Kelompok A2:
Tanti Aggraini 145070507111013
Nur Aisyah Widya Ningrum 145070501111021
Rahmania Nadia Sari 145070507111015
Putri Aulia Rahmani 145070501111015
Nilna Jauharotul K 145070500111005
Hamidah 145070500111015
Tsaniya Rizqina 145070501111027
I. Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum mengenai gel ini adalah:
1. Agar mahasiswa mampu merancang formula sediaan gel.
2. Agar mahasiswa mampu membuat serta melakukan evaluasi sediaan gel.
3. Agar mahasiswa mampu menganalisa pengaruh penggunaan gelling agent terhadap
stabilitas sedian emulsi.
II. Dasar Teori
Sediaan gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil , molekul organic yang besar terpenetrasi oleh cairan (FI IV,1995). Gel
umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih ,tembus cahaya, dan mengandung
zat aktif yang merupakan disperse koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel ,1989).
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom
alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis
seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang
merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan
proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat
mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila ditambahkan
ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan
bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang
dengan prosedur yang khusus.Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul
organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.
Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari
bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik.
Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih
besar (Ansel, 1989).
Sediaan gel pada umumnya memiliki sifat dan karakteristik tertentu terkait dengan
berbagai komponen yang menyertai dan dapat menimbulkan berbagai efek penggunaan
antara lain (Felton, 2012):
1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi di antara matriks gel
dan terjadi interaksi silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebakan
kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis
Suatu proses adanya kontraksi pada massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan
berada di atas permukaan gel sehingga terbentuk massa gel yang kuat. Proses
mekanismenya yaitu terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat
adanya tekanan elastik pada saat pembentukan gel. Adanya perubahan pada kekuatan
gel akan mrengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan
bergerak menuju ke permukaan.
Natrium diklofenak merupakan suatu anti radang non steroid (Non steroid
antiinflamatory drugs, NSAIDs) yang merupakan suatu turunan asam fenil asetat. Natrium
diklofenak digunakan pada pengobatan osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Untuk
mengurangi efek pada saluran cerna, pendekatan yang dilakukan adalah dengan membuat
sediaan transdermal yaitu sistem penghantaran yang memanfaatkan kulit sebagai tempat
masuknya obat. Kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia dan dalam keadaan
tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa obat yang dapat menimbulkan efek terapetik, baik
yang bersifat setempat maupun sistemik (Aiache, 1993).
Diklofenak dapat terakumulasi pada cairan sinovia sehingga efek terapi pada
persendian menjadi lebih panjang. Untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membran
kulit, dapat digunakan senyawa-senyawa peningkat penetrasi. Fluks obat yang melewati
membran dipengaruhi oleh koefisien difusi obat melewati stratum corneum, konsentrasi
efektif obat yang terlarut dalam pembawa, koefisien partisi antara obat dan stratum corneum
dan tebal lapisan membran. Peningkat penetrasi yang efektif dapat meningkatkan koefisien
difusi obat ke dalam stratum corneum dengan cara mengganggu sifat penghalangan dari
stratum corneum (Wilmana, 2007).
Peningkat penetrasi dapat bekerja melalui tiga mekanisme yaitu dengan cara
mempengaruhi struktur stratum corneum, berinteraksi dengan protein interseluler dan
memperbaiki partisi obat, coenhancer atau cosolvent kedalam stratum corneum. Bahan-bahan
yang dapat digunakan sebagai peningkat penetrasi antara lain air, sulfoksida dan senyawa
sejenis azone, pyrrolidones, asam-asam lemak, alkohol dan glikol, surfaktan, urea, minyak
atsiri, terpen dan fosfolipid (Swarbrick dan Boylan 1995).
III.
halus.
Kelarutan : mudah larut di air dan tidak dapat larut dalam ethanol
Rumus molekul : C35H49O29
Titik leleh : 270 C
Titik didih : PH larutan : 6-8
PH stabilitas : 3-12
Bobot molekul : 2x106
Nama lain : Xanthane gum, Corn sugar gum; E415; Keltrol; polysaccharide
B-1459;
Rhodigel; Vanzan NF; Xantural
Nama kimia :
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah yang baik, sejuk dan kering
Stabilitas : stabil
Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi, surfaktan kationik
Koefisien zat aktif : -
Struktur kimia :
4. Metil paraben ( FI III hal 378, FI IV hal 551, Hope hal 441)
Pemerian : serbuk hablur halus , putih, hamper tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Hablur
kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau bau khas
tetep jernih.
Rumus molekul : C8H8O3
Titik leleh : 125 0C 128 0C
Titik didih : PH larutan : 3 6
PH stabilitas : Bobot molekul : 152,15
Nama lain : methylis parabenum, nipagin M, methyl parahydrobenzoate
Nama kimia : methyl 4 hydroxybenzoate
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat yang
sejuk dan kering
Stabilitas : larutan metal paraben di PH 3 6 di sterilisasi dengan autoklaf
pada suhu 120 0C selama 20 menit tanpa dekomposisi. Larutan pada PH 3
6 stabil ( kurang dari 10 % dekomposisi ) sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar sedangkan larutan pada PH 8 atau lebih akan terhidrolisis sangan
cepat ( 10 % atau lebih pada suhu kamar )
Inkompatibilitas : aktivitas antimikroba metal paraben dan paraben
lainnya jauh berkurang dengan adanya surfaktan nonionic seperti
5. Propil paraben ( FI III hal 535, FI IV hal 713, Hope hal 596)
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan
dalam eter, sukar larut dalam air mendidih, larut dalam 3,5 bagian etanol
(95%), dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol dan dalam 40
6.
IV.
4.1 Formula
R/
Na Diklofenak
1%
Xanthan Gum
3,5%
Metil Paraben
0,18%
Propil Paraben
0,02%
Propilen Glikol
5,5%
Gliserin
15%
Aquades
ad 100%
V.
Perhitungan.
Jumlah yang digunakan 5 pot dengan label massa 5 x 30 gram = 165 gram
Massa terpindahkan 1 pot
Massa dilebihkan 10%
= 33 gram
= 165 gram
= 0,0066 gram
= 0,033 gram
= 0,0594 gram
= 0,297 gram
6. Propilen Glikol
1 pot = (5,5% x 30 gram)+10% = 1,815 gram
5 pot = 1,815 gram x 5
= 9,075 gram
7. Aquades ad 100%
1 pot = 100%- (1%+3,5%+15%+5,5%+0,18%+0,02%)
= 74,8%
= (74,8% x 30 gram) + 10%
= 22,44 + 10%
= 24,684
= 25 mL
5 pot = 25 mL x 5
= 125 mL
Aquades untuk mucilage xanthan gum
5x massa xanthan gum
= 5 x 5,775
= 28,875 gram
= 28,875 mL ~ 29 mL
VI.
Penimbangan
Nama Bahan
Na Diklofenak
Xanthan Gum
Propil Paraben
Metil Paraben
Gliserin
Propilen Glikol
Aquades
VII.
Prosedur
Metil
Paraben
- Ditimbang 0,297 gram
- Dilarutan dengan propilen glikol 5 mL dalam beaker glass
Larutan 1
Propil
Paraben
- Ditimbang 0,033 gram
- Dilarutkan dengan propilen glikol 4 mL dalam beaker glass
Larutan 2
Na
diklofenak
- Ditimbang 16,5 gram
- Dilarutkan dengan gliserin 19, 6 mL dalam beaker glass
Larutan 3
Xanthan
- Ditimbang 5,775 gram
-Gum
Dikembangkan di dalam mortir hangat dengan air sebanyak 29 mL
selama 15 menit
- Diaduk menggunakan stamper ad homogen
- Ditambahkan larutan 3 secara perlahan aduk ad homogen
Metil
Paraben
VIII. Evaluasi
1. Uji Organoleptis
Tujuan
: Untuk mengetahui apakah sediaan telah sesuai dengan keinginan
Prinsip
pembuat jika ditinjau dari segi warna, bau, tekstur, dan konsistensi.
: membandingkan warna, bau, tekstur, dan konsistensi sediaan
diatas kaca ditambahkan beban sebesar 50, 100, 200 dan 500 gram dan
daerah yang terbentuk diamati serta diukur diameternya (Safitri, 2013).
Penafsiran Hasil : krim tersebar merata dengan diameter yang cukup besar.
5. Uji Daya Lekat
Tujuan
: Untuk mengetahui daya lekat krim
Prinsip
: Diukur kecepatan memisahnya kaca penutup dengan kaca objek
yang telah diberi sediaan dan telah diberi beban sebesar 1kg.
Metode
: 0,25 gram gel diletakkan diantara 2 gelas objek, lalu ditekan dengan
beban 1 kg selam 5 menit. Setelah itu beban diangkat dari gelas objek,
kemudian dua gelas objek tersebut dipisahkan dan waktu yang
dibutuhkan untuk memisahkan kedua gelas objek tersebut dicatat
(Arikumalasari, dkk., 2013).
Tabel Pengamatan
Proses Pembuatan Sediaan
Alat dan bahan disiapkan
Disiapkan aquades sebanyak 29
mL dan diapnaskan diatas
penangas air
Ditimbang Na Diklofenak
sebanyak 16,5 gram dengan
menggunakan neraca analitik
Ditimbang Xanthan Gum
sebanyak 5,775 gram dengan
menggunakan neraca analitik
Disiapkan gliserin sebanyak
24,75 mL dengan menggunakan
beaker glass yang telah
dikalibrasi
Ditimbang propil paraben
sebanyak 0,033 gram dengan
menggunakan neraca analitik
Ditimbang metil paraben
sebanyak 0,297 gram dengan
menggunakan neraca analitik
Disiapkan propilen glikol sebayak
9,075 mL dengan menggunakan
beaker glass yang telah
dikalibrasi
Hasil
Alat dan bahan telah siap
Aquades telah diapanskan di
penangas air sebanyak 29 mL
Didapatkan Na Diklofenak
sebanyak 16,5 gram
Didapatkan Xanthan Gum
sebanyak 5,775 gram
Didapatkan gliserin sebanyak
24,75 mL
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
X.
No
Parameter
1
Organoleptis
Spesifikasi
Bau: tidak berbau
Warna: putih bening
Tekstur: lembut
Konsistensi: kenyal, agak kaku
Hasil
Bau: tidak berbau
Warna: putih keruh
Tekstur: lembut
Konsistensi: kenyal
2
3
Uji pH
Uji
4,5-6,5
Sediaan homogen, tidak ada
Homogenitas
Uji Daya
Lekat
Uji daya sebar
XI.
Uji Freeze
thaw
Diameter: 6,9 cm
Stabil
Pembahasan
Setelah dilakukan pembuatan sediaan gel Na diklofenak 1% dengan
diperoleh ini kurang sesuai dengan spesifikasi yaitu 4,5-6,5 (pH kulit), namun untuk
sediaan topical pH 7 masih diperbolehkan untuk digunakan di kulit karena
masih dalam kondisi netral. Uji daya lekat dilakukan sebanyak 3x uji dan didapatkan
hasil yang sama yaitu pada uji pertama diperoleh waktu 9 detik, pada uji kedua diperoleh
waktu 9 detik dan pada uji ketiga diperoleh 9 detik, sehingga diperoleh rata-rata uji daya lekat
yaitu 9 detik.
Pada uji daya sebar dilakukan 4x uji dengan beban yang berbeda, dimana setiap beban
dilakukan 3 kali pengujian. Pengujian pertama dengan beban 50 gram, diameter yang
didapatkan yaitu 5,1 cm, 4,2 cm, dan 5,8 cm sehingga rata-rata diameter yang didapatkan
pada beban 50 gram ini adalah 5,03 cm. pengujian kedua dengan beban 100 gram diameter
yang didapatkan yaitu 5,1 cm, 5,4 cm, dan 5,3 cm sehingga rata-rata diameter yang
didapatkan yaitu 5,27. Pengujian ketiga dengan beban 200 gram diameter yang didapatkan
yaitu 5 cm, 5,3 cm dan 5 cm sehingga rata-rata yang didapatkan 5,1 cm. pengujian keempat
dengan beban 500 gram yang didapatkan yaitu 7 cm, 6,8 cm dan 6,9 cm sehingga rata-rata
yang didapatkan 6,9 cm. berdasarkan hasil yang diperoleh, pemberian beban dengan berat
yang berbeda-beda dapat dikatakan baik dan memasuki rentang 5-7 cm. pada grafik dapat
dilihat terjadi peningkatan secara signifikan dari pemberian beban 200 gram ke 500 gram.
Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya peningkatan beban yang cukup besar pula.
Sedangkan penurunan pada grafik dari beban 100 gram ke 200 gram dapat disebabkan karena
ketidaksamaan berat bahan dan berat kaca yang digunakan pada masing-masing uji berbeda.
Pada beban 100 gram bahan yang digunakan sedikit lebih banyak sehingga dapat diperoleh
diameter yang lebih besar.
Column2
2
1
0
Evaluasi terakhir yang dilakukan pada sediaan yaitu uji freeze thaw, pada uji freeze
thaw ini sediaan di letakkan di dalam lemari pendingin dengan suhu 4C selama 48 jam,
kemudian dipindahkan ke dalam oven dengan suhu 40C selama 48 jam. Hasil yang
didapatkan yaitu, pada saat sediaan dikeluarkan dari kulkas sediaan masih dalam kondisi baik
(stabil dan homogen) dan ketika di uji pH, hasilnya tetap menunjukkan pH 7 yang artinya
tidak mengalami perubahan pH dari sebelum di masukkan lemari pendingin. Kemudian
setelah di dalam oven selama 48 jam, sediaan diamati dan menunjukkan hasil yang masih
tetap homogen dan stabil, untuk uji pH nya pun tetap yaitu 7. Hal ini menandakan bahwa
sediaan gel yang dibuat sudah tepat, karena sediaan tidak mengalami kerusakan setelah
diberikan perlakuan yang ekstrim (freezethaw).
XII.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan formulasi yang dibuat sudah sesuai karena sedian
gel secara garis besar sudah memenuhi spesifikasi dari uji yang dilakukan, sediaan gel
dengan bahan aktif Na dikklofenak dan gelling agent xanthan gum sudah sesuai dengan
spesifikasi organoleptik kecuali untuk warna. Xanthan gum sebagai gelling agent dengan
konsentrasi yang cukup sedikit (3,5%) sudah mampu membuat gel dengan konsistensi dan
tekstur yang baik serta stabilitas gel dengan gelling agent ini sangat baik.
XIII.
Daftar Pustaka
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III,
Penerbit Universitas Indonesia. UI - Press, Jakarta.
Nurdianti, Lusi. 2015. Formulasi dan Evaluasi Gel Ibuprofen dengan
Menggunakan
Viscolam Sebagai Gelling Agent. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada. Vol 14.
Safitri, Nabila Ayu.
Strawberry (Fragaria
2013.Optimasi
Formula
Sediaan
Krim
Ekstrak