Kelompok A5
01 02
Gel Keuntungan dan
kerugian sediaan
Fitosom
03 04
Integrasi dengan Karakteristik sediaan
keislaman gel
01 Gel
Gel umumnya merupakan sediaan semi
padat yang jernih. Tembus cahaya dan
mengandung zat aktif. Merupakan dispersi koloid
mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling berkaitan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989).
Menurut farmakope edisi IV, gel sering
disebut dengan jeli, merupakan sistem semi padat
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
FITOSOM
Fitosom adalah sistem penghantaran nanopartikel yang
tersusun dari lapisan monolayer ataupun double layer
fosfolipid yang membentuk vesikel, dimana sistem ini
digunakan untuk penghantaran senyawa-senyawa alam yang
bersifat polar ataupun yang bersifat non polar. Kandungan
fosfolipid dalam sistem ini mampu memediasi peningkatan
kelarutan dan permeabilitas senyawa aktif. Saat ini
pemanfaatan fitosom telah banyak dilakukan untuk
modifikasi senyawa dari bahan alam yang ditujukan untuk
meningkatkan efektivitas senyawa aktif (Anjana et al., 2017).
02 Kekurangan dan Kelebihan fitosom
Kelebihan Kekurangan
Penyerapan fitokonstituen meningkat baik melalui rute
oral maupun topikal sehingga memiliki bioavailabilitas
yang lebih baik dan respon terepeutik yang optimal 1. Biaya tinggi yang membuat produktivitas
• Dapat menghantarkan beragam kelompok obat seperti lebih sulit dan berkurangnya kemampuan
peptida dan molekul protein untuk menyesuaikan dosis
• Dapat menghantarkan ekstrak non-lipofilik dan 2. Fosfolipid (lesitin) dapat menyebabkan
meningkatkan absorbsinya proliferasi pada garsi sel kanker payudara
• Membutuhkan dosis obat yang rendah dikarenakan 3. Dapat menyingkirkan fitokonstituen secara
absorbsi konstituen aktif yang meningkat cepat (Madibaniasadi, dkk., 2019)
• Fosfatidilkolin sebagai molekul pembawa memiliki 4. Pengurangan konsentrasi obat yang
efek hepatoprotektif dan dapat menutrisi kulit diinginkan sebagai akibat dari pembersihan
• Konstituen terkonjugasi dalam pembawa sehingga beberapa fitokonstituen sehingga
pembungkusan sangat efisien mengakibatkan obat tidak stabil (Singh,
(Tripathy et al.,2013; Kadu & Apte, 2017; Pawar & dkk,2018)
Bhangale, 2015):
03 Sifat dan Karakteristik Gel
· Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain
· Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi
dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol,
pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.
· Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
· Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang
sulit untuk dikeluarkan atau digunakan)
· Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation
(Lachman L, et al., 1989)
Karakteristik Fitosom
Karakterisasi fitosom dilihat dari berbagai aspek, antara lain (Pawar dan Bagyashree, 2015):
a. Visualisasi yang dilakukan dengan menggunakan TEM
b. Efisiensi penjerapan yang dapat diukur dengan menggunakan teknik ultrasentrifugasi 16
c. Suhu transisi yang dapat diukur dengan menggunakan DSC (Differential Scanning Calorimetry)
d. Pengukuran aktivitas tegangan permukaan
e. Pengukuran stabilitas vesikel
f. Pengkuran ukuran partikel dan potensial zeta
g. Evaluasi spektroskopi yang dapat diukur dengan menggunakan H-NMR, C-NMR, dan FTIR
Tinjauan Bahan Aktif
Centella Asiatica
Nama Pagagan
Aktivitas Antiinflamsi
Kelarutan : Sangat larut dalam aseton dan etanol 95%, sukar larut
dalam air
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan mg silikat, mg trisilikat, besi
kuning oksida
Kegunaan : pengawet, zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(HOPE hal 956, FI IV hal 173)
Aquadest
Sinonim :Aqua Destilate (Rowe dkk, 2009).
Deskripsi/pemerian :Cairan Tidak Berwarna, Cairan tidak Berbau, Tidak Berasa (Rowe dkk, 2009).
Ph :5-7
Titik Lebur :0 oC
(Rowe, 2009)
Gliserin
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama lain : Gliserol
Pemerian : Cairan seperti siri, jernih,tidak berwarna,tidak berbau,
Manis di ikuti rasa hangat
Kelarutan : Dapat campur dengan air,dan dengan etanol (95%) P
Praktis tidak larut dalam kloroform P, eter P, dan
Minyak
RM : C3H8O3
BM : 92, 10
Rumus struktur : CH2 OH-CHOH-CH2 OH
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan :humektan, emollient (Rowe dkk, 2009).
Viscolam
Citra, 2015
Propilen Glikol
Nama Latin : Propilen Glycolum
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, esensial dan dalam eter,
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak
Penggunaan herba pegagan sebagai obat penyembuh luka bakar dapat dipermudah dengan memformulasikannya dalam
sediaan gel. Kandungan air yang tinggi dalam basis gel dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada stratum corneum
sehingga akan memudahkan penetrasi obat melalui kulit (Kibbe, 2004).
Pegagan mengandung asiaticoside (Sikarrepaisan et al., 2008) merupakan saponin yang memacu pembentukan kolagen,
yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka (MacKay & Miller, 2003).Pengobatan secara
tradisional sebagai penyembuh luka bakar akhir-akhir ini banyak digunakan, salah satunya adalah herba pegagan
(Centella asiatica L. Urban) (Wasito, 2011). Penggunaan tradisional herba pegagan sebagai obat luka bakar yaitu dengan
mencuci bersih herba pegagan segar, digiling dan langsung ditempelkan pada bagian yang luka (Sudarsono et al., 2002)
Perhitungan
Pertakaran kecil
1 pot gel = 15 g
Spesifikasi Produk
1. Memiliki Viskositas dan daya lekat tinggi, tidak mudah mengalir pada permukaan kulit
2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan
3. Memiliki derajat kejernihan tinggi (efek estetika)
4. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti film saat pemakaian
5. Mudah tercucikan dengan air
6. Daya lubrikasi tinggi
7. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat digunakan
Rencana Spesifikasi Sediaan
Rencana spesifikasi produk
Nama Produk : Centella Asiatica
Kandungan : Asiatikosida
Bentuk Sediaan : gel
Kategori : NSAID
Indikasi : antiinflamasi
Dosis : Anak : Tidak dianjurkan untuk anak-anak.
Dilarutkan dalam
Aquades
Komponen Penyusun Formula Gel
Jenis Bahan Nama Bahan Fungsi Bahan Rentang Penggunaan
3. Etanol 95% Pelarut Sebagai pelarut dalam proses ekstraksi, karena etanol
adalah pelarut organik yang bersifat polar dan dapat
melarutkan bahan yang bersifat non polar
EPC 10 gram
Kolesterol 20%
Aquadest Ad 100%
Perhitungan dan Rancangan Pembuatan
Perhitungan Fitosom skala kecil 4 gram
7. Aquades - Pelarut
1. Ekstrak Pegagan Fitosom 4 gram 4 gram x 100 = 400 gram 400g+ (400 x 10%)= 440 g
Metode
a) Bau : mengenali aroma atau bau sediaan dengan mencium aroma sediaan.
b) Warna : melihat warna dari sediaan
c) Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan
d) Konsistensi : dirasakan konsistensi dari sediaan
Pengolahan data :
Didapatkan hasil bentuk, warna, dan bau yang dievaluasi pada sediaan yang di buat.
(Lachman, 1994)
Uji Homogenitas
Macam evaluasi : Untuk mengetahui secara visual distribusi partikel/granul dari suatu sediaan.
Sebagian sampel diamati pada gelas objek secara visual.
Metode :
Metodenya sampel diambil pada bagian atas, tengah atau bawah. Sampel diletakkan pada gelas
objek dan diratakan dengan gelas objek lain hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah itu susunan
partikel yang terbentuk diamati visual
Pengolahan data
Jika terdapat perbedaan sifat pada basis dan zat aktif akan terjadi proses penggumpalan sehingga
mengakibatkan bentuk sediaan yang memiliki partikel lebih besar dari sediaan. Sediaan yang
homogen ditandai dengan tidak terdapatnya gumpalan pada hasil pengolesan sampai titik akhir
pengolesan. Gel yang diuji diambil dari tiga tempat yaitu bagian atas, tengah dan bawah dari wadah
sediaan. (Lachman, 1994)
Uji pH
Metode:
a) Menggunakan alat potensiometer (pH meter) yang terkalibrasi
b)Pengukuran dilakukan pada suhu 250C + 20C kecuali dinyatakan lain pada masing-masing
monografi
Pengolahan data :
Kulit normal berkisar antara pH 4,5 - 6,5. Nilai pH yang melampaui 7 dikhawatirkan dapat
menyebabkan iritasi kulit. Nilai pH sediaan yang baik adalah 4,5 - 6,5 atau sesuai dengan nilai pH
kulit manusia.(Lachman, 1994)
Uji Daya Sebar
Macam evaluasi : Dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu
basis gel sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian obat yang memuaskan.
Metode:
Sediaan ditimbang ± 0,5 gram, diletakkan pada kaca bundar bagian rengah diatas diberi anak
timbangan sebagai beban dan dibiarkan 1menit. Diameter sediaan yang menyebar (dengan mengambil
panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi), diukur. 50 gram, 100 gram, 200 gram, 300gram, 400
gram dan 500 gram digunakan sebagai beban, pada setiap penambahan beban didiamkan selama 1
menit dan diukur diameter sediaan yang menyebar.
Pengolahan data: Sediaan gel yang nyaman digunakan memiliki daya sebar 5-7 cm
(Ansel, 1989)
Uji Daya lekat
Macam Evaluasi : Untuk mengetahui daya lekat gel, Sampel diukur kecepatan
waktu saat terlepas dari antara dua gelas objek yang diberi beban tertentu
Metode : Sejumlah sampel +- 0,25 gram dilekatkan di antara dua gelas objek
kemudian kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban
diambil kemudian gelas objek diangkat menggunakan tangan dan dihitung waktu
gelas objek jatuh (miranti,2009)
Uji Viskositas
Ujiviskositas dilakukanevaluasi kekentalan dan persentasi kesalahan pada sediaan gel.
Spindledisesuaikan berdasarkan konsentrasi kekentalan sediaan.
Digunakanspindlenomor 6-7, dan kecepatan yang disesuaikan. Spindledicelupkan ke
dalam sampel gel setelah kecepatan yang sudah disesuaikan. Nomorspindledisesuaikan
diatur dan diamkan beberapa saat sampai nilai viskositas akan menunjukkan tingkat
kekentalan dari basis gel.
(miranti,2009)
Kemasan Sediaan
Kemasan Sekunder
Kemasan Primer
Brosur
Daftar Pustaka
Anggraeni, Adisty C. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 448, 515, 771, 1000.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh. Ibrahim, F., Edisi IV, Jakarta, Universitas
Indonesia Press
Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3. Translation of Basic and Clinical Pharmacology
Eight Edition Alih bahasa oleh Bagian
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan kanig, J.L. (1989).Teori dan PraktekFarmasi Industri 1, Edisi III, terjemahan Siti
Suyatmi, UI-Press,Jakarta.
Lachman. L, H.A., Lieberman dan J.L Kanig. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri II(edisi III). Penerjemah : Siti
Suyatmi. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Nasyruddin.2011.formula aktivitas krim antidioksidan ektrak etanol umbi bawang merah.makassar: Universitas Islam Negri
Alauddin
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The. Pharmaceutical Press, London
Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Wilmana, P. F., 1995, Analgesik – Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam: Farmakologi dan
Terapi, Sulistia G. Ganiswarna (Ed.), edisi 4, Gaya Baru, Jakarta, 207-218.
Thanks!