Anda di halaman 1dari 54

Gel Centella Asiatica

Kelompok A5

1. Nurvita Cindy Dwi Pratiwi​ (19930031)


2. Tio Surya Bagus R ​ (19930032)
3. Hifar Rahmadinah ​(19930033)
4. Putri Agustin​​ (19930034)
5. Muhammad Zaki Muttakin ​(19930035)
6. Kelvin (19930036)
6. Nurul Aini ​ (19930037)
Gel
Dasar Teori

01 02
Gel Keuntungan dan
kerugian sediaan
Fitosom

03 04
Integrasi dengan Karakteristik sediaan
keislaman gel
01 Gel
Gel umumnya merupakan sediaan semi
padat yang jernih. Tembus cahaya dan
mengandung zat aktif. Merupakan dispersi koloid
mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling berkaitan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989).
Menurut farmakope edisi IV, gel sering
disebut dengan jeli, merupakan sistem semi padat
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
FITOSOM
Fitosom adalah sistem penghantaran nanopartikel yang
tersusun dari lapisan monolayer ataupun double layer
fosfolipid yang membentuk vesikel, dimana sistem ini
digunakan untuk penghantaran senyawa-senyawa alam yang
bersifat polar ataupun yang bersifat non polar. Kandungan
fosfolipid dalam sistem ini mampu memediasi peningkatan
kelarutan dan permeabilitas senyawa aktif. Saat ini
pemanfaatan fitosom telah banyak dilakukan untuk
modifikasi senyawa dari bahan alam yang ditujukan untuk
meningkatkan efektivitas senyawa aktif (Anjana et al., 2017).
02 Kekurangan dan Kelebihan fitosom
Kelebihan Kekurangan
Penyerapan fitokonstituen meningkat baik melalui rute
oral maupun topikal sehingga memiliki bioavailabilitas
yang lebih baik dan respon terepeutik yang optimal 1. Biaya tinggi yang membuat produktivitas
• Dapat menghantarkan beragam kelompok obat seperti lebih sulit dan berkurangnya kemampuan
peptida dan molekul protein untuk menyesuaikan dosis
• Dapat menghantarkan ekstrak non-lipofilik dan 2. Fosfolipid (lesitin) dapat menyebabkan
meningkatkan absorbsinya proliferasi pada garsi sel kanker payudara
• Membutuhkan dosis obat yang rendah dikarenakan 3. Dapat menyingkirkan fitokonstituen secara
absorbsi konstituen aktif yang meningkat cepat (Madibaniasadi, dkk., 2019)
• Fosfatidilkolin sebagai molekul pembawa memiliki 4. Pengurangan konsentrasi obat yang
efek hepatoprotektif dan dapat menutrisi kulit diinginkan sebagai akibat dari pembersihan
• Konstituen terkonjugasi dalam pembawa sehingga beberapa fitokonstituen sehingga
pembungkusan sangat efisien mengakibatkan obat tidak stabil (Singh,
(Tripathy et al.,2013; Kadu & Apte, 2017; Pawar & dkk,2018)
Bhangale, 2015):
03 Sifat dan Karakteristik Gel
· Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain

· Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi
dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol,
pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.

· Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.

· Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang
sulit untuk dikeluarkan atau digunakan)

· Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation
(Lachman L, et al., 1989)
Karakteristik Fitosom

Karakterisasi fitosom dilihat dari berbagai aspek, antara lain (Pawar dan Bagyashree, 2015):
a. Visualisasi yang dilakukan dengan menggunakan TEM
b. Efisiensi penjerapan yang dapat diukur dengan menggunakan teknik ultrasentrifugasi 16
c. Suhu transisi yang dapat diukur dengan menggunakan DSC (Differential Scanning Calorimetry)
d. Pengukuran aktivitas tegangan permukaan
e. Pengukuran stabilitas vesikel
f. Pengkuran ukuran partikel dan potensial zeta
g. Evaluasi spektroskopi yang dapat diukur dengan menggunakan H-NMR, C-NMR, dan FTIR
Tinjauan Bahan Aktif
Centella Asiatica

Nama Pagagan

Nama Ilmiah Centella asiatica

Kandungan Senyawa Asiatikosida

Aktivitas Antiinflamsi

(Lasmadiwati et al., 2005)


Efek Farmakologi

Pemanfaatan pegagan sebagai obat luka secara modern dalam bentuk


topikal membutuhkan sistem penghantaran yang sesuai karena senyawa aktif
dalam pegagan yaitu asiatikosida memiliki kecenderungan bersifat polar,
sehingga berlawanan dengan karakteristik dari lapisan kulit yang tersusun dari
membran sel yang cenderung bersifat lipofil (World Health Organization, 1999).
Mekanisme Kerja
Tanaman Centella asiatica dapat digunakan sebagai sumber bahan aktif pada
perawatan kulit yang mulai kusam, berkerut, atau menunjukkan tanda-tanda penuaan
yang tidak diinginkan (Primastuti, 2013). Khasiat lain dari asiatikosida yang
terkandung dalam pegagan juga bisa mempercepat dan memicu pertumbuhan kolagen
pada bagian kulit, sehingga bisa memperbaiki dan membuat regenerasi kulit ketika
terjadi kerusakan kulit akibat jerawat (Sikareepaisan dkk., 2008).
Toksisitas

Tidak memiliki toksisitas


Tinjauan bahan
eksipien
Metil paraben
Pemerian : Serbuk hablur halus, berwarna putih, tidak
berbau,memiliki rasa yang membakar
Rumus molekul : C8H8O3
Berat molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan
eter
PH :-
Suhu lebur : 169oC-172oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Larutan pada PH 3-6 stabil (dekomposisi kurang dari
10%) selama 4 tahun penyimpanan pada suhu
ruang
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bentonit, magnesium trisilikat,
talk, tragacant, sodium alginate, minyak esensial,
sorbitol, dan atropine
Kegunaan : Sebagai pengawet antijamur (HOPE edisi 6 hal 442 &
FI III hal 52)
Propil paraben
Nama resmi : PROPYLIS PARABENUM
Nama lain : Nipasol
Pemerian : Serbuk kristal putih, tidak berbau, tidak berasa
Rumus molekul :C10H12O3
PH : 4-8
Berat Molekul :180,21
Stabilitas : Stabil dalam suhu kamar selama empat tahun lebih

Kelarutan : Sangat larut dalam aseton dan etanol 95%, sukar larut
dalam air
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan mg silikat, mg trisilikat, besi
kuning oksida
Kegunaan : pengawet, zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(HOPE hal 956, FI IV hal 173)
Aquadest
Sinonim :Aqua Destilate (Rowe dkk, 2009).

Formula Empiris :H₂O

Kategori Fungsional :Pelarut

Deskripsi/pemerian :Cairan Tidak Berwarna, Cairan tidak Berbau, Tidak Berasa (Rowe dkk, 2009).

Ph :5-7

Titik Lebur :0 oC

Titik didih :100oC

Berat Molekul :36,46 g/mol

Kelarutan :Larut dalam semua jenis larutan (Rowe dkk, 2009).

Stabilitas dan Kondisi :Stabilitas : Stabilitas di semua keadaan fisik


Penyimpanan Penyimpanan : penyimpanan wadah yang membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan
mencegah kontaminasi kegunaan pelarut (Rowe dkk, 2009).
Kolesterol
Nama Lain :Cholesterin; cholesterolum.
Rumus empiris :C27H46O
Berat Molekul :86.67
Pemerian :Kolesterol bentuk putih atau kuning samar, hampir tidak berbau,
daun seperti mutiara, jarum, bubuk, atau butiran. Jika terpapar
cahaya dan udara dalam waktu lama, kolesterol berubah menjadi
kuning hingga cokelat.
Stabilitas : Kolesterol stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya
Inkompibilitas :Kolesterol diendapkan oleh digitonin.

(Rowe, 2009)
Gliserin
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama lain : Gliserol
Pemerian : Cairan seperti siri, jernih,tidak berwarna,tidak berbau,
Manis di ikuti rasa hangat
Kelarutan : Dapat campur dengan air,dan dengan etanol (95%) P
Praktis tidak larut dalam kloroform P, eter P, dan
Minyak
RM : C3H8O3
BM : 92, 10
Rumus struktur : CH2 OH-CHOH-CH2 OH
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan :humektan, emollient (Rowe dkk, 2009).
Viscolam

Fungsi : Gelling Agent


Pemerian : seperti cairan susu pada suhu 25 derajat Celcius
dengan bau akrilik ringan
Stabilitas : Dosis bervariasi dari konsentrasi 5-8%. Penambahan
viscolam ke air de-terionisasi dengan pengaduk moderat
Konsentrasi : 5-8%
pH : 6,4-7,0

Citra, 2015
Propilen Glikol
Nama Latin : Propilen Glycolum

Nama kimia : 1,2-propanediol

Rumus molekul : C3H8O2

Berat molekul : 76,09

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, esensial dan dalam eter,
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak

Titik Didih : 188 derajat celcius


Stabilitas : Pada suhu tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid, asam laktat,
asam piruvat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi, seperti pottasium permaganat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baiik (Rowe,2009)
Lecithin (EPC)
Nama Lain :E322; egg lecithin;LSC 5050;LSC 6040; mixed
soybeanphosphatides; ovolecithin;Phosal 53 MCT;Phospholipon
100 H;ProKote LSC; soybean lecithin; soybean
phospholipids;Sternpur;vegetable lecithin.
Pemerian :Lesitin sangat bervariasi dalam bentuk fisiknya, dari cairan kental
hingga bubuk, tergantung pada kandungan asam lemak bebasnya.
Lecithin juga dapat bervariasi warnanya dari coklat hingga kuning
muda, tergantung apakah diputihkan atau tidak dikelantang atau
pada tingkat kemurniannya. Saat terpapar udara, terjadi oksidasi
cepat, juga menghasilkan warna kuning tua atau coklat.
Inkompabilitas :Tidak sesuai dengan esterase karena hidrolisis
Kelarutan :Kelarutan Lesitin larut dalam hidrokarbon alifatik dan
aromatik, hidrokarbon terhalogenasi, minyak mineral, dan asam
lemak. Lesitin praktis tidak larut dalam minyak nabati dan hewani
dingin, pelarut polar, dan air. Namun, bila dicampur dengan air,
lesitin terhidrasi untuk membentuk emulsi. Rowe, 2009
Fungsi :Emollient; emulsifying agent; solubilizing agent.
Etanol 95%
Nama Resmi : Etanol 95%
Rumus Molekul : C2H5OH
Titik Didih : 78,3 °C
Titik Beku : –117,3 °C
Berat Molekul : 46,1
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna dan memiliki bau yang dapat
diterima
Kelarutan : mudah menguap, mudah terbakar, arut dalam air dan pelarut
organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon
tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol,
nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam
hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana,
dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti
trikloroetana dan tetrakloroetilena
Penyimpanan :Simpan di tempat terpisah jaga agar wadah tetap dingin
dalam area yang berventilasi, wadah harus tertutup dan
bersegel sampai bahan siap digunakan, hindarkan dari sumber
penyalaan
Kegunaan :Sebagai pelarut (FI III)
Triethanolamin (TEA)
Nama lain :TEA;Tealan; triethylolamine; trihydroxytriethylamine; tris(hydroxyethyl)amine;
trolaminum
Rumus Molekul :C6H15NO3
Fungsi :Alkalizing agent
Pemerian : Trietanolamina adalah cairan kental berwarna bening, tidak berwarna sampai
kuning pucat dengan sedikit bau amoniak. Ini adalah campuran basa, terutama
2,20,200-nitrilotriethanol, meskipun juga mengandung 2,20-iminobisethanol
(diethanolamine) dan sejumlah kecil 2-aminoethanol (monoethanolamine
Inkompabilitas :Trietanolamina akan bereaksi dengan asam mineral membentuk garam kristalin
dan ester. Dengan asam lemak yang lebih tinggi, trietano-lamin membentuk garam
yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. Trietanolamina juga akan
bereaksi dengan tembaga membentuk garam kompleks. Perubahan warna dan
pengendapan dapat terjadi karena adanya garam logam berat.Trietanolamina dapat
bereaksi dengan pereaksi seperti ionil klorid untuk menggantikan gugus hidroksi
dengan halogen. Produk reaksi ini sangat beracun, mirip dengan mustard nitrogen
lainnya.
(Rowe, 2009)
Bentuk Sediaan Terpilih
Bentuk sediaan yang dipilih gel, karena :

Penggunaan herba pegagan sebagai obat penyembuh luka bakar dapat dipermudah dengan memformulasikannya dalam
sediaan gel. Kandungan air yang tinggi dalam basis gel dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada stratum corneum
sehingga akan memudahkan penetrasi obat melalui kulit (Kibbe, 2004).

Pemilihan bahan herba Centella asiatica karena:

Pegagan mengandung asiaticoside (Sikarrepaisan et al., 2008) merupakan saponin yang memacu pembentukan kolagen,
yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka (MacKay & Miller, 2003).Pengobatan secara
tradisional sebagai penyembuh luka bakar akhir-akhir ini banyak digunakan, salah satunya adalah herba pegagan
(Centella asiatica L. Urban) (Wasito, 2011). Penggunaan tradisional herba pegagan sebagai obat luka bakar yaitu dengan
mencuci bersih herba pegagan segar, digiling dan langsung ditempelkan pada bagian yang luka (Sudarsono et al., 2002)
Perhitungan
Pertakaran kecil

Anak : Tidak dianjurkan untuk anak-anak.

Dewasa : Dioleskan pada kulit 3-4 kali sehari

Per kemasan kecil

1 pot gel = 15 g
Spesifikasi Produk

Persyaratan umum sediaan (Ansel, 1989)


Sediaan gel yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki Viskositas dan daya lekat tinggi, tidak mudah mengalir pada permukaan kulit
2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan
3. Memiliki derajat kejernihan tinggi (efek estetika)
4. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti film saat pemakaian
5. Mudah tercucikan dengan air
6. Daya lubrikasi tinggi
7. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat digunakan
Rencana Spesifikasi Sediaan
Rencana spesifikasi produk
Nama Produk : Centella Asiatica
Kandungan : Asiatikosida
Bentuk Sediaan : gel
Kategori : NSAID
Indikasi : antiinflamasi
Dosis : Anak : Tidak dianjurkan untuk anak-anak.

Dewasa : Dioleskan pada kulit 3-4 kali sehari


Kemasan primer : pot
Kemasan sekunder : dus
Rancangan
Formula
Skema Alur Fikir
Centella Asiatica

Banyak ekstrak herbal Melembabkan Mudah ditumbuhi


Dibuat
menunjukan sediaan Gel kulit mikroba
bioavaibilitas rendah

Dibuat dengan Ditambahkan Ditambahkan Ditambahkan


SPO Fitosom gelling agent gliserin pengawet
(Viscolam) (metil paraben dan
propil paraben)

Dilarutkan dalam
Aquades
Komponen Penyusun Formula Gel
Jenis Bahan Nama Bahan Fungsi Bahan Rentang Penggunaan

Fitosom Fitosom Zat aktif - 4 gram


mengandug
ekstrak pegagan

Eksipien Viscolam Gelling agent 0,5%-10% 10%

Nipagin Pengawet (0,02 - 0,3%) 0,02%

Nipasol Pengawet (0,01 - 0,6%) 0,18%

Propilen glikol Pelarut 5-80% 10%

Gliserin Humektan (< 30%) 15%

TEA Alkai agent 1% 1%

Aquadest pelarut q.s Ad 100%


Formula FitosomPemilihan Bahan Komponen Penyusun untuk mencapai Spesifikasi

NO Nama Bahan Fungsi Alasan penggunaan

EPC Komponen Sebagai komponen utama dari Fitosome


utama

2. Kolesterol Peningkat meningkatkan konsistensi dari fitosom, hal


Stabilitas ini dikarenakan struktur kolesterol yang
memiliki cincin yang bergabung pada
posisi trans yang membuat molekul
menjadi planar dan rigid sehingga fitosom
yang dihasilkan lebih kaku

3. Etanol 95% Pelarut Sebagai pelarut dalam proses ekstraksi, karena etanol
adalah pelarut organik yang bersifat polar dan dapat
melarutkan bahan yang bersifat non polar

4. Aquadest pelarut Sebagai pelarut dalam proses ekstraksi, karena aquades


dapat meningkatkan dihidrasi
Pemilihan Bahan Komponen Penyusun untuk mencapai Spesifikasi
Formula Sediaan Gel
NO Nama Bahan Fungsi Alasan penggunaan

Viscolam Gelling agent Untuk membantu pembentukan gel. Gelling agent


digunakan untuk menstabilkan berbagai sediaan.
Viscolam dapat meningkatkan viskositas.
2. Gliserin Humektan ebagai Humektan untuk mengikat air, mengurangi
jumlah air yang meninggalkan kulit, dan
melembabkan kulit.
3. Nipagin dan Pengawet Sebagai pengawet antimikroba karena sediaan
Nipasol mengandung air yang mudah ditumbuhi oleh
mikroba. Kombinasi dengan propil paraben
dipilih karena pengawet tersebut bekerja secara
sinergis sehingga dapat mengoptimalkan kerja
sebagai antimikroba.
NO Nama Bahan Fungsi Alasan penggunaan

5. Propilen Glikol Pelarut Sebagai pelarut dari nipagin dan nipasol.


6. TEA Alkalizing agent Digunakan untuk memberi suasana basa pada
sediaan gel. TEA juga memberikan warna
transparan pada gel yang berwarna putih susu
7. Aquadest Humektan Sebagai humektan untuk meningkatkan air,
mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit,
dan melembabkan kulit.
Formula Lengkap dan Kadar yang dipilih
Formulasi Fitosom

Nama Bahan Berat yang digunakan

Ekstrak daun Pegagan (asiatikosida) 10 gram

EPC 10 gram

Kolesterol 20%

Etanol 95% 15%

Aquadest Ad 100%
Perhitungan dan Rancangan Pembuatan
Perhitungan Fitosom skala kecil 4 gram

No Nama Bahan Penggunaan Perhitungan Excess 3%

1. Ekstrak Pegagan 10 mg 10 mg 10+(10x3%) = 10,3 gram


(Asiatikosida)

2. EPC 10 mg 10 mg 10+(10x3%) = 10,3 gram

3. Kolesterol 20% 20/100 x 4g = 1,6+(1,6x3%) = 1,648


1,6 g gram

4. Etanol 95% 15% 15/100 x 4g = 0,76+(0,76x3%) = 0,78 ml


0,6 g (0,76 ml)

5. Aquadest Ad 100% 4 gram - 2,38 g 1,62+(1,62x3%) = 1,67 ml


=1,62 ml
Perhitungan Fitosom Skala besar

No Nama bahan penggunaan perhitungan Excess 10%

1. Ekstrak Pegagan 10 mg 10 mg x 100 = 1+(1x10%) =


(Asiatikosida) 1 gram 1,1 gram

2. EPC 10 mg 10 mg x 100 = 1+(1x10%) =


1 gram 1,1 gram

3. Kolesterol 1,6 gram 1,6 g x 100 = 160+(160x10%)


160 gram = 176 gram

4. Etanol 95% 0,6 ml 0,76 ml x 100 = 76+(76x10%) =


76 ml 83,6 ml

5. Aquadest 1,78 ml 1,62 ml x 100 = 162+(162x10%)


162 ml = 178,2 ml
Formulasi Gel
No Nama Bahan Berat yang Fungsi
digunakan

1. Ekstrak Pegagan Fitosom - Zat aktif

2. Viscolam 0,5%-10% Gelling agent

3. Gliserin (< 30%) Humectant

4. Metil paraben (0,02 - 0,3%) Pengawet

5. Propil paraben (0,01 - 0,6%) Pengawet

6. Propilen Glikol 5-80% Kosolven

7. Aquades - Pelarut

8. TEA (trietilamina) 1% Alkalizing agent


Perhitungan Sediaan Gel 15 g (Skala Kecil )
No Nama bahan Penggunaan Perhitungan Excess 3%

1. Ekstrak Pegagan Fitosom 4 gram 4 gram 4+(4x3%) = 4,12 gram

2. Viscolam 10% 10/100 x 15 = 1,5 1,5+(1,5x3%) = 1,545 gram


gram

3. Gliserin 15% 15/100 x 15 = 2,25 2,25+(2,25x3%) = 2,3175 gram


gram

4. Metil paraben 0,18% 0,018/100 x 15 = 27+(27x3%) = 27,81 mg


27 mg

5. Propil paraben 0,02% 0,02/100 x 15 = 30 30 + (30x3%)= 30,9 mg


mg

6. Propilen glikol 10% 10/100 x 15 = 1,5 1,44 + (1,44 x 3%) = 1,47 ml


gram (1,44 ml)

7. TEA (Trietilamina) 30% 30/100 x 15 = 4,5 6,2+(6,2x3%) = 6,386 ml


gram (6,2 ml)

8. Aquades Ad 100% Ad 100 = 15 gram 3,553+(3,553x3%) = 3,7 gram


- 11,447 gram = (3,7 ml)
Perhitungan Skala Besar 100 pot @ 1500 gram
No Nama bahan Penggunaan Perhitungan Excess 10%

1. Ekstrak Pegagan Fitosom 4 gram 4 gram x 100 = 400 gram 400g+ (400 x 10%)= 440 g

2. Viscolam 10% 10/100 x 15 = 1,5 gram x 100 150+(150x10%) = 165 gram


=150 gram

3. Gliserin 15% 15/100 x 15 = 2,25 gram x 225+(225x10%) = 247,5


100 = 225 gram gram

4. Metil paraben 0,18% 0,018/100 x 15 = 27 mgx 100 2,7+(2,7x10%) = 2,97 gram


=2,7 gram

5. Propil paraben 0,02% 0,02/100 x 15 = 30 mg x 100 3+(3x10%)= 33,3 gram


=3 gram

6. Propilen glikol 10% 1,44 ml x 100 = 144 ml 144+(144 x 10%) = 158,4 ml

7. TEA (Trietilamina) 30% 3,55 ml x 100 = 355 ml 355+(355x10%) = 390,5ml

8. Aquades Ad 100% Ad 100% (1500 - 1279,7) = 220,3+(220,3x10%) =


220,3 gram (220,3 ml) 224,33 ml
Cara Pembuatan
Cara Pembuatan Fitosom :

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. Dilarutkan ekstrak ke dalam etanol 95% dan dipanaskan dengan suhu 40 derajat Celcius.
3. Pada saat bersamaan, kolesterol dilarutkan pada EPC dengan perbandingan 1:1 pada suhu 40
derajat celcius.
4. Dilarutkan EPC yang bercampur kolesterol ke dalam campuran ekstrak dan etanol, diaduk
dengan Overhead stirerr.
5. Kemudian dicampurkan dengan magnetik stirrer dengan kecepatan 1500-2000 rpm dengan
suhu 40 derajat celcius selama kurang lebih 4 jam.
6. Dilakukan penguapan dengan rotary evaporator, untuk membentuk lapis tipis dan
menghilangkan pelarutnya.
7. Kemudian dihidrasi menggunakan Aquadest dan dilakukan pengadukan menggunakan
magnetic stirrer (1700 rpm, kurang lebih 5 jam).
8. Dilakukan metode sonikasi untuk memperkecil ukuran partikel.
Cara Pembuatan sediaan
Cara Pembuatan Gel fitosom
1. DIcampurkan Viscolam dan sebagian air menggunakan alat Magnetic sampai terbentuk basis gel
2. Ditambahkan gliserin yang sudah ditimbang pada basis gel dan dicampur perlahan dan di aduk
ad homogen
3. Dilarutkan Metil paraben dan propil paraben dengan propilen glikol
4. Dicampurkan larutan metil paraben dan propil paraben ke mortir yang berisi campuran basis gel
dan gliserin, diaduk hingga homogen
5. Dicampurkan fitosom ke dalam mortir yang berisi basis gel dan diaduk hingga homogen
6. Dimasukkan TEA tetes demi tetes sampai mencapai ph yang diinginkan
7. Gel disimpan dalam wadah tertutup pada suhu ruangan
Uji Evaluasi

4 Uji Daya Sebar


1 Uji Organoleptis

5 Uji Daya Lekat


2 Uji Homogenitas

3 Uji pH 6 Uji Viskositas


Uji Organoleptis
Macam evaluasi : Memeriksa kesesuaian bau, warna, bentuk, dan konsistensi sedapat mungkin
mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan selama formulasi.

Nama alat : Menggunakan panca indera

Metode

Pemeriksaan bau, warna, bentuk, dan konsistensi menggunakan panca indera.

a) Bau : mengenali aroma atau bau sediaan dengan mencium aroma sediaan.
b) Warna : melihat warna dari sediaan
c) Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan
d) Konsistensi : dirasakan konsistensi dari sediaan

Pengolahan data :
Didapatkan hasil bentuk, warna, dan bau yang dievaluasi pada sediaan yang di buat.
(Lachman, 1994)
Uji Homogenitas
Macam evaluasi : Untuk mengetahui secara visual distribusi partikel/granul dari suatu sediaan.
Sebagian sampel diamati pada gelas objek secara visual.

Nama alat: Kaca arloji

Metode :

Metodenya sampel diambil pada bagian atas, tengah atau bawah. Sampel diletakkan pada gelas
objek dan diratakan dengan gelas objek lain hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah itu susunan
partikel yang terbentuk diamati visual
Pengolahan data
Jika terdapat perbedaan sifat pada basis dan zat aktif akan terjadi proses penggumpalan sehingga
mengakibatkan bentuk sediaan yang memiliki partikel lebih besar dari sediaan. Sediaan yang
homogen ditandai dengan tidak terdapatnya gumpalan pada hasil pengolesan sampai titik akhir
pengolesan. Gel yang diuji diambil dari tiga tempat yaitu bagian atas, tengah dan bawah dari wadah
sediaan. (Lachman, 1994)
Uji pH

Macam evaluasi : Untuk dapat menentukan pH dari sediaan

Nama alat : pH meter

Metode:
a) Menggunakan alat potensiometer (pH meter) yang terkalibrasi
b)Pengukuran dilakukan pada suhu 250C + 20C kecuali dinyatakan lain pada masing-masing
monografi

Pengolahan data :
Kulit normal berkisar antara pH 4,5 - 6,5. Nilai pH yang melampaui 7 dikhawatirkan dapat
menyebabkan iritasi kulit. Nilai pH sediaan yang baik adalah 4,5 - 6,5 atau sesuai dengan nilai pH
kulit manusia.(Lachman, 1994)
Uji Daya Sebar
Macam evaluasi : Dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu
basis gel sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian obat yang memuaskan.

Nama alat : Lempeng kaca dan anak timbangan gram

Metode:
Sediaan ditimbang ± 0,5 gram, diletakkan pada kaca bundar bagian rengah diatas diberi anak
timbangan sebagai beban dan dibiarkan 1menit. Diameter sediaan yang menyebar (dengan mengambil
panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi), diukur. 50 gram, 100 gram, 200 gram, 300gram, 400
gram dan 500 gram digunakan sebagai beban, pada setiap penambahan beban didiamkan selama 1
menit dan diukur diameter sediaan yang menyebar.

Pengolahan data: Sediaan gel yang nyaman digunakan memiliki daya sebar 5-7 cm
(Ansel, 1989)
Uji Daya lekat
Macam Evaluasi : Untuk mengetahui daya lekat gel, Sampel diukur kecepatan
waktu saat terlepas dari antara dua gelas objek yang diberi beban tertentu

Nama alat : Gelas Objek

Metode : Sejumlah sampel +- 0,25 gram dilekatkan di antara dua gelas objek
kemudian kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban
diambil kemudian gelas objek diangkat menggunakan tangan dan dihitung waktu
gelas objek jatuh (miranti,2009)
Uji Viskositas
Ujiviskositas dilakukanevaluasi kekentalan dan persentasi kesalahan pada sediaan gel.
Spindledisesuaikan berdasarkan konsentrasi kekentalan sediaan.
Digunakanspindlenomor 6-7, dan kecepatan yang disesuaikan. Spindledicelupkan ke
dalam sampel gel setelah kecepatan yang sudah disesuaikan. Nomorspindledisesuaikan
diatur dan diamkan beberapa saat sampai nilai viskositas akan menunjukkan tingkat
kekentalan dari basis gel.

(miranti,2009)
Kemasan Sediaan
Kemasan Sekunder
Kemasan Primer
Brosur
Daftar Pustaka
Anggraeni, Adisty C. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 448, 515, 771, 1000.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh. Ibrahim, F., Edisi IV, Jakarta, Universitas
Indonesia Press
Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3. Translation of Basic and Clinical Pharmacology
Eight Edition Alih bahasa oleh Bagian
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan kanig, J.L. (1989).Teori dan PraktekFarmasi Industri 1, Edisi III, terjemahan Siti
Suyatmi, UI-Press,Jakarta.
Lachman. L, H.A., Lieberman dan J.L Kanig. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri II(edisi III). Penerjemah : Siti
Suyatmi. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Nasyruddin.2011.formula aktivitas krim antidioksidan ektrak etanol umbi bawang merah.makassar: Universitas Islam Negri
Alauddin
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The. Pharmaceutical Press, London
Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Wilmana, P. F., 1995, Analgesik – Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam: Farmakologi dan
Terapi, Sulistia G. Ganiswarna (Ed.), edisi 4, Gaya Baru, Jakarta, 207-218.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik and illustrations
by Stories.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai