Anda di halaman 1dari 9

~EMULSI~

A. Pengertian emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan pembawa yang lain dalam bentuk tetesan kecil (FI ed IV). Jika minyak
yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem
ini disebut emulsi minyak dalam air dan sebaliknya.Emulsi adalah suatu sistem
heterogen, yang terdiri dari tidak kurang dari sebuah fase cair yang tidak
bercampur, yang terdispersi dalam fase cair lainnya, dalam bentuk tetesan-tetesan,
dengan diameter secara umum, lebih dari 0,1 μm.
Secara umum, emulsi merupakan sistem yang terdiri dari dua fase cair yang
tidak bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).Emulsi
adalah suatu sistem termodinamik yang stabil, suatu sistem heterogen yang terdiri
dari paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya sebagai
fase dalam fase terdispersi (fase internal) terdispersi secara seragam dalam bentuk
tetesan – tetesan kecil pada medium pendispersi (fase eksternal) yang distabilkan
dengan emulgator yang cocok.

B. Tujuan Pembentukan Emulsi


Tujuan Pembentukan Emulsi yaitu untuk :
 Meningkatkan kelarutan
 Meningkatkan stabilitas
 Memperbaiki penampilan
 Menutupi rasa tidak enak
 Efek obat diperlambat
 Untuk mendapatkan efek emolient (untuk emulsi topikal)

Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang
tidak bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).

Komponen emulsi :
 Fase dalam (internal)
 Fase luar (eksternal)
 Emulsifiying Agent (emulgator)

Sudut pandang seorang formulator menyatakan emulsi adalah camuran


homogen dari dua cairan tidak tercampurkan dan memperhatikan shelf life (batas
kestabilan) yang dapat diterima di sekitar suhu kamar

Bagi seorang formulator ada dua hal yang harus dipertimbangkan :

1. Shelf life bagaimanakah yang diinginkan ?


• Stabil (tanpa pemisahan) sekurang-kurangnya 12 – 18 bulan pada suhu
kamar. Periode yang memadai adalah :
5 – 6 bulan pada suhu 37 o C, atau
2 – 3 bulan pada suhu 45 o C
• Dalam buku kosmetik (balsam), losio emolien sekurang-kurangnya stabil
satu tahun pada suhu kamar, sedangkan losio tangan 2 tahun.
2. Indikator/parameter apa yang dapat digunakan untuk meramal shelf life ?
• Tidak ada pemisahan fase (kriming)
• Tidak ada perubahan kekentalan (aliran tetap)
• Tidak ada perubahan ukuran tetes terdispersi

C. Keuntungan dan Kerugian Emulsi


1. Keuntungan emulsi
 Menutupi rasa minyak yang tidak enak.
 Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena ukuran minyak diperkecil.
 Meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katalisator bila diberikan dalam
emulsi (minyak mineral sebagai katartik).
 Ketersediaan hayati lebih baik karena sudah dalam bentuk terlarut (mudah
diabsorpsi ukuran partikel minyak kecil).
 Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang homogen
secara visual.
 Meningkatkan stabilitas obat yang lebih mudah terhidrolisa dalam air.

2. Kerugian Emulsi
 Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan
khusus

D. Pemakaian dan Kegunaan Emulsi


Emulsi luas maupun digunakan dalam pengobatan dalam bahan kosmetik.
Pemakaian dalam pengobatan diklasifikasikan sesuai rute pemberian. Dan
penerimaan pasien/konsumen merupakan alasan penting emulsi populer sebagai
bentuk sediaan
1. Sediaan oral, mis : laksantiv dan minyak ikan dapat menutupi rasa tidak enak.
2. Sediaan parenteral, emulsi M/A dari nutrien berupa lipid dengan metode
pengemulsian yang khusus sehingga tetesan halus sekali dapat diberikan
secara iv (minyaknya menggunakan minyak kapas). Injeksi bentuk emusi juga
kebanyakan diberikan melalui suntikan im untuk mendapatkan efek depot
(ditunda).
3. Sediaan dermatologi dan kosmetik, karena pada penggunaannya diinginkan
produk yang dapat menyebar dengan mudah dan sempurna pada tempat
aplikasi. Emulsi M/A paling banyak dimanfaatkan sebagai dasar, karena
mudah dicuci dan tidak lengket, namun emulsi A/M sering digunakan dalam
pengobatan kulit kering dan aplikasi emolien.

Penggunaan emulsi dibagi menjadi tiga golongan yaitu :


1. Emulsi untuk pemakaian dalam (peroral)
2. Emulsi untuk injeksi intravena
3. Emulsi topikal : liniment, losion, cream, salep

Tipe Emulsi
1. O/W = M/A
→ fasa minyak terdispersi dalam fasa air
2. W/O = A/M
Multiple Emulsi
3. W/O/W = A/M/A
→ fasa air teremulsi didalam fasa minyak emulsi yg terjadi teremulsi lagi
didalam air
4. 4. O/W/O = M/A/M

Berdasarkan fasa terdispersinya emulsi terbagi :


 Emulsi minyak dlm air (M/A atau O/W): fasa minyak terdispersi dlm fasa air.
 Emulsi air dlm minyak (A/M atau W/O): fasa air terdispersi dlm fasa minyak.
 Multiple emultion adalah: jika sebagai emulgator digunakan surfaktan dapat
terjadi emulsi dengan sistem kompleks, dimana sistem tersebut mirip jenis
emulsi A/M/A atau M/A/M.
 Dual emulsion adalah: emulsi yang strukturnya tidak dapat dikenali karena
fasa air dan fasa minyak sangat homogen.
 Mikroemulsion (emulsi miselar/micelles) adalah: umumnya dengan ukuran
globul kurang dari 0,15 mikron dan berpenampilan transparan (umumnya
berpenampilan seperti susu).

E. Teori Emulsifikasi
Terjadinya emulsifikasi dapat terjadi karena 2 proses :
1. Proses pertama, terjadin dispersi salah satu cairan sebagai tetes dalam cairan
lainnya (menaikkan energi bebas sistem).
2. Proses kedua, terjadinya penggabungan tetes untuk membentuk kembali
cairan semula.
Proses yang nampaknya bertentangan ini berlangsung spontan sampai emulsi
terpisah menjadi dua fase. Proses kedua dapat diperkecil kecepatannya dengan
menambahkan bahan ketiga yaitu emulgator.Bahan pengemulsi (surfaktan)
menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar permukaan antara tetesan dan
fase eksternal dan dengan membuat batasan fisik di sekeliling partikel yang akan
berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara fase
sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Pemilihan bahan pengemulsi penting dalam menghasilkan kestabilan emulsi
yang optimum dengan penyimpanan selama berbulan-bulan atau lebih dari
setahun.
a. Teori tentang terbentuknya emulsi
1. Teori tegangan permukaan
Teori ini dapat menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila di tambah suatu
substansi yang menurunkan tegangan antar muka diantara dua cairan yang tak
tercampur.
2. Teori orientasi bentuk baji (oriented wedge theory)
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi dengan dasar
adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang
bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan adanya bagian yang suka
minyak atau mudah larut dalam minyak.
3. Teori film plastic (teori lapisan antar muka)
Teori ini menjelaskan bahwa emulgator mengendap pada permukaan
masing-masing butir tetesan fase dispersi dalam bentuk film yang plastis.
Lapisan ini mencegah terjadinya kontak atau berkumpulnya butir-butir tetes
cairan yang sama. Efek emulgator disini adalah murni mekanis dan tidak
tergantung adanya tegangan permukaan.
4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap)
Emulsi terjadi krn ada susunan listrik yg menyelubungi partikel shg tjd tolak
menolak antar partikel sejenis. Adanya muatan listrik :
 Ionisasi molekul pd permukaan partikel
 Absorpsi ion oleh partikel cairan sekitarnya
 Gesekan partikel dgn cairan sekitarnya

b. Teori yang menerangkan sistem emulsi


1. Teori tegangan permukaan
Bila cairan kontak dengan cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling
bercampur, kekuatan (tenaga) yang menyebabkan masing-masing cairan
menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil disebut tegangan
permukaan. Zat-zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan disebut zat
aktif permukaan (surfaktan) atau zat pembasah. Dengan menurunnya tegangan
permukaan, gaya tarik-menarik antar molekul dari masing-masing cairan akan
berkurang dan kedua cairan dapat saling becampur.

2. Oriented Wedge Teory


Lapisan monomolekuler dari zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase
dalam pada emulsi. Zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase
yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu dan terikat kuat
kemudian terbenam di dalam fase tersebut dibandingkan fase lainnya.

3. Teori Plastic atau teori Lapisan antar muka


Menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka antar minyak dan air,
mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang
diabsorpsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah
kontak dan bersatunya fase terdispersi. Makin kuat dan makin lunak lapisan
tersebut, makin besar dan stabil emulsinya.
Konsistensi emulsi beragam dan bervariasi, antara lain :
• Cair untuk pemakaian dalam disebut emulsi (Minyak ikan, laksan).
• Cair untuk pemakaian luar disebut losio (Losio tangan, pembersih).
• Semi padat disebut krim (Counterpain).
• Padat : Supositoria dengan dasar lemak coklat ditambah kolesterol.

F. Uji Emulsi
Uji emulsi dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Bahan pewarna yang dapat larut dalam air dan minyak dapat digunakan
sebagai penguji tipe emulsi. Sejumlah penambahan bahan pewarna dalam
jumlah kecil bila ditaburkan di atas permukaan emulsi, apabila pewarna
tersebut larut dan mewarnai emulsi berarti fase luar melarutkan pewarna.
2. Garam global (CoCl2. X H2O) . Apabila dilarutkan dalam air berwarna pink,
bila diteteskan pada kertas saring kemudian dikeringkan bercak merah akan
berubah menjadi biru (garam Co anhidrat), dan apabilan ditetesi emulsi
berubah kembali menjadi pink, berarti emulsi merupakan tipe M/A.
3. Uji hantaran listrik : prinsinya air apabila sebagai fase luar akan
menghantarkan arus listrik dan dapat diperlihatkan dengan nyala lampu.

~EMULGATOR~
A. Pengertian Emulgator
Emulgator (bahan pengemulsi) adalah komponen yang ditambahkan untuk
mereduksi bergabungnya tetesan terdispersi (ke arah koalesensi) sampai batas
tidak nyata.
Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar
permukaan antar tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang akan berkoalesensi juga mengurangi tegangan
antarmuka antarfase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama
pencampuran.
B. Kegunaan Emulgator
Emulgator bersifat sebagai surfaktan, maka emulgator akan menurunkan
tegangan antar muka, energi bebas permukaan bertambah karena pembentukan
tetesan (penambahan luas permukaan) juga akan tereduksi. Emulgator membantu
mempertahankan luas permukaan yang dihasilkan selama proses dispersi.
Secara kimia, molekul surfaktan terdiri dari gugus polar dan nonpolar.
Apabila surfaktan dimasukkan kedalam sistem yang terdiri dari air dan minyak,
maka gugus polar akan terarah ke fase air sedangkan gugus nonpolar akan
mengarah ke fase minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar yang lebih kuat
akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak. Metode yang dapat
digunakan untuk menilai efisiensi surfaktan atau emulgator yang ditambahkan
adalah metode HLB

C. Sifat-sifat yang diinginkan dari Emulgator


1. Aktif pada permukaan dan mereduksi tegangan permukaan.
2. Teradsorbsi dengan cepat di sekeliling tetesan terdispersi sebagai lapisan film
kental (condensed) yang mencegah koalesensi (bertindak sebagai penghalang
mekanik).
3. Memberikan potensial listrik yang memadai sehingga tolak-menolak
(penghalang listrik). Efek tambahan yang menunjang kestabilan hingga terjadi
tolak menolak antar tetesan.
4. Menaikkan kekentalan emulsi.
5. Efektif pada konsentrasi rendah.

D. Konsep HLB dan Aplikasinya


HLB adalah harga yang harus dimiliki oleh emulgator (atau campuran
emulgator) sehingga pertemuan antara fase lipofil dengan air dapat menghasilkan
emulsi dengan tingkat dispersitas atau stabilitas yang optimal. Dengan metode ini,
tiap zat mempunyai harga HLB atau angka yang menunjukkan polaritas dari zat
tersebut. Tipe aktivitas/ tipe sistem yang diharapkan dari surfaktan dengan HLB
yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas dan Harga HLB Surfaktan

Konsep HLB yaitu dengan mengkombinasikan surfaktan yang memiliki nilai


HLB rendah dan tinggi dimungkinkan membuat nilai HLB ditengah di antara
kedua surfaktan tersebut.HLB butuh merupakan nilai HLB yang dibutuhkan suatu
bahan (minyak lemak) agar bahan tersebut dapat diemulsikan secara efektif.
Penemuan HLB butuh memungkinkan kita memilih campuran emulgator yang
menghasilkan HLB yang dibutuhkan. Adakala nilai HLB tidak diketahui, dalam
hal ini dibuat campuran emulgator dan campuran HLB untuk membuat emulsi
yang paling baik.

2. Perhitungan HLB butuh

Rumus :

Keterangan :

X = Harga HLB yang diminta (HLB butuh)

A = Harga HLB tinggi

B = Harga HLB rendah

E. PEMBUATAN EMULSI
Pada pembuatan emulsi dengan metode dispersi (memecah fase-fase
penyusun emulsi) diperlukan serangkaian urutan proses dalam memecah fase
dalam menjadi tetesan dan menstabilkan tetesan ini dalam fase luar.Keseluruhan
proses tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga kedua langkah dapat
terselesaikan sebelum fase dalam dapat bergabung (berkoalesensi).
Biasanyapemecahan fase luar (secara fisika) agak cepat, tetapi
dianggap bahwa tahap stabilitasi dan laju penggabungan tergantung waktu dan
temperatur. Oleh karena itu merupakan suatu persyaratan dalam rancangan tiap
proses emulsifikasi bahwa variabel tolak ukur disika dan kimia dipilih dan diatur
untuk membantu pembentukan emulsi.

F. Fenomena Ketidakstabilan Emulsi


1. Flokulasi dan Creaming
Flokulasi adalah terjadinya kelomok-kelompok globul yang letaknya tidak
beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan
dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan
konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau disebelah bawah
tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.
2. Koalesen dan Demulsifikasi
Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih
besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari
koalesen dimana kedua fasa terpisah menjadi dua cairan yang tidak bercampur.
Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan.

Anda mungkin juga menyukai