Anda di halaman 1dari 16

HASIL DISKUSI EMULSI

1. Defenisi Emulsi
Jawab :
 Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair
yang terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan
zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (Dirjen POM,
1979)
 Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara
termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling
bercampur. (Lachman, 1987)
 Emulsi adalah suatu system polifase dari dua campuran
yang tidak saling bercampur, salah satunya terdispersi
dengan bahan emulgator keseluruhan partikel lainnya,
ukuran diameter partikelnya 0,2-50 cm. (Parrot, E. 1971)
 Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri
dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdispersi keseluruh
pembawa yang tidak saling bercampur. (Ansel, 2011)

2. Aturan umum/Persyaratan/Karakteristik
Jawab :
 Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emuli yang stabil,
dikatan stabil apabila sediaan emulsi tersebut dapat
mempertahankan distribusi yang teratur dari fase yang
terdispersi dalam jangka waktu yang lama. (Voight, 1994)
 -terdapat 2 zat yang tidak saling bercampur
-terjadi proses pengadukan (Agitasi)
-terdapat emulgator
 Emulsi yang stabil harus mengandung 3 komponen utama
yang disebut fase terdispersi, medium dispersi dan bahan
emulsi atau emulgator. (Fatmawaty, 2012)
 -penyimpanan dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk
-pada etiket harus tertera “kocok dahulu”
(Dirjen POM, 1979)

3. Penggolongan emulsi
Jawab :
 Berdasarkan konstituen dan maksud pemakaiannya emulsi
cair dipakai secara oral, topical atau parental, emulsi
semisolid digunakan secara topical. (Anse, 2011)
 -sediaan topical
-peroral/sistemik
-injeksi
(Fatmawaty, 2012)
 -obat dalam atau peroral
-obat luar
 (Muchlisyiyah, 2017)
-minyak sebgai fase yang terdispersi dalam air
-air sebagai fase yang terdispersi dalam minyak
 (Calderan, 2007)
-tipe o/w dan w/o
-mikroemulsi adalah sistem yang terdiri dari air, minyak, dan
ampifil yang isotropic optik tunggal

4. Tujuan pembuatan emulsi

Jawab :

 (Lachman, 1987)
-menutupi rasa yang tidak menyenangkan
-beberapa obat menjadi mudah diabsorbsi
 (Ansel, 2011)
-untuk membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari
campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur
 -untuk digunakan sebagai obat luar, bisa tipe o/w ataupun
w/o tergantung dari banyak factor
-untuk digunakan sebagai obat dalam atau peroral umumnya
tipe o/w

5. Keuntungan dan kerugian

Jawab :

 Keuntungan :
- Mudah dicuci
- Dapat mengontrol penampilan viskositas derajat
kekerasan dari emulsi
- Sebagian bsar lemak dan pelarut dapat digunakan pada
pemakaian dalam
Kerugian :
- Emulsi merupakan suatu campuran yang tidak stabil
secara termodinamika
- Jika perubahan ditentukan tetesan akan bergabung
menjadi satu dengan cepat
- Biasanya terdapat satu fase yang dapat bertahan dalam
bentuk tetesan
(Ansel, 2011)
 Keuntungan :
- Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan
yang tidak menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak
bila diformulasikan menjadi emulsi
- Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorbsi bila obat-
obat tersebut diberikan secara oral dalam bentuk emulsi
- Emulsi memiliki derajat delegasi tertentu dan mudah
dicuci bila digunakan
Kerugian :
- Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan
teknis pemprosesan yang khusus
(Lachman, 1987)
 Keuntungan :
- Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan
yang tidak menyenangkan
- Dalam emulsi efek terapeutik dan kemauan tersebar
bahan-bahan ditingkatkan
- Absorbs dan penetrasi dari bahan obat dapat dikontrol
lebih mudah jika digabung dalam bentuk emulsi
Kekurangan :
- Menimbulkan masalah yang berhubungan
- Emulsi kadang sulit dibuat
(Fatmawaty, 2012)
 Keuntungan :
- Dapat melarutkan bahan-bahan yang hidrofilik
- Dapat meningkatkan penyerapan obat
- Meningkatkan penyerapan obat yang topical

Kerugian :

- Tidak stabil secara termodinamika


- Sulit dibuat
(Nehichand, 2012)
6. Teori pembentukan emulsi

Jawab :

 (Ansel, 2011)
- Teori pembentukan emulsi
 Teori tegangan permukaan
Bila cairan kontak dengan cairan kedua gang tidak
larut dan tidak saling tercampur kekuatan (tenaga)
yang menyebabkan masing-masing cairan
menahan pecahnya partikel
 Oriented-wedge-theory
Mengungkapkan lapisan monomokuler dari zat
pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase
pada emulsi
 Teori plastic/teori lapisan antarmuka
Menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka
antar minyak dan air meneglilingi tetsan pada fase
dalam sebagai suatu lapisan tipis
(Ansel, 2011)
 Teori pembentukan emulsi
 teori tegangan permukaan
 teori film interfasial
(Smith, 1976)
 Teori pembentukan emulsi
 Ketidak stabilan emulsi dan peran agen aktif
permukaan
 Peran polimer hidrofilik
 Absorbs partikel
 Teori double layer elektrik
(Klise, 2000)
 Teori pembentukan emulsi
 Teori interfasial
 Teori solubilitas
 Teori termodinamika
(Alikhan, 2011)

7. Jenis-jenis emulgator

Jawab :
 Salah satu emulgator yang sering digunakan yaitu zat aktif
permukaan atau surfaktan. Mekanisme kerjanya yaitu
menurunkan tegangan antara muka air dan minyak serta
membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.

 Menurut (Parrot, 1971)

 Membentuk lapisan monokuler :


Surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja
dengan membentuk sebuah lapisan tunggal
 Membentuk lapisan multimonokuler :
Koloid hidrofilik membentuk lapisan multionokuler
disekitar tetesan dari absorbs pada pertemuan.

8. Cara pemilihan emulgator

Jawab :

 Menurut (Elmitra, 2017)


 Berdasarkan tipe yang diingankan, penggunaan dan
karakterisrik
 Kebutuhan HLB fase internal dari formulasi
 Menurut (Charles, Siregar. 2003)
Dalam pembuatan suatu emulsi pemilihan emulgator
merupakan factor yang paling penting untuk
dipisahkan karna mutu dan kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan

9. Penetapan HLB

Jawab :

Sistem HLB umumnya menggunakan pengemulsi sintetik.


Penentuan nilai HLB yang benar pada sisitem pengemulsi
dalam suatu emulsi tergantung pada komponen dari fase
minyak. Untuk campuran dua bahan aktif, permukaan
presentasenya dihitung sebagai berikut :
100 (𝑋−𝐻𝐵𝐵)
%A= 𝐻𝐿𝐵𝐵−𝐻𝐿𝐵𝐴
% B = 100 - % A

Ket : X = HLB butuh

A = Emulgator dengan nilai HLB yang tinggi

B = Emulgator dengan nilai yang lebih rendah

10. Komposisi Emulsi

Jawab :

 Emulsi yang stabil harus mengandung paling sedikit 3


koponen fase terdispersi, medium pendispersi, dan
bahan pengemulsi
 Emulsi mengandung fase dalam (dispersi dan
diskontinyu) dan fase luar (fase kontinyu)

11. Metode Pembuatan :

Jawab :

 Menurut (Fatawaty, 2012)


 Metode gom basah (metode inggris)
 Metode gom kering (metode konsimental)
 Metode bowl
 Metode beker
 Metode interwitten shaking
 Menurut (Ansel, 2011)
 Metode gom kering atau atau metode kondometal
 Metode inggris atau metode gom basah
 Metode botol atau metode botol farbus

12. Stabilitas sediaan Emulsi

Jawab : Emulsi dikatakan stabil apabila tidek terjadi :

 Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman


cenderung untuk membentuk agregat dari buatan larutan
 Jika buatan atau agregasi dari bulatan naik kepermukaan
atau turun kedalam
 Jika semua atau sebagian dari cairan tidak dalam tidak
teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda
pada permukaan
(Fatmawaty, 2012)

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi :


Jawab :
 Menurut (Ansel, 2011)
 Faktor-faktor seperti ukuran partikel dari fase
terdispersi
 Perbedaan dalam kerapatan antar fase
 Viskositas
 Menurut
 Creaming dan sedimentasi
 Agregasi dan sedimentasi
 Inversi
 Menurut (Lachman, 1987)
 Pembentukan krim
 Agregasi bolak-balik (flokulasi)
 Agregasi yang tidak dapat balik (penggumpalan)
 Menurut (Dirjen POM, 1945)
 Pemilihan emulgator
 Pemanasan
 Mendapatkan kosentrasi yang tepat
 Waktu pengadukan

14. Penentuan tipe emulsi :

Jawab :

 Tes pengenceran
Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa emulsi dapat
bercampur dengan fase luarnya
 Tes kelarutan pewarna
Tes ini didasarkan pada prinsip bahwa warna terdispersi
merata/seragam keatas luar emulsi
 Tes Kriming
Kriming adalah fenomena dua emusi yang berbeda dari
aslnya
 Tes konduktivitas listrik
Tes ini didasarkan bahwa air menghantarkan aliran listrik
sedangkan minyak tidak
 Tes flovarensi
Banyak minyak jika dibiarkan pada sinar UV berflorensi
(Fatmawaty, 2012)

15. Evaluasi emulsi :

Jawab :

 Evaluasi organoleptic
 Penetapan bobot jenis
 Penetapan pH
 Penentuan volume terpindahkan
 Penentuan tipe emusi
(Fatmawaty, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

 Ali, Khan.2011.”Basic of Pharmaceutical Emulsion.”


Departemen of Pharmaceutical Chemistry : Pakistan.
 Asnsel, Howard.2011.”Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
Ed. IV.” UI Press : Jakarta.
 Calderan, Fernando.2017.”Emulsion Sciense Basic Phinaple
Second Edition.” Spinger : USA.
 Dirjen, POM.1979.”Farmakope Indonesia Ed. III.” Depkes RI
: Jakarta.
 Dirjen, POM.1945.”Farmakope Indonesia Ed. IV.” Depkes RI
: Jakarta.
 Elmitra.2017.”Dasar-dasar Farmasetika dan Sediaan Semi
Solid.” Depublish: Yogyakarta.
 Fatmawaty, dkk. 2012.”Teknologi Sediaan Farmasi.”
Depublish : Yogyakarta.
 Kuse, Donald.2000.”Handbook of Pharmaceutical Controlled
Release Tecnology.” Depkes UK : New York.
 Kushreshta, dkk.2010.”Pharmaceutical Suspension.” Spinger
: USA
 Lachman.2012.”Teori dan Praktek Formulasi Industri Ed. III.”
UI Press : Jakarta.
 Nenichan.2017.”Emulsion Mikroemulsion Oral Nano-
Emulsion.” Departemen of Pharmaceutical Scine : India.
 Nelland, F.2000.”Pharmaceutical Emulsion and Suspension.”
Marcel Depkes Inc : New York.
 Sinanta, Santi.2016.”Farmasi Fisik.” Pudik SDM : Jakarta.
 Siregar, Charles.2003.”Farmasi Rumah Sakit dan
Penetapan.” EGC : Jakarta.
 Smith, A.L.1976.”Teory and Parctice of Emulsion
Tecnology.” Academia Press : New York.
 Sumarsono, Tony.2014.”Pengantar Study Formulasi.” EGC :
Jakarta.
 Vought, R.1994.”Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.” UGM
Press : Yogyakarta.
KESIMPULAN
1) Emulsi adalah suatu bagian dispersi yang terdiri dari 2 fase cair
yaitu fase air dan fase minyak yang distabilkan dengan emulgator
dan menjadi tetesan kecil berbentuk bulatan-bulatan. Emulsi
dikatan tidak stabil secra termodinamika, hal ini dikarnakan ukuran
emulsi yang besar, mempengaruhi luas permukaannya sehingga
kontak antar partikel besar membuat suatu agregat yang akan
menyebabkan energi bebas tidak sama dengan nol, karna
terbentuknya sudut antar fase terdispersi dengan fase
terdispersinya. Dirumuskan :
∆𝐹 = ϒ − ∆𝐴

2) Aturan umum Emulsi yaitu :


 Ada dua zat yang tidak saling melarutkan, yaitu fase air dan
fase minyak
 Ada agitasi pengadukan
 Pengawet yang cocok. Dalam pembuatan emulsi digunakan
pengawet yang cocok dengan zat aktif dan bahan
tambahannya
 Penyimpanan sesuai dengan yang dicantumkan dietiket
 Ada agen pengemulsi Eulgator

3) Penggolongan Emulsi yaitu :


 Berdasarkan tipe
- Emulsi M/A, air merupakan fase eksternal dan minyak
merupakan fase internal
- Emulsi A/M, air merupakan fase internal dan minyak
merupakan fase eksternal
- Emulsi A/M/A, atau M/A/M yang merupakan emulsi
ganda
 Berdasarkan ukuran
- Mikroemulsi, sistem dua fase M/A yang secara
termodinamika stabil. Ukuran partikel 10-100nm
- Makroemulsi, sistem dispersi yang tidak stabil secara
termodinamika ukuran partikelnya 100-100.000nm
- Nanoemulsi, ukuran partikelnya 100-600nm
 Berdasarkan rute
- Rute Oral, seperti M/A dan A/M
- Topikal, yaitu M/A
 Duaemulsi, tidak dapat membedakan fase minyak dan fase
air

4) Tujuan pembuatan emulsi, yaitu


 Untuk pengantaran nutrisi, seperti vitamin ADEK
 Untuk meningkatkan absorbs obat
 Untuk meningkatkan kelarutan obat
 Untuk meningkatkan kestabilan

5) Keuntungan dan kerugian


 Keuntungan
- Untuk penggunaan oral lebih nyaman dibandingkan
sediaan padat lainnya
- Untuk zat aktif yang larut minyak dapat dibuat dalam
bentuk sediaan emulsi
- Emulsi terlihat homogen dibandingkan suspense
- Dapat menutupi rasa pahit dari zat aktif, apabila dibuat
dalam sediaan emulsi
- Absorbs dan penetrasi dari bahan obat dapat dikontrol
lebih mudah
 Kerugian
- Formulasi/sediaan emulsi sulit
- Kestabilan sulit untuk dipertahankan

6) Teori pembentukan emulsi, yaitu


 Teori tegangan permukaan
- Penggunaan emulgator dapat menurunkan tegangan
permukaan.
Tegangan permukaan meningkat akibat gaya adhesi
antar air dan minyak rendah dan gaya kohesinya tinggi
dalam air dan dalam minyak
 Teori orientasi bentuk
- Lapisan monokuler dari zat pengemulsi melingkari suatu
tetesan dari fase dalam pada emulsi. Teori ini
menggambarkan bahwa zat pengemulsi berikatan pada
sisi fase air dan sisi fase minyak yang tidak dapat
menyatu. Dengan kata lain, dimana zat pengemulsi
tersebut lebih larut umumnya akan menjadi fase kontinyu
atau fase luar emulsi tersebut
 Teori lapisan plastis/lapisan antarmuka
Adanya tegangan permukaan diantara dua fase yang
berdekatan mengakibatkan keduanya tidak dapat
bercampur, sehingga dibutuhkan emulgator untuk
menurunkan tegangan antarmuka
 Teori penolakan elektrik
Adanya muatan listrik diantara dua fase yang
berdekatan, sehingga masing-masing cenderung
berikatan dengan katupelektrik akibatnya kedua fase
tersebut tidak dapat menyatu. Kutub electron yang kuat
diantara fase air dan fase minyak, mengakibatkan zat
potensial meningkat, sehingga tegangan permukaan ikut
mengikut. Dibutuhkan emulgator dan elektrolit untuk
menurunkan tegangan permukaan dan fase potensial
antara kedua fase tersebut

7) Jenis-jenis emulgator, yaitu


 Emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film
monomokuler.
- Mekanisme kerjanya : saling kontak dengan lapisan
tunggal yang diabsorbsi pada molekul permukaan minyak
dan air
- Contoh : Gol. Anionik (TEA, sabun trietanolamin stearate,
natrium sulfat), golongan kationik (senyawa ammonium
kwartener) dan golongan nonanionik (eter, asam lemak
sarbitan, ester asam lemak polioksetilen sorbitan)
 Emulgator alam, membentuk film multimonokulerdengan
cara terhidrasi disekiling tetesan dari minyak yang terdispersi
dan tahan terhadap koalesensi
- Contoh : akasia, gelatin, lesitin, kolesterol, bonfenol, dan
vegum
 Emulgator karbohidrat memiliki kemampuan untuk
mengemulsi dan membeutuhkan pengawet.
- Contoh : irekotin dan albumin (kuning telur)
8) Cara pemilihan meulgator, yaitu
 Berdasarkan tipe, pemilihan emulgator didasarkan pada tipe
emulsi yang digunakan. Misalnya M/A atau A/M dan emulsi
ganda (A/M/A atau M/A/M)
 Kebutuhan HLB, pemilihan emulgator yang didasarkan pada
nilai HLB yang telah ditentukan

9) Penentuan HLB
100 (𝑋−𝐻𝐿𝐵 𝐵)
 %A= 𝐻𝐿𝐵 𝐵−𝐻𝐿𝐵 𝐴

% B = 100 - % A

Ket : * X = HLB butuh


A = nilai HLB emulgator tinggi
B = nilai HLB emulgator rendah

 HLB = F x HLB (A) + (I – HLB (B))

10) Komposisi emulsi


 Fase terdispersi, berupa zat aktif dan zat tambahan yang
didispersikan kedalam medium pendispersi. Zat aktif yang
dipilih sesuai dengan efek yang diingankan.
 Medium pendispersi, merupakan larutan yang digunakan
sebagai medium yang mendispersikan fase pendispersi.
Contohnya : air
 Emulgator, menstabilkan dengan cara menempati antara
permukaan tetesan dan fase eksternal. Contoh : tween dan
span
 Zat tambahan, berupa pengawet, pemanis, antioksidan (Vit
C, kuarsetin)

11) Metode pembuatan emulsi, yaitu


 Metode gom kering (untuk M/A) dimulai dengan membuat
zat pengemulsi, dengan cara dibuat 4 minyak dan 1 bagian
diaduk dimartis kering sampai homogeny dan ditambahkan
2/3 sampai terbentuk korpus emulsi
 Metode gom basah (inggris), mucilage dibuat dari gum
yang ditambahkan air sedikit demi sedikit lalu ditetesi fase
minyak sampai terbentuk emulsi
 Metode botol, untuk minyak yang mudah menguap dan zat-
zat yang viskositasnya rendah. Gum dimasukkan kedalam
botol ditambahkan 2 bagian air dan dikocok dengan kondisi
tertutup lalu ditambahkan idem minyak, lalu diencerkan
dengan air
 Metode beker, dilakukan dengan cara emulgator sintetik
dimasukan kedalam sediaan, bagi menjadi dua fase yang
dilarutkan kedalam dua fase yaitu fase minyak dan fase air
tergantung pada emulgator tersebut, serta digunakan untuk
zat yang tahan pemanasan
 Metode tambahan, dilakukan dengan memindahkan
produksi menggunakan metode sederhana dengan cara
pendinginan dan pengedukan yang efektif, serta alatnya
dapt dikontrol
 Intermitten Shaking, untuk meghindari pengocokan yang
berlebih, proses emulsifikasi menghasilkan tetesan yang
cenderung mengakibatkan koalesensasi sehingga
disarankan untuk tidak mengocok terlalu lama ketika
terbentuk emulsi

12) Stabilitas sediaan emulsi


 Creaming, gerakan keatas terhadap zat kontinyu,
mengandung minyak yang lebih banyak dari fase air
 Sedimentasi, proses pembentukan gerakan kebawah dari
partikel
 Agregasi, tetesan yang terdispersi bersama-sama namun
tidak bercampur
 Koalesensi, penyatuan tetesan yang mengarah pada tetesan
pengurangan jumlah tetesan dari pemisahan dua fase yang
tidak dapat bercampur
 Inversi, terjadi pembalikan terjadi perubahantipe emulsi M/A
menjadi A/M

13) Factor-faktor yang mempengarugi stabilitas emulsi, yaitu


 Tegangan antarmuka, untuk fase air dan minyak. Ketika
tegangan antamuka tinggi mengakibatkan gaya adhesi
rendah sehingga fase air dan minyak menyatu
 Suhu, apabila terjadi pemanasan 70o akan mengahancurkan
emulsi
 Viskositas, apabila viskositasnya meningkat, aliran dari
emulsi akan berkurang sehingga sulit untuk dituang . emulsi
memiliki aliran tiksotropik yaitu mudah megalir atau tersebar
 Pengadukan, dilakukan untuk menghomogenkan sediaan,
pengadukannya harus konstan apabila pengadukan terlalu
besar akan merusak sediaan emulsi
 Relatifitas fase pendispersi kecil, apabila fase pendispersi
lebih kecil dibandingkan fase terdispersi mengakibatkan
terbentuknya koalesensi yang tidak stabil
 Tolak listrik, air merupakan konduktor listrik yang baik,
sehingga air akan melepaskan konduktor elektrik, sehingga
fase minyak dengan air tidak bercampur
 Mikroorganisme, salah satu fase pendispersi emulsi yaitu air.
Air merupakan media pertumbuhan mikroorganisme,
sehingga diharapkan untuk berhati-hati dalam penyimpanan
emulsi (sesuai dengan syarat penyimpanan menurut etiket).
Apabila sediaan tercemar oleh mikroorganisme, kestabilan
akan menurun

14) Penentuan tipe emulsi


 Pengenceran, bahwa fase M/A dapat diencerkan dengan
penambahan fase A/M saat minyak ditambahkan tidak akan
bercampur dengan M/A dan akan Nampak pemisahannya
 Kelarutan warna, penggunaan sudan III, apabila
dicampurkan dengan emulsi lalu larut maka merupakan
emulsi A/M, sedangkan apibal digunakan metile blue (MB)
lalu larut maka tipe M/A
 Fluorensasi, minyak jika dipaparkan pada UV, makan akan
berfluorensasi berarti tipe emulsi A/M tetapi jika
fluorensasinya berbintik-bintik berarti M/A
 Creaming, jika arah creaming emulsi menuju kebawah
berarti emulsi A/M, dan sebaliknya
 Konduktifitas, dilakukan dengan menghubungkan dengan
sumber listrik, apabila lampu menyala merupakan tipe M/A,
tetapi jika tidak merupakan tipe A/M
 Metode kertas saring, kertas saring dijenuhkan dengan
CaCl2 warna biru akan berubah menjadi merah muda bila
emulsi M/A

15) Evaluasi emulsi


 Evaluasi organoleptic, untuk melihat warna, bau, bentuk, dari
sediaan emulsi
 Penetapan bobot jenis, dilakukan dengan menggunakan
piknometer
 Penetapan pH, menggunakan pH meter
 Penentuan volume terpindahkan, menggunakan gelas ukur
 Penentuan tipe emulsi
 Pengukuran, global menggunakan mikroskop. Syarat ukuran
0,25-10nm
 Pengukuran viskositas dan sifat alir, menggunakan
viscometer Brookfield dan viscometer stromer

Anda mungkin juga menyukai