Anda di halaman 1dari 5

TERJADINYA PENGAPUNGAN

Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari

dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur (Lachman, et all,

1994).

Berdasarkan fase terdispersinya, dikenal dua jenis emulsi yaitu:

1. Emulsi tipe (o/w) : emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak

didispersikan sebagai bulatan-bulatan ke seluruh fase kontinu air. Emulsi

obat untuk pemberian oral biasanya bertipe o/w dan membutuhkan zat

pengemulsi (emulgator) o/w. Contoh: zat-zat yang bersifat nonionic,

akasia (gom), tragacanth, dan gelatin.

2. Emulsi tipe (w/o) : emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase minyak

bertindak swbagai fase kontinu. Emulsi farmasi w/o digunakan hamper

untuk semua penggunaan luar. Emulgator yang digunakan: sabun-sabun

polivalen (kalsium palmitat), span, kolesterol, tween.

Jenis emulsi o/w dan w/o adalah system emulsi sederhana. Sistem emulsi

ganda/kompleks akan diperoleh jika didalam bola-bola emulsi yang

terbentuk masih terdapat lagi globul-globul dari fase lainnya. Sistem

semacam ini dinyatakan sebagai emulsi w/o/w atau emulsi o/w/o.

Komponen-komponen yang terdistribusi di dalam sebuah emulsi,

dinyatakan sebagai fase terdispersi atau fase terbuka. Komponen-


komponen yang mengandung cairan disperse dinyatakan sebagai bahan

pendispersi atau fase luar atau tertutup.

Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau

bagian ketiga dari emulsi, yaitu zat pengemulsi (emulsifying agent).

Stabilitas emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi

halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu

yang panjang. Kehancuran suatu emulsi ditunjukkan oleh penurunan

stabilitasnya dan merupakan proses bertahap banyak.

Pada tahap pertama, terjadi pengapungan (bobot jenis fase terdispersi

lebih kecil dari bobot jenis pendispersi) atau sedimentasi (bobot jenis fase

terdispersi lebih besar daripada bobot jenis pendispersi). Peristiwa ini

mengakibatkan pemisahan dari kedua fase emulsi yang terbentuk dua

lapisan emulsi yang satu terletak diatas yang lain. Pada pengapungan

atau sedimentasi, jumlah bola kecil dan ukurannya tetap, yang terjadi

hanyalah penggabungan atau flokulasi reversible.

Pada tahap kedua, terjadi penyatuan bola-bola kecil yang tidak reversible

yang dinamakan koaselen, yang dapat menyebabkan pecahnya emulsi.

Tahap yang menentukan kecepatan hancurnya emulsi adalah bebasnya

emulgator dari lapisan tipis batas antar muka. Oleh karena itu

kekompakan dan elasitas lapisan tipis ini merupakan faktor yang

menentukan terhadap stabilitas emulsi. Demikian pula dengan konsentrasi

dan struktur emulgator merupakan faktor yang sangat penting. Artinya


konsentrasi emulgator yang melewati KMK pada umumnya menyebabkan

turunnya stabilitas emulsi.

Ada tiga teori yang menerangkan mengenai sistem emulsi, antara lain:

1. Teori Tegangan Permukaan

Bila cairan kontak dengan cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling

bercampur, kekuatan (tenaga) yang menyebabkan masing-masing cairan

menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil disebut

tegangan permukaan. Zat-zat yang dapat menurunkan tegangan

permukaan disebut zat aktif permukaan (surfaktan) atau zat pembasah.

Dengan menurunnya tegangan permukaan, gaya tarik-menarik antar

molekul dari masing-masing cairan akan berkurang dan kedua cairan

dapat saling becampur.

2. Oriented-Wedge Theory

Lapisan monomolekuler dari zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari

fase dalam pada emulsi. Zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah

satu fase yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu

dan terikat kuat kemudian terbenam di dalam fase tersebut dibandingkan

fase lainnya.

3. Teori Plastic atau Teori Lapisan Antarmuka

Menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka antar minyak dan air,

mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang

diabsorpsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut


mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi. Makin kuat dan makin

lunak lapisan tersebut, makin besar dan stabil emulsinya.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor

yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi

banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator

yang banyak digunakan dalam pembuatan emulsi adalah surfaktan.

Mekanisme kerja emulgator yaitu menurunkan tegangan antarmuka air

dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul

fase terdispersi.

Secara kimia, molekul surfaktan terdiri dari gugus polar dan nonpolar.

Apabila surfaktan dimasukkan kedalam sistem yang terdiri dari air dan

minyak, maka gugus polar akan terarah ke fase air sedangkan gugus

nonpolar akan mengarah ke fase minyak. Surfaktan yang mempunyai

gugus polar yang lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi air dalam

minyak.

Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi surfaktan atau

emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophylic Lypophilic

Balance). HLB adalah harga yang harus dimiliki oleh emulgator (atau

campuran emulgator) sehingga pertemuan antara fase lipofil dengan air

dapat menghasilkan emulsi dengan tingkat dispersitas atau stabilitas yang

optimal. Dengan metode ini, tiap zat mempunyai harga HLB atau angka

yang menunjukkan polaritas dari zat tersebut. Tipe aktivitas/ tipe sistem
yang diharapkan dari surfaktan dengan HLB yang ditetapkan adalah

sebagai berikut:

Aktivitas dan Harga HLB Surfaktan

Aktivitas Harga HLB

Emulsifyer (w/o) 4–6

Wetting Agent (Zay Pembasah) 7–9

Emulsifyer (o/w) 8 – 18

Detergents (Zat Pembersih) 13 – 15

Solubilizers (Zat Penambah Kelarutan) 10 – 18

Anda mungkin juga menyukai