I. TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan dan evaluasi sediaan pasta
Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditunjukan untuk pemakaian (Topikal) luar. Menurut buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief,
Apt Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan
salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep
penutup atau pelindung. Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 , Pasta adalah sediaan berupa
masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan
bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau
dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung. Menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 , Pasta
adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk
pemakaian topical.
Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran
dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk
mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan
dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau
lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi
aliran dilatan.
Menurut Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan
lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut Prescription, Pasta terbagi
menjadi dua kelas seperti sediaan salep untuk penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO
dan pasta tidak berlemak mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain.
Pasta biasanya sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana
bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki bagian yang
tinggi. Secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai 50% hingga pasta
lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu
tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.
Macam-macam Pasta
1. Pasta berlemak adalah : suatu salep yang mengandung lebih dari 50 % zat padat (serbuk)
2. Pasta kering adalah : suatu pasta bebas lemak mengandung 60 % zat padat (serbuk).Dalam
pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis ichthanolum atau tumenol ammonim
zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer.
3. Pasta pendingin : merupakan campuran minyak lemak dan cairan berair , contohnya salep
tiga dara.
Karakteristik Pasta
2. Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian,
sehingga cocok untuk luka akut.
4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
1. Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan
tendensi mengeluarkan cairan
2. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja local
4. Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan
salep
Kekurangan Pasta
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai
untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
1. Penetrasi
Penetrasi pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila kulit utuh
maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan epidermis lebih baik dari pada
melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi melalui epidermis relatif lebih cepat
karena luas permukaan epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya Stratum
korneum, epidermis yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke
dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi
transeluler (menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel), penetrasi transepidageal
(melalui folikel rambut, keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus)
2. Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk
padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam pelarut.
Dalam sistem biologis pelarut obat dalam media aqueous merupakan bagian penting sebelum
kondisi absorpsi sistemik. Supaya partikel padat terdisolusi molekul solut pertama-tama harus
memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permuk aan memasuki
pelarut.
3. Difusi
Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh gerakan
molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul
melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari
proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah
perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul
obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.
A. FORMULA
Bahan F1 F2 F3
Resorsinol 5 5 5
Sulfur 5 5 5
ZnO 40 40 40
Cetamacrogoli 1000 3 3 3
Stearil alcohol 12 12 12
Paraffin cair 10 - -
Propilenglikol - 10 -
Aquadest - - 10
Vaselin flavum 25 25 25
Alat : Bahan :
EVALUASI SEDIAAN
1.Uji organoleptis
Salep
Hasil
2.Uji Homogenitas
V. HASIL
1. Uji organoleptis
2. Homogenitas
Formula Ket
F1 Homogen
F2 Homogen
F3 Homogen
3. pH
Formula pH
F1 7,33
F2 7,20
F3 7,35
4. Daya Sebar
5. DayaLekat
6. Kemampuan proteksi
Formula Keterangan
F1 Warna merah muda
F2 Warna merah muda
F3 Warna merah muda
IX. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan dan
evaluasi sediaan pasta dan untuk mengetahui perbedaan sifat fisik pasta dengan variasi humektan
Secara umum obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut,kerongkongan dan
ke arah lambung. Menurut definisi tersebut di atas yang termasuk obat luar adalah obat luka,
obat kulit (salep, krim, jelly, serbuk tabur) , obat hidung, obat mata, obat tetestelinga, obat
suntik, obat wasir dan sebagainya. Pasta termasuk didalam bentuk salep yangmerupakan
sediaanfarmasi berbentuk setengah padat. Sediaan pasta yaitu salep yangmengandung lebih dari
50% bahan padat, sehingga konsistennya lebih keras daripadasalep. Sediaan semipadat ini
ditujukan untuk pemakaian topikal
Pada praktikum ini, humektan yang digunakan pada formula 1 adalah paraffin cair. Pada
formula 2 adalah propilen glikol, dan formula 3 adalah aquadest. Sedangkan bahan lain yang
digunakan tetap sama yaitu resorsinol, Zno, Sulfur, cetamacrogoli 1000, stearil alkohol, dan
vaselin flavum.
Dalam pembuatan pasta terdapat perlakuan khusus terhadap bahan bahan yang akan digunakan.
Perlauan khusus yang pertama yaitu fase minyak yang terdiir dari cetamcrogoli 1000, vaselin
flavum , stearil alkohol harus dilebur terlebih dahulu di atas waterbath karena sesuai dengan
peraturan pembuatan salep nomor 1.hal ini bertujuan untuk bahan bahan tersbut menjadi cair
agar mudah dicampurkan dengan bahan lain sehingga dapat homogeny. Perlakuan khusus yang
kedua yaitu resorsinol harus digerus terlebuh dahulu karena resorsinol berbentuk padar dan susah
larut sehingga selain digerus terlebih dahulu resorsinol juga harus dilarutkan terlebih dahulu did
alam humektan yang digunakan.
Perlakuan khusus selanjutbnya yaitu pada ZnO yang mempunyai sifat menyerap CO2
dalam penyimpanannya zno berbentuk gumpalan gumpalan kecil sehingga sebelum meracik
sediaan pasta zno harus diayak terlebih dahulu menggunakan ayakan no 100. Reaksi yang
terjadi pada zno yaitu zno + co2 = znco3
Perlakukan khusus yang terakhir yaitu pada struktur yang harus digerus terlebih dahulu agar
partikel partikelnya menjadi lebih kecil, agar mudah saat dicampurkan bahan lain karena akan
menghasilkan arus listrik.
Uji Organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, warna dan bau
sediaan pasta piroksikam(12). Pengukuran pH. Pengukuran pH dilakukan dengan cara
mencelupkan strip indikator unversal kedalam sediaan pasta piroksikam kemudian diamati
perubahan warna pada strip indikator(10).
Uji Viskositas. Sebanyak 100 gram sediaan pasta diuji viskositas menggunakan
viskositas Brookfield. Celupkan spindle nomor 64 ke dalam sediaan pasta dan atur kecepatan 5
rpm kemudian diamati viskositas sediaan pada monitor alat(13). Data hasil semua formula
dilakukan masing-masing uji analisis berupa homogenitas menggunakan SPSS 17. Apabila
didapat data yang homogen dilanjutkan dengan uji analisis one way ANOVA untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan hasil dalam semua formula. Uji analisis ini menggunakan α=0,05.
Uji Daya Sebar. Sebanyak 0,5 gram pasta diletakkan di tengah petri kemudian petri yang
satu diletakkan di atasnya dibiarkan selama satu menit. Diameter pasta yang menyebar diukur
dengan menggunakan penggaris, kemudian ditambahkan 50 gram beban tambahan dan
didiamkan satu menit, lalu diukur diameter pasta yang menyebar(13). Data hasil semua formula
dilakukan masing-masing uji analisis berupa homogenitas menggunakan SPSS 17. Apabila
didapat data yang homogen dilanjutkan dengan uji analisis one way ANOVA untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan hasil dalam semua formula. Uji analisis ini menggunakan α =0,05.
Uji Daya Lekat. Pasta sebanyak 0,3 gram diletakkan diatas objek gelas yang telah
ditentukan luasnya. Objek gelas yang berisi pasta ditempelkan ke obek gelas yang lain kemudian
ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Objek gelas dipasang pada alat tes dan dilepaskan
beban seberat 80 gram.Waktu yang diperlukan hingga dua objek gelas tersebut terlepas
dicatat(13). Data hasil semua formula dilakukan masing-masing uji analisis berupa homogenitas
menggunakan SPSS 17. Apabila didapat data yang homogen dilanjutkan dengan uji analisis one
way ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil dalam semua formula. Uji analisis
ini menggunakan α =0,05. Uji Stabilitas. Sediaan pasta piroksikam diuji dengan metode Freeze-
Thaw dengan cara disimpan didalam ruangan bersuhu dingin (4 o C) selama 48 jam dilanjutkan
dengan penyimpanan dalam oven (suhu 40 o C) selama 48 jam yang merupakan 1 kali siklus.
Cara ini dilakukan secara berulang sebanyak 6 kali siklus dan diamati apakah terjadi pemisahan
dua fase.
X. KESIMPULAN
1. pembuatan pasta dilakukan menurut aturan pembuatan salep pertama yaitu bahan baha
berlemak dilebur dahulu. Dan dilakukan perlakuan khusus untuk bahan resorsinol yang tidak
larut dalam basis sehingga dilarutkan terlebih dahulu di dalam humektan, zno0 harus diayak
terlebih dahulu dengan ayakan no. 100 dan sulfur yang digerus terlebih dahulu. Evaluasi sediaan
pasta meliputui uji organoleptis, uji homogen, uji ph, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji
kemampuan proteksi,’
2. variasi humektan mempengaruhi sifat fisik, sediaan dibuktikan dengan hasil sediaan yang
berbeda beda. Dari hasil evaluasi sediaan, sediaan yang memiliki formula paling baik adalah F1.