“EMULSI”
Kelompok: 5 / F
Anggota :
FAKULTAS FARMASI
2018
I. JUDUL
Emulsi
II. TUJUAN
Mengetahui pengaruh emulgator terhadap stabilitas emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
1. Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
a. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan
emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
Kerja gom sebagai koloid pelindung
Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan
cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak
lemak.
Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
Balsam-balsam.
Oleum lecoris aseli
Tragacanth
Agar-agar
Chondrus
Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
b. Emulgator alam dari hewan
Kuning telur
Adeps lanae
c. Emulgator alam dari tanah mineral
Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
Bentonit
2. Emulgator buatan
a. Sabun
b. Tween 20; 40; 60; 80
c. Span 20; 40; 80
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya
irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
o Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan
CaO / CaCL2
o Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan
pengadukan.
3. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi
O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.
A. ALAT
Mortir dan stamfer
Tabung reaksi
Gelas ukur
Corong kaca
Mikroskop
Viskometer
B. BAHAN
Paraffin liquidium
Tween 80
Span 80
Syrup simplex
Nipagin
Nipasol
Aquadest
V. CARA KERJA
1. Pembuatan 4 formula emulsi dengan mempergunakan emulgator tween dan span
dengan berbagai perbandingan yaitu :
Formula Tween 80 Span 80
A 75 25
B 50 50
C 25 75
Diambil beberapa tetes sediaan emulsi, kemudian dimasukkan dalam drope plate
Ditambahkan beberapa tetes metilen blue,jika terjadi warna biru yang dominan maka
tipe emulsi adalah minyak dalam air
Dan bagian emulsi lain ditambah dengan larutan sudan III, jika warna merah yang
dominan maka tipe emulsi adalah minyak dalam air
B. Metode Pengenceran
Jika diperoleh emulsi yang homogen lagi maka merupakan tipe emulsi minyak dalam
air
jika terjadi gerakan maka tipe emulsi minyak dalam air, jika tidak terjadi gerakan maka
tipe emulsi air dan minyak
Dimasukkan emulsi kedalam tabung reaksi yang sudah diberi skala, disimpan pada
suhu kamar dan suhu 40 – 500 C
Disentrifugas dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, 5 menit pertama, kedua dan
ketiga, kemudian diukur pemisahannya dengan skala yang ada pada tabung reaksi
5. Viskositas
Emulsi diletakkan diatas objek glass, diamati ukuran partikel dengan menggunakan
mikroskop
HASIL
A. Determinasi tipe emulsi
A B C
MINGGU KE PERSEN
PEMISAHAN
A B C
MINGGU KE PERSEN
PEMISAHAN
A B C
A B C
MINGGU KE VISKOSITAS
(dPa-s)
A B C
0 - - -
1 0,4 0,55 1
2 2 0,4 1
F. Pemeriksaan ukuran partikel ( HARI INI DAN BESOK )
A 40-42 60-62 2
B 40-44 50-54 4
C 40-46 50-56 6
PERHITUNGAN
A. Persen pemisahan pada suhu kamar
Sampel A
1. % = 11,2cm / 10cm x 100% = 112 %
2. % = 11,1cm / 10cm x 100% = 111 %
3. % = 11,2cm / 10cm x 100% = 112 %
Sampel B
Sampel C
Sampel B
Sampel C
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pembuatan sediaan emulsi. Prinsip
pembuatan emulsi adalah dengan mencampurkan fase minyak dengan fase air dengan
bantuan pengadukan. Jika pengadukan dihentikan, tetesan tersebut akan bergabung menjadi
satu dan kedua cairan tersebut akan memisah kembali. Oleh karena itu, untuk menstabilkan
keadaan suatu emulsi agar tetap bercampur, maka harus ditambahkan bahan pengemulsi atau
disebut emulgator. emulgator tween 80 dengan nilai HLB 15 sebagai emulgator fase air dan
span 80 dengan nilai HLB 4,3 sebagai emulgator fase minyak.
Dalam pembuatan suatu emulsi digunakan suatu emulgator atau surfaktan yang
bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka air dan minyak serta membentuk lapisan
film pada permukaan fase terdispersi. Pada percobaan ini digunakan dua surfaktan yang
dikombinasikan dengan tujuan untuk memperoleh HLB surfaktan yang persis sama dengan
HLB minyak yang dibutuhkan.
Dengan men nyamakan atau mendekatkan harga HLB kombinasi surfaktan pada HLB
butuh untuk fasa minyak tertentu, akan diharapkan hasil emulsi yang lebih baik. Kestabilan
emulsi pada HLB butuh dari fasa minyak berbeda-beda, tergantung dari efisiensi kombinasi
surfaktan.
Dalam percobaan ini digunakan kombinasi emulgator tipe air (Tween 80) dan
emulgator tipe minyak (span 80), meskipun kadang-kadang ditemukan bahwa suatu
pengemulsi tunggal dapat menghasilkan jenis emulsi yang dikehendaki pada viskositas yang
diinginkan, namun karena jarang ditemukan emulgator tunggal yang memiliki nilai HLB
sesuai dengan yang dibutuhkan maka digunakan emulgator kombinasi.
Pada percobaan ini sebagai fase minyak digunakan parafin cair yang dicampur
dengan span 80, sedangkan sebagai fase air adalah air suling yang dicampur dengan tween
80.
Emulsi dengan beberapa formula yang telah terbentuk kemudian dilakukan
determinasi. Determinasi tipe emulsi dilakukan dengan tiga cara. Cara yang pertama yaitu
dengan metode pengenceran, pada metode ini formula yang sudah terbentuk diberi sedikit air
kemudian diaduk, kemudian diperoleh emulsi yang homogen, maka tipe emulsi pada formula
tersebut adalah minyak dalam air. determinasi dilakukan dengan metode pewarnaan, metode
ini dilkukan dengan pemberian lrutan metilen blue dan sudan III. Jika dengan penambahan
larutan metilen blue terbentuk warna biru maka tipe emulsi adalah minyak dalam air.
determinasi yang lain adalah dengan metode pengukuran daya hantar listrik, pada metode ini
digunakan voltameter yang dicelupkan pada emulsi, jika terjadi gerakan maka tipe emulsi
tersebut adalah minyak dalam air dan jika tidak terjadi gerakan maka tipe emulsi tersebut
adalah air dalam minyak. Dari uji diatas di dapat hasil formula A merupakan tipe emulsi
minyak dalam air, formula B merupakan tipe emulsi minyak dalam air, dan formula C adalah
air dalam minyak.
Evaluasi sediaan emulsi yang dilakukan yaitu viskositas dengan alat viscometer
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai viskositas setelah disimpan
setelah dilakukan penyimpanan jika nilai vsikositas naik maka tidak terjadi kenaikan ukuran
partikel tetesan cairan dan tidak terjadi kerusakan emulsi selama penyimpanan.
Evaluasi yang selanjutnya adalah evaluasi penyimpanan pada suhu kamar, emulsi
disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahannya setiap 3 hari selama dua minggu. Dari
hasil percobaan, emulsi yang disimpan pada suhu kamar menunjukkan bahwa terjadi
penurunan tinggi pengendapan.
KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan penyimpanan terjadi kenaikan nilai viskositas, maka dapat dikatakan
tidak terjadi kenaikan ukuran partikel tetesan cairan dan tidak terjadi kerusakan emulsi
selama penyimpanan.
2. Evaluasi penyimpanan pada suhu kamar menunjukkan bahwa terjadi penurunan tinggi
pengendapan.
3. Metode pewarnaan hasilnya o/w
4. Metode pengenceran hasilnya o/w
5. Metode daya hantar listrik hasilnya o/w
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen kesehatan RI: Jakarta
Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen kesehatan RI: Jakarta
A B
\
C
2. Uji Pemisahan
JURNAL TERKAIT