Anda di halaman 1dari 92

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN DIAGNOSA


MEDIS GASTRITIS DAN ULKUS PEDIS DIABETES MELLITUS DI
RUANG MELATI RSUD BANGIL - PASURUAN

Oleh:
DONI DEWAN DANU
NIM : 1601004

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2019

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN DIAGNOSA


MEDIS GASTRITIS DAN ULKUS PEDIS DIABETES MELLITUS DI
RUANG MELATI RSUD BANGIL - PASURUAN

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan


(Amd.Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh:
DONI DEWAN DANU
NIM : 1601004

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2019

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Doni Dewan Danu

NIM : 1601004

Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 22 Desember 1997

Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul: “ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. K DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DAN ULKUS

PEDIS DIABETES MELLITUS DI RUANG MELATI RSUD BANGIL -

PASURUAN” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun

keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tdak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, 27 Mei 2019

Yang Menyatakan,

Doni Dewan Danu

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.NS., MNS Meli Diana, S.Kep.NS., M.Kes
NIDN. 0731108603 NIDN.0724098402

iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Doni Dewan Danu


Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Dan Ulkus Pedis Diabetes Mellitus Di Ruang Melati
Rsud Bangil – Pasuruan.
Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal :24 Juni 2019

Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.NS., MNS Meli Diana, S.Kep.NS., M.Kes
NIDN. 0731108603 NIDN.0724098402

Direktur
AkademiKeperawatanKertaCendekia

Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes


NIDN. 0703087801

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program D3
Keperawatan Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : 24 Juni 2019

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes ( )

Anggota : 1.Meli Diana, S.Kep.Ns., M.Kes ( )

2.Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.Ns., MNS ( )

Mengetahui,
Direktur
AkademiKeperawatanKertaCendekia

Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes


NIDN. 0703087801

v
MOTTO

“berjuanglah
karena hidup
adalah perjuangan

yang HARUS DI
PerjuangKan”

By. DoniDewanDanu

vi
Lembar Persembahan

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas

dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat

dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh Karena itu, dengan

rasa bangga dan bahagia saya haturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat

dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan

penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta

do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan

do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.

Ucapan terimakasih saja tak kan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang

tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk kalian bapak ibuku.

Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah

tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,

memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya

menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan

selalu terpatri di hati.

Teman-teman saya yaitu Iwan tewel kanca kos, Bagus kanca kos sebelah, Dodik

pedot, Mamat, Ebi kadal, Alfianto, osopoioi, Fitri, Nora, dan terakhir Naput.

vii
Terimakasih banyak selama ini telah membantu saya dalam mengerjakan skripsi

ini dan terimakasih banyak atas waktu kalian untuk saling bercerita, curhat,

memotivasi, keceriaan dalam persahabatan dan berbagi untuk melepas

kepenatanku setelah beraktivitas. Semoga kita dapat mempertahankan keakraban

ini Hidup Squad Bar Bar!!!!

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya

persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu

pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiinnn.

viii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul“ Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan
Diagnosa Medis Gastritis Dan Ulkus Pedis Diabetes Mellitus Di Ruang
Melati RSUD Bangil – Pasuruan “ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan
akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik
2. Orang Tua yang selalu memberi dukungan secara moril dan materil
3. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes selaku Direktur Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo dan sekaligus ketua penguji Karya
Tulis Ilmiah
4. Bapak Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.NS.,MNS selaku pembimbing 1
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
5. Ibu Meli Diana, S.Kep.NS.,M.Kes selaku pembimbing 2 Karya Tulis
Ilmiah
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai
kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterimakasih apabila
pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun
saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan
bagi keperawatan.
Sidoarjo, 27 Mei 2019
Penulis

Doni Dewan Danu


1601004

ix
DAFTAR ISI

Sampul Depan ............................................................................................................................ i


Lembar Judul…………………………………………………………………... ii
Surat Pernyataan……………………………………………………………….. iii
Lembar Persetujuan Karya Tulis Ilmiah……………………………………….. iv
Halaman Pengesahan……….………………………………………………….. v
Motto…………………………………………………………………………… vi
Lembar Persembahan…………………………………………………………... vii
Kata Pengantar…………………………………………………………………. ix
Daftar Isi……………………………………………………………………….. x
Daftar Tabel……………………………………………………………………. xii
Daftar Gambar…………………………………………………………………. xiii
Daftar Lampiran ……………………………………………………………….. xiv

BAB 1 Pendahuluan ................................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................................................................. 5
1.5 Metode Penulisan ............................................................................................................... 6
1.5.1 Metode ........................................................................................................................ 6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 6
1.5.3 Sumber Data ............................................................................................................. 6
1.5.4 Studi Kepustakaan .................................................................................................. 7
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 7

BAB 2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 8


2.1 Konsep Penyakit ................................................................................................................ 8
2.1.1 Definisi....................................................................................................................... 8
2.1.2 Etiologi....................................................................................................................... 9
2.1.3 Manifestasi Klinis ................................................................................................. 12
2.1.4 Patofisiologi............................................................................................................ 13
2.1.5 Komplikasi………………………………………………………….. 15
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 16
2.1.7 Penatalaksanaan .................................................................................................... 18
2.2 Dampak Masalah ............................................................................................................... 20
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................................ 22
2.3.1 Pengkajian ............................................................................................................... 22
2.3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................ 26
2.3.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................................... 27
2.3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................................... 31
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................ 32
2.4 Pathway ............................................................................................................................... 35

x
BAB 3 TINJAUAN KASUS…………………………………………………. 36
3.1 Pengkajian………………………………………………………………….36
3.2 Analisa Data…………………………………………………………….….46
3.3 Masalah Keperawatan…………………………………………………..….49
3.4 Diagnosa Keperawatan………………………………………………….….49
3.5 Rencana Keperawatan………………………………………………...……50
3.6 Tindakan Keperawatan……………………………………………………..53
3.7 Catatan Perkembangan……………………………………………………..57
3.8 Evaluasi Keperawatan……………………………………………………...62

BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………………………...64
4.1 Pengkajian……………………………………………………………….....64
4.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………….69
4.3 Perencanaan………………………………………………………………..70
4.4 Pelaksanaan………………………………………………………………..71
4.5 EvaluasiKeperawatan……………………………………………………...72

BAB 5 PENUTUP……………………………………………………………....74
5.1 Simpulan…………………………………………………………………...74
5.2 Saran……………………………………………………………………….75

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….76

LAMPIRAN……………………………………………………………………78

xi
DAFTAR TABEL

No Tabel JudulTabel Hal

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan nutrient yang tidak
adekuat…………………………………………………..… ... 26

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan Kekurangan volume cairan b/d masukan


cairan tidak cukup dan kehilangan cairan karena
muntah…………………………………………………… ...... 27

Tabel 2.3 Intervensi keperawatan Nyeri akut b/d mukosa lambung


teriritasi………. ................................................................................... 28

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan Defisiensi pengetahuan b/d


penatalaksanaan diet dan proses penyakit
29

Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada tanggal 22 Januari


2019…………………………………………………….……44

Tabel 3.2 Analisa data pada pasien Tn. K dengan diagnosa Gastritis di
ruang Melati RSUD Bangil pada tanggal 22 Januari 2019
…………………………………………………………….....46

Tabel 3.3 Rencana tindakan keperawatan pada pasien Tn. K dengan


diagnosa Gastritis di ruang Melati RSUD Bangil pada tanggal
22 Januari 2019…………………………………… .. ……….50

Tabel 3.4 Implementasi pada pasien Tn. K dengan diagnosa Gastritis di


ruang Melati RSUD Bangil pada tanggal 22 - 25 Januari 2019
…………………………………………………………….…53

Tabel 3.5 Catatan perkembangan pada pasien Tn. K dengan diagnosa


Gastritis di ruang Melati RSUD Bangil pada tanggal 22 – 24
Januari 2019………………………………………………….57

Tabel 3.6 Evaluasi keperawatan pada pasien Tn. K dengan diagnosa


Gastritis di ruang Melati RSUD Bangil pada tanggal 25
Januari 2019……………………………………………… .....62

xii
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Kerangka Masalah ............................................................................... 35

Gambar 3.1 Genogram (3 generasi)………………………………………38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran JudulLampiran Hal

Lampiran 1 Surat Ijin Permohonan Studi Pendahuluan ............................................ 78


Lampiran 2 Surat Balasan Persetujuan Pengambilan Data ...................................... 79
Lampiran 3 Informed Consent .......................................................................................... 80
Lampiran 4 Konsultasi Karya Tulis Ilmiah................................................................... 81

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut dan kronik (Price & Wilson, 2012). Masyarakat

pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit

yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, gastritis terjadi pada

semua usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai tua. Penyakit ini

disebabkan salah satunya karena sikap penderita gastritis yang tidak

memperhatikan kesehatannya, terutama makanan yang dikonsumsi setiap harinya.

Gastritis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, karena penderita akan merasa

nyeri dan rasa sakit tidak enak pada perut. Banyak penderita gastritis itu berawal

dari kesibukan yang berlebihan sehingga mengakibatkan seseorang lupa makan.

Terkadang gejala gastritis pada awalnya diabaikan saja, padahal jika penyakit

gastritis itu dibiarkan maka bias terjadi kondisi komplikasi yang cukup parah

(Putra, 2012).

Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap

beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian

gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada

35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari

jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara

sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang

dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang

secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan

1
2

bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh

namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan

kita. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah

40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi

dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk (Kurnia &

Rahmi, 2011). Berdasarkan Dinas Kesehatan provinsi jawa timur (2012), pada

pasien rawat inap yang menderita penyakit gastritis di rumah sakit umum

pemerintah ada 172 kasus. Sedangkan data yang diperoleh dari rekam medic di

RSUD Bangil Pasuruan pada tahun 2017, penderita gastritis terdapat 142 kasus,

dari bulan januari sampai desember tahun 2017.

Penyakit gastritis terjadi karena salah satu akibat masalah yang sering

muncul akibat dari perubahan gaya hidup. Seperti konsumsi makanan yang tinggi

asam, pedas, stress, merokok, mengkonsumsi alkohol yang berlebihan akan

memicu timbulnya gastritis. Pada penderita gastritis biasanya ada reaksi mengeluh

sakit perut ,mual ,muntah . Masalah yang perlu diperhatikan adalah Kurangnya

olah raga,stress psikologi dan pola makan yang tidak teratur(Budiana,2006).

Menurut Arif (2008), terjadinya Gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang

tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan,

hingga lambung menjadi sensitive bila asam lambung meningkat penggunaan

aspirin atau obat antiflamasi non steroid (AINS) lainya, obat-obatan

kortikosteroid, penyalahgunaan alkohol, menelan substansi erosi, merokok, atau

kombinasi dari factor-faktor tersebut juga dapat mengancam ketahanan mukosa

lambung. Lambung memiliki lapisan epitel mukosa yang secara konstan terpapar

oleh berbagai factor endogen yang dapat mempengaruhi integritas mukosanya,


3

seperti asam lambung, pepsinogen/pepsin dan garam empedu. Sedangkan factor

eksogenya adalah obat-obatan, alkohol dan bakteri yang dapat merusak integritas

mukosa lambung misalnya Hellycobacter Pylori. Pelindung integritas mukosa

lambung yaitu produksi mucus yang didalamnya terdapat yang berperan penting

dalam mempertahankan dan menjaga integritas mukosa lambung, kemudian sel-

sel epitel yang menstranport ion untuk memelihara pH intraseluler dan produksi

asam bikarbonat serta system mikrovaskuler yang ada di lapisan subepitelial

sebagai komponen utama yang menyediakan ion HCO3 sebagai penetral asam

lambung dan memberikan suplai mikronutrien dan oksigenasi yang adekuat saat

menghilangkan efek toksik metabolic yang merusak mukosa lambung. Gastritis

terjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini rusak atau hilang, sehingga

dinding lambung tidak memiliki pelindung terhadap asam lambung (Prie &

Wilson, 2009). Faktor endogen maupun faktor eksogen yang dapat merusak

pertahanan mukosa lambung dapat memungkinkan difusi kembali asam pepsin

kedalam jaringan lambung sehingga menimbulkan peradangan pada lambung.

Proses peradangan ini yang akhirnya merangsang mediator nyeri yaitu bradikinin,

histamin, serotonin dan prostaglandin sehingga tumbuh akan merasa nyeri pada

epigastrium.

Penyakit gastritis dapat dicegah dengan menjaga pola makan. Yang salah

satunya dengan melakukan pengurangan makanan yang berasam dan pedas. Pada

pasien gastritis kronis perlu di rawat di RS karena memerlukan perawatan yang

memadai oleh karena itu perawat dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan

masyarakat tentang penyakit gastritis dengan memberikan penyuluhan tentang


4

pentingnya menjaga pola makan, penyebab gastritis, tanda dan gejalapenyakit

gastritis pada penderita gastritis maupun keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka

penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan membuat rumusan masalah sebagai

berikut “ Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

gastritis di RSUD Bangil Pasuruan ? “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

gastritis di RSUD Bangil Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji pasien dengan diagnosa gastritis di RSUD Bangil

Pasuruan.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa

gastritis di RSUD Bangil Pasuruan.

1.3.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa gastritis di RSUD Bangil Pasuruan.

1.3.2.4 Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa gastritis di RSUD Bangil Pasuruan.

1.3.2.5 Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

gastritis di RSUD Bangil Pasuruan.


5

1.3.2.6 Mendokumentasi asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa gastritis di RSUD Bangil Pasuruan.

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien

gastritis.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS

agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien gastritis dengan

baik

1.4.2.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan

pada pasien dengan gastritis

1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengan gastritis
6

1.5 Metode Penulisan

1.5.2 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan

peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi

studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data

dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah

pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

1.5.3.2 Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien,

keluarga maupun tim kesehatan lain.

1.5.3.3 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada pasien

1.5.3.4 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboraturium yang dapat

menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya

1.5.4 Sumber Data

1.5.4.2 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pasien

1.5.4.3 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang

terdekat pasien, catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan

tim kesehatan lain


7

1.5.5 Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami

studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab

terdiri dari sub bab berikut ini :

Bab 1 : pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat

penelitian, sistematika penulisan studi kasus

Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut

pandang medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnose

gastritis serta kerangka masalah

Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang ada di lapangan

Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran

1.6.3 Bagian akhir, teridiri dari daftar pustaka dan lampiran


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit

dan asuhan keperawatan gastritis. Konsep penyakit akan diuraikan definisi,

etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan

masalah-masalah yang muncul pada penyakit Gastritis dengan melakukan asuhan

keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit Gastritis

2.1.1 Definisi Gastritis

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti

inflamasi peradangan. Menurut Hirlan dalam Aru (2009), gastritis adalah proses

inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila

mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain.

Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel. Menurut

Lindseth dalam Price dan Wilson (2009), gastritis adalah suatu keadaan

peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,

difus atau lokal.

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering

diakibatkan ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau

makan-makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain

seperti alcohol, aspirin, refluk empedu atau terapi radiasi (Smeltzer & Bare, 2009).

8
9

Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah

suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh

faktor iritasi, infeksi, dan dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat

makan, makan terlalu banyak dan cepat, makan-makanan yang terlalu berbumbu

dan makanan yang pedas. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi

beberapa macam bardasarkan pada menifestasi klinis, gambaran patologi yang

khas, distribusi anatomi, dan kemungkinan pathogenesis gastritis. Didasarkan

pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronis tetapi

kedunanya tidak saling berhubungan. Maksudnya gastritis kronik bukan

merupakan kelanjutan gastritis akut (Aru, 2009).

2.1.2 Etiologi Gastritis

2.1.2.1 Pola makan

Kebiasaan makan yang tidak teratur memicu sekresi asam lambung

yang menyebabkan lambung sulit mengenali waktu makan sehingga

produksi asam lambung tidak terkontrol/meningkat.

2.1.2.2 Kopi

Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari

berbagai jenis bahan dan senyawa kimia seperti termasuk lemak,

karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin

dan mineral. Kopi diketahuhi merangsang lambung untuk memproduksi

asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan

dapat mengiritasi lambung. Ada 2 unsur yang bisa mempengaruhi

kesehatan perut dan lapisan lambung yaitu kafein dan asam chologenic.
10

2.1.2.3 Teh

Hasil penelitian Aru (2009), dalam buku “The miracle of Enzyme”

menemukan bahwa orang-orang Jepang yang minum teh kaya antioksidan

lebih dari 2 gelas secara teratur, sering menderita penyakit yang disebut

gastritis. Sebagai contoh teh hijau yang mengandung banyak antioksidan

dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan berjenis polifenol

yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak, tetapi

jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut

tannin. Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-

tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah teroksidasi (Aru, 2009).

2.1.2.4 Rokok

Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah.

Dalam sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia barbahaya yang

berperan seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat

kandungan zat-zat kimia berbahaya sepetri gas karbon monoksida,

nitrogen oksida, bensaldehin, arsen, benzopyrene, urethane, coumarine,

ortocrosol, nitrosamine, nikotin, tar, dan lain-lain. Selain nikotin,

peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi racun

lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap

kesehatan (Aru, 2009).

2.1.2.5 OAINS (obat-obatan inflamasi non steroid)

OAINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia

heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan

penurunan sintesis dan precursor tromboksan dari asam arakhidonat.


11

Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukan dari

asam arakhidonat. Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis

erosive adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid

(Aru, 2009).

2.1.2.6 Stress

Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh

terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,

membahayakan, dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan

bahwa setres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang

dihadapi mental (psikis), fisik emosional, dan spiritual manusia, yang pada

suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Aru,

2009).

2.1.2.7 Alcohol

Alkohol sangat berpengaruh terhadap mahluk hidup, terutama

dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya malarutkan

lipida yang terdapat dalam membrane sel memungkinkannya cepat masuk

ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karna itu

alcohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam

minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam

bentuk etil alkohol atau etanol (Aru, 2009).

2.1.2.8 Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah bakteri gram negative, basil yang

berbentuk kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang

menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada


12

manusia. Sebagai besar populasi didunia terinfeksi oleh bakteri

Helicobacter pylori yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang

melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti

sebagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan

penularan tersebut terjadi melalui oral atau akibat memakan-makanan atau

minum-minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi

Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat

bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi

Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama

terjadinya ulkus peptikum dan penyebab sering terjadinya gastritis (Price

& Wilson, 2012).

2.1.3 Manifestasi Klinis Gastritis

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan

muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan

pula perdarahan saluran cerna berupa hematomesis dan melena, kemudian

disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya

dilakukan anamnese lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan

atau bahan kimia tertentu (Aru, 2009).

Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan

hemoragik, ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan

anoreksia) dan dapat terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah

asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak

dimuntahkan, tetapi jika sudah mencapai usus besar, pasien biasanya


13

sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau

menurun selama dua–tiga hari (Aru, 2009).

Menurut Price & Wilson (2012), Manifestasi klinis dari gastritis yaitu :

2.1.3.1 Gastritis akut

Dapat berfariasi dari keluhan seperti anoreksia atau mual, tanpa

gejala yang lebih berat seperti epigastrium, muntah, perdarahan dan

hematomesis.

2.1.3.2 Gastritis atrofik krinis

Manifestasi klinis pada gastritiis ini umumnya berfariasi dan tidak

jelas seperti prasaan penuh, anoreksia dan adanya distres epigastrik

yang tidak nyata.

2.1.4 Patofisiologi Gastritis

Patofisiologi dasar dari gastritis adalah gangguan keseimbangan

faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensi (ketahanan

mukosa). Penggunaan aspirin atau obat anti inflamasi non steroid (AINS)

Lainnya, obat obatan kortikosteroid, penyalahgunaan alkohol, menelan

substansi erosif, merokok, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat

mengancam ketahanan mukaos lambung. Gastritis dapat menimbulkan

gejala berupa nyeri, sakit, dan ketidaknyamanan yang terpusat pada perut

bagian atas (Smeltzer dan Bare, 2006).

Gaster memiliki lapisan epitel mukosa yang secara konstan

terpapar oleh berbagai faktor endogen yang dapat mempengaruhi integritas

mukosanya, seperti asam lambung, pepsinogen/pepsin dan garam empedu

sedangkan faktor eksogennya adalah obat-obatan, alkohol dan bakteri


14

yang dapat merusak integritas epitel mukosa lambuang, misalnya

Helicobacter pyeri oleh karena itu, gaster memiliki dua faktor yang sangat

melindungi integritas mukosanya, yaitu faktor defensif dan faktor agresif.

Faktor defensif salah satunya produksi mukus yang didalamnya terdapat

yang memiliki peran penting baik dalam mempertahankan maupun

menjaga integritas mukosa lambung, kemudin sel-sel epitel yang bekerja

mentranport ion untuk memelihara PH intraseluler dan produksi asam

dikarbonat serta sistem mikrofaskuler yang ada dilapisan subepitelial

sebagai kompnen utama yang menyediakan ion HCO3 sebagai penetral

asam lambunag dan memberikan suplai mikronutrien dan oksigenasi yang

adekuat saat menghillangkan efek toksik metabolik yang merusak mukosa

lambung. Gastritis terjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini

hilang atau rusak, sehingga dinding lambung tdak memiliki pelindug

terhadap asam lambung (Price & Wilson 2012).

Obat-obatan, alkohol, pola makan yang tidak teratur, setres, dan

lain lain dapat merusak mukosa lambung, mengganggu pertahanan mukosa

lambung, dan memungknkan difusi kembali asam pepsin ke dalam

jaringan lambung, hal ini yang menyebabkan peradangan pada lambunag.

Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif

mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung sehingga

dapat mengakibatkan perforasi pada dinding lambung dengan akibat

berikutnya perdarahan dan peritonitis.

Gastritis kronis dapat menibulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar

lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna


15

abu-abu atau kehijauan (gastritis atropik). Hilangnya mukosa lambung

akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung dan

timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan

pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronik dapat pula terjadi

bersamaan dengan ulkus peptikum (Aru, 2009).

2.1.5 Komplikasi Gastritis

2.1.5.1 Gastritis akut

Menurut Aru (2009), Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh

gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa

hematemesis dan melena dapat berakhir sebagai syok hemoragik.

2.1.5.2 Gastritis kronis

Menurut Price dan Wilson (2012), kompliksi yang timbul dari

gastritis kronis yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang

penyerapan B12 menyebabkan anemia ternesiosa, penyerapan besi

terganggu dan penyempitan daerah atriumpylorus. Gastritis kronis jika di

biarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan

perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat

meningkatkan resiko kangker lambung, terutama jika terjadi penipisan

secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel

dinding lambung.

Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinoma yang

bermula pada sel-sel yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa.

Adenocarsinoma tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi Halicobacter pylori.

Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat helicobacterpylori


16

adalah MALT (Mucosa Asociated Lipoid Tisue) limphomas, kanker ini

berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding

lambuang. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap

awal (Price and Wilson, 2012).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Jong (2010), untuk menegakkan diagnosa gastitis

dilakukan dengan berbagai macam tes diantaranya:

2.1.6.1 Tes darah

Tes darah untuk melihat hasilnya antibodi terhadap serangan

Helicobacter pylori. hasil tes yang positif menunjukkan bahwa seseorang

pernah mengalami kontrak dengan Helicobacter pylori. Tes darah juga

dapat digunakan untuk mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja

disebabkan oleh perdarahan karena gastritis.

2.1.6.2 Uji napas urea

Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah

oleh urase Helicobacter pyjlori dalam lambung menjadi amoniak dan

karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan

dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

2.1.6.3 Pemeriksaan feces

Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacteri pylori

dalam sempel tinja seseorang. Hasil tes yang positif menunjukkan orang

tersebut terinfeksi Helicobacteri pylori. Biasanya dokter menguji adanya

darah dalam tinja yang menandakan adanya perdarahan dalam lambung

karena gastritis.
17

2.1.6.4 Rontgen

Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelaianan pada

lambung yang dapat dilihat dengan sinar X. Biasanya akan diminta

menelan cairan barium dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan

melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.

2.1.6.5 Endoskopi

Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada almbung

yang mungkin tidak dapat dilihat oleh sinar X. Tes ini dilakukan dengan

cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui

mulut dan masuk kedalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil.

Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi), sebelum

endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani

tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang telihat mencurigakan,

dokter akan mengambil sedikit sempel (biopsy) dari jaringan tersebut.

Sempel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini

memakan waktu kurang lebih 20-30 menit. Pasien biasanya tidak langsung

disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek

dari anestesi menghilang, kurang lebih 1-2 jam. Komplikasi yang sering

terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan

endoskop.
18

2.1.7 Penatalaksanaan Gastritris

2.1.7.1 Gastritis Akut

Menurut Hirlan dalam Aru (2009), faktor utama adalah dengan

menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan serinng.

Obat-obatan di tujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa

antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antasid

juga di tujukan sebagai sifoprotektor berupa ukral fat dan prostaglandin.

Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap

pasien dngan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari

dan menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab, serta dengan

pengobatan suportif.

Pengobatan dapat di lakukan dengan pemberian antasida dan

antagonis H2 sehingga mencapai pH lambung 4 meskipun hasilnya masih

jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap di anjurkan. Pencegahan ini

terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang

berat. Untuk pengguna aspirin atau antiinfalamsi non steroid pencegahan

yang terbaik adalah dengan misaprostol dan derviat prostaglandin.

Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap di anjurkan

walapun efek terapeutiknya masih di ragukan. Biasanya perdarahan akan

segera berhenti bila keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan

segera normal kembali, pada sebagian pasien bisa mengancam jiwa.

Tindakan-tindakan itu mialnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi

arteri gastrika kiri atau gastrektomi. Gastrektomi sebaiknya di lakukan

hanya atas dasar absolut.


19

Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut di lakukan dengan

menghindari alkohol dan makanan yang dapat meningkatkan asam

lambung sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan cairan

intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada

hemoragik saluran gastroentestinal atas.

2.1.7.2 Gastritis Kronis

Penatalaksanaan untuk gastritis kronis adalah di tandai oleh epitel

kelenjar di sertai sel parietal dan chiefcell. Dinding lambung menjadi tipis

dan mukosa mempunyai permukaan yang rata, gastritis kronis ini di

golongkan menjadi dua kategori tipe A (Altrofik atau fundal) Dan tipe B

(Antral ).

Gastritis kronis tipre A disebut juga gastritis altrofik atau fundal,

karena gastritis pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis tipe A

merupakan suatu penyakit autoimun yang di sebabkan oleh adnya auto anti

body terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor instrinsik tidak

adanya sel parietal dan chiefcell.

Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena

umumnya mengenai daerah atrium lambung da lebih sering terjadi di

bandingkan dengan gastritis kronis tipe A. Penyebab utama gastritis kronis

tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter pylori, faktor etiologi

gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan, merokok, dan

refluk yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma.

Pengobatan gastritis kronis berfariasi, tergantung pada penyakit

yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat di berikan antibiotik


20

untuk membatasi Helicobacter pylori. Namun demikian, lesi tidak selalu

muncul dengan gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui

mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anema defisiensi besi

(yang di sebabkan oleh perdarahan kronis), Maka penyakit ini harus di

obati, pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamn B12 dan

terapi yang sesuai (Aru, 2009).

Gastritis kronis di atasi dengan memodifikasi diet dan

meningkatkan istirahat, mengurangi dan memilih farmako terapi.

Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotik (tetrasiklin atau

amoksilin) dan garam bismod (peptobismol). Pasien dengan gastritis tipe

A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 (Aru,2009).

2.2 Dampak Masalah

Masalah yang perlu diperhatikan dalam kasus penyakit gastritis

adalah gangguan rasa nyaman nyeri, ini merupakan prioritas utama dalam

melakukan tindakan asuhan keperawatan, kemudian disusul dengan resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kecemasan

karena adannya ancaman kesehatan, serta gangguan pola tidur ( Muttaqin,

2013) .

2.2.1 Bagi Keluarga

Dampak bagi keluarga yaitu kecemasan akan anggota keluarga

yang mempunyai penyakit gastritis, karena adanya perasaan takut

berlebihan akan penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya

(Muttaqin, 2013).
21

2.2.2 Bagi Penderita

Wajib untuk mengetahui makanan-makanan yang sebaiknya

dihindari dan yang baik untuk di konsumsi. Karena beberapa makanan dan

minuman pada kenyataannya terbukti ada yang dapat meningkatkan asam

lambung sekaligus dapat memperparah kondisi penyakit gastritis ( Adithia

Kwee, 2015).

2.2.2.1 Ekonomi

Dampak ekonomi gastritis dapat membatasi aktivitas normal

sehari-hari sehingga pendidikan, pekerjaan terganggu tapi masih bisa

dalam batas normal (Parker 2008).

2.2.2.2 Sosial

Dampak sosial bagi penderita gastritis dapat membatasi aktivitas

normal sehari-hari sehingga ia mempunyai dampak yang negatif terhadap

kualitas hidupnya (Parker 2008).


22

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gastritis

Proses keperawatan adalah suatu metode dimana suatu knsep

diterapkan dalam praktek keperawatan yang mana hal ini disebut sebagai

penekanan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik dan

keterampilan interpersonal dan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pasien atau keluarga (Nursalam, 2014).

Proses keperawatan sendiri terdiri atas lima tahap yang mendasar

dan berhubungan. Kelima tahap tersebut adalah pengkajian, penentuan

diagnosis, perancanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Iyer, 2008).

Semua tahap ini berhubungan dengan fuksi intelektual problem

solving dan mendefinisikan suatu tindakan keperawatan.

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

keperawata. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu

dalam menemukan suatu kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasikan kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat

diperoleh melelui anamnesia, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium.

2.3.1.1 Identitas penderita (Haq, 2011)

1) Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis

dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring

dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis

sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau


23

gangguan autoimun daripada yang lebih muda. Sebaliknya, jika

mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup

yang tidak sehat.

2) Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin

3) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan

4) Tingkat pendidikan yang rentang terkena gastritis biasanya yang

memiliki tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan

tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan

hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan

memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah

penyakit ini.

1) Keluhan Utama

Adanya nyeri epigastrium kiri menyebar ke tengah dan menjalar

tembus ke pinggang 1-2 jam setelah makan dan biasanya disertai

muntah darah/hematemesis.

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien

digunakan :

(1) Provoking inciden : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

presipitasi nyeri

(2) Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

(3) Region : radiation, relief : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar, dan dimana rasa sakit terjadi.


24

(4) Severity (Scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan seberapa

jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

(5) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

pada malam hari atau siang hari.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya nyeri ulu hati, apakah penderita mual

atau muntah, apakah penderita tidak nafsu makan serta upaya apa yang

telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit gastritis pada masa anak-anak serta tindakan

medis apa yang pernah didapat maupun obat-obatan yang bisa

digunakan oleh penderita, riwayat kecelakaan.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Berisi mengenai apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita

penyakit turunan, serta hipertensi, jantung dan lain-lain.

5) Perilaku yang mempengaruhi

Pola makan yang tidak teratur, stress, kopi, banyak merokok, minum

minuman beralkohol, penggunaan obat-obatan inflamasi non steroid.

6) Pemeriksaan fisik

(1) B1 (breath)

(1)) Inspeksi : Bentuk dada : normal, diameter anterior posterior dalam

proporsi terhadap diameter lateral 1:2, gerakan dinding dada


25

dextra dan sinistra simetris, frekuensi pernafasan : 25x/menit,

tidak terdapat lesi dan kemerahan dipermukaan kulit

(2)) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dibagian dada, tidak

terdapat emfisema subkutis, ekspansi dada anterior posterior

terangkat, bergerak bebas sesuai dengan irama pernafasan, taktil

fremitus : bunyi dinding dada terdengar

(3)) Perkusi : Anterior dan posterior terdengar bunyi sonor

(4)) Auskultasi : Anterior thorax terdengar bunyi vasikuler

diseluruh bidang paru kecuali sternum, terdengar bunyi bronchial

di atas trachea, tidak terdengar bunyi nafas tambahan

(2) B2 (blood)

(1)) Inspeksi : Tidak terdapat jaringan parut yang menandakan

adanya luka post op pembedahan jantung, terlihat denyut apex

pada ICS 5 1cm dari MCL, irama jantung : 96x.menit, regular

(2)) Palpasi : Tidak terdapat peningkatan JVP, tidak terdapat thrill,

Tekanan darah : 140/80mmHg

(3)) Perkusi : Tidak terdapat pembesaran jantung, suara dullness

pada area jantung

(4)) Auskultasi : BJ 1 : terdengar, BJ 2 : terdengar, S1 : terdengar


keras, S2 : menegras, S3 :-

(3) B3 (brain) :

(1)) Inspeksi : kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,

disorientasi, sakit kepala

(2)) Palpasi : nyeri epigastrum.


26

(4) B4 (bladder) :

(1)) Inspeksi : Tidak terpasang kateter, Urine : berwarna kuning

kecoklatan, ±1500cc/hari, Tidak terdapat distensi kandung kemih

(2)) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan di daerah pubica

(5) B5 (bowel) :

(1)) Inspeksi : perut datar, tidak ada lesi, warna kulit sama

dengan sekitarnya, rongga mulut tidak ada lesi, tidak terpasang

NGT, tidak nafsu makan, mual, porsi makan hanya ½ porsi,

muntah banyak sekali kurang lebih 5 kali sehari.

(2)) Palpasi : terdapat nyeri tekan abdomen kuadran kiri atas

dan di prosesus xifoideus.

(3)) Perkusi : tympani diseluruh area abdomen

(4)) Auskultasi : terdapat bising usus

(6) B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

(7) B7 (Pengindraan)

(1)) Mata : penglihatan mata tidak ada gangguan

(2)) Hidung : ketajaman penciuman normal

(3)) Telinga : bentuk normal, ketajaman pendengaran normal

(8) B8 (Endokrin) Tidak ada masalah pada sistem

endokrin (Putra,2012)

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan gastritis secara teori menurut

(Kusuma,2015) sebagai berikut :


27

2.3.2.1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan

nutrient yang tidak adekuat

2.3.2.2 Kekurangan volume cairan b/d masukan cairan tidak cukup dan

kehilangan cairan karena muntah, perdarahan

2.3.2.3 Nyeri akut b/d mukosa lambung teriritasi

2.3.2.4 Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyakit

2.3.3 Intervensi keperawatan

Tabel 2.1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan
nutrient yang tidak adekuat dan mual muntah

NO Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL

1. Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji status 1.untuk mengetahui


selama 3x24 jam nutrisi dan
diharapkan kebutuhan faktor-faktor sejauh mana
nutrisi pasien dapat penyebab
terpenuhi dengan kurangnya intake perkembangan dari
nutrisi
Kriteria Hasil : keadaan pasien dan
1) Pasien tidak mual
Muntah lagi perubahan yang terjadi
2) Pasien
menghabiskan 2. Menganjurkan 2.mencegah
porsi makanan pasien makan
3) Peningkatan HB dalam porsi kecil perangsangan yang
4) Peningkatan berat tapi sering
badan ideal mendadak pada
5) Konjungtiva tidak
anemis lambung

3.hindari 3. untuk menghindari


makanan yang kerja lambung yang
keras dan berat dan
merangsang meminimalkan iritasi
peningkatan pada lambung
asam lambung.
28

4. Timbang 4. untuk mengetahui


berat badan perkembangan berat
setiap hari badan

5. kolaborasi 5. untuk mencegah


dalam mual dan muntah
pemberian obat
penurun sekresi
lambung

Tabel 2.2 Defisien volume cairan b/d masukan cairan tidak cukup dan kehilangan
cairan karena muntah, perdarahan.

NO Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL


2 Setelah dilakukan tindakan 1.Catat Karakteristik 1. Membantu dalam
selama 3x24 jam muntah drainase membedakan disstres
diharapkan kebutuhan gaster
cairan pasien dapat
terpenuhi 2. Observasi tanda- 2. Hipotensi postural
Kriteria hasil : tanda vital, ukur menunjukkan
1) ttv dalam batas TD dengan posisi pernurunan volume
normal. duduk, berbaring, sirkulasi
2) Tugor kulit baik, berdiri bila
membrane mukosa mungkin
lembab
3) muntah darah 3. Catat respon 3.Memburuknya
berhenti fisiologis gejala dapat
individual pasien menunjukkan
terhadap berlanjutnya
perdarahan perdarahan

4.Awasi masukan 4.Memberikan


dan haluaran dan pedoman untuk
hubungkan dengan pengantian cairan
perubahan berat
badan

5.Kolaborasi 5. pengantian cairan


pemberian cairan tergantung pada
atau darah sesuai derajat hipovolemia
indikasi dan lamanya
perdarahan
29

Tabel 2.3 Nyeri akut b/d mukosa lambung teriritasi

N Tujuan / Kriteria
INTERVENSI RASIONAL
O Hasil
3 Setelah dilakukan 1) Observasi TTV 1) Mengetahui
tindakan selama perkembangan
2x24 jam klien.
diharapkan nyeri 2) Kaji skala nyeri 2) Mengetahui
pasien berkurang. klien perkembangan
nyeri klien.
Kriteria Hasil : 3) Atur posisi yang 3) Posisi yang tepat
1) Nyeri klien
nyaman bagi dan dirasa
berkurang
klien. nyaman oleh
atau
klien dapat
hilang.
mengurangi
2) Skala nyeri
resiko klien
0.
terhadap nyeri.
3) Klien
dapat
4) Ajarkan teknik 4) Dapat membuat
relaks.
distraksi dan klien jadi lebih
4) Keadaan
reklasasi. baik dan
umum
melupakan nyeri.
klien baik.
5) Analgetik dapat
5) Kolaborasi memblok
dalam reseptor nyeri
pemberian pada susunan
analgetik. saraf pusat.

Tabel 2.4 Defisiensi pengetahuan b/d Kurangnya informasi terkait penyakit

NO Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL


4 Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji sejauh mana 1) mengidentifikasi
selama 1x30 menit ketidakmengertian area kekurangan
diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga pengetahuan/ salah
pasien tentang perawatan tentang penyakit yang informasi dan
diderita
dirumah bertambah setelah memberikan
diberikan pendidikan kesempatan untuk
kesehatan. memberikan
Kriteria Hasil : informasi tambahan
1) pasien menyatakan sesuai kebutuhan.
30

pemahaman 2) diskusikan 2) Partisipasi dalam


penyebab dengan pasien perencanaan
perdarahannya untuk meningkatkan antusias
sendiri dan melakukan dan kerja sama dengan
penggunaan pendidikan pasien
tindakan kesehatan
pengobatan

3) Berikan 3) Memberikan
penjelasan pengetahuan dasar
tentang dimana pasien dapat
penyakit yang membuat pilihan

pasien derita, informasi/ keputusan


tentang masa depan
cara
dan control masalah
pengobatan kesehatan
dan
perawatan
dirumah serta
pencegahan
kekambuhan
penyakit

.
4) berikan 4) memberikan
kesempatan kesempatan pasien dan
pasien dan keluarga untuk lebih
keluarga untuk memahami tentang
berpartisipasi penyakitnya
aktif dalam
pendidikan
kesehatan

5) Berikan 5) Mengetahui sejauh


evaluasi mana pengetahuan
terhadap pasien setelah diberi
keefektifan pendidikan kesehatan
pendidikan
kesehatan
31

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rancana tindakan yang spesifik

untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam,

2014)

Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat,

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam yaitu mereduksi stress

dan farmakoterapi seperti cytoprotective agent, penghambat pompa proton,

anatasida. Berkolaborasi untuk memberikan transfusi albumin, konsul

dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi, membatasi

makanan yang menyebabkan peningkatan asam lambung berlebih, dorong

pasien untuk menyatakan perasaan masalah tentang makan diet.

Pada diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan

masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan karena muntah,

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam yaitu memberikan cairan

tambahan IV sesuai indikasi. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit,

pengisian kapiler dan membran mukosa, berkolaborasi untuk pemberian

cimetidine dan ranitidine, memberikan intake cairan yang adekuat akan

mengurangi resiko dehidrasi pasien.

Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung

teriritasi, dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam yaitu

melakukan observasi TTV, mengkaji skala nyeri, mengatur posisi yang


32

nyaman bagi klien, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi,

berkolaborasi dalam pemberian analgesik.

Pada diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

penatalaksanaan diet dan proses penyakit, dilakukan tindakan keperawatan

selama 1x24 jam yaitu mengkaji tingkat pengetahuan, kemampuan atau

keinginan belajar pada pasien dan keluarga, menjelaskan alasan dari

regimen pola makan, diet rendah sodium, lemak jenuh, dan kolestrol.

Mengidentifikasi dan memotivasi pasien untuk mengurangi faktor resiko,

mislanya merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas. Menginstruksikan

pasien untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengambil resep obat

lain, menekankan pentingnya menghubungi petugas kesehatan.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pasien (Nursalam, 2014).

Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua

yaitu evaluasi hasil dan formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan

tindakan dan efaluasi proses atau sumatif yang dilakukan dengan

membandikan respon pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah

ditemukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendetaan

SOAP :

S : respon subyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

dilaksanakan.
33

O : respon obyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

dilaksanakan.

A : analisa ulang atas data subyektif dan dan obyektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru

atau ada masalah yang kontradiktif dengan masalah yang ada.

P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon pasien.

Evaluasi pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat. S : klinis

terlihat segar, porsi makan habis

O : antoprometri berat badan, lingkar lengan atas kembali normal,

albumin, haemoglobin normal

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Evaluasi paada diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan

masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan karena muntah.

S : mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh

mukosa bibir lembab.

O : turgor kulit baik, pengisian kapiler.

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Evaluasi pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung

teriritasi.

S : pasien dapat relaks, keadaan umum pasien baik

O : nyeri pasien berkurang atau hilang, skala nyeri 0


34

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Evaluasi pada diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

S : pasien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

perawatan, pencegahan dan pengobatan

O : pasien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

perawatan, pencegahan dan pengobatan

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan
35

2.4 Pathway

Obat-obatan H. pylori Kafein


(NSAID, aspirin,
sulfanomida
steroid, digitalis) Melekat pada Menurunkan
epitel lambung produksi bikarbonat
(HCO3-)

Mengganggu
Menghancurkan
pembentukan lapisan mukosa Menurunkan
sawar mukosa lambung kemampuan protektif
lambung terhadap asam

Menurunkan Menyebabkan difusi


barrier lambung kembali asam
terhadap asam lambung dan pepsin
dan pepsin Kekurangan
volume cairan

Inflamasi Erosi mukosa


Perdarahan

Nyeri
Menurunkan tonus Mukosa lambung
dan peristaltik kehilangan
lambung integritas jaringan
Menurunkan
sensori untuk
makan Refluk isi duodenum ke
lambung

Anoreksia Dorongan ekspulsi isi


Mual lambung ke mulut

Nyeri akut Muntah


Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Kekurangan volume
kebutuhan tubuh
cairan
Gambar 2.1 Pohon masalah Gastritis (Aru, 2009)
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang

dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pada pasien dengan diagnosa medis Gastritispada tanggal 22 Januari 2019 –

tanggal 25 Januari 2019 diruang rawat inap Melati RSUD Bangil – Pasuruan.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pasien adalah seorang laki - laki bernama “Tn.K” usia 55 tahun,

beragama islam, bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa. Pasien lulusan SD

dan bekerja sebagai petani. Pasien tinggal di Lumbang Bangil Pasuruan. Pasien

masuk rumah sakit pada tanggal 19 Januari 2019 jam 10.00 WIB, nomer rekam

medis 00385xxx.

3.1.2 Riwayat Keperawatan Sekarang

3.1.2.1 Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri perut saat di buat gerak.

3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 19 Januari

2019 jam 10.00 WIB, Karena sejak 15 hari yang lalu pasien perutnya

sakit disertai mual muntah ± 4 x sehari dan pusing, lalu oleh keluarga

dibawa ke IGD RSUD Bangil pada pukul 10.10 WIB dilakukan

pemindahan ke ruang inap melati. Terdapat nyeri abdomen dengan

karakteristik P : mukosa lambung teriritasi Q : seperti ditusuk – tusuk R :

36
37

abdomen kuadran kiri atas S : skala 6 (0-10) T : nyeri terasa saat

beraktivitas. Terdapat luka gangrene pada pergelangan kaki kanan

dengan diameter 3 cm berlubang kedalam dan terdapat juga pus.

3.1.3 Riwayat Keperawatan Sebelumnya

3.1.3.1 Penyakit yang pernah diderita

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti

yang diderita saat ini.

3.1.3.2 Operasi

Pasien mengatakan tidak pernah melakukan operasi.

3.1.3.3 Alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat maupun

makanan.

3.1.4 Riwayat Penyakit Keluarga

3.1.4.1 Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai

penyakit keturunan.

3.1.4.2 Lingkungan rumah dan komunitas

Pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih, nyaman dan

ventilasi baik.

3.1.4.3 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan minum kopi manis

sebelum beraktivitas.
38

3.1.5 Status cairan dan nutrisi

Nafsu makan sebelum sakit menurun karena terdapat luka atau pus pada

pergelangan kaki kanan dengan diameter 3 cm berlubang kedalam dan saat sakit

nafsu makan habis dengan porsi 1/4 . Pola makan sebelum sakit 1x sehari dan saat

sakit 3x sehari porsi 1/4. Jenis minuman yang diminum air putih, jumlah air yang

diminum sebelum sakit ± 1500cc/hari dan saat sakit ± 2000cc/hari. Menu

makananbergizi yang rendah lemak dan kalori. Berat badan sebelum sakit 55 kg

dan saat sakit 52 kg, hasil pemeriksaan hemoglobin 6,52 g/dl.

Masalah keperawatan : Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

3.1.6 Genogram ( 3 generasi ) Keterangan :


: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal

: Pasien

: :Tinggal serumah

Gambar 3.1 Genogram pada pasien dengan diagnosa medis gastritis.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

3.1.7.1 Keadaan umum: Pasien lemah, berbaring di tempat tidur GCS 4,5,6

3.1.7.2 Tanda-tanda vital:

Tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 98x/menit, suhu: 36,7ºC,

respirasi: 20x/menit.
39

3.1.7.3 Sistem Pernafasan

Bentuk dada simetris, pola nafas terutur dengan frekuensi nafas

20x/menit, suara nafas vesikuler, tidak ada retraksi otot bantu nafas,

perkusi thorax resonan, tidak memakai alat bantu nafas, batuk (-) Produksi

Sputum (-).

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.7.4 Sistem Kardiovaskuler

Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, pulsasi kuat di ICS

V midklavikula sinistra, bunyi jantung S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi

jantung tambahan, tidak ada clubbing finger, tidak ada cyanosis, tidak

ada pembesaran JVP.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.7.5 Sistem Persyarafan

Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, klien kooperatif, tidak ada

kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala, pusing (+) saat

melakukan aktivitas. Pasien mengatakan saat dirumah tidur siang selama

± 2 jam dari jam 13.00 sampai jam 15.00, tidur malam selama ± 7 jam

dari jam 22.00 sampai jam 05.00.

Masalah keperawatan : Resiko jatuh

3.1.7.6 Sistem Genetourinaria

Bentuk alat kelamin normal, uretra normal, alat kelamin bersih,

produksi urin 1500 ml/hr, warna kekuningan, bau khas urine, tempat

yang digunakan urine bag, alat bantu yang digunakan kateter DC

terpasang pada tanggal 19 januari 2019.


40

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.7.7 Sistem Pencernaan

Mulut bersih, Mukosa bibir lembab, pasien tidak menggosok

gigi, keadaan gigi bersih, tenggorokan baik, tidak ada kesulitan

menelan, saat di inspeksi bentuk abdomen simetris, terdapat nyeri

abdomen dengan karakteristik P : mukosa lambung teriritasi Q : seperti

ditusuk – tusuk R : abdomen kuadran kiri atas S : skala 6 (0-10) T :

nyeri terasa saat beraktivitas. Peristaltik 12x/mnt, BAB 2x pada saat

dirumah sakit dengan konsistensi lembek, warna hitam, bau khas feses,

tempat yang digunakan pampers dewasa, tidak ada pemakaian obat

pencahar, px mengatakan nafsu makan menurun karena nyeri pada

abdomen, px tampak menyeringai karena nyeri, Hb 6,52 g/dl.

Masalah keperawatan : Nyeri akut dan resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

3.1.7.7 Sistem Muskuluskeletal dan Integumen

Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai : bebas, kekuatan otot

ekstremitas atas (5,5), ekstremitas bawah (4,5). Tidak ada fraktur, tidak

ada dislokasi, akral hangat, turgor baik, CRT < 2 detik, tidak ada

oedema, kemampuan melakukan ADL parsial. Pasien tidak mampu

kekamar mandi dikarenakan pasien membatasi diri untuk bergerak

terkait dengan adanya luka gangrene pada kaki kanan dengan diameter 3

cm berlubang kedalam, terdapat juga pus dan mengeluhkan nyeri.

Dengan karakteristik nyeri P : adanya luka gangrene pada pergelangan

kaki kanan Q : nyeri terasa panas dan cekot-cekot R : nyeri pada luka
41

gangrene di pergelangan kaki kanan S : skala nyeri 6 T : nyeri hilang

timbul.

Masalah keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

3.1.7.8 Sistem Penginderaan

1) Mata : pupil isokor, reflek cahaya normal, konjungtiva anemis,

sklera putih, ada sekret, palpebra normal, tidak ada alat bantu,

pergerakan bola mata normal

2) Hidung : normal, mukosa lembab, tidak ada secret, ketajaman

penciuman normal

3) Telinga : bentuk simetris, ketajaman pendengaran normal

4) Perasa : bisa merasakan rasa pahit, asam, manis dan asin

5) Peraba : normal

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran

kelenjar parotis, px berkeringat, terdapat luka gangrene pus (+) bau khas

lokasi di pergelangan kaki kanan dengan diameter 3 cm berlubang

kedalam dan terdapat juga pus. Pasien mengatakan sering minum dan

sering BAK (polidipsi dan poliuri)

Masalah keperawatan : Kerusakan integritas jaringan

1) Gambaran diri/citra diri :

Tanggapan tentang tubuhnya : Pasien menyukai semua bagian

tubuhnya
42

Bagian tubuh yang disukai : Semua bagian tubuhnya

Bagian tubuh yang kurang disukai : Tidak ada

2) Identitas :

Status pasien dalam keluarga :Ayah

Kepuasan pasien terhadap status dan posisi dalam keluarga : Pasien

merasa puas

Kepuasan pasien terhadap jenis kelamin : Pasien bersyukur menjadi

laki - laki

3) Peran :

Tanggapan pasien tentang perannya : Pasien menjalani peran

sebagai Ayah

Kemampuan/kesanggupan pasien melaksanakan perannya : Pasien

mampu dan sanggup menjalankan tugasnya sebagai Ayah

4) Ideal diri :

Harapan pasien terhadap tubuhnya : Pasien ingin tubuhnya sehat

kembali dan dapat melakukan aktivitas kembali

Posisi (dalam pekerjaan) : Pasien bekerja sebagai petani

Sekolah : Pasien lulusan SD

Keluarga : -

Masyarakat : Anggota masyarakat

Tempat/lingkungan kerja : -

Harapan pasien tentang penyakit yang diderita dan tenaga

kesehatan : Pasien berharap penyakitnya dapat sembuh dengan

bantuan tenaga kesahatan


43

5) Harga diri :

Tanggapan pasien terhadap harga dirinya : Pasien menghargai

dirinya

6) Data sosial :

1) Konsep tentang penguasa kehidupan : Pasien percaya dengan

keyakinannya

2) Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Keluarga

3) Ritual agama yang bermakna/berarti/harapan saat ini : Beribadah

dan berdoa

4) Sarana/peralatan/org yang diperlukan untuk melaksanakan ritual : -

5) Keyakinan terhadap kesembuhan penyakit : Pasien yakin bisa

sembuh

6) Persepsi terhadap penyakit : Pasien menganggap penyakitnya

adalah ujian.
44

3.1.7.12 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien tanggal 22 Januari 2019

DARAH LENGKAP HASIL NILAI RUJUKAN


Leukosit (WBC) 4,624 3,70 – 10,1
Neutrofil 3,3
Limfosit 1,0
Monosit 0,3
Eosinofil 0,0
Basofil 0,0
Neutrofil% 70,4% 39,3 – 73,7
Limfosit% 20,8% 18,0 – 48,3
Monosit% 7,4% 4,40 – 12,7
Eosinofil% 0,4% 0,600 – 7,30
Basofil% 1,0% 0,00 – 1,70
Eritrosit (RBC) 2,232 10e6/ul 4,6 – 6,2
Hemoglobin (HGB) 6,52 g/dl 13,5 – 18,00
Hematokrit (HCT) 18,47% 40 – 54
MCV 82,,74 um 81,1 – 96,0
MCH 29,20 pg 27,0 – 31,2
MCHC 35,29 g/dl 31,8 – 35,4
RDW 14,23 % 11,5 – 14,5
PLT 333 10e3/ul 155 – 366
MPV 5,400 fl 6,90 – 10,6

3.1.7.13 Terapi

1) Infus Asering 14 tpm : salah satu cairan infuse yang mampu

membantu mencukupi gizi dan nutrisi. Asering masuk ke dalam

golongan obat keras sehingga memerlukan pengawasan ketat

dokter atau tenaga medis lainnya dalam menggunakan asering.

2) Injeksi Ceftriaxone 1 gr : obat yang digunakan untuk mengatasi

berbagai infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghambat

pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri dalam tubuh.


45

3) Injeksi Santagesik 3 x 1 gr : obat yang digunakan untuk mengatasi

nyeri akut atau nyeri kronik berat seperti sakit kepala, sakit gigi,

tumor, nyeri pasca operasi dan nyeri pasca cidera

4) Drip Omeprazol 8 mg/jam s/d 72 jam : obat yang digunakan dalam

pengobatan penyakit refluks gastroesofagus, ulkus peptikum, dan

sindrom Zollinger – Ellison. Obat ini juga digunakan untuk

mencegah perdarahan saluran cerna atas pada orang yang beresiko

tinggi. Obat ini diminum atau disuntikkan ke pembuluh darah.

Bangil, 22 Januari 2019

Mahasiswa

Doni Dewan Danu


46

3.2 Analisa Data

Tabel 3.2 Analisa Data pada pasien Tn. K dengan Diagnosa Medis Gastritis di
RuangMelati RSUD Bangil Tanggal 22Januari 2019

No. Data Penyebab Masalah

1. DS : Pasien mengatakan nyeri Mukosa lambung Nyeri akut

perut saat dibuat gerak teriritasi

P : mukosa lambung teriritasi

Q: seperti ditusuk – tusuk Nyeri akut

R : abdomen kuadran kiri atas

S : skala nyeri 6 (0-10)

T : nyeri terasa saat

beraktivitas DO : Dx Gastritis

- pasien tampak menyeringai

- TTV

TD : 100/70mmHg

Nadi : 98x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,7 C

2. DS : Pasien mengatakan sering Pemenuhan nutrisi Resiko

mual muntah ± 4x sehari sejak yang tidak adekuat ketidakseimbangan

15 hari yang lalu nutrisi kurang dari

Pasien mengatakan nafsu Ketidakseimbangan kebutuhan tubuh

makannya menurun nutrisi kurang dari

DO : kebutuhan tubuh
47

- Keadaan umum lemah,

compos mentis, pasien

terbaring ditempat tidur,

BB turun hingga 3 kg

- Hb 6,52 g/dl

- TTV

TD : 100/70 mmHg

N : 98x/menit

RR : 20x/menit

o
S : 36,7 C
3. DS:- Luka gangrene Kerusakan

DO : -Terdapat luka gangrene integritas jaringan

dengan diameter 3 cm Kerusakan

berkubang kedalam integritas jaringan

- Adanya pus

- Bau khas

- Lokasi di pergelangan kaki

kanan

4. DS : - Pasien mengatakan nyeri Penumpukan Hambatan

pada luka di kaki kanan eksudat mobilitas fisik

DO : - Pasien tidak mampu

kekamar mandi dikarenakan Nyeri

pasien membatasi diri untuk

bergerak terkait dengan adanya Hambatan


48

luka pada kaki kanan mobilitas fisik

- Kemampuan melakukan ADL


pasien parsial
- Kekuatan otot ekstremitas
atas (5,5) ekstemitas bawah
(4,5)

- TTV

TD : 100/70 mmHg

N : 98x/menit

RR : 20x/menit

o
S : 36,7 C
5. DS : - adanya pusing saat Adanya pusing saat Resiko jatuh

melakukan aktivitas melakukan

DO : K/U lemah terbaring di aktivitas

tempat tidur dengan GCS 4,5,6

Resiko jatuh
49

3.3 Daftar Masalah Keperawatan

3.3.1 Nyeri akut

3.3.2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.3.3 Kerusakan integritas jaringan

3.3.4 Hambatan mobilitas fisik

3.3.5 Resiko jatuh

3.4 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

3.4.1 Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

3.4.2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat

3.4.3 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya luka gangrene

3.4.4 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri karena penumpukan

eksudat

3.4.5 Resiko jatuh berhubungan dengan adanya pusing saat melalukan aktivitas
50

3.5 Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan pada pasien Tn. K dengan Diagnosa
Medis Gastritis di Ruang Melati RSUD Bangil Tanggal 22 Januari 2019

No. Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan 1) Membina hubungan 1) Mempermudah

tindakan keperawatan saling percaya menjalin

selama 2x24 jam dengan komunikasi

diharapkan rasa nyeri memperkenalkan terapeutik.

pada pasien berkurang nama dan tujuan 2) Membantu dalam

atau hilang dengan kita. mendiagnosa

kriteria hasil : 2) Catat keluhan nyeri, etiologi perdarahan

-Skala nyeri berkurang lokasi, lamanya, dan terjadinya

- Skala 0 skala. komplikasi.

- Pasien tampak rileks 3) Kaji ulang faktor 3) Membantu dalam

- Tidak meringis karena yang meningkatkan membuat diagnosa

nyeri atau menurunkan dan kebutuhan

- TTV dalam batas nyeri. terapi.

normal 4) Atur posisi yang 4) Posisi yang tepat

nyaman bagi klien. dan dirasa nyaman

5) Ajarkan teknik oleh klien dapat

distraksi dan mengurangi resiko

relaksasi. klien terhadap

6) Berikan makanan nyeri.

sedikit tapi sering 5) Membantu klien


51

sesuai indikasi jadi lebih rileks

pasien. dan melupakan

7) Kolaborasi nyeri

pemberian 6) Makanan

omeprazol 8mg/jam mempunyai efek

sesuai indikasi. penetralisir asam,

juga.

menghancurkan

kandungan gaster.

Makanan sedikit

mencegah distensi

dan haluaran

gastrin.

7) Membantu dalam

mencegah

perdarahan pada

saluran cerna

2. Setelah dilakukan 1) Kaji status nutrisi 1) Untuk mengetahui

tindakan keperawatan dan faktor-faktor sejauh mana

selama 3x24 jam penyebab kurangnya perkembangan dari

diharapkan kebutuhan intake nutrisi. keadaan pasien dan

nutrisi pasien terpenuhi 2) Timbang berat badan perubahan yang

dengan kriteria hasil : sesuai indikasi. terjadi

- Pasien tidak merasa 3) Auskultasi bising 2) Mengevaluasi


52

mual atau muntah usus. keefektifan atau

- Berat badan bertambah 4) Berikan makanan kebutuhan mengubah

- Nafsu makan klien sedikit tapi sering dan pemberian nutrisi.

bertambah teratur. 3) Membantu dalam

- Peningkatan HB 5) Tentukan makanan menentukan respon

- Porsi makan habis yang tidak membentuk untuk makan atau

gas. berkembangnya

6) Kolaborasi dengan komplikasi.

ahli gizi diet rendah 4) Meningkatkan

lemak dan kalori. proses pencernaan

dan toleransi pasien

terhadap nutrisi yang

diberikan dan dapat

meningkatkan

kerjasama pasien saat

makan.

5) Membantu dalam

mempengaruhi nafsu

makan atau

pencernaan dan

membatasi masukan

nutrisi.

6) Membantu dalam

memenuhi kebutuhan
53

3.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan pada pasien Tn. K dengan Diagnosa Medis
Gastritis di Ruang Melati RSUD Bangil Tanggal 22– 25 Januari 2019

Jam Implementasi Nama/tanda tangan

22/01/ 07.30 1. Menjelaskan pendekatan pada


2019
pasien dan keluarga dan BHSP

07.45 2. Menjelaskan pada pasien dan

keluarga tentang pengkajian yang

dilakukan

08.00 3. Melakukan pengkajian data,

pemeriksaan fisik mulai dari b1 – b8

dan ditemukan 4 masalah

keperawatan

11.00 4. Melakukan kolaborasi dalam

pemberian obat :

- mengganti cairan infuse asering 14

tpm

- injeksi santagesik 3x1 gr

- injeksi ceftriaxone 1 gr

12.00 5. Melakukan pemeriksaan TTV

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 98x/menit

Suhu : 36,7ºC

RR : 20x/menit
54

23/01/ 09.00 1. Menjelaskan pendekatan pada


2019
pasien dan keluarga dan BHSP

09.15 2. Menjelaskan pada pasien dan

keluarga tentang penyebab nyeri px

dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan

09.30 3. Mengkaji skala nyeri dan lokasi

nyeri

P : mukosa lambung teriritasi

Q : seperti ditusuk – tusuk

R : abdomen kuadran kiri atas

S : skala 6

T : nyeri terasa saat beraktivitas

10.00 4. Memberikan makanan sedikit tapi

sering sesuai indikasi untuk pasien

11.00 5. Melakukan kolaborasi pemberian

obat

- injeksi santagesik 3x1 gr

- injeksi ceftriaxone 1 gr

12.00 6. Melakukan pemeriksaan TTV

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit
55

24/01/ 07.10 1. Melakukan perawatan orak hygiene

2019 07.20 2. Memberikan makanan sedikit tapi

sering

07.50 3. Memberikan lingkungan yang

tenang dan nyaman

08.20 4. Mengkaji skala nyeri dan lokasi

nyeri

P : mukosa lambung teriritasi

Q : seperti ditusuk – tusuk

R : abdomen kuadran kiri atas

S : skala 5

T : nyeri terasa saat beraktivitas

08.50 5. Melatih pasien teknik relaksasi

dengan nafas dalam

11.00 6. Melakukan kolaborasi pemberian

obat

- injeksi santagesik 3x1 gr

- injeksi ceftriaxone 1 gr

12.00 7. Melakuakan pemeriksaan TTV

TD : 120/80mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit

25/01/ 14.10 1. Mengganti cairan infuse asering 14


2019
56

tpm

15.00 2. Memberikan makanan sedikit tapi

sering

15.30 3. Mengulangi latihan teknik

relaksasi

16.00 4. Menyiapkan injeksi untuk pasien

16.30 5. Melakukan pemberian obat

- injeksi santagesik 3x1 gr

- injeksi ceftriaxone 1 gr

18.00 6. Melakukan pemeriksaan TTV

TD : 120/70mmHg

Nadi : 87x/menit

Suhu : 36,3ºC

RR : 20x/menit
57

3.6 Catatan Perkembangan

Tabel 3.5 Catatan Perkembangan pada pasien Tn. K dengan Diagnosa Medis
Gastritis di Ruang Melati RSUD Bangil Tanggal 22 – 24 Januari 2019

Tanggal Diagnosa keperawatan Catatan perkembangan Paraf

22/01/ Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri

2019 berhubungan dengan perut dengan skala 6

mukosa lambung O : K/U lemah terbaring di

teriritasi tempat tidur

- Kesadaran composmentis

GCS 4,5,6

- TTV

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit

- pasien tampak

menyeringai karena

nyeri

A : Masalah belum teratasi

P :Intervensi dilanjutkan

semua

22/01/ Resiko S : Pasien mengatakan

2019 ketidakseimbangan masih mengeluh merasa


58

nutrisi kurang dari mual

kebutuhan tubuh - pasien mengatakan

berhubungan dengan masih belum nafsu

pemenuhan nutrisi makan

O : K/U lemah terbaring di

tempat tidur

- Kesadaran composmentis

GCS 4,5,6

- TTV

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit

-Makan / minum : ¼

porsi / 4-5 gelas dalam

3xsehari

-Beratbadan belum

bertambah

A : Masalah belum teratasi

P :Intervensi dilanjutkan

semua

23/01/ Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri

2019 berhubungan dengan berkurang dari skala 6 ke

mukosa lambung 5
59

teriritasi O : K/U cukup

- Kesadaran composmentis

- TTV

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit

- pasien tampak

menyeringai karena nyeri

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

23/01/ Resiko S :Pasien mengatakan masih

2019 ketidakseimbangan mengeluh merasa mual

nutrisi kurang dari - pasien mengatakan

kebutuhan tubuh masihbelum nafsu

berhubungan dengan makan

pemenuhan nutrisi O : K/U cukup

tidak adekuat - Kesadaran composmentis

- TTV

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5ºC
60

RR : 20x/menit

-Makan / minum : ¼

porsi / 4-5 gelas dalam 3x

sehari

-Berat badan belum

bertambah

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

24/01/ Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri

2019 berhubungan dengan masih sama tidak

mukosa lambung berkurang dengan skala

teriritasi 5

O : K/U cukup

- Kesadaran composmentis

- TTV

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit

- pasien tampak

menyeringai karena nyeri

A: masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan
61

24/01/ Resiko S : Pasien mengatakan

2019 ketidakseimbangan sudah tidak sering mengeluh

nutrisi kurang dari mual lagi

kebutuhan tubuh - pasien mengatakan nafsu

berhubungan dengan makan mulai ada sedikit

pemenuhan nutrisi O : K/U cukup

tidak adekuat - Kesadaran composmentis

- TTV

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit

- makan / minum : 1 porsi

habis / 4-5 gelas dalam

3xsehari

- beratbadanbelum

bertambah
62

3.7 Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan pada pasien Tn. K dengan Diagnosa Medis
Gastritis di Ruang Melati RSUD Bangil Tanggal 25 Januari 2019

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf

25/01/ Nyeri akut S : Pasien mengatakan rasa

2019 berhubungan dengan nyeri berkurang dari skala 6

mukosa lambung ke 5

teriritasi O : K/U baik

- Kesadaran composmentis

- TTV

TD : 120/80mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit

- pasien tampak rileks

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan oleh

perawat jaga

25/01/ Resiko S : Pasien mengatakan sudah

2019 ketidakseimbangan tidak sering mual

nutrisi kurang dari - Pasien mengatakan nafsu

kebutuhan tubuh makan mulai ada sedikit

berhubungan dengan O : K/U baik

pemenuhan nutrisi tidak - Kesadaran composmentis


63

ade kuat - TTV

TD : 120/80mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 20x/menit

- makan / minum : ¼ porsi /

4-5 gelas dalam 3xsehari

-beratbadanbelum

bertambah

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan oleh

perawat jaga
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan

pada pasien dengan diagnosa medis Gastritis di ruang Melati RSUD Bangil

Pasuruan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena

penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu

untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sehingga pasien dan

keluarga terbuka dan mengerti serta kooperatif.

Pada pemeriksaan fisik B1 (Breathing) menurut Putra, 2012 tinjauan

pustaka didapatkan data inspeksi bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit,

dan tidak terdapat lesi dan kemerahan di permukaan kulit. Pada palpasi didapatkan

tidak terdapat nyeri tekan pada dada, tidak terdapat emfisema subkutis, ekspansi

dada anterior posterior terangkat, bergerak bebas sesuai dengan irama pernafasan,

dan taktil fremitus : bunyi dinding dada terdengar. Pada perkusi didapatkan

anterior dan posterior terdengar bunyi sonor. Pada auskultasi didapatkan anterior

thorax terdengar bunyi vesikuler diseluruh bidang paru kecuali sternum, terdengar

bunyi bronchial di atas trachea, dan tidak terdengar bunyi nafas tambahan. Pada

pemeriksaan fisik B1 (Breathing) pada tinjauan kasus didapatkan data bentuk dada

simetris, pola nafas teratur dengan frekuensi nafas 20x/menit, suara nafas

vesikuler, tidak ada retraksi otot bantu nafas, perkusi thorax resonan, tidak

memakai alat bantu nafas, batuk (-) Produksi Sputum (-).

64
65

Pada pemeriksaan fisik B1 (Breathing) ini, pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda

dengan pemeriksaan di tinjauan pustaka.

Pada pemeriksaan fisik B2 (Blood) menurut Putra, 2012 tinjauan pustaka

didapatkan data inspeksi tidak terdapat jaringan parut yang menandakan adanya

luka post op pembedahan jantung, terlihat denyut apex pada ICS 5 1cm dari MCL,

tidak ada clubbing finger, tidak ada cyanosis, dan irama jantung teratur. Pada

palpasi didapatkan tidak terdapat pembesaran JVP, dan tidak ada nyeri tekan pada

dada. Pada perkusi tidak terdapat pembesaran jantung. Pada auskultasi tidak ada

bunyi tambahan, dan bunyi jantung S1 S2 tunggal. Pada pemeriksaan fisik B2

(Blood) pada tinjauan kasus didapatkan data tidak ada nyeri dada, irama jantung

teratur, pulsasi kuat di ICS V midklavikula sinistra, bunyi jantung S1 S2 tunggal,

tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada clubbing finger, tidak ada cyanosis,

tidak ada pembesaran JVP, Hb 6,52 g/dl. Pada pemeriksaan fisik B2 (Blood) ini,

pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan pemeriksaan di tinjauan pustaka.

Pada pemeriksaan fisik B3 (Brain) menurut Putra, 2012 tinjauan pustaka

didapatkan data inspeksi kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,

disorientasi, dan sakit kepala. Pada palpasi nyeri epigastrium. Pada pemeriksaan

B3 (Brain) pada tinjauan kasus didapatkan data kesadaran composmentis, GCS 4-

5-6, pasien kooperatif, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri

kepala, pusing (+) saat melakukan aktivitas. Pasien mengatakan saat dirumah tidur

siang selama ± 2 jam dari jam 13.00 sampai jam 15.00, tidur malam selama ± 7

jam dari jam 22.00 sampai jam 05.00. Pada pemeriksaan B3 (Brain) ini

didapatkan kesenjangan yaitu dalah di tinjauan pustaka terdapat disorientasi dan


66

sakit kepala sedangkan di tinjauan kasus tidak didapatkan disorientasi dan sakit

kepala.

Pada pemeriksaan fisik B4 (Bladder) menurut Putra, 2012 tinjauan

pustaka didapatkan data inspeksi tidak terpasang kateter, dan tidak terdapat

distensi kandung kemih. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan di daerah pubica.

Pada pemeriksaan di tinjauan kasus didapatkan bentuk alat kelamin normal, alat

kelamin bersih, produksi urine 1500 ml/hari, warna kekuningan, bau khas urine,

tempat yang digunakan urine bag, alat bantu yang digunakan kateter DC. Pada

pemeriksaan fisik B4 (Bladder) ini ditemukan kesenjangan yaitu adalah pasien

terpasang kateter karena kondisi yang lemah terbaring di tempat tidur, sedangkan

pada tinjauan pustaka didapatkan pemeriksaan tidak terpasang kateter.

Pada pemeriksaan fisik B5 (Bowel) menurut Putra, 2012 tinjauan pustaka

didapatkan data inspeksi tidak ada lesi, rongga mulut tidak ada lesi, tidak

terpasang NGT, tidak nafsu makan, mual, porsi makan ½ porsi, muntah sebanyak

kurang lebih 5x/hari. Pada palpasi terdapat nyeri abdomen kuadran kiri atas. Pada

perkusi tympani diseluruh area abdomen. Pada auskultasi terdapat bising usus.

Pada pemeriksaan di tinjauan kasus didapatkan mulut bersih, mukosa bibir

lembab, pasien tidak menggosok gigi, tenggorokan baik, tdak ada kesulitan

menelan, terdapat nyeri abdomen, peristaltic 12x/menit, BAB 2x pada saat di

rumah sakit dengan konsistensi lembek, warna hitam, bau khas feses, tempat yang

digunakan pampers dewasa, nafsu makan pasien menurun karena nyeri pada

abdomen dan pasien tampak menyeringai karena nyeri. Pada pemeriksaan fisik B5
67

(Bowel) ini, pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan pemeriksaan di

tinjauan pustaka.

Pada pemeriksaan fisik B6 (Bone) menurut Putra, 2012 tinjauan pustaka

didapatkan data kelelahan dan kelemahan. Pada pemeriksaan fisik di tinjauan

kasus didapatkan kemampuan pergerakan sendi dan tungkai bebas, kekuatan otot

ekstremitas atas (5,5) ekstremitas bawah (4,5), tidak ada fraktur, tidak ada

dislokasi, akral hangat, turgor baik, CRT < 2 detik, tidak ada oedema, kemampuan

melakukan ADL parsial, dan pasien tidak mampu ke kamar mandi dikarenakan

pasien membatasi diri untuk bergerak terkait dengan adanya luka pada kaki kanan

dan mengeluhkan nyeri. Pada pemeriksaan fisik B6 (Bone) ini, pada tinjauan

kasus tidak jauh berbeda dengan pemeriksaan di tinjauan pustaka.

Pada pemeriksaan fisik B7 (Penginderaan) menurut Putra, 2012 tinjauan

pustaka didapatkan data penglihatan mata tidak ada gangguan, ketajaman

penciuman normal, bentuk telinga simetris, dan ketajaman pendengaran normal.

Pada pemeriksaan fisik di tinjauan kasus didapatkan data penglihatan mata

normal, ketajaman penciuman normal, ketajaman pendengaran normal, perasa

bias merasakan rasa pahit, manis, asam dan asin. Pada pemeriksaan fisik B7

(Penginderaan) pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan pemeriksaan di

tinjauan pustaka.

Pada pemeriksaan fisik B8 (Endokrin) menurut Putra, 2012 tinjauan

pustaka didapatkan data tidak ada masalah pada sistem endokrin. Pada

pemeriksaan fisik B8 (Endokrin) di tinjauan kasus didapatkan tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, pasien


68

berkeringat, terdapat luka gangrene pus (+) bau khas, dan lokasi di pergelangan

kaki kanan. Pada pemeriksaan fisik B8 (Endokrin) ini didapatkan kesenjangan

yaitu pasien mempunyai luka gangrene pada pergelangan kaki kanan dan

mengatakan sering minum, sering BAK sedangkan pada pemeriksaan di tinjauan

pustaka tidak didapatkan masalah pada sistem endokrin.

Di tinjau secara umum, maka hasil pengkajian pada tinjauan kasus tidak

jauh berbeda dengan pengkajian pada tinjauan pustaka. Setelah penulis melakukan

pengkajian pada Tn. K dengan Gastritis di dapatkan hasil pengkajian pada

tinjauan kasus pasien mual, muntah dan nyeri di bagian abdomen, wajah pasien

tampak menyeringai. Pada tinjauan pustaka juga di jumpai hal demikian, pada

tinjauan kasus hal-hal tersebut ditemukan dan dialami oleh pasien.

Pada pengkajian dalan tinjauan pustaka tidak ada diagnosa pada penyakit

Gastritis tentang kerusakan integritas jaringan dan hambatan mobilitas fisik.

Sedangkan pada tinjauan kasus di jumpai tanda dan gejala kerusakan integritas

jaringan dan hambatan mobilitas fisik pada penyakit Gastritis.

Untuk menegakkan diagnosa keperawatan Gastritis dalam hal ini

diperlukan pemeriksaan diagnostik. Dimana pada tinjauan pustaka ditemukan

pemeriksaan Endoskopi, Rontgen, Uji nafas urea, Pemeriksaan feses. Pada

tinjauan kasus juga dilakukan pemeriksaan diagnostik, tetapi pemeriksaan yang

dilakukan itu laboratorium, sedangkan Endoskopi, Rontgen, Uji nafas urea,

Pemeriksaan feses, tidak dilakukan pemeriksaan karena yang tidak ada anjuran

dokter dan juga keterbatasan alat-alat fasilitas rumah sakit.


69

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan tinjauan pustaka yaitu

nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi, ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak

adekuat, kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan mungkin

dibuktikan dengan hipotensi, dan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang penyakit.

Ada pun diagnosa yang terdapat pada tinjauan pustaka tetapi tidak

terdapat pada tinjauan kasus yaitu Kekurangan volume cairan berhubungan

dengan perdarahan mungkin dibuktikan dengan hipotensi, pengisian kapiler

lambat, perubahan mental, gelisah, urine pekat, dan pucat. Defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, tidak mengenal

sumber informasi, kesalahan interpretasi mungkin dibuktikan dengan pernyataan

masalah, permintaan informasi dan pasien tidak stress.

Sedangkan Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya

luka gangrene, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri karena

penumpukan eksudat dan Resiko jatuh berhubungan dengan adanya pusing saat

melakukan aktivitas. Diagnosa ini tidak terdapat pada tinjauan pustaka tetapi

terdapat pada tinjauan kasus, hal ini penulis menjumpai langsung keluhan dari

pasien pada saat anamneses / pengkajian. Diagnosa ini muncul dikarenakan

terdapatnya luka gangrene pada pergelangan kaki kanan pasien. Nyeri akut

berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi karena peningkatan asam

lambung. Ini terdapat pada tinjauan kasus dan juga terdapat di tinjauan pustaka.

Hal ini dapat dilihat dari kesamaan antara diagnosa pustaka dengan kasus. Resiko
70

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pemenuhan nutrisi tidak adekuat karena nyeri yang dialami pasien, nafsu makan

menurun dan penurunan berat badan. Ini terdapat pada tinjauan kasus dan juga

terdapat di tinjauan pustaka. Dalam hal ini teori dengan praktek / kasus tidak jauh

berbeda.

4.3 Perencanaan

Pada tahap perencanaan penulis tidak banyak menemui permasalahan

dalam merencanakan intervensi. Sesuai permasalahan yang dialami pasien, maka

rencana keperawatan juga menurut sesuai prioritas agar pemenuhan kebutuhan

pasien dapat terpenuhi. Dan perencanaan yang ada pada tinjauan kasus tidak jauh

berbeda dengan perencanaan pada tinjauan pustaka.

Seperti pada Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

karena peningkatan asam lambung. Pada tinjauan pustaka terdapat perencanaan

periksa tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, lokasi nyeri, atur posisi yang nyaman

bagi pasien, ajarkan teknik distraksi dan relaksasai, dan kolaborasi dalam

pemberian analgesik. Berdasarkan perencanaan tersebut penulis juga melakukan

perencanaan yang tidak jauh berbeda dengan tinjauan pustaka.

Diagnosa keperawatan Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat. Kaji

status nutrisi dan faktor-faktor penyebab kurangnya intake nutrisi, menganjurkan

pasien makan dalam porsi kecil tapi sering, timbang berat badan setiap hari, dan

kolaborasi dengan ahli gizi. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan

perencanaan dalam diagnosa ini juga sesuai karena untuk memaksimalkan asuhan

keperawatan yang diberikan kepada pasien.


71

4.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana keperawatan mengacu pada rencana yang telah

ditetapkan dalam teori. Namun, penulis tidak dapat melaksanakan semua rencana

yang ada pada teori tetapi penulis melaksanakan semua rencana sesuai dengan

diagnosa keperawatan pada Tn. K dengan kasus Gastritis di ruang Melati RSUD

Bangil Pasuruan. Dalam rencana tindakan semua dilaksanakan oleh penulis untuk

membantu melengkapi tindakan keperawatan maka penulis melihat tindakan yang

dilakukan perawat ruangan, penulis melihat dan membaca di buku laporan

tindakan yang ditulis oleh perawat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai waktu

yang telah ditetapkan.

Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan yang spesifik

untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2014).

Berdasarkan hal tersebut penulis dalam mengelola pasien dalam implementasi

dengan masing-masing diagnosa.

Pertama Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

karena peningkatan asam lambung. Pada diagnosa ini penulis selama 2x24 jam

melakukan pengkajian nyeri dengan metode PQRST, dan respon pasien secara

subyektif yaitu klien mengatakan nyeri pada pada perut P : mukosa lambung

teriritasi, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : abdomen kuadran kiri atas, S : skala 6 (0-

10), T : nyeri terasa saat beraktivitas, respon obyektifnya wajah pasien tampak

menyeringai menahan nyeri. Tujuan dilakukan pengkajian nyeri yaitu untuk

mengetahui tindakan perawatan selanjutnya untuk pasien. Dan untuk mengurangi

nyeri penulis memberikan posisi yang nyaman dan melatih pasien distraksi dan

relaksasi. Untuk diagnosa pertama penulis juga mengajarkan pada pasien untuk
72

menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung. Monitoring

tanda-tanda vital pada pasien untuk implementasi diagnosa pertama, tujuan

dilakukannya monitoring tanda-tanda vital ini yaitu untuk mengetahui tingkat

kesehatan dari pasien dan mengetahui perkembangan kesehatan pasien. Dari

tindakan implementasi ini diperoleh data tanda-tanda vital sebagai berikut : TD :

110/70mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 36,5 C, Respirasi : 20x/menit.

Kedua Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat. Selama 3x24 jam penulis

melakukan implementasi untuk mengatasi masalah mual dan muntah pada tanggal

22 Januari 2019 s/d 25 Januari 2019, tindakan yang dilakukan antara lain

mengkaji pola dan porsi makan pasien contohnya memberikan makanan sedikit

tapi sering sedangkan untuk respon obyektifnya pasien porsi makannya tidak

dihabiskan hanya ¼ porsi, respon subyektifnya yaitu pasien mengatakan bahwa

kurang nafsu makan. Dan menganjurkan pasien menjaga kebersihan oral.

Berdasarkan hal-hal di atas penulis melakukan implementasi sesuai dengan

tinjauan teori yang ada.

4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan

kontak dengan pasien dan penulis menggunakan teori SOAP yaitu S (subyektif)

berisi data pasien melalui anamnesis yang mengungkapkan perasaan langsung, O

(obyektif) berisi data yang ditemukan setelah melakukan tindakan, dapat dilihat

secara nyata dan dapat diukur, A (assasment) merupakan kesimpulan tentang

kondisi pasien setelah dilakukan tindakan dan P (planning) adalah rencana

lanjutan terhadap masalah yang dialami pasien.


73

Pada diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung

teriritasi. Yang sudah di evaluasi pada tanggal 25 Januari 2019 pasien mengatakan

nyeri berkurang dari skala 6 ke 5. Keadaan umum baik, pasien tampak rileks,

pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 120/80mmHg, Nadi : 84x/menit, Suhu : 36,5

C, Respirasi : 20x/menit. Pada diagnosa nyeri akut ini masalah hanya teratasi

sebagian dan intervensi dilanjutkan oleh perawat jaga.

Pada diagnosa Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat. Yang sudah di

evaluasi pada tanggal 25 Januari 2019 pasien mengatakan sudah tidak sering mual

dan nafsu makan mulai ada sedikit. Keadaan umum baik, makan/minum : ¼ porsi

4-5 gelas dalam sehari, berat badan belum bertambah, pemeriksaan tanda-tanda

vital TD : 120/80mmHg, Nadi : 84x/menit, Suhu : 36,5 C, Respirasi : 20x/menit.

Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat ini masalah hanya teratasi

sebagian dan intervensi dilanjutkan oleh perawat jaga.

Hasil penilaian terhadap keberhasilan yang penulis lakukan pada Tn. K

umumnya masalah belum dapat teratasi / terpecahkan. Keempat diagnosa yang

penulis temukan dalam studi kasus belum dapat teratasi sesuai dengan tujuan yang

diharapkan karena pasien telah lama menderita penyakit gastritis sehingga

memerlukan waktu yang relatif lama untuk penyembuhannya. Meskipun demikian

ketiga diagnosa tersebut pada dasarnya mengalami kemajuan-kemajuan yang

cukup berarti.
BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien dengan diagnosa medis Gastritis di

ruang rawat inap Melati RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan

mutu asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Gastritis.

5.1 Simpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan

pada pasien dengan diagnosa medis Gastritis, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Hasil pengkajian pada Tn. K didapatkan keluhan utama pasien mengatakan

perutnya seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan pada saat beraktivitas/gerak. Data

obyektifnya berupa keadaan umum pasien cukup, pasien tampak menyeringai dan

pemeriksaan tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 84x/menit, Suhu :

36,5ºC RR : 20x/menit.

5.1.2 Diagnosa keperawatan yang utama ditegakkan adalah Nyeri akut

berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dan Resiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak

adekuat.

5.1.3 Dalam perencanaan penulis melibatkan keluarga dalam menentukan

prioritas masalah memilih tindakan yang tepat dalam proses keperawatan gastritis.

74
75

Pada tahap ini intervensi yang dilaksanakan disesuaikan dengan intervensi yang

terdapat dalam teori.

5.1.4 Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan Tn. K didasarkan pada prencanaan

yang telah disusun penulis bersama pasien dan keluarga.

5.1.5 Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada pasien dengan gastritis selalu

mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan pasien. Hasil evaluasi yang dilakukan

selama tiga hari masalah belum dapat teratasi karena pasien telah lama menderita

penyakit gastritis sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk

penyembuhannya.

5.2 Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai

berikut:

5.2.1 Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan

yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

5.2.2 Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim

kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa Gastritis.

5.2.3 Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional alangkah

baiknya diadakan suatu seminar atau sutau pertemuan yang membahas tentang

masalah kesehatan yang ada pada pasien.

5.2.4 Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat tentang terhadap konsep

manusia secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan.


76

DAFTAR PUSTAKA

Adithia Kwee. (2015). Dampak Penyakit Gastritis Bagi Penderita. Tahun 2015.

Anonim, 2012, Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Aru, Sudoyo, W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing

Carpenito, Lynda Juall. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Dialih bahasakan oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC.

Elizabeth J. Corwin.(2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:


Aditya Media

Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

Hidayat. A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik


Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Iyer, Patricia W. 2008. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kurnia, Rahmi Gustin.(2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Gastritis pada Pasien yang Berobat Jalan di Bukit tinggi Tahun 2011.
Artikel Penelitian.

Mansjoer, arif,2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta :


FK UI press.pp78-88.

Muttaqin,Arif. 2008. Pengkajian Keperawatan aplikadi pada praktik klinik,


Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan. Jakarta: EGC

Nurarif. A. H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

Nursalam. (2014). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Parker, 2008. Dampak Penyakit Gastritis Dalam Bidang Sosial Ekonomi. Tahun
2008

Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.
77

Putra, M.M. (2012). Asuhan Keperawatan Gastritis. Diakses pada tanggal 31


Agustus 2018, dari http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id

Smeltzer, S. C., & Bare B. G. ( 2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth ( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC

Tamsuri, A. 2007, Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC, Jakarta.

Zulkarnain, Haq Nuzulul. 2011. Asuhan Keperawatan Gastritis. Skripsi, Jurusan


Keperawatan Universitas Air Langga. Jakarta
INFORMED CONSENT

Judul: “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diagnosa Medis


Gastritis Dan Ulkus Pedis Diabetes Mellitus Di Ruang Melati RSUD Bangil”.
Tanggal pengambilan studi kasus..........Bulan........Tahun........
Sebelum tanda tangan dibawah, saya telah mendapatkan informasi tentang
tugas pengambilan studi kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang bernama
…………………................. proses pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti
semua yang telah dijelaskan tersebut.
Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini
dan saya telah menerima salinan dari form ini.
Saya. Nona/Nyonya/Tuan..............................................................................
Dengan ini saya memberikan kesediaan setelah mengerti semua yang telah
dijelaskan oleh peneliti terkait dengan proses pengambilan studi kasus ini dengan
baik. Semua data dan informasi dari saya sebai partisipan hanya akan digunakan
untuk tujuan dari studi kasus ini.

Partisipan Saksi

(............................................) (............................................)

Peneliti

(............................................)

Anda mungkin juga menyukai