia Mayora (Bibir Besar)
Labia mayora terdiri atas dua bagian, bagian kanan dan kiri. Bagian ini
merupakan lipatan kulit yang tebal karena jaringan subkutannya banyak
mengandung lemak. Labia mayora kanan dan kiri bersatu disebelah
belakang yang disebut komisura posterior dan merupakan batas depan
parineum. Permukaan luarnya ditumbuhi rambut dan banyak mengandung
kelenjar minyak. Didalamnya terdapat banyak pleksus-pleksus vena yang
dapat mengalami hematoma bila terkena trauma. Jaringan syaraf yang
menyebar luas menyebabkan labia mayora sensitif terhadap nyeri, suhu
tinggi, sentuhan yang juga berfungsi sebagai rangsangan seksual (Kusmiyati
et al.2012; Siswosudarmo,1990).
C. Labia Minora (Bibir Kecil)
Labia minora merupakan lipatan kulit disebelah tengah labia mayora,
dan selalu basah karena dilumasi oleh kelenjar-kelenjar dilabia minora.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia minora berwarna
kemerahan memungkinkan labia minora mengembang bila ada stimulus
emosional atau stimulus fisik. Labia minora tidak ditumbuhi rambut karena
tidak mengandung folikel rambut tetapi banyak mengandung kelenjar
minyak dan beberapa kelenjar keringat. Akhiran-akhiran syaraf yang sensitif
banyak sekali terdapat pada labia minora ini penting dalam rangsangan-
rangsangan seksual, sehingga dapat meningkatkan erotiknya. Disebelah
depan ia membentuk frenulum klitoris dan disebelah belakang ia bertemu
dalam satu pininggian yang disebut fourchette (frenulum labiorum pudendi
= frenulum labiorum minorum). Ruangan diantara kedua labia minora ini
disebut vestibulum (Kusmiyati et al.2012; Siswosudarmo,1990).
D. Klitoris/Kalentit
Klitoris merupakan suatu organ yang menonjol yang identik dengan
penis laki-laki. Organ ini mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan
erektil. Dengan banyaknya urat syaraf dan pembuluh darah, gland klitoridis
amat sensitif sehingga mengembang bila ada rangsangan seksual. Ukuran
klitoris rata-rata pada setiap wanita sebesar kacang hijau. Klitoris tertutup
oleh preputium klitoridis, dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis,
dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.
E. Vestibulum/Serambi
Pada vestibulum terdapat pembuluh darah dan kumpulan vena yaitu
Bulbus Vestibuli dan Arteria. Bulbus Vestibuli merupakan kumpulan vena
yang terletak dibawah selaput lendir vestibulum dan terletak disebelah kiri
dan kanan linea mediana. Dalam persalinan, bagian ini dapat robek dan
mengalami pendarahan yang hebat.
F. Himen (Selaput Dara)

(Gambar 2. Himen/Selaput Dara)


Pada wanita yang belum menikah, himen dapat menjadi penghalang
pada pemeriksaan dalam atau saat koitus. Persepsi yang mengatakan bahwa
himen dapat mencerminkan keperawanan seorang wanita itu tidak benar,
karena wanita yang aktif secara seksual dapat memiliki himen yang utuh.
Hal ini tergantung elastisitas himen. Pada beberapa wanita, himen dapat
robek saat melakukan aktifitas fisik atau latihan fisik berat atau kecelakaan.
Umumnya bila himen robek saat koitus maka robekan berbentuk teratur
pada posisi jam 5 atau jam 7 sampai dasar selaput dara itu. Tetapi apabila
himen robek karena perkosaan maka bentuk himen tidak beraturan. Bila
wanita telah melahirkan hanya tinggal sisa-sisa saja sebagai karunkula
mirtiformis (karunkula himenalis) (Kusmiyati et al.2012;
Siswosudarm,1990).
2. Parineum
Perineum merupakan daerah moskular yang ditutupi kulit, yang
membentang antara komisura posterior dan anus. Panjangnya rata-rata 4 cm.
Pada persalinan, korpus perinei ini mudah robek, sehingga episiotomi dapat
dikerjakan pada waktu yang tepat dan cepat guna mencegah ruptur yang
spontan. Perineum ini dibentuk oleh diafragma pelvis dan diafragma
urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas urogenitalis muskulus levator ani,
muskulus koksigeus dan fasia yang menutupinya.
Otot dasar panggul ialah muskulus levator ani dan muskulus koksigeus.
Adapun otot-otot yang membentuk muskulus levator ani terdiri dari muskulus
puboksigeus, muskulus ileokoksigeus dan muskulus puborektalis.
Muskulus puborektalis berfungsi sebagai support terhadap anus, vagina dan
uretra bagian atas. Secara keseluruhan, muskolus levator ani merupakan alat
penyangga utama organ-organ dalam pelvis. Kelemahan otot ini dapat
menyebabkan uterus turun, yang disebut desensus uteri atau prolapsus uteri.
Bila alat-alat penggantung uterus kendor, maka uterus dapat keluar seluruhnya
atau disebut prolapsus uteri totalis.
Muskulus iskiokavernosus berorigo di os iskium, yang insersinya berada
pada simfisis pubis. Sebagian otot-ototnya juga menutupi bulbus vestibuli.
Muskulus transversus perinei superfisialis merupakan fiksasi dan support
terpenting untuk vagina dan vulva. Pada saat persalinan, vagina sangat teregang
termasuk otot-otot tersebut. Bila regangannya begitu hebat, vagina dan otot-otot
tersebut dapat robek. Partus berulang dapat melemahkan struktur-struktur
tersebut. Episiotomi (perineotomi) merupakan cara terbaik untuk menghindari
rubtur perinei (Kusmiyati et al.2012; Siswodarmo,1990).
2.1.2 Genitalia Dalam

(Gambar 3. Genitalia Dalam)

1. Vagina/Liang Senggama
Vagina berfungsi sebagai saluran keluar uterus, alat senggama, dan jalan
lahir. Puncak vagina disebut forniks , yang terdiri atas forniks arterior, forniks
lateral kanan dan kiri dan forniks posterior. Forniks posterior disebut juga
reseptakulum seminis, karena disinilah
semen tertampung pada saat bersenggama. Fungsi kavum douglasi juga
melalui forniks posterior. Forniks lateral biasanya dipakai untuk pemeriksaan
sitologi vagina. (Farrer, 2001; Kusmiyati et al.2012; Siswosudarmo,1990).
Epitel vagina cukup banyak mengandung pembuluh darah dan glikogen,
tetapi tidak berisi kelenjar. Cairan yang terus mengalir dalam vagina berfungsi
mempertahankan kebersihan relatif vagina. Oleh karena itu, penyemprotan
cairan ke vagina dalam lingkungan normal tidak diperlukan. Untuk pemeriksaan
pap smear diambil apusan mukosa vagina dari forniks posterior vagina.
Menurut Herbst dan kawan-kawan, daerah G (G-Spot) ialah daerah di
dinding vagina anterior dibawah uretra yang didefinisikan oleh Graefenberg
sebagai bagian yang analog dengan kelenjar prostat pria. Selama bangkitan
seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disertai
ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra.
(Bobak 2004).
2. Uterus
Uterus terdiri atas dua bagian utama, yaitu serviks dan korpus. Selama
kehamilan, bagian yang membesar adalah ithmus uteri yang merupakan bagian
serviks antara ostium uteri internum anatomikum dan ostium uteri hystoligicum.
Bagian tersebut melebar selama kehamilan dan disebut segmen bawah rahim.
Korpus uteri biasanya membentuk sudut kedepan terhadap serviks. Keadaan ini
disebut anterfleksi. Bisa juga posisi uterus retrofleksi atau lurus. Posisi ini
dipengaruhi oleh isi kandung kencing dan rektum. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan
(Anderson 1999, Farrer, 2001;Pearce, 1999, Siswosudarmo, 1990).
3. Tuba Uterina
Tuba ditutupi seluruhnya oleh peritoneum (mesosalping). Otot-otot pada
tuba selalu kontraksi secara rutin. Kecepatan kontraksi paling tinggi saat ovulasi
dan paling rendah saat hamil. Fimbria dapat mencapai ovarium melalui
kontraksi otot polos yang ada didalamnya bila ukurannya terlalu panjang. Selain
itu hormon estrogen dan protaglandin diketahui juga mempengaruhi gerak
peristaltik. Selama berada dalam tuba, sel-sel kolumnar mensekresi nutrien
untuk menyokong ovum.
Secara ontogenis, tuba berasal dari duktus mulleri. Bagi tuba fimbriae
penting artinya untuk menangkap telur dan kemudian menyalurkan kedalam
tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon (binatang laut). Bagian luar tuba
diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari ligamentum
latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar kedalam) otot longitudinal dan
otot sirkuler. Lebih kedalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan
sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan
telur atau hasil konsepsi kearah cavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh
rambut getar tersebut (Anderson 1999, Pearce, 1999, Siswosudarmo, 1990).
4. Ovarium (Indung Telur)

(Gambar 4. Ovarium)

Ovarium memiliki fungsi utama sebagai tempat pemasakan sel-sel germinal.


Selain itu, ovarium juga berfungsi sebagai sumber produksi hormon-hormon.
Diperkirakan pada waktu lahir, di dalam ovarium wanita terdapat kira-kira
100.000 folikel primer. Setiap bulan akan ada satu folikel yang keluar, kadang-
kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de
Graff. Folikel de Graff terdiri atas:
a. Ovum, yaitu suatu sel besar dengan dengan diameter kira-kira 0.1 mm, yang
mempunyai nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu
nukleus.
b. Stratum Granulosum yang terdiri dari sel-sel granulosum, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga yang terisi
cairan atau likuor follikuli.
c. Teka Interna, yaitu suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum
dengan sel-sel lebih kecil daripada sel granulosa.
d. Teka Eksterna, terbentuk oleh stratum ovarium yang terdesak.
A. Siklus Ovarium
Berbagai hormon akan dikeluarkan oleh Hipofisis (lobus anterior), 3
diantaranya sangat penting dalam fisiologi reproduksi. Ketiga hormon
tersebut adalah Folicle Stirumlating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone
(LH) yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dan sangat dibutuhkan oleh folikel
yang selanjutnya menghasilkan estrogen, serta Prolaktin yang dikeluarkan
oleh sel-sel alfa.
Melalui pengambilan darah perifer, FSH dan LH dapat dideteksi
dengan Radio Imuno Assay (RIA). Pemeriksaan secara serial menunjukkan
konsentrasi FSH dan LH rendah sebelum pertengahan siklus dan
menunjukkan kenaikan beberapa hari sebelum ovulasi. Pada saat ovulasi,
kedua hormon naik secara mencolok, dan berlangsung kira-kira 2-3 hari,
terutama LH yang mencapai 100 mu/ml, sedangkan FSH biasanya tidak
lebih dari 40 mu/ml. Seterusnya, kedua hormon ini tetap pada konsentrasi
yang rendah sampai beberapa hari sebelum siklus berikutnya
(Siswosudarmo, 1990). Prolaktin tidak menunjukkan perubahan siklik yang
khas selama siklus. Dalam keadaan normal, prolaktin mematangkan korpus
luteum sehingga produksi progesteron optimal. (Anderson,19999; Pearce,
2007: Siswodarmo, 1990).
B. Pertumbuhan Folikel
Folikel primer terdiri atas oosit primer yang terbentuk dari
perkembangan oogonium melalui pembelahan mitosis selama kehidupan
fetal. Bagian ini dikelilingi oleh sel-sel folikel yang merupakan selapis sel
pipih. Sebelum lahir, oosit primer telah melakukan pembelahan meiosis
pertama tetapi berhenti pada stadium profase. Dalam bulan kedua
kehidupan intrauterin dalam kedua ovarium, diduga terdapat 600 ribu
oogonia, pada bulan kelima sebanyak 6 juta dan pada saat lahir ada kira-
kira 2 juta. Menjelang pubertas, oogonia yang masih bertahan dalam kedua
ovarium kira-kira tinggal 300-400 ribu. Hal ini disebabkan oogonia yang
lain mengalami degenerasi. Setelah pubertas, folikel mengalami
pematangan. Terjadi pembelahan meiosis yang selesai beberapa saat
sebelum ovulasi. Perkembangan folikel ditandai dengan diferensiasi oosit
primer, proliferasi sel-sel folikel, dan pertumbuhan teka folikuli dari stroma
ovarii (Siswosudarmo,1990).
Folikel primordial akan berkembang karena pengaruh hormon FSH
sehingga menjadi folikel masak yang disebut folikel de graff, dengan
ukuran kira-kira 17-20 mm. Folikel de graff terdiri atas teka folikul,
membrana granulosa, oosit sekunder, serta likuor folikuli
(Siswosudarmo,1990).
C. Ovulasi
Keluarnya sel telur (ovum) dari folikel de graff dan pecahnya folikel
de graff disebut ovulasi. Terjadinya ovulasi ini dipacu oleh LH surge yang
kadang mencapai 100mu/ml plasma. Ternyata ovum yang masak ini belum
sepenuhnya masak karena intinya masih dalam stadium metafasis dari
pembelahan meiosis II. Pembelahan meiosis II baru selesai bila pembuahan
terjadi. Ovulasi biasanya terjadi pada pertengahan siklus ovarium/siklus
menstruasi. Banyak cara digunakan untuk menentukan saat ovulasi di
antaranya dengan pengambilan ovum langsung dari tuba. Dengan cara ini,
Allen (1930) berhasil mengambil ovum pada hari ke-12, 15, dan 16 dari
siklus menstruasi dan ia berkesimpulan ovulasi terjadi pada hari ke-14 dari
siklus 28 hari. Cara lain adalah dengan memeriksa tempat rubturnya folikel.
Ada beberapa tanda dan test untuk mengenali waktu ovulasi antara lain
sebagai berikut.
a. Adanya rasa sakit diperut bagian bawah, yang terjadi pada pertengahan
siklus, disebut mid cycle pain atau mittelschmerz. Ini tidak terjadi pada
semua wanita, hanya kira-kira 25% wanita yang merasakannya, dan ini
disebabkan oleh iritasi peritoneum oleh darah/cairan folikel.
b. Perubahan temperatur basal.
c. Menjelang dan saat ovulasi akan terjadi kenaikan suhu badan. Sebelum
ovulasi suhu basal badan wanita rendah, seringkali di bawah 370C. Setelah
ovulasi seiring peningkatan kadar progesteron, suhu basalnya meningkat.
Ini bisa menjadi dasar metode symptothermal yang dipakai untuk
kontrasepsi dan konsepsi.
d. Perubahan lendir serviks.
e. Perubahan pada serviks dan lendir serviks mengikuti pola yang dapat
diprediksi secara umum. Lendir praovulasi dan pasca ovulasi lengket,
sehingga menghambat penetrasi sperma.Perubahan lendir serviks diuji
dengan dua macam tes yaitu uji membenang dan Fern test. Uji membenang
yaitu dengan melihat lendir serviks dimana pada fase folikuler lendir
serviks kental dan opak, tetapi menjelang ovulasi menjadi lebih encer dan
jernih, seperti putih telur sehingga dapat ditarik seperti benang kira-kira 6-
10 cm disebut spinnbarkeit. Fern test yaitu lendir serviks dibiarkan kering
pada sebuah objectglass (kira-kira 10 menit) di bawah mikroskop maka
akan tampak gambaran daun pakis.
f. Adanya gambaran fase sekresi pada edometrium yaitu kenaikan kadar
progesteron, dengan pemeriksaan kadar progesteron pada saat ovulasi
menunjukkan kenaikan yaitu setinggi 2 mg/ml.
g. LH surge, dengan pemeriksaan Radio Imuno Assay (RIA) tanda ovulasi
dilihat dengan kenaikan mendadak LH.
h. Pemeriksaan USG, terlihat gambaran folikel yang masak dengan ukuran
>1,7 cm (biasanya antara 1,7-2 cm).
i. Pemeriksaan laparoskopi, gambaran yang jelas terlihat menggunakan
laparaskopi dengan melihat langsung ovarium untuk mencari adanya
stigmata (Anderson 1999; Pearce, 2007; Siswosudarmo, 1990).
Setelah terjadi ovulasi, di bawah pengaruh LH, sel granulosa
mengalami hiperplasia, hingga kemudian terbentuk korpus luteum yang
menghasilkan hormon progesteron dan juga estrogen.Tergantung apakah
terjadi pembuahan atau tidak, korpus luteum dapat menjadi korpus luteum
graviditatum atau menjadi korpus luteum menstruatinum. Bila tidak terjadi
pembuahan kira-kira 9 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami
degenerasi dan beberapa saat kemudian akan menjadi korpus albikans.
Dengan terbentuknyas korpus albikan, pembentukan hormon progesteron
dan estrogen mulai berkurang bahkan berhenti sama sekali. Ini
menghasilkan iskemi dan nekrosis endometrium yang kemudian disusul
dengan menstruasi. Bila terjadi pembuahan korpus luteum makin besar dan
disebut korpus luteum graviditatum. Di bawah pengaruh hormon
progesteron endometrium dipertahankan dalam stadium sekresi dan siap
menerima telur yang telah dibuahi.
2.2 Pengaturan Hormonal Sistem Reproduksi Wanita
2.2.1 Menarke
a. Saat kanak-kanak, ovarium mensekresi sedikit estrogen yang menghambat
pelepasan GnRH hipotalamus.
b. Saat pubertas, hipotalamus menjadi kurang sensitif terhadap estrogen dan
melepas GnRH melalui semprotan pulsatil. GnRH menstimulasi hipofisis
anterior untuk melepas FSH dan LH yang pada gilirannya, akan menstimulasi
ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron.
c. Estradiol adalah estrogen yang secara biologis paling aktif dan paling penting
disekresi ovarium. Estron adalah estrogen lemah yang dibentuk melalui konversi
androstenedion. Estriol adalah estrogen terlemah.
2.2.2 Efek Fisiologis Estrogen
a. Hormon ini merangsang pertumbuhan semua organ reproduksi, terutama lapisan
mukosa dan lapisan otot tuba uterin, uterus dan vagina. Estrogen juga
menstimulasi pertumbuhan duktus dan alveoli kelenjar mammae.
b. Estrogen memengaruhi konfigurasi tubuh total melalui peningkatan
pembentukkan tulang dan peningkatan penumpukan lemak dalam semua
jaringan subkutan terutama di area bokong, paha, dan payudara.
c. Estrogen juga memiliki efek metabolik, termasuk menurunkan kadar kolesterol
dan lipoprotein densitas rendah dalam darah melalui perbandingan pada
perempuan pascamenopouse dan laki-laki, juga memfasilitasi metabolisme
kalsium.
d. Hormon ini mempengaruhi fungsi pengaturan suhu dan pusat vascomotorik
hipotalamus yang mengendalikan saraf penyebab dilatasi dan konstriksi
pembuluh darah.
e. Estrogen menyebabkan produksi sekresi serviks berair jernih yang cenderung
memfasilitasi masuknya sperma ke dalam uterus.
2.2.3 Efek Fisiologis Progesteron
a. Progesteron merangsang pertumbuhan endometrium uterus lebih lanjut untuk
mempersiapkannya terhadap implantasi ovum yang sudah dibuahi. Progesteron
menghambat kontraksi uterus sehingga ovum yang sudah tertanam dapat
bertahan.
b. Hormon ini juga merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel alveolar
kelenjar mammae menjadi sel-sel pensekresi susu. (Produksi susu aktual
merupakan salah satu fungsi prolaktin setelah payudara dipersiapkan oleh
hormon estrogen dan progesteron).
c. Progesteron meningkatkan viscositas muku serviks dan dengan demikian
menghambat masuknya sperma ke os serviks.
d. Progesteron menyebabkan sedikit peningkatan suhu tubuh basal dan
peningkatan eksresi natrium dan air dari ginjal.
2.2.4 Siklus Menstruasi
Menandakan fluktuasi irama hormon hipotalamus, hipofisis, dan ovarium serta
perubahan morfologis yang dihasilkan pada ovarium dan endometrium uterus.
2.2.5 Siklus Ovarium
a. Di awal siklus (hari 1 fase folikular), FSH dan LH disekresi dari hipofisis
anterior sesuai dengan sinyal dari sekresi pulsatil GnRH hipotalamus.
b. Kelompok folikel primer, 20 sampai 25, (disertai reseptor FSH pada sel-sel
granulosanya dan reseptor LH pada sel-sel tekanya) mulai mensekresi estrogen,
tumbuh, dan membentuk antrum. Folikel primer kemudian berubah menjadi
folikel sekunder.
c. Awalnya, peningkatan kadar estrogen plasma menghambat FSH dan LH melalui
umpan balik negatif. Penurunan FSH cenderung menghambat perkembangan
folikel selanjutnya kecuali pada folikel utama yang terpilih untuk ovulasi.
Produksi estrogen terus meningkat.
d. Jika konsentrasi estrogen darah terus meningkat selama fase midfolikular, hal ini
akan mengakibatkan efek stimulatori umpan balik positif pada hipofisis dan
meningkatkan produksi LH.
e. Puncak estrogen adalah kadar estrogen darah yang tinggi yang dipertahankan
selama 50 jam. Puncak ini menyebabkan LH mencapai puncaknya.
f. Puncak LH mengakibatkan efek berikut pada folikel utama :
1. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertama dan selanjutnya menjadi
oosit sekunder dan badan polar utama. Meiosis akan berlanjut jika oosit
dibuahi.
2. Sintesis enzim dan prostaglandin yang penting untuk ruptur folikel.
3. Ovulasi atau pelepasan oosit dan sel-sel yang berkaitan dengannya ke dalam
rongga tubuh agar dapat ditarik tuba uterin, berlangsung dalam 24 sampai 38
jam setelah puncak LH. Hal ini terjadi 13 sampai 15 hari sebelum awal
siklus menstruasi selanjutnya.
4. Sel folikel yang ruptur setelah menjalani proses luteinisasi berubah menjadi
korpus luteum yang kemudian memproduksi progesteron dan sedikit
estrogen.
g. Peningkatan kadar progesteron dan estrogen dalam darah menyebabkan efek
umpan balik negatif yang kuat pada FSH dan LH. Tanpa LH untuk
mempertahankannya, korpus luteum mengalami kemunduran dan kadar estrogen
dan progesteron menurun tajam.
h. Karena adanya penurunan kadar estrogen dan progesteron darah, efek umpan
balik negatif terhadap kelenjar hipofisis anterior berkurang. FSH dan LH
kembali meningkat untuk memulai siklus baru.
2.2.6 Siklus Endometrium
Terjadi dalam rangka mempersiapkan endometrium uterus untuk memberi
nutrisi dan mempertahankan ovum jika sudah dibuahi. Peristiwa dalam siklus
endometrium ini sangat berkolerasi dengan peristiwa hormonal dan morfologis
dalam siklus ovarium.
a. Fase menstruasi
Adalah periode pendarahan selama 4 sampai 5 hari. Dibawah pengaruh estrogen
dari folikel yang berkembang dalam ovarium, dan endometrium diperbaiki
melalui pembelahan sel dalam lapisan basal saat menstruasi masih berlangsung.
b. Fase proliferatif, berlangsung sampai terjadi ovulasi.
a. Endometrium yang berproliferasi dari lapisan basal kembali menjadi tebal
dan tervaskularisasi dengan baik. Estrogen juga menyebabkan pertumbuhan
reseptor progesteron pada sel-sel endometrial.
b. Kelenjar tubular tumbuh dalam lapisan superfisial. Sel-sel kelenjar
berproliferasi dengan cepat, tetapi tidak mengakumulasi banyak sekresi.
c. Arteriol spiral menonjol di antara kelenjar-kelenjar untuk mensuplai sel-sel
endometrial dan glandular.
c. Saat fase sekretori (progestasi), progesteron merangsang kelanjutan
pertumbuhan lapisan superfisial.
1. Kelenjar membesar dan mensekresi nutrien (glikogen dan lemak) untuk
mempertahankan perkembangan embrio jika sudah terjadi pembuahan.
2. Arteriol spiral menjadi terkonvolusi (berlipat-lipat). Endometrium siap untuk
implantasi.
3. Jika pembuahan tidak terjadi, endometrium beregresi.
a. Korpus luteum berdegenerasi: kadar progesteron dan estrogen
berkurang.
b. Arteriol spiral, sekarang tidak didukung hormon, berkonstriksi dan
berdilatasi secara intermiten. Konstriksi ini mengurangi aliran darah dan
menyebabkan iskemia serta kematian (nekrosis) jaringan dan kelenjar
disekitarnya.
c. Saat arteriol berdilatasi, darah keluar dari area yang terlah terdisintegrasi.
d. Fragmen jaringan endometrium, sekresi kelenjar grandular mukus, dan
sedikit darah akan terlepas ke dalam rongga uterus.
e. Pendarahan (mens) berlangsung selama 4 sampai 5 hari dan siklus akan
mulai kembali.
2.3 Menstruasi

(Gambar 5. Siklus Menstruasi)

Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai


dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan.
Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus
menstruasi. Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri sering terjadi pada usia 11
tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun.
Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan,
yang dimulai dari menarce sampai terjadinya menopause. Awal siklus menstruasi
dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1 dan berakhir tepat sebelum siklus
menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus menstruasi yang terjadi berkisar antara 21-40
hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling
panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause.
Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium
yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair,tetapi
apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat
mungkinditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh
suatu sistem fibrinolitik lokalyang aktif di dalam endometrium.
Terdapat tiga fase dalam siklus menstruasi. Fase-fase dalam sikus menstruasi
merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisisanterior, ovarium,
dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
a. Fase Menstruasi
Fase dalam siklus menstruasi yang pertama biasanya terjadi selama 3-7 hari.
Pada masa ini, lapisan dinding rahim luruh menjadi darah menstruasi. Banyaknya
darah yang keluar selama masa menstruasi berkisar antara 30-40 ml pada tiap siklus.
Pada hari pertama hingga hari ke-3, darah menstruasi yang keluar akan lebih
banyak. Pada saat ini, biasanya wanita akan merasakan nyeri atau kram pada bagian
panggul, kaki, dan punggung. Nyeri pada bagian perut yang hari-hari pertama
menstruasi dipicu karena adanya kontraksi dalam rahim. Kontraksi otot rahim ini
terjadi karena adanya peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi terjadi.
Adapun kontraksi yang kuat dalam rahim dapat menyebabkan suplai oksigen ke rahim
tidak berjalan dengan lancar. Karena kekurangan asupan oksigen inilah, kram atau
nyeri perut dirasakan selama menstruasi.
Meski menyebabkan rasa sakit, kontraksi yang terjadi selama menstruasi
sebetulnya berfungsi membantu mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim
yang luruh menjadi darah menstruasi. Luruhnya lapisan dinding rahim ini juga
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada saat yang sama,
hormon perangsang folikel (FSH) mulai sedikit meningkat dan memancing
perkembangan 5-20 folikel (kantong yang berisi indung telur) di dalam ovarium. Dari
beberapa folikel yang berkembang, hanya ada satu folikel yang terus berkembang
akan memproduksi estrogen. Selama masa menstruasi juga, hormon estrogen berada
pada tingkatan yang rendah sehingga meningkatkan emosional.
b. Fase Pra-ovulasi dan Ovulasi
Pada fase pra ovulasi, lapisan dinding rahim yang sempat luruh akan mulai
menebal kembali. Lapisan dinding rahim tersebut cukup tipis, sehingga sperma dapat
melewati lapisan ini dengan mudah dan bisa bertahan kurang lebih selama 3-5 hari.
Proses penebalan rahim dipicu oleh peningkatan hormon. Ovulasi terjadi tergantung
kepada siklus menstruasi masing-masing dan beberapa faktor, seperti penurunan berat
badan, stress, sakit, diet dan olahraga.
c. Fase Pra-menstruasi
Pada fase ini lapisan dinding rahim makin menebal. Hal ini dikarenakan
folikel yang telah pecah dan mengeluarkan sel telur, membentuk korpus luteum yang
kemudian memproduksi hormon progesteron yang membuat lapisan dinding rahim
makin tebal.
Jika tidak terjadi pembuahan, akan timbul gejala pramenstruasi (PMS), seperti
perubahan emosi yang lebih sensitif dan perubahan kondisi fisik, seperti nyeri pada
payudara, pusing, cepat lelah, atau kembung. Selain gejala tersebut, korpus luteum
akan mengalami degenerasi dan berhenti memproduksi progesteron. Jika tidak terjadi
pembuahan, kadar progesteron dan estrogen akan menurun, lapisan dinding rahim
juga akan luruh hingga menjadi darah menstruasi.
2.4 Awal Kehamilan dan Laktasi
2.4.1 Awal Kehamilan
A. Pembuahan atau Konsepsi
a. Gambaran detil proses pembuahan dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Sel
telur dikeluarkan dari permukaan ovarium sekitar hari ke 14 dari siklus haid.
Sel telur ini ditangkap oleh ujung saluran telur (tuba Fallopii) yang
berbentuk corong, kemudian berjalan di dalam tuba karena adanya kontraksi
otot.
b. Fertilisasi atau pembuahan oleh satu sperma umumnya terjadi pada sepertiga
dari panjang saluran telur.
c. Sel yang sudah dibuahi akan membelah diri dalam 24 jam.
d. Pembelahan berulang-ulang akan membentuk bola sel yang disebut zigot.
e. Zigot terus membelah diri selama berjalan di dalam saluran.
f. Di dalam bola sel terbentuk rongga kecil berisi cairan yang disebut blastosit.
g. Blastosit sampai di rongga rahim.
h. Implantasi terjadi sekitar hari ke 6, biasanya bagian atas rahim di sisi
ovarium mengeluarkan sel telur. Pada hari ke 10, embrio sudah tertanam
erat. Masa embrionik ini dimulai sejak momen ini sampai minggu ke-8.
Setelah minggu kedelapan, embrio disebut sebagai janin. i. Setelah berada
dalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel telur
dan membran inti (nukleus) sperma pecah. Membran yang baru terbentuk di
sekeliling kromatin sperma membentuk pronukelus pria. Membran inti oosit
yang baru juga terbentuk di sekelilingpronukleus wanita. Sekitar 24 jam
setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan terjadilah pembelahan sel
pertama.
Hal penting dalam proses fertilisasi meliputi beberapa hal sebagai berikut.
a. Penyatuan spermatozoa dan oosit II untuk membentuk sel diploid zigot.
b. Fertilisasi terjadi di ampula tuba.
c. Ovum mengerluarkan zat gynogamon yang terdiri dari fertilizin.
d. Spermatozoa mengeluarkan zat androgamon.
e. Kapasitasi di sperma pengkondisian sperma dan akrosomnya untuk
menembus membran sel.
f. Reaksi akrosom sperma melepas enzim untuk mencerna sel corona radiata
dari zona pelusida untuk menembus oosit.
g. Fusi pronukleus sperma yang menembus oosit kehilangan flagelum dan
membrane nukleusnya sehingga pronukleus betina dan jantan bersatu,
DNAnya bereplikasi dan kromosomnya berbaris pada bidang ekuator serta
pembuahan mitosis pertama langsung terjadi.
Sedangkan hasil utama konsepsi/fertilisasi/ pembuahan meliputi:
a. Pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan
separuhnya dari ibu. Olah karena itu, zigot mengandung kombinasi
kromosom baru yang berbeda dari kedua orang tuanya.
b. Pewarisan sifat-sifat (separuh sifat ibu dan separuh sifat ayah). Hal Ini
disebabkan karena zigot mengandung separuh sifat ibunya dan separuh
ayahnya.
c. Penentuan jenis kelamin.
d. Jenis kelamin ditentukan diawal terjadinya pembuahan. Pada manusia
struktur (46, xy) adalah wanita, sedangkan (46,xx) adalah laki-laki.
e. Permulaan pembelahan segmentasi (cleavage).
f. Segera setelah terjadinya pembuahan, zigot dalam 8-14 jam akan memulai
pembelahan segmentasi pertama, yang disusul dengan pembelahan-
pembelahan selanjutnya dengan kecepatan tiap 10-12 jam.
B. Nidasi atau Implantasi
Nidasi atau implantasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel
telur yang telah dibuahi (fertilized egg) ke dalam endometrium. Implantasi juga
diartikan sebagai proses masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium, terjadi pada hari ke 6 (blastula). Sel telur yang telah dibuahi
(zigot) akan segera membelah diri membentuk bola padat terdiri atas sel sel
anak yang lebih kecil yang disebut blastomer. Pada hari ketiga, bola tersebut
terdiri atas 16 sel blastomer dan disebut morula.
Pada hari ke 4 di dalam bola tersebut mulai terbentuk rongga, bangunan ini
disebut blastula. Dua stuktur penting didalam blastula adalah 1) lapisan luar
yang disebut trofoblas, yang akan menjadi plasenta, dan 2) embrioblas (inner
cell mass) yang kelak akan menjadi janin. Pada hari ke 4 blastula masuk ke
dalam endometrium dan pada hari ke 6 menempel pada endometrium. Pada hari
ke 10 seluruh blastula (blastokis) sudah terbenam dalam endometrium dan
dengan demikian nidasi sudah selesai. Nidasi terjadi mungkin karena trofoblast
mempunyai daya untuk menghancurkan sel-sel endometrium. Hancuran
endometrium dipergunakan sebagai bahan makanan oleh telur. Tempat nidasi
biasanya pada dinding depan dan dinding belakang di daerah fundus uteri.
Pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami
perdarahan perdarahan ringan akibat implantasi (bercak darah atau perdarahan
ringan pada saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya). Vili korion yang
berbentuk seperti jari, terbentuk diluar trofoblas dan menyusup masuk ke dalam
daerah yang mengandung banyak pembuluh darah dan mendapat oksigen dan
gizi dari aliran darah ibu serta membuang karbondioksida dan produk sisa ke
dalam darah ibu.
C. Pertumbuhan Plasenta
(Gambar 6. Plasenta)

Plasenta adalah bagian kehamilan yang penting. Plasenta memiliki peran


berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang berguna selama
kehamilan, serta sebagai barier. Melihat pentingya peranan dari plasenta maka
bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin
ataupun gangguan pada proses persalinan.
Plasenta berasal dari penggabungan vili korionik dan endometrium uterus.
Plasenta berbentuk bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih
kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta berbentuk
lengkap pada kehamilan lebih kyrang 16 minggu.letak plasenta umumnya di
depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri.
Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena sebagai alat pertukaran zat
antara ibu dan bayi atau sebaliknya.
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm
dan tebal ±2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk
lengkap pada kehamilan kurang dari 16 minggu dengan ruang amnion telah
mengisi seluruh cavum uteri. Plasenta terletak di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri, dikarenakan alasan fisiologis,
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat
untuk berimplementasi. Plasenta berasal dari sebagian besar dari bagian janin,
yaitu villi koriales atau jonjot chorion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang
berasal dari desidua basalis. Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu
permukaan fetal dan maternal. Permukaan fetal adalah permukaan yang
menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan dan licin. Hal ini disebabkan
karena permukaan fetal tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-
pembuluh darah. Permukaan maternal adalah permukaan yang menghadap
dinding rahim, berwarna merah dan terbagi oleh celah-celah yang berasal dari
jaringan ibu. Jumlah celah pada plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon.
Penampang plasenta terbagi menjadi dua bagian yang terbentuk oleh
jaringan anak dan jaringan ibu. Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut
membrana chorii, yang dibentuk oleh amnion, pembuluh darah janin, korion dan
villi. Bagian dari jaringan ibu disebut piring basal yang terdiri dari desidua
compacta dan desidua spongiosa.
D. Perkembangan Mudigah dan Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan dan perkembangan janin dimulai sejak terjadinya konsepsi.
Kehamilan akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu
terhitung dari hari pertama haid terakhir. Perubahan-perubahan dan
organogenesis terjadi pada berbagai periode kehamilan. Pertumbuhan hasil
konsepsi dibedakan menjadi 3 tahapan penting yaitu:
1) tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak
terbentuk dalam pertumbuhan;
2) embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah tampak rancangan
bentuk alat-alat tubuh; dan
3) janin (fetus) di atas usia 5 minggu dan sudah berbentuk manusia.
E. Perubahan Anatomi Fisiologi dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel
otot sementara produksi meosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan
dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada
lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding
uterus. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi
seiring dengan bertambahanya usia kehamilan akan menipis pada akhir
kehamilan ketebalanya hanya sekitar 1,5 cm bahkan kurang. Pada awal
kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon esterogen
dan sedikit oleh progesteron.akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu
lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil
konsepsi. Pada awal kehamilan tuba fallopi, ovarium, dan ligamentum
rotundum berada sedikit dibawah apeks fundus, sementara pada akhir
kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan uterus. Posisi plasenta
juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana bagian uterus
yang mengelilingi implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat
dibandingkan bagian lainnya. Sehingga akan menyebabkan uterus tidak
rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda piscaseck. Pada minggu-minggu
pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah
alvokat. Seiring dengan perkembangan kehamilannya,daerah fundus dan
korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia
kehamilan 12 minggu. Istimus uteri pada minggu pertama mengadakan
hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan ithmus menjadi lebih
panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar. Pada akhir
kehamilan 12 minggu uterus akan menyentuh dinding abdominal
mendorong usus seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh
dinding abdominal mendorong usus kesamping, dan keatas, terus tumbuh
hingga hampir menyentuh hati. Sejak trimester I kehamillan uterus akan
mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.
b. Serviks
Serviks menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell,
banyak jaringan ikat yang mengandung kolagen, kelenjar servikal
membesar, dan mengeluarkan banyak cairan mukus karna pertambahan
dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid yang disebut tanda
Chadwick.
c. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di
ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal
kehamilan. Dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progeteron
dlam jumlah yang relatif minimal. 4
d. Vagina dan Vulva
Minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina tampak merah
dan kebiruan (tanda chadwick). pH vagina menjadi lebih asam dari 4
menjadi 6.5 menyebabkan rentan terhadap infeksi vagina. Mengalami
deskuamasi/pelepasan elemen epitel pada sel-sel vagina akibat stimulasi
estrogen membentuk rabas vagina disebut leukore (keputihan). Hormon
kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan
dengan produksi mukosa vagina yang tebal, jarinagn ikat longar, hipertropi
otot polos dan pemanjangan vagina.
2. Payudara
Payudara (mamae) akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran,
sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mammae.
Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein,
laktralbumin dan laktoglobulin. Dengan demikian mammae dipersiapkan
untuk laktasi. Disamping itu di bawah pengaruh progesteron dan
somatomamotropin terbentuk lemak sekitar alveolua-alveolus, sehingga
mammae menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegang
dan tambah lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena
hiperpigmentasi. Hipertropi kelenjar sebasea (lemak) yang muncul di areola
primer dan disebut tuberkel Montgomery. Glandula Montgomery tampak lebih
jelas menonjol di permukaan areola mammae. Rasa penuh, peningkatan
sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu
keenam gestasi. Perubahan payudara ini adalah tanda mungkin hamil.
Sensivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam.
Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah dibawah kulit berdilatasi.
Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat, sekarang terlihat, seringkali
tampak sebagai jalinan jaringan biru di bawah permukaan kulit. Kongesti vena
di payudara lebih jelas terlihat pada primigravida. Striae dapat terlihat
dibagian luar payudara.
3. Sistem Endoktrin
Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan
pascapartum (nifas). Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat cepat
menjadi 2 kali lipat setiap 48 jam sampai kehamilan 6 minggu. Perubahan-
perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat produksi estrogen dan
progesterone plasenta dan juga hormon-hormon yang dikeluarkan oleh janin.
Berikut perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan (trimester I sampai
trimester III):
a) Estrogen Produksi estrogen plaseenta terus naik selama kehamilan dan
pada akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
b) Progesteron Produksi progesteron bahkan lebih banyak dibandingkan
estrogen. Pada akhir kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari.
Progesterone menyebabakan tonus otot polos menurun dan juga diuresis.
Progesterone menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan sub kutan di
abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsi sebagai cadangan energi
baik pada masa hamil maupun menyusui.
c) Human chorionic gonadotropin (HCG) Hormon ini dapat terdeteksi
beberapa hari setelah perubahan dan merupakan dasar tes kehamilan. Puncak
sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi. Fungsi utamanya
adalah mempertahankan korpus lutein.
d) Human placental lactogen (HPL) Hormon ini diproduksinya terus naik
dan pada saat aterm mencapai 2 gram/hari. Efeknya mirip dengan hormone
pertumbuhan. Ia juga bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita
hamil naik.
e) Pituitary Gonadotropin FSH dan LH berada dalam keadaan sangat
rendah selama kehamilan karena ditekan oleh estrogen dan progesteron
plasenta.
f) Prolaktin Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan
sekresi estrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat
target organ.
g) Growth hormone (STH) Produksinya sangat rendah karena mungkin
ditekan HPL.
h) TSH, ACTH, dan MSH Hormon-hormon ini tidak banyak dipengaruhi
oleh kehamilan.
i) Tiroksin Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4
meningkat. Tetapi T4 bebas relative tetap, karena thyroid binding globulin
meninggi, sebagai akibat tingginya estrogen, dan juga merupakan akibat
hyperplasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularisasi. Tiroksin
mengatur metabolisme.
j) Aldosteron, Renin dan angiotensin Hormon ini naik, yang
menyebabkan naiknya volume intravaskuler.
k) Insulin Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen,
progesterone dan HPL.
4. Sistem Kekebalan Tubuh
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap
infeksi vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh, kadar immunoglobin
dalam kehamilan tidak berubah.
5. Sistem Perkemihan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
sehingga sering timbul kencing. Keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan
bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal,
fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma
ginjal meningkat pada kehamilan. Bila satu organ membesar, maka organ lain
akan mengalami tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan
berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air
kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang
mulai membesar. Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah.
Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal
kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan
sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin.
Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-
1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi
rekumbeng lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat
wanita hamil berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena kava dan
aorta, sehingga curah jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan
frekuensi jantung janin menurun, begitu juga dengan volume darah ginjal.
2.4.2 Laktasi
A. Anatomi dan Fisiologi Payudara
1. Anatomi Payudara
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar ini
menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan dan
pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae
mencapai perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi)
setelah melahirkan bayi.
(Gambar 7. Payudara)
a. Struktur
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih
200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Setiap payudara
merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit pada
dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor dan
melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat (Verralls, 1997; Farrer,
2001; Syaifuddin, 2006). Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.Korpus terdiri atas alveolus,
yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus,
yaitu kumpulan dari alveolus.Lobus yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam
saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.Sinus laktiferus, yaitu saluran


di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan
bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat
otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam(inverted).
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.
1) Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula).
2) Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen
suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
3) Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori.
4) Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1
cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola (Verralls, 1997; Farrer, 2001;
Syaifuddin, 2006).
b. Suplai Darah dan Aliran Cairan Limfatik Payudara
Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang
arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan
vena supervisial yang menuju vena kava superior. Aliran limfatik dari bagian
sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral
menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus
limfe aksilar.
2. Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua,
sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akanmengalami
pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara
tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa
hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi dari
epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya
sekresi hormon prolakt in memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus
menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus
ke puting susu (Verralls, 1997; Ferral, 2001; Syaifuddin, 2006; Pearce, 2007).
B. Laktasi

Ketika payudara lebih membesar, berisi dan nampak gambaran menghitam di


sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui
bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah perdarahan
dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi
kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti
body, dan protein. Sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya
justru ASI ini sangat bagus untuk bayi. Pada semua wanita yang telah melahirkan
proses laktasi terjadi secara alami. Laktasi atau menyusui mempunyai dua
pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir
ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan
progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta
meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih
tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau
ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi, terdapat
dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul
akibat perangsangan putting susu dikarenakan hisapan bayi. Proses menyusui
mempunyai dua mekanisme fisiologis yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran.

1) Refleks Prolaktin Akhir Kehamilan

Hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi


jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen
dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta
dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga
berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan
ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi
prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin
pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau
ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang
tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3.
Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti
stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, dan rangsangan puting susu.
2) Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan


yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus
sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang
telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. Maka apabila bayi disusui,
maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang
terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal
ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain
dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila
duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan


fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan,
ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya,
kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari
ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down diantaranya adalah melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-
faktor yang menghambat reflek let down adalah stress seperti keadaan bingung,
cemas, pikiran kacau, dan takut. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi
darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, reflek saraf
merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresikan hormone oksitosin.
Oksitosin merangsang reflek let down sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui
sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting.

Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik dalam mekanisme hisapan


bayi, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusu yaitu refleks mencari, refleks
mengisap, dan refleks menelan.

1) Refleksi mencari (Rooting reflex)


Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini
menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti
dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

2) Refleks mengisap (Sucking reflex)

Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin
semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada
ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi
supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di
belakang puting susu. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan puting
susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul
lecet-lecet pada puting susunya. Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut
dengan bantuan lidah, dimana lidah dijulurkan di atas gusi bawah puting susu
ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang menekan kalang payudara di
belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras
(palatum durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka
gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan
mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu
pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang
dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.

3) Refleks menelan (Swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan
mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air
susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberi susu botol dimana rahang mempunyai
peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari
lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang
ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif), kesemuanya
ini akan membantu aliran susu sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap
susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru belajar menyusui pada
ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tersebutkan
menjadi bingung puting (nipple confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya,
caranya menyusui seperti mengisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam
pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi tidak bisa langsung disusui
oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok,
cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting

A. Anatomi dan Fisiologi dari Organ Reproduksi Pria


1. Anatomi dan Fisiologi Genetalia Luar Pada Reproduksi Pria

a. Penis
Penis adalah alat kelamin luar yang berfungsi sebagai alat
persetubuhan atau alat senggama dan juga sebagai saluran untuk
pembuangan sperma dan air seni. Penis rata-rata berukuran sekitar 5-10 cm
pada keadaan tidak ereksi dan 12-19 cm pada keadaan ereksi. Kondisi
seperti kedinginan atau rasa cemas dapat membuat ukuran penis mengecil.

Penis terdiri dari akar (menempel pada dinding perut), badan


(merupakan bagian tengah dari penis), dan glans penis (ujung penis yang
berbentuk seperti kerucut).Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali di
dekat akar. Pada ujung penis terdapat pembesaran jaringan tempat corpus
spongiosum disebut glans penis. Glans banyak mengandung pembuluh
darah dan saraf. Di ujung glans penis juga terdapat lubang uretra (saluran
tempat keluarnya semen dan air kemih). Dasar glans penis disebut korona.
Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium). Pada beberapa
negara memiliki kebiasaan membersihkan daerah sekitar preputium yang
dikenal namanya dengan sunat. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi),
preputium membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris, yaitu
dua korpus karvenosum dan satu korpus spongiosun mengelilingi
uretra.Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar,
kaku dan tegak (mengalami ereksi). Jaringan erektil adalah jaring-jaring
ruang darah irregular (venosasinusoid) yang diperdarahi oleh arterior aferen
dan kapilar, didrainase oleh venula dan dikelilingi jaringan rapat yang
disebut tunika albuginea. (Syaifuddin, 2006, Pearce, 2007).

b. Skrotum

Skrotum adalah kantung kulit yang menggantung di bawah penis.


Skrotum tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan
menopang testis diluar tubuh. Skrotum terdiri atas dua kantong skrotal,
setiap skrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan oleh septum internal.
Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi
untuk membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai respon terhadap udara
dingin atau eksitasi seksual.

Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis,


karena untuk pembentukan sperma secara normal, testis harus memiliki
suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot
kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang
sehingga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi
lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).
Skrotum berfungsi untuk melindungi testis. Pada umumnya skrotum sebelah
kiri tergantung lebih rendah dari yang kanan karena saluran sperma sebelah
kiri lebih panjang.

2. Anatomi dan Fisiologi Genetalia Dalam Pada Reproduksi Pria


a. Testis

Testis atau buah zakar merupakan organ dengan fungsi ganda, selain
sebagai penghasil spermatozoa juga merupakan organ hormon endokrin.
Testis berjumlah sepasang terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan
tubulus spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Testis berbentuk oval
dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5 inci sampai 2 inci) dan berdiameter
2,5 cm (1 inci). Testis dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang disebut
Tunika albuginea, merentang ke arah dalam dan membagi testis menjadi
sekitar 250 lobulus. Tempat berlangsungnya spermatogenesis, terletak pada
Tunika seminiferous yang terlilit dalam lobulus. Tubulus seminiferus ini
apabila direntangkan dari ujung yang satu ke ujung yang lain berukuran
lebih dari 200 m. Pada dinding-dinding tubulus seminiferus terdapat bakal
sperma yang disebut spermatogonia dengan jumlah kromosom diploid.
Spermatogonia ini akan berubah menjadi spermatozoa. Proses perubahan
spermatogonium menjadi sperma (spermatozoa) terjadi melalui dua proses
pembelahan sel yang berlangsung secara meosis. Dengan demikian, setiap
spermatogonium suatu saat akan menghasilkan empat sel sperma.

Tubulus seminiferus dilapisi oleh epitelium germinal khusus yang


mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang kemudian menjadi
sperma. Di samping spermatogonia, pada tubulus seminiferus terdapat pula
sel-sel berukuran besar yang disebut sel sertoli. Sel sertoli inilah yang
berperan sebagai penyedia makanan bagi spermatozoa-spermatozoa
tersebut. Sel-sel Sertoli menopang dan memberi nutrisi sperma yang sedang
berkembang; selain itu juga terdapat sel-sel intetisial (leydig), yang
memiliki fungsi endokrin.

Hormon yang dihasilkan testis adalah hormon testosteron,yaitu


hormon kelamin jantan yang utama. Disebut demikian, karena hormon
inilah yang bertanggung jawab memperlihatkan ciri-ciri kelamin sekunder
pada pria. Ciri-ciri kelamin sekunder, tersebut antara lain adanya janggut,
suara membesar, dan bentuk badan yang akan tampak pada saat seorang
pria mencapai masa pubertas (masa kematangan seksual).

B. Saluran Reproduksi Pada Pria


Saluran reproduksi pada pria terdiri atas:

1. Tubulus recti
 Tubulus recti yaitu saluran lurus yang merupakan kelanjutan dari tubulus
seminiferus. Tubulus recti dimulai dari puncak setiap lobulus testis.
2. Rete testis
Selanjutnya, tubulus-tubulus recti akan memasuki mediastinum testis dan
membentuk seperti anyaman. Struktur inilah yang dimaksud dengan rete testis.
Spermatozoa yang melewati saluran ini berjalan sangat cepat sehingga jarang
ditemukan di daluran ini.
3. Duktus efferens
Kelanjutan dari rete testis ialah duktus efferens. Rata-rata panjang saluran
ini ialah 6-8 cm dengan diameter 0.05 mm. pada bagian dalam duktus dilapisi
oleh epitel selapis silindris serta bersilia yang dapat bersifat motil. Kegunaannya
yakni untuk mendorong spermatozoa menuju epididimis. Dibandingkan dengan
saluran yang lain, motil silia ini hanya d apat dijumpai di dalam duktus efferens.
4. Duktus epididimis
Setelah melalui duktus efferens, spermatozoa akan berjalan melalui
duktus epididimis. Duktus epididimis adalah saluran panjang yang berlekuk-
lekuk serta terletak di atas testis. Dengan panjang sekitas 5-7 meter spermatozoa
berjalan sangat lambat. Hal ini menjadikan sperma mengalami pematangan yang
sempurna. Pada sekitas duktus epididimis terdapat otot polos yang akan
membantu pengeluaran spermatozoa ke saluran berikutnya.
5. Duktus Defferens
Setelah mengalami pematangan, maka spermatozoa akan keluar dari
skrotum dan naik ke atas melalui duktus deferens. Pada ujung saluran terdapat
pelebaran yang disebut ampulla duktus deferens.
6. Duktus ejakulatorius
Saluran ini merupakan bagian terakhir dari saluran genitalia. Duktus
ejakulatorius menembus kelenjar prostat dan masuk ke saluran urethra.
7. Uretra
Uretra terentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari
tiga bagian.Uretra prostatikterentang mulai dari bagian dasar kandung kemih,
menembus prostat dan menerima sekresi kelenjar tersebut.Uretra membranosa
panjangnya mencapai 1 cm sampai 2 cm. Bagian ini di kelilingi sfingter uretra
eksternal.Uretra penis(kavernous, berspons) di kelilingi oleh jaringan erektil
bersepon (korpus spongiosum). Bagian ini membesar ke dalam fosa navicularis
sebelum berakhir pada mulut uretraeksternal dalam glans penis.

C. Kelenjar Kelamin yang Terdapat pada Reproduksi Pria

Saluran-saluran kelamin dilengkapi oleh tiga macam kelenjar kelamin yang


fungsinya menghasilkan sekret. Kelenjar-kelenjar yang melengkapi saluran kelamin
itu terdiri atas:

1. Vesikula seminalis merupakan kelenjar yang jumlahnya sepasang terletak di


bagian atas dan bawah kandung kemih. Kelenjar ini sebagai penghasil semen
yang terbesar, yaitu sekitar 60% dari volume total semen. Cairan yang dihasilkan
kelenjar ini berwarna jernih, kental karena mengandung lendir, asam amino, dan
fruktosa. Cairan ini berperan sebagai makanan bagi sperma. Selain cairan
tersebut, kelenjar ini mengekskresikan prostaglandin yang berguna untuk
merangsang otot uterin berkontraksi sehingga semen dapat terdorong mencapai
uterus.
2. Kelenjar boulbouretral yang disebut juga sebagai kelenjar cowper, merupakan
kelenjar yang mengh asilkan lendir pelindung pada saat ejakulasi terjadi.
Kelenjar ini bermuara di pangkal uretra dan jumlahnya sepasang.
3. Kelenjar prostat memiliki ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan
ukuran kedua kelenjar kelamin lainnya. Sekret yang dihasilkan oleh kelenjar
prostat berupa cairan encer yang menyerupai susu dan bersifat alkalis, sehingga
dapat berperan sebagai penyeimbang (buffer) bagi keasaman residu urin di uretra
dan derajat keasaman vagina. Cairan ini suatu saat akan berkumpul di uretra
melalui saluran-saluran kecil.
Prostat berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang
mengandung kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan panjang 1,25
inci atau kira – kira 3 cm, mengelilingi uretra pria. Dalam hubungannya dengan
organ lain, batas atas prostat bersambung dengan leher bladder atau kandung kemih.
Di dalam prostat didapati uretra. Sedangkan batas bawah prostat yakni ujung prostat
bermuara ke eksternal spinkter bladder yang terbentang diantara lapisan peritoneal.
Prostat bisa membesar pada orang dewasa dan menekan uretra menyebabkan
retensio urine akut.

D. Proses Pembentukan dan Pematangan Sperma

Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan


seksual aktif dari rangsangan oleh hormon gonadotropin hipofisis anterior, dimulai
rata-rata pada usia 13 tahun dan berlanjut sepanjang hidup. Adapun tahap-tahap
spermatogenesis ialah:

Spermatogonia primitif berkumpul di tepi membran basal dari epitel


germinativum, disebut spermatogonia tipe A, membelah empat kali untuk membentuk
16 sel yang sedikit lebih berdiferensiasi, yaitu spermatogonia tipe B. Spermatogonia
bermigrasi kearah sentral di antara sel-sel Sertoli.

Untuk jangka waktu rata-rata 24 hari, setiap spermatogonium yang melewati


lapisam pertahanan masuk ke dalam lapisan sel Sertoli dimodifikasi secara berangsur-
angsur dan membentuk suatu spermatosit primer yang besar. Pada akhir ke-24, setiap
spermatosit terbagi dua menjadi spermatosit sekunder. Pembagian ini disebut sebagai
pembagian meiosis pertama.

Pada tahap awal dari pembagian meiosis pertama ini, semua DNA di dalam 46
kromosom bereplikasi. Dalam proses ini, masing-masing 46 kromosom menjadi dua
kromatid yang tetap berikatan bersama sentromer, kedua kromatid memiliki gen-gen
duplikat dari kromosom tersebut. Pada waktu ini, spermatosit pertama terbagi menjadi
dua spermatosit sekunder, yang setiap pasang kromosom berpisah sehingga ke-23
kromosom, yang masing-masing memiliki dua kromatid, pergi ke salah satu
spermatosit sekunder. Sementara 23 kromosom yang lain pergi ke spermatosit
sekunder yang lain.

Dalam 2 sampai 3 hari, pembagian meiosis kedua terjadi dimana kedua


kromatid dari setiap 23 kromosom berpisah pada sentromer, membentuk dua pasang
23 kromosom, satu pasang dibawa ke satu spermatid dan satu pasang yang lain
dibawa ke spermatid yang kedua. Menfaat dari kedua pembagian meiosis ini adlah
bahwa setia spermatid yang akhirnya dibentuk membawa hanya 23 kromosom,
memiliki hanya setengah dari gen-gen spermatogonium yang pertama. Oleh karena
itu, spermatozoa yang akhirnya membuahi ovum wanita akan menyediakan setengah
dari bahan genetik ke ovum yang dibuahi dan ovum akan menyediakan setengah
bagian berikutnya.

Selama beberapa minggu berikutnya setelah meiosis, setiap spermatid diasuh


dan dibentuk kembali secara fisik oleh sel Sertoli, mengubah spermatid secara
perlahan-lahan menjadi satu spermatozoa (sebuah sperma) dengan menghilangkan
beberapa sitoplasmanya, mengatur kembali bahan kromatin dari inti spermatid untuk
membentuk satu kepala yang padat, dan mengumpulkan sisa sitoplasma dan membran
sel pada salah satu ujung dari sel untuk membentuk ekor (Spermiogenesis)

Semua tahap pengubahan akhir dari spermatosit menjadi sperma terjadi ketika
spermatosit dan spermatid terbenam dalam sel-sel Sertoli. Sel-sel Sertoli memelihara
dan mengatur proses spermatogenesis, dari sel germinal sampai sperma,
membutuhkan waktu kira-kira 64 hari.

Kedua tetis dari seorang manusia dewasa muda dapat membentuk kira-kira
120 juta sperma harinya. Sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididmis,
tetapi sebagian besar disimpan dalam vas deferens dan ampula vas deferens. Sperma
dapat tetap disimpan dan mepertahankan kualitasnya, dalam duktus genitalis paling
sedikit selama satu bulan.

E. Efek dan Sekresi Hormon dalam Reproduksi Pria


1. Efek pada Hormon Reproduksi Pria
a. Hormon Testosteron
1) Bertanggung jawab atas prkembangan dan pertumbuhan genitalia laki-laki
2) Bertanggung jawab atas pertumbuhan rambut yang menjadi ciri khas laki-
laki.
3) Pembesaran dan perpanjangan laring
4) Penebalan pita suara
5) Meningkatkan ketebalan dan tekstur kulit
6) Mengakibatkan permukaan kulit menjadi gelap dan lebih kasar
b. Hormon Lutein (LH)
Hormon lutein atau Luteinizing Hormone adalah hormon perangsang sel
intertisial atau sel leydig pada laki-laki.
c. Hormon Perangsang Folikel (FSH)
Menstimulasi spermatogenesis dalam tubulus seminiferus.
d. Hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)
Merangsang hormon LH (Leutinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating
Hormone).
2. Sekresi pada Hormon Reproduksi Pria
a. Hormon Testosteron
Testosteron, disekresi oleh sel-sel Leydig yang terletak di interstisium
testis. Hormon ini penting untuk pertumbuhan dan pembagian sel-sel
germinativum dalam membentuk sperma.
hormon testosteron yang disekresi ini kemudian masuk ke dalam peredaran
darah dan bekerja pada beberapa jaringan tubuh untuk membuat perubahan –
perubahan tertentu. Jaringan yang menjadi tempat bekerja testosteron antara lain
area genital, otot, dan organ seks. Ketika seorang pria mencapai usia tua,
testosteron diproduksi lebih sedikit oleh testis dibandingkan pada saat masih
muda.
b. Hormon Lutein (LH), disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel
Leydig untuk menyekresi testosteron.
c. Hormon Perangsang Folikel (FSH), juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis
anterior, merangsang sel-sel Sertoli; tanpa rangsangan ini, pengubahan spermatid
menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.
d. Hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) disekresi oleh hypotalamus.
F. Kelainan Organ Reproduksi Pria

1. Kanker testis

Kanker testis termasuk jarang terjadi. Umumnya hanya terjadi pada


rata-rata pria berusia 29-35 tahun yang berasal dari ras kaukasia. Meski
jarang, penyakit ini sangat mematikan. Kanker ini memiliki dua jenis yaitu
seminoma dan nonseminoma. Biasanya hanya mengenai satu testis saja. Gejala
pertama dirasa dari munculnya sel-sel tumor adalah nyeri dan bengkak. Sampai
saat ini, penyebab kanker testis masih belum pasti. Pria yang memiliki testis
tidak berkembang sempurna berisiko tinggi terkena kanker. Demikian pula
mereka yang terlahir dari ibu yang mengkonsumsi hormon tambahan selama
kehamilan.Kanker testis umumnya terdiagnosa karena kehadiran substansi kimia
tubuh seperti alpha fetoprotein dan beta human chorionic gonadotropin yang
diproduksi sel-sel kanker. Pemeriksaan umumnya dilakukan melalui darah.
Meskipun tergolong jenis kanker langka namun mematikan, sebab belum ada
obatnya. Meski demikian, dengan perawatan tinggi dan menjaga kondisi tubuh,
sekitar 70% penyandang kanker testis dapat bertahan hidup lebih lama. Kanker ini
tidak menular bahkan terhadap pasangannya. Dalam kondisi tertentu, untuk
menghentikan sebaran sel kanker ke bagian yang lainnya, seringkali
mengharuskan membuang testis. Perawatan selanjutnya termasuk operasi yang
juga membersihkan jaringan lymphatic yang dicurigai sebagai sarang sel kanker.
Pada stadium awal atau pria dengan jenis kanker testis seminoma dilakukan terapi
radiasi. Jika kanker telah menyebar sedemikian rupa umumnya dilakukan
kemoterapi. Efek samping dari setiap jenis upaya menghalangi sebaran kanker
bervariasi. Paling umum adalah stres. Meskipun membuang satu buah zakar
tidak otomatis membuat impoten. Namum jika jaringan lymphatic dibuang
menyebabkan produksi sperma berkurang.Terapi radiasi umumnya menyebabkan
rasa terbakar dan kelelahan yang amat sangat. Namun akan terus berkurang jika
terapi selesai sepenuhnya. Penyakit ini seringkali menyebabkan
ketidaksuburan.Sementara itu kemoterapi umumnya menyebabkan mual dan
muntah-muntah, mengganggu sistem kekebalan tubuh, infertil dan botak.Efek
samping ini bisa bersifar temporer atau permanen. Namun yang paling
penting adalah memperhatikan tanda-tanda tubuh, apakah sel kanker telah mati,
masih ada, atau tumbuh kembali.
2. Epididimitis
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis, yaitu saluran
berkelok-kelok yang menghubungkan testis dengan vas deferens. Epididimitis
biasanya disebabkan oleh infeksi atau oleh penyakit menular secara seksual
(PMS) yang mengakibatkan rasa nyeri dan pembengkakan pada salah satu
testis.
3. Ambiguous Genitalia (Alat Kelamin Ganda)
Ambiguous Genitalia merupakan kelainan yang sangat jarang terjadi.
Kelainan ini ditandai dengan seorang bayi lahir dengan alat kelamin yang tidak
jelas apakah laki-laki atau perempuan. Sebagian besar anak laki-laki yang lahir
dengan kelainan seperti ini memiliki penis yang sangat kecil atau tidak ada, tetapi
memiliki jaringan testis. Pada sejumlah kecil kasus, seorang anak memiliki
jaringan testis dan ovarium.
4. Mikropenis
Mikropenis merupakan kelainan lainnya yang juga sangat jarang. Pada
kelainan seperti ini, penis terbentuk secara normal, tetapi dengan ukuran di
bawah ukuran rata -rata, yang ditunjukkan dengan pengukuran standar.
5. Sterilitas/Infertilitas
Jika seorang laki-laki steril atau mandul, tubuhnya tidak mampu
membentuk sperm a sama sekali atau tidak mampu menghasilkan sperma dalam
jumlah yang cukup. Hal itu terjadi sebagai akibat tidak normalnya organ-organ
reproduksi, peradangan pada alat kelamin, kecanduan alkohol, atau akibat
penyakit menular seksual. Beberapa laki-laki juga mengalami masalah ejakulasi.
6. Kanker Prostat
Kanker prostat adalah keganasan pada prostat yang diderita pria berusia
lanjut dengan kejadian puncak pada usai 65 - 75 tahun. Penyebab kanker
prostat tidak diketahui secara tepat, meskipun beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar
hormon testosteron. Pada usia lanjut mengalami penurunan beberapa unsur
esensial tubuh seperti kalsium dan vitamin D. Penurunan kandungan kalsium
tubuh mengakibatkan berbagai penyakit, di antaranya adalah osteoporosis,
sehingga timbul paradigma bahwa pada usia lanjut untuk mengkonsumsi kalsium
dalam jumlah banyak. Tetapi pola makan dengan kalsium tinggi secara
berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker prostat pada usia lanjut. Lebih
dari 95 % kanker prostat bersifat adenokarsinoma. Selebihnya didominasi
transisional sel karsinoma. Penelitian menunjukkan bahwa 60 - 70% kasus kanker
prostat terjadi pada zona perifer sehingga dapat diraba sebagai nodul – nodul
keras irregular. Fenomena ini nyata pada saat pemeriksaan rectum dengan jari
(Digital Rectal Examination). Nodul – nodul ini memperkecil kemungkinan
terjadinya obstruksisaluran kemih atau uretra yang berjalan tepat di tengah
prostat. Sebanyak 10 – 20 % kanker prostat terjadi pada zona transisional, dan 5
– 10 % terjadi pada zona sentral.
7. Hipospadia
Hipospadia adalah kelainan genital, di mana letak lubang kencing tidak
berada di ujung kepala penis, tetapi berada di bawah kepala penis. Anak yang
mengalami kelainan hipospadia memiliki bentuk batang penis yang bengkok.
Angka kasus ini pada anak-anak diperkirakan 1 banding 250-300 jumlah
kelahiran bayi laki-laki. Penyebabnya hingga saat ini, belum diketahui pasti.
Hipospadia merupakan kasus kelainan genital yang sering ditemukan. Meski
tidak menimbulkan rasa sakit, namun kelainan ini menyebabkan gangguan saat
berkemih. Ketika anak dewasa, dapat membuat fungsi reproduksi tidak
berjalan baik saat ejakulasi. Sebab, bentuk penis yang bengkok atau
melengkung saat ereksi akan menyulitkan penetrasi.
8. Undescended testis
Undescended testis, yaitu testis yang tidak turun dalam posisi yang
seharusnya, sebelum anak dilahirkan. Seperti diketahui, testis terbentuk dalam
kandungan pada minggu terakhir jelang anak dilahirkan.Kelainan genital ini lebih
berisiko terjadi pada bayi laki -laki yang lahir prematur. Bayi yang lahir prematur
mengalami gangguan pada fungsi organnya yang belum sempurna, termasuk
bagian proses turunnya testis.
A. ANATOMI SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil
sekresinya langsung kedalam darah yang bereadar dalam jaringan. Kelenjar tanpa
melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon. Beberapa dari organ
endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal). Di samping itu
juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda, misalnya
kelenjar hipofase sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah pengikat sel epitel yang
telah berproliferasi dan bentuk sebuah kelenjar endokrin, tumbuh dan berkembang dalam
pembuluh kapiler. Zat yang dihasilkan disebut hormon, dialirkan langsung ke dalam
darah. Dalam keadaan fisiologis hormon dialirkan langsung ke dalam darah. Dalam
keadaan fisiologis hormon mempunyai pengaturan sendiri sehingga kadarnya selalu dalam
keadaan optimum untuk menjaga keseimbangan dalam organ yang berada dibawah
pengaruhnya, mekanisme pengaturan ini disebut sistem umpan balik negatif. Misalnya,
hipofise terhadap hormon seks yang merangsang kelenjar gonad menghasilkan hormon
skes. Hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin beberapa macam. Zat yang secara
fungsional dapat dikulifikasikan sebagai hormon kimi dikategorikan sebagai hormon
organik.
2.2 MACAM-MACAM KELENJAR ENDOKRIN
2.2.1 Kelenjar Hipofisis
Suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan
penting dalam sekresi hormon dari semua organ-orgn endokrin.Dapat dikatakan sebagai
pemimpin,sebab hormon-hormon yang dihasilkan dapat memngaruhi pekerjaan kelenjar
lainnya.Kelenjar hipofase terdiri dari dua lobus :
1) Lobus anterior
Lobus anterior (adenohipofise) yang menghasilkan sejumlah hormon yang

bekerja sebagai zat pengendali produki dari semua organ endokrin yang lain,
diantaranya :
a) Hormon somatotropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh
b) Hormon tirotropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan
hormon tiroksin
c) Hormon adrenokortikotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal
d) Hormon gonadotropik, berasal dari follicle stimulating hormon (FSH) yang
merangsang perkembangan folikel Graaf dalam ovarium dan pembentukan
spermatozoa dalam testis
e) Luteinizing hormon (LH) , mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam
ovarium dan testosteron dalam testis.
f) Interstial cell stimulating hormon (ICSH).
2) Lobus Posterior

Lobus posterior disebut juga neurohipofise,mengeluarkan 2 jenis hormon:


a) Hormon antidiuretik (ADH), mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal,
membuat kontraksi otot polos (ADH) disebut juga hormon pituitrin
b) Hormon oksitosin merangsang dan menguatkan kontrasksi uterus sewaktu
melahirkan dan mengeluarkan air susus sewaktu menyusui. Kelenjar hipofise
terletak di dasar tengkorak, didalam fosa hipofise tulang spenoid.
2.2.2 Kelenjar Hipotalamus
Fungsi kelenjar hipofise dapat diatur oleh susunan saraf pusat melalui hipotalamus.
Pengaturan dilakukan oleh sejumlah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus akibat
rangsangan susunan saraf pusat. Pengaturan sekresi hipotalamus diatur oleh hormon dan
sinyal saraf uyang berasall dari hipotalamus,kecepatan sekresi hormon berbeda-beda.
Berbagai hormon yang ada dalam darah dapat menghambat dam mempercepat
rangsangan dari hipotalamus.
Hormon-hormon hipotalamus menghasilkn bermacam-macam hormon yang masuk
dalam darah dialirkan pembuluh darah di dalam tubuh untuk mencapai organ yang
diuju. Sel-sel di dalam hipotalamus akan dipengaruhi oleh kerja hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar endokrin lain.
Fungsi kelenjar endokrin :
1) Menghasilkan hormon yang dialirkan ke dalam darah yang diperlukan oleh jaringan
dalam tubuh tertentu
2) Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
3) Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
4) Merangsang pertumbuhan jaringan
5) Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absoprsi glukosa pada usus halus
6) Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidratang, vitamin, mineral dan air.
2.2.3 Kelenjar Tiroid

Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di depan trakea.
Terdiri atas dua buah lobus yang terletak disebelah kanan trakea, diikat bersama oleh
jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan.
Fungsi dari hormon tiroksin adalah mengatur pertukaran zat/metabolisme dalam
tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani.
Fungsi kelenjar Tiroid :
1) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
2) Mengatur penggunaan oksidasi
3) Mengatur pengeluaran karbondioksida
4) Metabolik dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringan
5) Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi
oleh epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera,
cairan yang bersifat lekat yaitu koloid tiroid yang mengandung zat senyawa yodium dan
dinamakan hormon tiroksin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran
darah baik langsung maupun melalui saluran limfe.
Hipofungsi kelenjar ini menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit
miksedema. Hiperfungsi menyebabkan penyakit eksoftalmik goiter. Sekresi tiroid diatur
oleh sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipofise yaitu hormon tirotropik.
Fungsi kelenjar tiroid sangat erat dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan
susunan kimia dan jaringan bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur
penggunaan oksigen dan mengatur pengeluaran karbondioksida.
Hiposekresi/hipotiroidisme terjadi bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret
waktu bayi, mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kretinisme berupa
hambatan pertumbuhan mental dan fisik.
Pada orang dewasa kekurangan sekresi menyebabkan miksedema, proses
metabolik mundur dan terdapat kecenderungan untuk bertambah berat, geraknya lambat,
cara berpikir dan berbicara lamban, kulit menjadi tebal dan berkeringat, rambut rontok,
suhu badan di bawah normal dan denyut nadi melambat.
Hiperteroid dimana gejalanya merupakan kebalikan dari miksedema yaitu :
kecepatan metabolisme meningkat, suhu tubuh tinggi, berat badan turun, gelisah, mudah
marah, denyut nadi naik. Pengaruhnya pada vaskuler mencakup fibrilasi atrium,
kegagalan jantung. Pada keadaan yang dikenal sebagai penyakit trauma atau gondok
eksoftalmus, mata menonjol keluar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon
tiroid, ada kalanya tidak hilang dengan pengobatan.
1) Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroksin yang memegang peranan penting
dalam mengatur metabolisme yang dihasilkannya, merangsang laju sel-sel dalam
tubuh melakukan oksidasi terhadap bahan makanan, memegang peranan penting
dalam pengawasan metabolisme secara keseluruhan. Hormon tiroid memerlukan
bantuan TSH (thyroid stimulating hormone) untuk endositosis koloid oleh mikroviri,
enzim proteopolitik untuk memecahkan ikatan hormon T3 dan T4.
Distribusi dalam plasma terikat pada protein plasma (protein bound iodine,
PBI). Sebagian besar PBI T4 dan sebagian PBI T3 terikat pada protein jaringan yang
bebas dan seimbang. Reaksi yang diperlukan untuk sintesis dan sekresi hormon
adalah :
a) Transpor aktif iodia (senyawa yodium) dari plasma dalam tiroid dan lumen
folikel dari folikel dibantu oleh TSH
b) Dalam kelenjar tiroid iodia dioksidasi menjadi ionin aktif dibantu TSH
c) Iodin mengalami perubahan kondensasi oksidatif bantuan peroksidase
d) Tahap terakhir pelepasan iodotironin yang bebas ke alam darah
2) Kelainan Tiroid
Hipertrofi atau hiperplasia fungsional:
a) Struma difosa toksik, hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh
hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
b) Struma difosa nontoksik
a. Tipe endemik : kekurangan yodium kronik, air minum kurang mengandung
yodium disebut gondok endemik
b. Tipe sporadik: pembesaran difusi dan struma di daerah endemis
penyebabnya suatu stimulus yang tidak di ketahui diantaranya :
c) Hipotiroidisme, kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sintesis dari hormon tiroid menjadi insufisiensi atau berkurang, bila permanen
dan kompleks disebut atiroidisme.
d) Kretinisme, hipotiroidisme berat, pada anak lidah tampak tebal, mata besar,
suara serak, kulit tebal dan eskpresi seperti orang bodoh.
e) Miksedema juvenil, terjadi pada anak sebelum akil balik, anak cebol,
pertumbuhan tulang terlambat dan kecerdasan kurang.
f) Mikedema dewasa, gejalanya nonspesifik, timbulnya perlahan, konstipasi tdak
tahan dingin dan otot tegang.
g) Neoplasma (tumor jinak), adenoma tiroid bekerja secara otonom dan tidak
dipengaruhi oleh TSH. Bisa menjadi toksik adenoma dan karsinoma.
h) Tumor ganas (maligna), dimulai dari folikel tiroid dengan karakteristik
tersendiri yang memungkinkan terjadi lipoprofil (karsinoma) metastase.
Jenisnya: karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik.
3) Fungsi Hormon Tiroid
a) Memengaruhi pertumbuhan pemtangan jaringan tubuh dan energi
b) Mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik
c) Menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), metabolisme meningkat
d) Keseimbangan nitrogen negatif dan sintesis protein menurun
e) Menambah produksi panas dan menyimpan energi
f) Absorpsi intestinal terhadap glukosa, toleransi glukosa yang abnormal sering
ditemukan pada hipertiroidisme
2.2.4 Kelenjar Paratiroid

Kelenjar ini terletak di setiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher,
kelenjar ini berjumlah empat buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan
hormon paratiroksin. Kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Masing-masing
melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon
yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh.
1) Fisiologi Kelenjar paratiroid
Diatur dan diawasi oleh kelenjar hipofise. Hormon paratiroksin (HPT) adalah
konsentrasi ion-ion kalsium yang terdapat dalam cairan ekstraseluler. Produksi HPT
akan meningkat apabila kadar kalsium dalam plasma menurun. Dalam keadaan
fisiologis kadar kalsium dalam berada dalam pengawasan homeostatik. Dalam batas
yang sangat sempit dipengaruhi oleh perubahan diet setiap hari dan pertukaran
mineral antara tulang dan darah.
Hambatan kerja paratiroid mengakibatkan penurunan kadar magnesium dalam
darah, konsentrasi magnesium sangat diperlukan bagi fungsi kelenjar paratiroid agar
menghasilkan hormon yang diperlukan tubuh.
2) Fungsi Kelenjar paratiroid
a) Memelihara konsentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma
b) Mengontrol eksresi kalsium dan fosfat melalui ginjal
c) Mempercepat absorpsi kalsium di intestin
d) Kalsium berkurang, hormon paratiroid menstimulasi resopsi sehingga
menambah kalsium dalam darah
e) Menstimulasi dan menstranspor kalsium dan fosfat melalui membran sel.
2.2.5 Kelenjar pankreas

Kelenjar ini terdapat di belakang lambung di depan vertebrata lumbalis I dan II


teriri dari sel-sel alfa dan beta. Sel alfa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-
sel beta menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan
diabetes, insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut dicerna oleh enzim-enzim
pencernaan protein.
Glukosa yang diabropsi dalam daerah menyebabkan sekresi insulin lebih cepat,
meningkatkan penyimpanan/penggunaan dalam hati dan meningkatkan metabolisme
glukosa dalam otot dan meningkatkan trnspor glukosa.
Efek insulin pada metabolisme lemak adalah memengaruhi lemak jangka
panjang.Kekurangan insulin menyebabkan arteriosklerosis, serangan jantung, stroke dan
penyakit vaskuler lainnya. Kelebihan insulin menyebabkan sintesis dan penyimpanan
lemak, meningkatkan trnspor glukosa ke dalam sel hati, kelebihan ion sitrat dan
isositrat. Penyimpanan lemak dalam sel adiposa menghmbat kerja lipase, emingkatkan
transpor ke dalam sel lemak.
Efek insulin pada metabolisme protein mentranspor aktif asam amino ke dalam sel,
membentuk protein baru, meningkatkan translasi messenger RNA dan meningkatkan
kecepatan transkripsi DNA. Kekurangan insulin dapat menyebabkan diabetes mellitus,
mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel (Cairan ekstraselular). Keadaan ini
mengakibatkan sel jaringan kekurangan glukosa/energi merangsang glikogenolisis di sel
hati dan sel jaringan sehingga glukosa dilepas ke dalam cairan ekstrasel timbul
hiperglikemia. Apabila mencapai nilai tertentu sebagian tidak diabsopsi ginjal dan
dikeluarkan melalui urin sehingga terjadi glikosuria dan poliuria.
2.2.6 Kelenjar Adrenal
Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan
kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar suprarenal ini
terbagi atas 2 bagian yaitu :
1) Bagian luar yang berwarna kekuningan menghasilkan kortisol yang disebut korteks
2) Bagian medula menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (noreprinefrin).

Beberapa hormon terpenting yang disekresi oleh kortex adrenal adalah :


Hidrokortison, aldosteron, dan kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan
metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal, dan kondisi otot.

1) Fungsi kelenjar adrenal


a) Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
b) Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein
c) empengaruhi aktivitas jaringan limfoid
2) Fisiologi kelenjar adrenal
a) Glukokortiroid
Fungsinya :
a. meningkatkan kegiatan metabolisme berbagai zat didalam tubuh
b. meningkatkan glikogenesis dan glukogenesis dalam sel hati
c. meningkatkan metabolisme protein terutama di otot dan tulang
d. meningkatkan sintesis DNA dan RNA dalam sel hati
e. menahan ion Na dan ion Cl meningkatkan sekresi ion K diginjal
f. meningkatkan limfolisis jaringan perifer, deposit lemak
g. menurunkan ambang rangsang susunan saraf pusat
h. menggiatkan sekresi asam lambung
i. mengutkan efek noradrenalin terhadap pembuluh darah dan merendahkan
permeablitas dinding pembuluh darah
j. menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan menghambat pembentukan
antibodi
k. menghambat pelepasan histamin dalam reaksi alergi
Hipersekresi glukokortikoid :
- Hiperglikemi, peningkatan kadar gula dalam darah
- Otot rangka menjadi atrofi dan lemah
- Tangan dan kaki kurus, perut membesar
- Luka sukar sembuh, protein tulang berkurang (osteoporosis)
- Referensi ion menyebabkan hipertensi .
b) Mineralokortikoid
Meningkatkan retensi eksresi ion K di ginjal (tubulus distal dan tubulus
koligentes), meningkatkan retensi Na dikelenjar keringaat dan saluran
pencernaan. Pada ginjal aldosteron meningkat.
Pengaturan mineralokoid:
a. Renin-angiotensin,merangsang sel-sel zona glomerulus korteks adrenal
untuk melepaskan aldosteron,meningkatkan retensi Na,Cl dan air
b. Kadar ion Na, K dan plasma.Apabia ion Na plasma turun dan ion K plasma
naik,maka sekresi aldosteron meningkat
c. ACTH dalam dosis yang kecil.Perannya sangat kecil hanya dalam
konsentrasi yang tinggi merangsang pelepasan aldosterion
Kelainan mineralokortikoid :
a. Insufisiensi adrenal, Na banyak terbuang, kadar ion K plasma meningkat,
volume plasma rendah, dan tekanan darah turun
b. Hiperaldosteron primer, aldosteron berlebihan dengan gejala hipermatremia,
hipertensi tanpa edema, hipokalemia dan otot lemah.

2.3 TESTIS DAN OVARIUM


2.3.1 Testis
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan dan manusia. Manusia (pria)
mempunyai dua testis yang dibungkus dengan skrotum. Testis dibungkus oleh lapisan
fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak saluran yang
disebut tubulus seminiferus .Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah
atau tengah berkembang.
Selama masa pubertas,testis berkembang untuk memulaii spermatogenesis. Ukuran
testis bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan intersisial
dan produksi cairan dari sel sertoli. Pada umumnya,kedua testis tidak sama besar. Dapat
saja salah satu terletak lebih rendah dari yang lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan
struktur anatomis pembuluh darah pada testis kiri dan kanan.
Testis mempunyai dua fungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi ,
menghasilkan hormon testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron
diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk
memulai dan mempertahankan spermatogenesis. Fungsi testis sebagai organ reproduksi
berlangsung di tubulus seminiferus.
Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks
sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan perkembangan alat
genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan pita suara serta
perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik, akan merangsang pertumbuhan
dan penutupan epifise tulang.

Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan bergerak dari
tubulus menuju rete testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan
seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani) akan dikeluarkan ke luar
tubuh melalui vas deferns dan akhirnya, penis.
Diantara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig.
Sel Leydig memproduksi testosteron.
1) Proses Pembentukan dan Pematangan Sperma
Proses pembentukan sperma ini terjadi di dalam testis pada bagian tubulus
seminiferus. Ketika anak laki-laki menginjak masa pubertas, sel-sel primordial pada
epitel germinal tubulus seminiferus dalam testis berdiferensiasi menjadi sel induk
sperma (spermatogonium/spermatogonia).
Setelah mengalami pematangan, spermatogonium memperbanyak diri

sehingga membelah secara berulang-ulang (mitosis). Berikut adalah Bagan proses


pembentukan sperma. 
Pada fase awal spermatogenesis, spermatogonium bersifat  diploid (2n).
Secara mitosis, spermatogonium akan berubah menjadi spermatosit primer (2n).
Berikutnya, spermatosit primer membelah menjadi spermatosit sekunder secara
meiosis (Meiosis I). Jumlah spermatosit sekunder ada dua, sama besar dan bersifat
haploid (n). Melalui fase meiosis II, spermatosit sekunder membelah diri menjadi 
empat spermatid yang sama bentuk dan ukurannya. Selanjutnya, spermatid
berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid (n). Setelah matang,
sperma menuju saluran reproduksi yakni epididimis. Semua proses ini terjadi selama
kurang lebih 17 hari.
2) Pengaturan Fungsi Reproduksi Pria dengan berbagai Hormon
Pembentukan sel sperma pada manusia tidak terlepas daru peran hormon-
hormon reproduksi, yaitu Luteinzing Hormone (LH) dan juga Folichle Stimulating
Hormone (FSH). Peran dari kedua hormone ini adalah sebagai berikut :
a) Luteinizing Hormone (LH), ini terletak di hipofisis bagian depan (anterior) dan
berfungsi untuk merangsang sel leydig menghasilkan testosterone, yang mana
testosteron ini sangat berguna untuk pembelahan sel-sel spermatogonium. Selain
itu, LH juga berperan dalam perkembangan kelamin sekunder pada pria, berupa
pertumbuhan kumis dan jenggot, suara yang lebih berat, dan lain-lain.
b) Folicle Stimulating Hormone (FSH), berfungsi untuk merangsang sel sertoli
untuk membentuk ABP (Androgen Binding Protein) yang merangsang
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Sel sertoli ini juga
berfungsi sebagai bahan makanan untuk spermatozoa.
Sperma yang sudah terbentuk di dalam testis, kemudian akan disalurkan ke bagian
epididimis dan kemudian ke vas deferens dan bercampur dengan sekret dari kelenjar
prostat dan cowperi. Dari tempat itu kemudian dikeluarkan melalui uretra yang terdapat
di dalam penis.
2.3.2 Ovarium
Ovarium berfungsi untuk mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen
dan progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri
seks sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim untuk
implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan sinyal
kepada hipotalamus dan pituitari dalam mengatur siklus menstruasi.
Setelah sel telur diovulasikan, maka akan masuk ke tuba fallopi dan bergerak pelan
menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma di (tuba fallopi), sel telur akan melakukan
implantasi pada dinding uterus dan berkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika
pembuahan tidak terjadi di tuba fallopi, makan dapat terjadi kehamilan ektopik, di mana
kehamilan tudak terjadi di rahim. Perkembangan janin pada kehamilan ektopik, dapat
terjadi di tuba fallopi sendiri, bibir rahim, bahkan ovarium.
Secara makroskopis, ovarium menyerupai buah pir, dengan ukuran yang berfariasi,
tergantung usia. Pada usia reproduksi, ukuran ovarium dengan panjang: 2,5-5 cm, lebar:
1,5-3 cm dan tebal: 0,6-1,5 cm.
Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Di dalam
proses ini sel telur akan disertai dengan suatu kelompok sel yang disebut sel folikel. Pada
manusia, perkembangan oogenesis dari oogonium menjadi oosit terjadi pada embrio
dalam kandungan dan oosit tidak akan berkembang menjadi ovum sampai dimulainya
masa pubertas.
Pada masa pubertas, ovum yang sudah matang akan dilepaskan dari sel folikel dan
dikeluarkan dari ovarium. Proses pelepasan dari ovarium disebut ovulasi. Sel ovum siap
untuk dibuahi oleh sel spermatozoa dari pria, yang apabila berhasil bergabung akan
membentuk zigot.
Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen dan
progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri seks
sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim untuk
implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan sinyal
kepada hipotalamus dan pituitari dalam mengatur siklus menstruasi.
Setelah sel telur diovulasikan, maka akan masuk ke tuba fallopi dan bergerak pelan
menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma di (tuba fallopi), sel telur akan melakukan
implantasi pada dinding uterus dan berkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika
pembuahan tidak terjadi di tuba fallopi,maka dapat terjadi kehamilan ektopik, dimana
kehamilan tidak terjadi di rahim. Perkembangan janin pada kehamilan ektopik, dapat
terjadi di tuba fallopi sendiri, bibir rahim, bahkan ovarium. Seperti halnya testis ovarium
juga berfungsi sebagai organ endokrin dan reproduksi. Sebagai organ reproduksi,
ovarium menghasilkan ovum (Sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk
selanjutnya siap untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi
perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi
serta mempertahankan proses laktasi.
Siklus Haid
Jika pada masa subur indung telur atau ovum tidak mengalami pembuahan maka akan
terjadi menstruasi. Menstruasi disebut juga haid merupakan pendarahan yang terjadi
akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung
pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima pelekatan embrio.
Jika tidak terjadi pelekatan embrio, maka lapisan ini akan luruh, kemudian darah keluar
melalui serviks dan vagina.
Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu
dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi Siklus menstruasi
wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi
dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase, yaitu :
1) Fase menstruasi
Fase menstruasi ini terjadi jika ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus
luteum menghentikan produksi hormon esterogen dan progesteron. Turunnya kadar
esterogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium yang
disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase
menstruasi ini berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi
berkisar antara 50-150 mili liter.
2) Fase pra-ovulasi
Fase pra-ovulasi disebut juga dengan fase poliferasi. Apa yang terjadi pada
fase ini? Hormon pembebas gonadotropin yang dikeluarkan hipotalamus akan
memacu hipofise untukmengeluarkan FSH. Apa yang kamu ketahui tentang FSH?
FSH singkatan dari folikel stimulating hormon. FSH memacu pematangan folikel dan
merangsang folikel untuk mengeluarkan hormon esterogen. Adanya esterogen
menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan
kadar esterogen juga menyebabkan serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat
basa. Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga
mendukung kehidupan sperma.
3) Fase ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada
hari ke 14. Peningkatan kadar esterogen menghambat pengeluaran FSH, kemudian
hipofise mengeluarkan LH. LH singkatan dari luternizing hormon. Peningkatan kadar
LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.
4) Fase pasca ovulasi
Fase ini berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Walaupun panjang siklus menstruasi berbedabeda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama
yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang
telah melepaskan oosit sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus
luteum mengeluarkan hormon progesteron dan masih mengeluarkan hormon
esterogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung
kerja esterogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluhpembuluh darah
pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima pelekatan
embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus
luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mengeluarkan
hormon, sehingga kadar progesteron dan esterogen menjadi rendah. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.
Hormon pada organ reproduksi wanita
1) Hormon perangsang folikel (FSH)
Hormon pertama dalam pembentukan hormon yang diperlukan untuk memulai
kehamilan dan hadir bahkan sebelum hamil. Follicle stimulating hormone (FSH)
Fungsi: Untuk merangsang salah satu folikel telur untuk matang dan mulai membuat
hormon estrogen.
Ketika hormon estrogen memberitahu lapisan rahim untuk mulai terbentuk kembali
lalu hamil, Hormon perangsang folikel (FSH) akan menghentikan fungsinya
sementara yaitu dengan menghentikan perangsangan folikel telur menjadi matang.
Inilah alasan mengapa tidak berovulasi saat sedang hamil.
2) Hormon luteinizing (LH)
Hormon kehamilan berikutnya yang terbentuk adalah hormon
luteinizing. Hormon luteinizing (LH) bekerja sama dengan hormon perangsang
folikel (FSH) untuk mengatur siklus menstruasi Anda. Baik FSH dan LH tidak aktif
selama kehamilan itu sendiri.
Fungsi: Saat FSH memulai produksi hormon estrogen, hormon estrogen akan
memicu ledakan hormon luteinizing (LH). Hormon luteinizing inilah yang berfungsi
untuk meluncurkan folikel dan melepaskan sel telur.
3) Human chorionic gonadotropin (hCG)
Inilah yang sejatinyanya disebut ‘hormon kehamilan’. Pasalnya, human
chorionic gonadotropin (hCG) ini yang menjadi indikator seorang wanita hamil atau
tidak melalui tes kehamilan pada urin atau darah.
Fungsi: Hormon hCG berfungsi untuk merangsang pembentukan hormon estrogen
dan hormon progesteron. Fungsi hormon hCG yang lain adalah untuk menekan
sistem kekebalan Anda untuk mendukung bayi Anda yang sedang tumbuh.
4) Hormon estrogen
Pembentukan hormon estrogen dirangsang oleh hormon kehamilan hCG dan
kemudian oleh plasenta. Hormon estrogen merupakan salah satu dari dua hormon
kehamilan yang paling utama.
Fungsi:
a) Membantu perkembangan rahim
b) Mempertahankan lapisan rahim
c) Meningkatkan sirkulasi darah
d) Mengatur produksi hormon lain
e) Meningkatkan pertumbuhan payudara
f) Memicu perkembangan organ-organ kecil pada janin
g) Mengatur kepadatan tulang janin
5) Hormon progesteron
Sama seperti hormon estrogen, hormon progesteron juga merupakan salah satu
dari dua hormon kehamilan yang paling utama bahkan inilah hormon kehamilan yang
terpenting.
Fungsi:
a) membuat plasenta berfungsi dengan baik
b) membuat lapisan rahim sehat dan tebal
c) mendorong pertumbuhan jaringan payudara
d) membantu melunakkan ligamen dan tulang rawan
e) mendorong pertumbuhan rahim
f) merangsang kontraksi alami pra-kehamilan
6) Hormon relaxin
Beberapa perubahan yang menimbulkan ketidaknyamanan terasa sejak
pembentukan hormon estrogen dan hormon progesteron di dalam tubuh. Dan
beberapa ketidaknyamanan terkait tulang dan sendi bisa diatasi oleh hormon relaxin.
Fungsi: Untuk melunakkan kartilago dan melonggarkan sendi dan ligamen.
7) Hormon placental growth factor (hPGF)
Hormon faktor pendukung plasenta (hPGF) ini mendukung peningkatan volume
darah yang diperlukan untuk menyehatkan bayi Anda.
Fungsi: Hormon PGF berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan pembuluh darah
dan memicu peningkatan volume darah
8) Hormon hPL (Human Placental Lactogen)
Fungsi: Fungsi hPL adalah untuk mempersiapkan payudara Anda siap menyusui
bayi sejak kelahirannya.
9) Hormon oksitosin
Hormon oksitosin akan hadir sepanjang kehamilan. Hormon kehamilan ini juga
biasa disebut sebagai hormon pengontraksi otot.
Fungsi: Hormon oksitosin berfungsi untuk merangsang kontraksi persalinan.
10) Hormon prolaktin
Terkadang hormon kehamilan ini disebut sebagai hormon ibu. Hal ini
dikarenakan hormon prolaktin memberikan efek rasa penuh cinta pada ibu. Prolaktin
adalah produsen susu utama tubuh.
Fungsi: Hormon prolaktin berfungsi untuk merangsang payudara memproduksi ASI.
Fungsi lain dari hormon prolaktin ini adalah menenangkan ibu menyusui
2.4 KERJA HIPOTALAMUS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELENJAR
HORMON
2.4.1 Kerja Hipotalamus
Hipotalamus mengawasi berbagai kondisi tubuh internal. Yakni menerima saraf
rangsangan dari reseptor diseluruh tubuh dan kimia monitor serta karakteristik fisik dari
darah, termasuk suhu, tekanan darah, nutrisi, hormon dan kadar air. Ketika
penyimpangan dari homeostatis terjadi atau ketika perubahan perkembangan tertentu,
hipotalamus merangsang aktivitas seluler di berbagai belahan tubuh dengan
mengarahkan pelepasan hormon dari anterior dan posterior kelenjar hipofisis.
Hipotalamus mengkomunikasikan arahan kepada kelenjar-kelenjar ini, oleh salah satu
dari dua jalur berikut :
1) Komunikasi antara hipotalamus dan hipofisis anterior terjadi melalui bahan kimia
(hormon melepaskan dan menghambat hormon) yang dihasilkan oleh hipotalamus
dan dikirim ke anterior pituitari melalui pembuluh darah. Pelepasan dan
menghambat hormon yang diproduksi oleh neuron, khusus hipotalamus disebut sel
neurosecretory.
Hormon yang dilepaskan kedalam jaringan kapiler (pleksus primer) dan diangkut
melalui pembuluh darah (vena portal yang hypophyseal) ke jaringan kapiler kedua
(secondary plexus) yang memasok hipofisis anterior. Hormon kemudian berdifusi
dari pleksus sekunder ke hipofisis anterior, dimana mereka memulai produksi
hormon tertentu oleh hipofisis anterior. Pelepasan hormon dan menghambat
disekresikan oleh hipotalamus dan hormon yang dihasilkan sebagai tanggapan oleh
hipofisis anterior. Banyak hormon yang diproduksi oleh anterior hipofisis yaitu
hormon tropik (tropins), hormn yang menstimulasi kelenjar endokrin lain untuk
mengeluarkan hormon mereka.
2) Komunikasi antara hipotalamus dan hipofisis posterior terjadi melalui sel
neurosecretory yang menjangkau jarak pendek antara hipotalamus dan hipofisis
posterior. Hormon diproduksi oleh sel tubuh dari sel-sel neurosecretory dan dikemas
dalam vesikula serta diangkut melalui akson, dan disimpan didalam akson terminal
yang terletak di hipofisis posterior. Ketika sel distimulasi, aksi yang dihasilkan
memicu rilis dari hormon yang disimpan dari terminal akson ke kapiler jaringan
dalam hipofisis posterior.
Hipotalamus responsif terhadap :
a) Cahaya : daylength dan photoperiod untuk mengatur sirkardian ritme dan musiman
b) Rangsangan penciuman, termasuk feromon
c) Steroid, termasuk steroid gonad dan kortikosteroid
d) Neurally mengirimkan informasi yang timbul terutama dari jantung, perut dan
saluran reproduksi
e) Otonom masukan
f) Melalui darah rangsangan, termasuk leptin, ghrelin, angiotensin, insulin, hormon
pituitari, sitokin, konsentrasi plasma glukosa dan osmolaritas
g) Stres
h) Menyerang mikroorganisme dengan suhu tubuh meningkat, ulang termostat tubuh ke
atas.
2.4.2 Hubungan hipotalamus dengan kelenjar hormon
Hipotalamus juga pengendali utama hipofisis anterior dan posterior. Dengan
demikian, hipotalamus menjadi pengendali global semua sistem endokrin. Kelenjar
hipofisis mempunyai dua komponen dan kedua komponen ini mempunyai fungsi yang
tidak sama. Dua komponen ini adalah adenohipofisis (hipofisis anterior) dan
neurohipofisis (hipofisis posterior).
Hipotalamus berhubungan dengan hipofisis posterior melalui persarafan, sedangkan
hubungannya dengan hipofisis anterios adalah melalui pembuluh darah. Hormon
hipofisis posterior dihasilkan oleh hipotalamus, kemudian melalui akson dari saraf
dibawah dan disimpan kedalam kelenjar hipofisis posterior.
Darah yang mengalir ke dalam kelenjar hipofisis anterior harus melewati
hipotalamus terlebih dahulu. Hipotalamus mengendalikan hipofisis anterior dengan
menghasilkan dan mengeluarkan hormon releasing dan inhibiting ke dalam darah.
Melalui peredaran darah, hormon ini disimpan ke dalam hipofisis anterior. Kelenjar
hipofisis anterior dapat menstimulasi keluarnya (release) atau mencegah (inhibit)
keluarnya hormon tertentu.
Hormon akan bertindak pada bagian tubuh jika itu cocok. Hormon dapat dianggap
sebagai kunci dan situs target (seperti organ) telah membentuk gembok pada dinding sel
khusus. Jika hormon sesuai dengan dinding sel, maka ia akan bekerja.
Hormon-hormon dapat memicu kaskade jalur sinyal lain dalam sel menyebabkan
efek langsung (misalnya, sinyal insulin menyebabkan penyerapan yang cepat glukosa ke
dalam sel-sel otot) atau efek yang lebih tertunda (glukokortikoid mengikat unsur DNA
dalam sel untuk beralih pada produksi protein tertentu, yang membutuhkan waktu untuk
menghasilkannya).
Sistem endokrin adalah sistem yang diatur secara ketat yang membuat hormon dan
efek mereka pada tingkatan yang tepat. Pelepasan hormon diatur oleh hormon lain,
protein atau sinyal saraf.
Hormon dilepaskan kemudian berpengaruh pada organ-organ lain. Efek ini pada
organ yang diumpan kembali ke sinyal yang asli untuk mengendalikan pelepasan hormon
lebih lanjut.
2.5 MEKANISME UMPAN BALIK HORMON
Sekresi hormon diatur oleh sistem “closed loop” yang dikenal dengan mekanisme
umpan balik. Mekanisme umpan balik ada dua macam, yaitu :
1) Umpan balik negatif
Mekanisme ini akan menghambat sekresi release atau hormon dari suatu kelenjar
endokrin, berusaha agar kejadian ini tidak berlanjut terus-menerus (agar tetap stabil),
berlaku di hampir semua sistem tubuh (jika produk sudah berlebihan, berusaha untuk
menghentikan). Misalnya suatu organ target mengeluarkan suatu secret atau hormon
B untuk menghambat pembentukan hormon A di sel-sel endokrin.
2) Umpan balik positif
Mekanisme ini merupakan kebalikan dari negatif dimana sekresi hormon akan
dipicu. Misalnya sekresi ekstradiol akan meningkatkan pelepasan LH di hipotalamus
hipofisis.
Terdapat pada 4 sistem:
a) Proses penghantar impuls saraf
b) Proses pembekuan darah
c) Proses partes (persalinan)
d) Proses ovulasi
2.5.1 Proses umpan balik
1) Hypothalamus - menghasilkan RH - menuju adenohypofisis - menghasilkan SH -
menuju target gland - menghasilkan hormon
a) Jika hormon yang dihasilkan sudah banyak, target gland - hormon – ke
hypothalamus dan atau adenohypofisis untuk menghambat produksi RH atau SH
b) Jika hormon yang dihasilkan kurang, target gland akan merangsang
hypothalamus untuk menghasilkan RH.
2.5.2 Kontrol umpan balik

Setiap sistem kontrol, baik itu fisik atau biologik,terdiri atas masukan dan keluaran.
Jika sistem bekerja dengan pengaturan otonom, maka keluaranlah yang mempunyai
pengaruh menghentikan masukan. Keadaan ini disebut umpan balik. Jika hubungan kerja
ini berjalan baik, maka
peningkatan keluaran akan menuunkan pemasukan, disebut umpan balik negatif. Jika
hubungan kerja ini langsung, maka peningkatan keluaran akan menyebabkan
peningkatan masukan, ini dikenal dengan sebagai umpan balik positif .
Pada umumnya umpan balik negatif akan menghasilkan kestabilan sebuah
ekulibrium. Semua mekanisme fisiologik homeostasis bekerja atas dasar ini. Umpan
balik positif cenderung untuk membuat disekuilibrium dan siklus tak berujung pangkal,
sehingga menyebabkan kondisi hormonal abnormal dan penyakit. Sebagai contoh adalah
ovulasi dan proses partus.
1) Pengaturan umpan balik secar umum
Sekresi hormon secara umum diatur atas dasar kontrol umpan balik. kontrol
umpan balik bekerja jika keluaran menghentikan masukan. Kontrol umpan balik
memungkinkan sistem endokrin bekerja secara otomatis dengan cara regulasi diri
sendiri.
2) Umpan balik negatif-> ekuilibrium->(Homeostasis)
Umpan balik negatif bekerja jika besaran masukan sesuai besaran keluaran. Jika
keluaran meningkat dalam sebuah sistem, akan terjadi umpan balik negatif, maka
masukan menurun. Ini akan menurunkan keluaran sampai pada kadar ekuilibrium.
Jika keluaran menurun, akan merangsang masukan meningkat, menyebabkan
keluaran meningkat terhadap ekuilibrium.
3) Umpan balik positif->disekuilibrium->(siklus tak berujung pangkal)
Pengaturan umpan balik positif jika keluaran sebuah sistem merangsang
peningkatan masukan selanjutnya, akibatnya peningkatan pada keluaran demikian
seterusnya. Regulasi jenis ini dapat menyebabkan disekuilibrium daan siklus tak
berujung pangkal. Beberapa hormon tertentu diatur dengan cara ini.

2.1 Struktur dan fungsi telinga luar,eksternal dan telinga tengah.

            Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen fungsional


penting, aparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangannya, terletak di dalam tulang
temporalis tengkorak. Sebagian besar telinga tidak dapat diperiksa secara langsung dan hanya
dapat diperiksa dengan tes-tes khusus.. Telinga terdiri dari:

1.      Telinga luar

2.      Telinga tengah

3.      Telingadalam

1. Telinga Luar. 

Telinga  luar terdiri atas:


            Daun telinga (pinna atau aurikula) yakni daun kartilago yang menangkap gelombang
bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (meatus/Lubang telinga), suatu lintasan
sempit panjangnya 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membaran timpani (gendang
telinga). Gendang telinga atau membran timpani adalah perbatasan telinga tengah. Membran
timpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit  pada permukaan eksternal dan membran mukosa
yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara  mekanis.
2. Telinga Tengah

            Telinga tengah, terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal.
Pada bagian ini terdapat saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan faring
yaitu tuba eustachius (saluran eustachius). Saluran yang biasanya tertutup dapat terbuka saat
menguap, menelan, atau mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan
udara pada kedua sisi membran timpani. Pada telinga bagian tengah ini terdapat tulang-tulang
pendengaran (osikel auditori), yang dinamai sesuai bentuknya, terdiri dari:

·         Maleus (tulang martil)

·         Incus (tulang landasan/anvil)

·         Stapes (tulang sanggurdi)

            Tulang-tulang ini mengarahkan getaran dari membran timpani ke fenestra vestibuli,
yang memisahkan telinga tengah dan telinga dalam. Otot stapedius melekat pada stapes, yang
ukurannya sesuai dengan fenestra vestibuli oval, dan menariknya ke arah luar. Otot tensor
timpani melekat pada bagain pegangan maleus, yang berada pada membran timmpani, dan
menarik fenestra vestibuli ke arah dalam. Bunyi yang keras mengakibatkan suatu refleks
yang menyebabkan kontraksi kedua otot yang berfungsi sebagai pelindung untuk meredam
bunyi. Otot-otot ini memungkinkan suara yang terlalu keras diredam sebelum mencapai
telinga dalam. Berkat mekanisme ini, kita mendengar suara yang cukup keras untuk
mengguncang sistem pada tingkat yang telah diredam. Otot-otot ini otot tak sadar, dan
bekerja otomatis sedemikian sehingga bahkan jika kita tertidur dan lalu ada suara keras di
samping kita, otot-otot ini segera mengerut dan mengurangi kekuatan getaran yang mencapai
telinga dalam.

3. Telinga Dalam.

Telinga dalam (interna) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal di sisi medial telinga
tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian, yakni labirin tulang dan labirin membrasona di
dalam labirin tulang.
1. Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang menyerupai cairan
serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan terbagi menjadi 3
bagian:
(1). Vestibula adalah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran semisirkular
dengan koklea.

a)      Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibuli dan fenestra cochleae, yang


berhubungan dengan telinga tengah. 

b)      Membran yang melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan perilimfe.

(2). Rongga tulang saluran semisirkular yang menonjol dari bagian posterior vestibula.

a)      Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertikal, di setiap sudut
kanannya.

b)      Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua saluran di atas.

(3). Koklea mengandung reseptor pendengaran.


2. Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak dalam
labirin  tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung cairan
endolimfe, cairan yang menyerupai cairan interselular.

(1). Labirin mebranosa dalam regia vestibula merupakan lokasi awal dua kantong,utrikulus
dan sakulus yang dihubungkan dengan duktus endolimpe sempit dan pendek.

(2). Duktus semisirkular yang berisi endolimfe terletak dalam saluran semisirkular pada
labirin tulang yang mengandung perilimfe.

(3). Setiap duktus semisirkular,utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk ekuilibrium
statis (bagaimana cara kepala berorientasi terhadap ruang bergantung pada gaya gravitasi)
dan ekuilibrium dinamis (apakah kepala bergerak atau diam dan kecepatan serta arah
gerakan).

(4). Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular; sedang sakulus terhubung dengan
duktus koklear dalam koklea.

2.2 Faal pendengaran.

            Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga.
Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur
koklea pada jendela oval diteruskan ke cairanlimfa yang ada di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akanmenggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa
dalamsaluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran
tengahmenggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkancairan
dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnyamembran pada jendela
bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akanmenggetarkan selaput-selaput basiler, yang
akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel
menyentuh membran tektorial,terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan
membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan
impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf  pendengaran.

Tahapan faal pendengaran :

1.      Bunyi masuk ke liang telinga dan menyebabkan gendang telinga bergetar.

2.      Gendang telinga bergetar oleh bunyi.

3.      Getaran bunyi bergerak melalui osikula ke rumah siput.

4.      Getaran bunyi menyebabkan cairan di dalam rumah siput bergetar.

5.      Getaran cairan menyebabkan sel rambut melengkung. Sel rambut menciptakan sinyal saraf
yang kemudian ditangkap oleh saraf auditori. Sel rambut pada salah satu ujung rumah siput
mengirim informasi bunyi nada rendah dan sel rambut pada ujung lain mengirim informasi
bunyi nada tinggi.

6.      Saraf auditori mengirim sinyal ke otak di mana sinyal ditafsirkan sebagai bunyi.

7.      Gangguan Indera Pendengaran

Ada dua jenis gangguan pendengaran :

1.    Gangguan Konduktif

            Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan
telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara
efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus. Dengan kata lain ketika gelombang
suara terhalang masuknya dari lubang telinga dan gendang telinga menuju ke rumah siput
( koklea ) dan Saraf Pendengaran(Auditory Nerve).

2.    Gangguan Sensoris

            Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan


konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu
juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran
mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara
maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat inorganik
dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat
dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional

2.3 Faal Keseimbangan.

            Indera keseimbangan merupakan indera khusus yang terletak didalam telinga. Indera
keseimbangan secara struktural terletak dekat indera pendengaran, yaitu bagian belakang
telinga dalam yang membentuk strukur utrikulus dan sakulus, serta kanalis semirkularis.

·         Sakulus dan utrikulus

         Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf
yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat padaotolith, yaitu butiran natrium
karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan
impuls yang akan dikirim ke otak.

·         Kanalis semirkularis

       Suatu struktur yang terdiri atas 3 tulang setengah lingkaran, tersusun menjadi satu
kesatuan dengan posisi berlainan, yaitu ada yang horisontal, vertikal atas dan vertikal
belakang. Setiap kanalis berisi endolimfe, dan pada setiap pangkalnya membesar disebut
ampula, dan berisi reseptor keseimbangan yang disebut cristae ampularis. Kelembaman
endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis akan menyebabkan ia bergerak ke arah
yang berlawanan dengan arah putaran sehingga kita dapat merasakan adanya perubahan
posisi tubuh.

           Struktur-struktur diatas berfungsi dalam pengaturan keseimbangan dari syaraf


otak   VIII. Syaraf otak VIII mengandung dua komponen, yaitu komponen pendengaran dan
komponen keseimbangan.

2.4 Organ penghidu dan jalur pernafasan olfaktori sampai di otak.

Rasa penciuman diransang oleh gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur halus.
Jika kita bernafas lewat hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara yang kita hisap
melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis.

Di dalam konka nasalis terdapat tiga pasang karang hidung :

  Konka nasalis superior 

·         Konka nasalis media

·         Konka nasalis inferior

Bagian-bagian hidung

Hidung manusia di bagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang di sebut
dengan nostril. Dinding pemisah di sebut dengan septum, septum terbuat dari tulang yang
sangat tipis. Rongga hidung di lapisi dengan rambut dan membran yang mensekresi lendir
lengket.
1.      Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke
tenggorokan menuju paru paru. Rongga hidung ini di hubungkan dengan bagian belakang
tenggorokan. Rongga hidung di pisahkan oleh langit-langit mulut kita yang di sebut
dengan palate. Di rongga hidung bagian atas terdapat sel-sel reseptor atau ujung- ujung saraf
pembau. Ujung-ujung saraf pembau ini timbul bersama dengan rambut-rambut halus pada
selaput lendir yang berada di dalam rongga hidung bagian atas. dapat membau dengan baik.

2.      Mucous membrane, berfungsi menghangatkan udara dan melembabkannya.


Bagian ini membuat mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk menangkap debu, bakteri,
dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak paru-paru.

Mekanisme Penciuman

Bau yang masuk ke dalam rongga hidung akan meransang saraf (nervus olfaktorius)
dari bulbus olfaktorius. Indera bau bergerak melalui traktus olfaktorius dengan peranteraan
stasiun penghubung pusat olfaktorius pada lobus temporalis di otak besar tempat perasaan itu
ditafsirkan.

 Serabut-serabut saraf penciuman terdapat pada bagian atas selapu lendir hidung. Serabut-
serabut olfaktori berfungsi mendeteksi rangsang zat kimia dalam bentuk gas di udara
(kemoreseptor). Mekanisme kerja indra penciuman sebagai berikut.

Rangsang (bau) > lubang hidung > epitelium olfaktori > mukosa olfaktori > saraf
olfaktori > talamus > hipotalamus > otak.

2.5 Struktur pengecap

Struktur pengecap.

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu


pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera
pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Menggunakan lidah, kita dapat
membedakan bermacam-macam rasa. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara

Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang
dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada parit-parit papila
bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila
berbentuk benang.

a.      Bagian-bagian lidah

Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang


hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua
jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki permukaan yang kasar
karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:7

1.      Papila filiformis berbentuk seperti benang halus.

2.      Papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah.

3.      Papila fungiformis berbentuk seperti jamur.

Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua
sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor,
sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Bagian-bagian lidah:

1.      Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.

2.      Bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.

3.      Bagian belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.

Lidah memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase
(ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula. Letak kelenjar
ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga, dan kelenjar ludah bawah
terdapat di bagian bawah lidah.

b.      Cara Kerja Lidah

Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan merangsang
ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap, rangsangan rasa ini diteruskan ke pusat
saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi rangsang tersebut sehingga kita dapat
merasakan rasa suatu jenis makanan atau minuman.

c.       Kelaianan pada lidah


1.      Oral candidosis.  Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.. gejalanya
yaitu lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.

2.      Atropic glossitis. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun
hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi
banyak ditemukan pada penderita anemia.

3.      Geografic tongue. Gejalanya yaitu lidah seperti peta, berpulau-pulau. Bagian pulau itu
berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.

4.      Fissured tongue. Gejalanya yaitu lidah akan terlihat pecah-pecah.

5.      Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas
dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini lebih banyak
disebabkan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.

2.6 Anatomi Sistem Penglihatan


Proses Penglihatan

Proses penglihatan oleh mata diibaratkan sebuah kamera. Kamera membutuhkan lensa dan
film untuk membentuk sebuah gambar. Mata sebagai kamera mempunyai lensa (kornea, lensa
kristalina dan` vitreus) untuk memfokuskan cahaya dan film (retina). Jika ada kerusakan pada
salah satu bagian maka gambar yang terbentuk tidak sempurna.

Pada saat melihat sebuah obyek, cahaya akan direfleksikan pada kornea. Kemudian cahaya
direfraksi dan difokuskan oleh kornea, lensa dan vitreus ke retina untuk membentuk sebuah
bayangan. Bayangan yang terbentuk adalah terbalik.  Pada retina terjadi proses fotokimia
penglihatan yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Impuls yang terbentuk
ditransmisikan melalui nervus optikus ke otak. Otak akan menerjemahkan impuls tersebut
dan mempersepsikan obyek sebagai bayangan yang tegak.

Proses Penglihatan
Struktur Anatomi Sistem Penglihatan

      Anatomi organ penglihatan dapat dipelajari dalam 2 (dua) bagian yaitu adneksa mata
(pelengkap)  dan bola mata (bulbus okuli)

A. Adneksa Mata

Struktur Eksternal Organ Penglihatan

 1. Kelopak Mata (Palpebrae)

Melindungi mata terhadap lingkungan, trauma dan cahaya serta menjaga kornea tetap lembut
dengan menyapukan air mata setiap saat. Terdiri dari  palpebrae superior dan palpebrae
inferior.Lapisannya terdiri dari kulit luar, lapisan medial yang terdiri dari otot dan jaringan
pembentuk, serta lapisan dalam yang merupakan jaringan yang lembut.

Otot pada lapisan tengah mengontrol gerakan kelopak mata, terdiri dari otot-otot sirkular (m.
orbikularis okuli) yang bertugas menutup kelopak mata dan m. levator palpebrae yang
bertugas mengangkat kelopak mata.Lapisan dalam sangat lembut dan licin karena adanya
pelumas yang diproduksi kelenjar meibomian.

2. Konjungtiva

Merupakan selaput transparan yang melapisi bagian dalam kelopak mata serta menutupi
bagian depan sklera. Bersambung dengan selaput lendir yang melapisi saluran air mata,
kantung air mata dan saluran nasolakrimal sehingga berfungsi melumasi mata.

3. Apparatus Lakrimalis

Kelenjar air mata terletak pada sudut luar sebelah atas rongga orbita. Kelenjar tsb
mengeluarkan air mata yang dituangkan ke kantung kojungtiva dari duktus ekskretori. Bila
mengedip maka air mata akan membasahi permukaan mata.Sebagian menguap, sebagian
dialirkan ke kantus medialis menuju saluran lakrimalis memasuki hidung.

4. Otot-Otot Bola Mata

Otot-Otot Bola Mata

Ada 6 otot bola mata yang mengontrol pergerakan bola mata.Terletak sebelah dalam orbita
menempel pada dinding tulang orbita dan dikaitkan pada pembungkus sklerotik mata di
belakang kornea. Otot lurus terdiri dari m. rektus superior, inferior, medial dan lateral,
menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam dan ke sisi luar secara bergantian. Otot oblik
terdiri dari superior menggerakkan mata ke bawah dan sisi luar, inferior menggerakkan mata
ke atas sisi luar. Otot-otot  mata dipersarafi oleh nervus kranialis III (n. okulomotorius), IV
(n. trokhlearis) dan VI (n. abdusens).

B. Bola Mata (Bulbus Oculi)

Bagian-Bagian Bola Mata


 

1. Kornea

            Disebut juga selaput bening mata, jika mengalami kekeruhan akan sangat
mengganggu penglihatan dan bisa diganti dengan jaringan kornea dari donor mata
(pencangkokan kornea). Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita
dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5
lapisan epitel kornea, 2 lamina elastika anterior (bowmen, 3 substansi propia, 4 lamina
elastika posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan,
antara kornea ke sklera disebut selero corneal junction. Kornea juga merupakan jalan masuk
cahaya pada mata dengan menempatkannya pada retina.

2. Sklera

             Lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva serta merupakan bagian dengan


konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola mata.

3. Camera Oculi Anterior (COA)

Merupakan ruangan antara kornea dengan iris yang membentuk rongga yang berisi
cairan(humor aquous) yang memudahkan iris untuk bergerak.

4. Camera Oculi Posterior (COP)

           Merupakan ruangan yang terdapat antara lensa dengan iris berisi humor aquos

5. Uvea

Terdiri dari 3 bagian yaitu iris, badan siliar dan koroid. Iris adalah lapisan yang dapat
bergerak untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Badan siliar
berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata. Sedangkan koroid merupakan
lapisan yang banyak mangandung pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada bagian-bagian
mata.

6. Pupil

Merupakan suatu "lubang" tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana lebarnya diatur
oleh gerakan iris.

7. Lensa Kristalina

Sesuai dengan namanya, berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang masuk agar
diperoleh penglihatan yang jelas. Jika mengalami kekeruhan akan menyebabkan kaburnya
penglihatan seperti pada penyakit katarak.

8. Badan Siliar (Corpus Ciliaris)

Terdapat di belakang iris, merupakan tempat menempelnya zonula zonii. Berfungsi


memproduksi humor aquous.Berperan dalam proses akomodasi lensa
9. Badan Vitreus

Bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga sebagai "badan kaca" karena
konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat meneruskan cahaya yang masuk sampai ke
retina.

10. Retina

Merupakan merupakan reseptor saraf yang peka terhadap cahaya (fotoreseptor).


Rangsang cahaya akan diubah menjadi arus listrik untuk disalurkan melalui saraf optik (saraf
mata).

11. Koroid

Merupakan lapisan antara retina dan sklera.Terdiri dari pembuluh darah yang memberi
nutrisi kepada mata. Koroid berhubungan dengan badan siliar dan bagian belakang dengan
nervus optikus

2.7 Anatomi Indera Peraba (Kulit)


Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit pertama dan yang terluar, satu-satunya lapisan kulit yang bisa
dilihat oleh mata telanjang. Anatomi kulit epidermis sebagian besar dibentuk oleh lapisan
keratinosit, yang memproduksi keratin.

Epidermis itu sendiri kemudian dibagi lagi menjadi 5 lapisan, yaitu:

1. Stratum basal: tempat produksi keratinosit yang utama


2. Stratum spinosum: keratinosit yang terbentuk kemudian berikatan dengan sambungan
interseluler yang disebut desmosom
3. Stratum granulosum: tempat sel-sel kulit menghasilkan lemak dan molekul lainnya
4. Stratum lucidum: berfungsi untuk memproduksi keratin yang lebih banyak
5. Stratum korneum: lapisan epidermis teratas, yang tetap memproduksi keratin

Keratinosit biasanya membutuhkan waktu antara 30 sampai 40 hari untuk melakukan


perjalanan dari stratum basale ke stratum korneum.

Ada juga 3 lapisan sel non-keratinosit yang menghuni epidermis, yaitu:

1. Melanosit: bertanggung jawab dalam memproduksi melanin (pigmen pemberi warna


kulit). Semakin banyak melanin yang diproduksi, warna kulit akan semakin gelap.
Produksi melanin dipengaruhi oleh genetik Anda.
2. Sel langerhans: berfungsi sebagai sel penghubung dan sistem pertahanan kulit
3. Sel merkel: fungsinya sebagai salah satu reseptor kulit

Dermis

Sumber: Teach Me Anatomy

Dermis adalah lapisan kulit kedua setelah epidermis. Dermis berfungsi sebagai pelindung
dalam tubuh. Strukturnya lebih tebal daripada dermis, meski hanya terdiri dari dua
lapisan — lapisan papiler superfisial dan lapisan retikuler.
Lapisan retikuler jauh lebih tebal daripada lapisan papiler dan memiliki kumpulan serat
kolagen.
Beberapa struktur sel yang dapat ditemukan di dermis, yaitu:

6. Fibroblas: berfungsi untuk memproduksi kolagen dan elastin


7. Sel mast: sel ini mengandung histamin granul yang berasal dari sistem kekebalan
tubuh
8. Pelengkap kulit: tempat berkumpulnya folikel rambut, kelenjar sebasea (kelenjar
minyak), dan kelenjar keringat. Pertumbuhan kuku juga dimulai di sini.
Subkutan (hipodermis)
Lapisan hipodermis adalah lapisan kulit paling terdalam, yang juga sering disebut dengan
lapisan subkutan atau subkutis. Lapisan subkutan mengandung lemak paling banyak untuk
melindungi tubuh serta membantu tubuh untuk menyesuaikan diri dengan suhu luar.
Hipodermis juga berperan sebagai pengikat kulit ke otot dan berbagai jaringan yang ada di
bawahnya.
Namun jangan khawatir, lemak yang terdapat dalam lapisan ini tidak sama dengan lemak
viseral yang jahat akibat gaya hidup yang buruk. Lapisan lemak dalam lapisan subkutan akan
selalu berada di bawah kulit. Jumlahnya pun bisa bervariasi pada setiap individu tergantung
dari komposisi lemak dalam tubuh.
Selain mengandung lemak, di lapisan ini juga terdapat banyak pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai