Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Anatomi tubuh manusia saling berhubungan antara bagian yang satu
dengan lainnya. Struktur regional mempelajari letak geografis bagian
tubuh dan setiap region atau daerahnya misalnya lengan, tungkai, kepala
dan seterusnya. Struktur otot, tulang, saraf dan pembuluh darah dapat
dijumpai dalam sejumlah sistem jaringan yang berbeda. Mempelajari letak
dan hubungan satu bagian tubuh tidak dapat terpisah dari pengamatan
tentang kegunaan setiap struktur dan system jaringan struktur tertentu
yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Semua gambaran tubuh
manusia didasarkan pada orang berdiri tegak dengan ekstrimitas
disamping tubuh dan wajah serta telapak tangan mengarah ke depan. Bila
tubuh berdiri tegak, tubuh dalam keadaan keseimbangan labil karena
bidang frontal yang melalui titik berat dan garis berat badan berpindah ke
titik berat cranium, torak dan pelvis ke dorsal. Kaki melakukan tugas
penting untuk menampung berat badan serta mempertahankan
keseimbangan labil dan mendorong berat badan ke depan pada waktu
berjalan (Syaifuddin, 2009).

II.2 Sistem Rangka


Rangka manusia tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang)
yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka
tersusun dari tulang, rangka disebagian tempat dilengkapi dengan
kartilago. Tulang–tulang ini secara umum terdiri dari tulang
kepala/tengkorak (8 buah), tulang wajah (14 buah), tulang telinga dalam (6
buah), tulang lidah (1 buah), tulang dada (25 buah), tulang belakang dan
gelang panggul (26 buah), tulang aggota gerak atas (64 buah) dan tulang
anggota gerak bawah (62 buah) (Setiadi, 2007).
Untuk kepentingan ilmu pengetahuan rangka digolongkan menjadi
rangka aksial, rangka apendikular dan persendian antar tulang:
1. Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksial panjang
tubung dan melindungi organ-organ pada kepala, leher dan torso.
2. Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan
tungkai, dan tulang pektoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangka aksial. (Sloane, 2004).
II.2.1 Fungsi sistem rangka
1) Tulang memeberikan topangan dan bentuk pada tubuh.
2) Pergerakan, tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah
persendian dan berfungsi sebagai pengungkit. Jika otot-otot (yang
tertanam pada tulang) berkontraksi, kekuatan yang diberikan pada
pengungkit menghasilkan gerakan.
3) Perlindungan, sistem rangka melindungi organ-organ lunak yang ada
dalam tubuh.
4) Pembentukan sel darah (hematopoiesis). Sumsum tulang merah,
yang ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga,
badan vertebra, tulang pipih pada kranium dan pada bagian ujung
tulang panjang merupakan tempat produksinya sel darah merah, sel
darah putih san trombosi darah.
5) Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari sekitar
62% garam organik. Terutama kalsium fosfat dan kalsium karbonat
dengan jumlah magnesium, klorida, florida, sitrat yang lebih sedikit.
Rangka mengandung 99% kalsium tubuh. Kalsium fosfor disimpan
dalam tulang agar bias ditarik kembali dan dipakai untuk fungsi-fungsi
tubuh. Zat tersebut kemudian diganti melalui nutrisi yang diterima
(Sloane, 2004).
II.3 Tulang
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberikan
bentuk pada tubuh. Tulang merupakan alat gerak pasif (tidak dapat
bergerak tanpa bantuan otot). Komposisi jaringan tulang ialah terdiri dari
sel-sel (Osteosit, osteoblas dan osteoklas) dan matriks ekstra selluler
yang tersusun dai serat-serat kolagen organik yang tertanam pada
substansi dasar dan garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan
kalsium (Setiadi, 2007).
II.3.1 Klasifikasi Tulang
Tulang-tulang kerangka diklasifikasin menurut bentuknya terbagi
atas :
1. Tulang pendek yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya
ditemukan berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan atau
kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas. Tulang-tulang ini
sebagian terbuat dari jaringan tulang jarang karena memerlukan sifat
yang ringan dan kuat. Tulang-tulang ini diselubungi jaringan padat tipis.
Contoh yang baik dapat dilihat pada tulang-tulang karpalia di tangan
dan tarsalia di kaki.
2. Tulang panjang atau tulang pipa yaitu tulang yang berbentuk silindris,
yang terdiri dari diafisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan
berperan dalam pergerakan. Setiap tulang panjang terdiri atas bagian
batang dan bagian ujung.
3. Tulang ireguler atau tulang tak beraturan yaitu tulang yang bentuknya
tidak beraturan dengan struktur tulang sama dengan tulang pendek.
Contoh tulang tak beraturan adalah vertebra dan tulang wajah.
4. Tulang pipih yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang
berfungsi untuk memberikan suatu permukaan yang luas yang untuk
perlekatan otot dan memberikan perlindungan. Tulang ini dijumpai di
tempat yang memerlukan perlindungan seperti pada tulang tengkorak,
tulang inominata, tulang panggul atau koksa, iga-iga dan skapula
(tulang belikat).
5. Tulang sesamoid yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi
persendian yang berhubungan dengan kartilago, ligament atau tulang
lainnya. Contoh adalah patella (tempurung lutut) yang merupakan
tulang sesamoid terbesar (Setiadi, 2007; Pearce, 2013).
Klasifikasi tulang berdasarkan jaringan penyusunnya terbagia atas
dua yaitu :
1. Tulang rawan (kartilogo), tulang rawan terdiri atas sel-sel rawan
(kondrosit) serabut kolgen dan matriks. Sel-sel tulang rawan dibentuk
oleh bakal sel-sel tulang rawan yaitu kondroblas, berdasarkan susunan
serabutnya tulang rawan dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Tulang rawan hialin
Kartilago hialin memiliki sejumlah besar serat kolagen dan
proteoglikan. Serat kolagen tersebar secara merata diseluruh zat-
zat substansial.Kartilago hialin dalam sendi memiliki permukaan
yang sangat halus. Kartilago hialin umumnya ditemukan pada area
yang menyokong kekuatan dan adanya fleksibilitas seperti pada
tulang rusuk dan dalam trakea dan bronkus. Kartilago hialin juga
menutupi permukaan tulang yang bergerak secara halus terhadap
tulang lainnya dalam sendi. Kartilago hialin membentuk sebagian
besar kerangka sebelum digantikan oleh tulang semasa embrio dan
terlibat dalam pertumbuhan untuk meningkatkan panjang tulang.
Ketika fetus dalam kandungan sistem kerangka terbuat seluruhnya
dari kartilago hialin dan terlihat setelah 3 bulan pertama kehamilan.
Sebagian besar kartilago hialin ini secara bertahap digantikan oleh
tulang selama 6 bulan ke depan melalui proses yang disebut
osifikasi. Namun beberapa kartilago hialin tetap sebagai penutup
pada permukaan tulang sendi. Septum dari hidung kita juga
tersusun dari kartilago hialin.
b. Tulang rawan elastis
Fibrokartilago memiliki serat kolagen yang lebih banyak dari
proteoglikan. Dibandingkan dengan kartilago hialin, fibrokatilago
memiliki bundelan serat kolagen yang lebih tebal dan tersebar
melalui matriksnya. Jaringan ini ditemukan di lutut. Pada jaringan ini
alas fibrokartilago membantu menyerap guncangan dan mencegah
abrasi tulang ke tulang. Cedera fibrokartilago pada sendi lutut
umumnya terkait dengan olahraga.
c. Tilang rawan fibrosa
Kartilago elastis memiliki sejumlah serat elastis selain kolagen dan
proteoglikan yang tersebar ke seluruh matriksnya. Ditemukan
didaerah yang memiliki sifat kaku, tetapi elastis seperti telinga
bagian luar, epiglotis, dan tabung pendengaran (Raimundus, 2016).
2. Tulang keras (Osteon), tulang terbentuk dari tulang rawan yang
mengalami penulangan (Osifikasi) ketika tulang rawan terbentuk,
rongga-rongga matriksnya terisi oleh sel osteoblas. Osteoblas
menyekresikan zat intraseluler seperti kolagen yang akan mengikat zat
kapur. Osteoblas yang telah dikelilingi zat kapur akan mengeras
menjadi osteosit (Sel tulang keras). Antara sel yang satu dan yang
lainnya dihubungkn oleh juluran-juluran sitoplasma yang disebut
kanalikuli. Setiap satuan sel osteosit akan mengelilingi suatu sistem
saraf dan pembuluh darah sehingga membentuk sistem havers
(Ferdinant dan ariebowa, 2009).
II.3.2 Proses Pembentukan Tulang
Proses pembentukan tulang dimulai dari membran. Membran
jaringan ikat yang menjadi asal ikat yang menjadi asal tulang pipih.
Osifikasi atau pembentukan tulang mulai dari pusat-pusat tertentu dan
berlangsung dengan cara perlipatgandaan sel dalam membran sampai
terbentuk sebuah jalinan halus dari tulang. Dengan demikian terbentuk
tulang pipih yang terdiri atas dua lapisan jaringan tulang yang padat dan
keras berlapis periosteum yang terpisah satu dengan lainnya oleh sebuah
lapisan tulang interstisil yang mirip jaringan tulang kansellus.
Pembentukan tulang dari tulang rawan (Osifikasi tulang rawan).
Sewaktu embrio berkembang semua tulang pipa mulanya berupa batang-
batang tulang rawan yang diselubungi perikondrium (membran yang
menutupi tulang rawan). Perikondrium menjadi periosteum dan dari sini
sel tulang ditempatkan sedemikian rupa sehingga tulang dapat tumbuh,
baik sirkum ferens (melingkar) maupun memanjang. Tulang yang sedang
tumbuh terdiri dari batang (diafisis) dan dua ujung (epifisis). Dalam proses
perkembangan selanjutnya timbul sebuah pusat osifikasi kedua di setiap
ujung atau epifisisnya. Selanjurnya osifikasi bermula dari sini dan meluas
karah batang sekaligus juga kearah ujung setiap epifisis. Ujung tulang
tetap tertutup tulang rawan hialin yang menjadi tulang rawan sendi.
Diantara batang (diafisis) dan setiap ujung (epifisis) tetap ada selapis
tulang rawan. Lapisan ini disebut tulang rawan epifiseal. Dua jenis tulang
ini terlibat dalam pembangunan tulang yaitu osteoblas. Osteoblas yang
membangun tulang dan osteoklas yang menghancurkan tulang. Dengan
demikian bagian padat tetap terbentuk, rongga dan saluran-saluran juga
tersusun (Pearce, 2013; Kuntoadi, 2019).
II.4 Persendian
Persendian adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa tulang
rangka. Suatu persendian terjadi saat permukaan dari dua tulang bertemu
yang memungkinkan adanya pergerakan atau tidak yang bergantug pada
sambungannya (Setiadi, 2007). Suatu artikulasi atau persendian terjadi
saat permukaan dari tulang bertemu, adanya pergerakan atau tidak
bergantung pada sambungannya. Persendian dapat diklasifikasikan
menurut struktur ( berdasarkan ada tidaknya rongga persendian diantara
tulang-tulang yang berartikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan
dengan persendian tersebut); dan menurut fungsi persendian
(berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian)
(Sloane, 2004).
II.4.1 Klasifikasi Persendian
Klasifikasi persendian secara struktural terbagi menjadi :
1. Persendian fibrosa yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi
dan diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa
2. Persendia kartilago yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi
dan diperkokoh dengan jaringan kartilago
3. Persendian sinovial yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan kapsul dan ligament artikular yang membungkusnya
(Setiadi, 2007).
Klasifikasi persendian menurut fungsinya terbagi menjadi :
1. Sendi sinartoris atau sendi mati. Secara struktural persendian ini
dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago. Sendi jenis ini
antara lain :
a. Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa
rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh sutura
adalah sutura sagital dan sutura paretal.
b. Sinkondrosis adalah sendi yang tulang tulangnya dihubungkan
dengan kartilogo hialin. Salah satu contohnya adalah lempeng
epifisis sementara antara epifisis dan diafisisi pada tulang panjang
seorang anak. Saat sinkondrosis sementara berosifikasi, maka
bagian tersebut dinamakan sinotosis.
2. Amfiartosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan respon terhadap torsi dan
kompresi. Sendi jenis ini antara lain
a. Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan
dihubungkan dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh :
ditemukan pada tulang yang besisihan seperti radius dan ulna serta
tibia dan fibula.
b. Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan
diskus kartilago yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan. Contoh simfisis adalah simfisis pubis
antara tulang-tuang pubis dan diskus inverterbralis antar badan
vertebre yang berdekatan.
c. Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk
dengan pas dalam kantong tulang, seperti pada gigi yang tertanam
pada tulang rahang.
3. Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi
sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial.
Suatu kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang dan
ujung tulang pada sendi synovial dilapisis kartilago artikular. Klasifikasi
persendian sinovial terdiri dari :
a. Sendi sferodial, yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk kedalam
rongga berbentuk cangkir pada tulang lain.
Contoh : Sendi panggul dan bahu
b. Sendi engsel terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas
pada permukaan konkaf tulang kedua, sehingga memungkinkan
gerakan ke satu arah.
Conth : Sendi lutut dan siku
c. Sendi kisar yaitu tulang berbentuk kerucut yang masuk pas
cekungan tulang kedua dan dapat berputar kesemua arah.
Contoh : Tulang atlas, persendian bagian kepala
d. Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial yang memungkinkan
gerakan kedua arah disudut kanan setiap tulang.
Contoh : Sendi antara tulang radius dan tulang karpal
e. Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk
konkaf satu sisi dan konkaf disisi lain, sehingga tulang akan masuk
dengan pas seperti dua pelana yang saling menyatu. Satu-satunya
sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah persendian antara
tulang karpa dan metacarpal pada ibu jari
f. Sendi peluru adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang
berartikulasi berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan
meluncur antara satu tulang dengan tulang lainnya. Persendian
semacam ini disebut sendi nonaksia (Sloane, 2004; Setiadi, 2007).
II.5. Otot
Otot dapat dirangsang secara kimia, fisika dan mekanik untuk
menimbulkan suatu potensi aksi yang dihantarkan sepanjang membran
sel. Jaringan otot adalah jaringan khusus untuk kontraksi. Ketika
berkontraksi, jaringan ini memendek dan menghasilkan tipe gerakan.
Jaringan ini memiliki sel dalam jumlah banyak dan disuplai dengan
pembuluh darah. Dalam jaringan otot, membran sel disebut sarkolema,
dan sitoplasma disebut sarkoplasma. Jaringan otot terdiri dari sel-sel
memanjang yang disebut serat otot atau miosit yang dapat
menggunakan ATP untuk menghasilkan gaya. Sebagai hasilnya,
jaringan otot mempertahankan postur tubuh, menghasilkan panas dan
juga memberikan perlindungan. Karakteristik utama dari jaringan otot
adalah kemampuannya untuk memendek dan menebal (kontraksi). Ini
disebabkan karena adanya interaksi dari dua protein kontraktil yaitu
aktin dan miosin yang membentuk mikrofilamen dalam sitoplasma dan
bertanggung jawab dalam proses kontraksi. Otot berkontraksi untuk
menggerakkan seluruh tubuh, untuk memompa darah melalui jantung
dan pembuluh darah, dan untuk mengurangi ukuran organ berongga
seperti lambung dan kandung kemih (Raimundus, 2016).
Berdasarkan struktur dan fungsinya, terdapat 3 tipe jaringan otot
yaitu, otot rangka, otot polos, dan otot jantung :
1. Otot Rangka
Otot rangka juga biasa disebut otot lurik (striated muscle) atau otot
sadar.Sel (serat) otot rangka yang panjang dan berbentuk silinder
mengandung banyak nukleus terletak di tepi seldan tampak
bergaris.Setiap sel otot memiliki ujung saraf motorik sendiri. Impuls
saraf yang berjalan ke otot sangat penting untuk menimbulkan
kontraksi.Otot rangka dikontrol oleh saraf sadar karena seseorang
dapat sengaja menyebabkan kontraksi otot rangka untuk mencapai
gerakan tubuh tertentu. Namun sistem saraf dapat menyebabkan
otot rangka berkontraksi tanpa pengaruh kesadaran. Seperti yang
terjadi pada gerakan refleks dan pemeliharaan tonus otot.
2. Otot Polos
Otot polos polos juga disebut sebagai otot tak sadar (otot viseral).
Istilah viseral mengacu kepada organ internal, yang banyak
mengandung sel otot polos.Umumnya, otot polos bertindak untuk
mendorong zat-zat melalui organ dengan kontraksi dan relaksasi.
Disebut otot polos karena tidak memiliki garis atau pita seperti
halnya pada otot rangka. Sel otot polos lebih pendek dari sel otot
rangka. Berbentukspindledan meruncing pada ujungnya dan hanya
memiliki satu nukleus yang terletak ditengah. Meskipun impuls
saraf dapat menyebabkan kontraksi, otot polos umumnya tidak
dapat dirangsang untuk berkontraksi oleh saraf sadar sehingga
disebut sebagai otot tak sadar.Berarti kita tidak mengontrol
kontraksinya, tetapi dikontrol oleh sistem saraf otonom.Jaringan
otot polos ditemukan dalam dinding organ tubuh berongga seperti
lambung, usus, kandung kemih, uterus, dan pembuluh darah. Sel
otot polos terususun dalam dua lapisan, lapisan longitudinal bagian
luar dan lapisan sirkuler bagian dalam. Kontraksi simultan dari dua
lapisan tersebut mendorong material ke dalam organ berongga
dalam satu arah, karenanya makanan didorong oleh kontraksi otot
polos sepanjang saluran pencernaan yang disebut peristaltikdan
darah didorong sepanjang arteri dan vena. Urin juga didorong ke
bawah menuju ureter oleh kontraksi otot polos. Dalam dinding arteri
dan vena, otot polos mengonstriksi atau mendilatasi pembuluh
untuk mempertahankan tekanan darah normal. Iris dari mata
memiliki dua set otot polosuntuk mengonstriksi atau mendilatasi
pupil yang mengatur sejumlah cahaya yang masuk ke retina.
3. Otot Jantung
Otot jantung ditemukan hanya dalam dinding jantung. Sel otot
jantung berbentuk silinder dan bercabang yang menghubungkan ke
sel otot jantung lainnya. Cabang-cabang ini menghubungkan satu
dengan yang lainnya melalui area khusus yang disebut intercalated
disk. Otot jantung tampak bergaris mirip dengan sel otot rangka dan
hanya memiliki satu nukleus setiap sel. Sel otot jantung lebih
pendek daripada sel otot rangkadan otot polos. Otot ini
bertanggung jawab untuk memompa darah melalui jantung dan ke
dalam pembuluh darah (Raimundus, 2016)
II.5.1 Mekanisme Kontraksi Otot
Kontraksi otot secara umum mengikuti urutan proses berikut :
1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada
membran otot
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan membuka
gate Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai terjadinya aksi
potensial pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot sebagaimana yang
terjadi pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke bagian
tengah otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion
Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini mengawali
ikatan antara aktin dengan myosin
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini saling
menarik ke arah tengah (sliding filament mechanism) dan inilah yang
disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke retikulum
sarkoplasma, lalu terjadi pelepasan ikatan antara aktin dan myosin
(relaksasi)
Kontraksi yang terjadi melaluisliding filament mechanism, akibat
terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan aktin,
yang akan menarik aktin ke arah myosin (tengah). Kekuatan untuk
menarik diperoleh dari ATP yang tersedia di kepala myosin dan akan aktif
saat aksi potensial mencapai bagian otot (Guyton, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Ferdiant, P.F dan Ariebowa, M. 2014. Biological. Visindo Media Persda.
Jakarta
Guyton and Hall : Textbook of Medical Physiology, 12thedition, Saunder
Elsevier, 2011
Kunotoadi, G.B. 2019. Buku Ajar Anatomi fisiologi untuk Mahasiswa
APIKES. Pantena Pnolishing. Jakarta
Pearce, E.G. 2013. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Raimundus, C. 2016. Bahan Ajar Antomi Fisiologi Manusia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Syaifuddin, 2009. Anatomi Fiologi Manusia untuk Keperawatan, Edisi 3.
Editor monica Ester. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai