Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

PEMBAHASAN

Formulasi Terpilih

Nama Bahan Fungsi Rentang % Digunakan Jumlah


Oleum Ricini Bahan Aktif 15ml/60ml 23,93% 43,07 g
Span 80 Emulgator 1-10% 2,29% 4,17 g
Tween 80 Emulgator 1-10% 5,71% 13,47 g
Sorbitol Pemanis 20-35% 20% 36 g
Gliserin Stabilitator <50% 20% 36 g
Propilenglikol Kosolven 10-20% 5% 9g
Sakarin Pemanis 0,075-0,6% 0,5% 0,9 g
Nipagin Pengawet 0,015-0,2% 0,2% 0,36 g
Nipasol Pengawet 0,015-0,2% 0,2% 0,36 g
BHT Antioksidan 0,01-0,1% 0,05% 0,09 g
Perasa Anggur Perasa qs Qs ± 5 tetes
Pewarna Ungu Pewarna qs Qs ± 3 tetes
Aquadest Cairan Pembawa - 22,12% 39,82 g

Penimbangan
180𝑚𝑙
1) Oleum Ricini : 15ml x 0,957g/ml x = 43,065 g = 43,07 g
60𝑚𝑙
2) Perhitungan HLB (8%)
3
Span 80 4,5 3 𝑥 8% = 2,29%
10,5

12
7,5
Tween 80 15 7,5 𝑥 8% = 5,71%
10,5

2,29 𝑔
Span 80 : 𝑥 180𝑚𝑙 𝑥 1,01 𝑚𝑙 = 4,17 𝑔
100

5,71 𝑔
Tween 80 : 𝑥 180𝑚𝑙 𝑥 1,310 = 13,47 𝑔
100 𝑚𝑙

20
3) Sorbitol : 100 𝑥 180𝑚𝑙 = 36𝑔
20
4) Gliserin : 100 𝑥 180𝑚𝑙 = 36𝑔
5
5) Propilenglikol : 100 𝑥 180𝑚𝑙 = 9𝑔
0,5
6) Sakarin : 100 𝑥 180𝑚𝑙 = 0,9𝑔
0,2
7) Niapagin : 100 𝑥 180𝑚𝑙 = 0,36𝑔
0,2
8) Nipasol : 100 𝑥 180𝑚𝑙 = 0,36𝑔
0,05
9) BHT : 𝑥 180𝑚𝑙 = 0,09𝑔
100
22,12
10) Aquadest : : 𝑥 180𝑚𝑙 = 39,82𝑔
100

Cara Peracikan

A. Kalibrasi beakerglass 180ml


B. Membuat fase minyak :
 Menimbang Oleum Ricini 43,67g
 Menimbang BHT 0,09g, masukkan ke dalam oleum ricini aduk ad larut
 Menimbang Span 80 sebanyak 80 4,17g, masukkan ke dalam oleum ricini aduk ad
homogeny
C. Membuat fase air :
 Menimbang Tween 80 sebanyak 13,47g
 Menimbang Sakarin 0,09g
 Ukur aqua untuk sakarin lalu aduk ad larut, masukkan ke dalam Tween 80
(Campuran 1)
 Menimbang Sorbitol 36g, masukkan ke dalam campuran 1
 Menimbang Gliserin 36g, masukkan ke dalam campuran 1
 Menimbang Propilenglikol 9g
 Menimbang Nipagin dan Nipasol masing masing sebanyak 0,36g, larutkan
Nipagin dan Nipasol kedalam Propilenglikol lalu masukkan ke dalam campuran 1
D. Panaskan fase minyak dan fase air diatas hot plate masing masing ad 70℃
E. Masukkan fase minyak kedalam fase air sedikit demi sedikit aduk cepat dan konstan ad
corpus emulsi
F. Tambahkan perasa anggur dan pewarna ungu, aduk ad homogen
G. Tambahkan aqua ad 180ml atau ad tanda kalibrasi

Perhitungan ADI

1. Nipagin
ADI : 10mg/kg BB
Umur BB (kg) Rentang ADI
1 – 5 tahun 7,85 kg – 14,3 kg 78,5 mg – 143 mg
6 - 12 tahun 16 – 30,85 kg 160 mg – 308,5 mg
Nipagin / kemasan : 0,36 gram
Dosis :
(5𝑚𝑙−15𝑚𝑙)
 1 – 5 tahun : x 0,36 gram = 0,01 – 0,03 gram
180 𝑚𝑙
(20𝑚𝑙−30𝑚𝑙)
 6 – 12 tahun : x 0,36 gram = 0,04 – 0,06 gram
180 𝑚𝑙

ADI Nipagin tidak melebihi batas.


2. Propilenglikol
ADI : 25mg / kg BB

Umur BB (kg) Rentang ADI


1 – 5 tahun 7,85 kg – 14,3 kg 196,25 mg – 357,5 mg
5 – 12 tahun 16 kg – 30,8 kg 400 mg – 771,25 mg
Propilenglikol / kemasan : 9 gram
Dosis :
(5𝑚𝑙−15𝑚𝑙)
 1 – 5 tahun : x 9 gram = 0,25 – 0,75 gram
180 𝑚𝑙
(20𝑚𝑙−30𝑚𝑙)
 6 – 12 tahun : x 9 gram = 1 – 1,5 gram
180 𝑚𝑙

ADI Propilenglikol melebihi batas tetapi masih dapat digunakan karena tidak dikonsumsi
setiap hari.

3. Sakarin
ADI : 10mg / kg BB

Umur BB (kg) Rentang ADI


1 – 5 tahun 7,85 kg – 14,3 kg 78,5 mg – 143 mg
6 – 12 tahun 16 kg – 30,8 kg 160 mg – 308 mg
Sakarin / kemasan = 0,9 gram
Dosis :
(5𝑚𝑙−15𝑚𝑙)
 1 – 5 tahun : x 0,9 gram = 0,025 – 0,075 gram
180 𝑚𝑙
(20𝑚𝑙−30𝑚𝑙)
 6 – 12 tahun : x 0,9 gram = 0,1 – 0,15 gram
180 𝑚𝑙

ADI Sakarin tidak melebihi batas.


4. Sorbitol
ADI : 25mg / kg BB
Umur BB (kg) Rentang ADI
1 – 5 tahun 7,85 kg – 14,3 kg 196,25 mg – 357,5 mg
5 – 12 tahun 16 kg – 30,8 kg 400 mg – 771,25 mg
Sorbitol / kemasan : 36 gram
Dosis :
(5𝑚𝑙−15𝑚𝑙)
 1 – 5 tahun : x 36 gram = 1 – 3 gram
180 𝑚𝑙
(20𝑚𝑙−30𝑚𝑙)
 6 – 12 tahun : x 36 gram = 4 – 6 gram
180 𝑚𝑙

ADI Sorbitol melebihi batas tetapi masih dapat digunakan karena tidak dikonsumsi setiap
hari.

5. Gliserin
ADI : 10mg / kg BB

Umur BB (kg) Rentang ADI


1 – 5 tahun 7,85 kg – 14,3 kg 78,5 mg – 143 mg
6 – 12 tahun 16 kg – 30,8 kg 160 mg – 308 mg
Gliserin / kemasan = 36 gram
Dosis :
(5𝑚𝑙−15𝑚𝑙)
 1 – 5 tahun : x 36 gram = 1 – 3 gram
180 𝑚𝑙
(20𝑚𝑙−30𝑚𝑙)
 6 – 12 tahun : x 36 gram = 4 – 6 gram
180 𝑚𝑙

ADI Gliserin melebihi batas tetapi masih dapat digunakan karena tidak dikonsumsi setiap
hari.

6. Tween 80
ADI : 25mg / kg BB

Umur BB (kg) Rentang ADI


1 – 5 tahun 7,85 kg – 14,3 kg 196,25 mg – 357,5 mg
5 – 12 tahun 16 kg – 30,8 kg 400 mg – 771,25 mg
Tween 80 / kemasan : 4,49 gram
Dosis :
(5𝑚𝑙−15𝑚𝑙)
 1 – 5 tahun : x 4,49 gram = 0,374 – 1,123 gram
180 𝑚𝑙
(20𝑚𝑙−30𝑚𝑙)
 6 – 12 tahun : x 4,49 gram = 1,497 – 2,245 gram
180 𝑚𝑙

ADI Tween 80 melebihi batas tetapi masih dapat digunakan karena tidak dikonsumsi setiap
hari.

Hasil Evaluasi Sediaan


 Organoleptis Emulsi
Warna : Ungu
Rasa : Manis sedikit pahit
Bau : Anggur
 Penetapan pH
pH Dapar: 4,99
pH Sediaan : 4,08
pH setelah 1 minggu penyimpanan :
 pH koreksi : 6,86
 Buffer : 6,87 ± 0,01
 pH sediaan : 3,86 + 0,01 = 3,87
 Faktor Koreksi : 6,87 – 6,86 + 0,01
 Berat jenis
Berat pikno kosong : 32.94 gram
Berat kosong + aqua : 57.57 gram
Vol Aquadest : 57.57 gram- 32.94 gram= 24.63 gram
Berat pikno + sediaan : 59.77 gram
59,77 𝑔 – 32,94 𝑔 𝑔
BJ : = 1,0893 𝑚𝑙
24,63 𝑔

 Viskositas
Kecepatan Faktor Pengali Hasil Terbaca Hasil Viskositas
12 5 2,5 12,5
30 2 5 10
60 1 7,5 7,5
Grafik Hasil Viskositas
14
12
10
8
Hasil Viskositas
6 (cps)
4
2
0
12 30 60

 Uji Type Emulsi Dengan Pewarnaan


Emulsi + Methylene Blue = Homogen
Emulsi + Sudan = Tidak Homogen
Kesimpulan = Emulsi type m/a atau o/w
 Uji Desentrifuge
Disentrifuge selama 3500 rpm selama 3 menit, perubahan yang terjadi adalah emulsi
memisah menjadi 3 bagian yang berarti hasil tersebut menunjukkan hasil emulsi kurang
stabil
 Uji Globul
Tabel 100 Ukuran Globul
no Ukuran No Ukuran No Ukuran No Ukuran No Ukuran
partikel partikel partikel partikel partikel
(μm) (μm) (μm) (μm) (μm)
1 0,01 21 0,01 41 0,01 61 0,02 81 0,06
2 0,01 22 0,01 42 0,01 62 0,01 82 0,01
3 0,04 23 0,01 43 0,01 63 0,03 83 0,01
4 0,01 24 0,04 44 0,04 64 0,01 84 0,01
5 0,01 25 0,01 45 0,01 65 0,04 85 0,06
6 0,01 26 0,05 46 0,01 66 0,01 86 0,01
7 0,02 27 0,01 47 0,01 67 0,01 87 0,01
8 0,03 28 0,03 48 0,01 68 0,05 88 0,01
9 0,02 29 0,01 49 0,01 69 0,01 89 0,01
10 0,02 30 0,02 50 0,01 70 0,03 90 0,03
11 0,04 31 0,01 51 0,05 71 0,02 91 0,01
12 0,01 32 0,06 52 0,01 72 0,01 92 0,01
13 0,03 33 0,01 53 0,01 73 0,03 93 0,03
14 0,05 34 0,02 54 0,05 74 0,01 94 0,01
15 0,02 35 0,03 55 0,03 75 0,01 95 0,03
16 0,01 36 0,04 56 0,01 76 0,01 96 0,01
17 0,03 37 0,03 57 0,01 77 0,01 97 0,01
18 0,01 38 0,06 58 0,03 78 0,03 98 0,01
19 0,05 39 0,01 59 0,04 79 0,01 99 0,01
20 0,01 40 0,01 60 0,01 80 0,01 100 0,01
Rata rata ukuran partikel = 0,01 μm
Pembahasan

Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan
yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini
tidak stabil, butir – butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan
minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan
komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi
(emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Zat
pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera
dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang
biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus
communis L yang telah dikupas (Depkes RI, 1079). Kandungan asam lemak pada minyak jarak
90% terdiri dari asam risinoleat, sedikit mengandung asam hidroksi steara, linoleat, olet dan
stearate. Minyak jarak (Oleum ricini) termasuk golongan pencahar rangsang karena merangsang
otot polos usus sehingga meningkatkan peristaltik dan sekresi lender usus. Selain itu , minyak
jarak bersifat emollient yaitu dapat melunakkan feses dan memudahkan mengelurkanny.
Penggunaan minyak jarak ini dapat ditemukan dalam bentuk sediaan emulsi. (Purwatiningrum,
2014).
Dosis pakai yang terpilih sediaan adalah dalam 60ml sediaan mengandung 15ml oleum
ricini. Oleum ricini mempunyai berat jenis 0,957. Jadi, penimbangannya 15ml di kalikan BJ .
Kemasan terkecil yang terpilih adalah 60 ml dengan lama pemakaian 3 hari. Sediaan ditujukan
pada pasien anak anak dan dewasa karena sediaan emulsi lebih akseptabel dan lebih stabil.

Prinsip pembuatan emulsi ini adalah dengan mencampurkan fasa minyak dan air dengan
bantuan pengadukan. Jika dua cairan yang tidak saling bercampur diaduk secara mekanis, kedua
fase ini mula-mula cenderung membentuk tetesan-tetesan. Jika pengadukan dihentikan, tetesan
tersebut akan bergabung menjadi satu dengan cepat, dan kedua cairan tersebut akan memisah
kembali. Oleh karena itu, untuk menstabilkan keadaan suatu emulsi agar tetap dalam keadaan
bercampur, ditambahkan bahan pengemulsi/emulgator yang dapat mencegah koalesensi, yaitu
penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan menjadi satu fase tunggal yang memisah.
Berdasarkan strukturnya, pengemulsi digambarkan sebagai molekul yang terdiri dari bagian-
bagian hidrofilik dan hidrofobik. Nilai yang menunjukkan perbandingan bagian hidrofilik dan
hidrofobik ini disebut Hidrophyl Lipophyl Balance(HLB). Semakin besar nilai HLB, semakin
banyak bagian hidrofilik sehingga pengemulsi lebih mudah larut dalam air. Berdasarkan nilai
HLBnya, Tween 80 dengan nilai HLB 15 berfungsi sebagai emulgator fasa air, sedangkan Span
80 dengan nilai HLB 4,3 berfungsi sebagai emulgator fasa minyak.(Lachman dkk, 2008)

Hal penting yang menentukan keberhasilan suatu emulsi adalah proses pengadukan.
Proses pengadukan haruslah cepat dan konstan. Pada saat pengadukan yang tidak sempurna bias
menyebabkan adanya pemisahan antara dua fase atau tercampurnya kurang sempurna.
Pengadukan bias dilakukan dengan berbagai cara, bisa menggunakan beakerglass dengan batang
pengaduk da nada pula yang menggunakan pengaduk otomatis menggunakan mesin. Pada proses
ini, emulsi oleum ricini yang dibuat merupakan skala industry sehingga tidak efektif apabila
dilakukan dengan menggunakan beakerglass dengan batang pengaduk. Oleh karena ini
digunakan mesin agitator mixer dengan alat ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu kecepatan
pengadukan bias ditentukan dan kecepatannya konstan sehingga pencampuran lebih sempurna.

Setelah sediaan emulsi Oleum ricini selesai dibuat, dilakukan beberapa evaluasi untuk
memastikan kualitas dari sediaan tersebut. Untuk mengevaluasi sediaan emulsi hal pertama yang
dilakukan adalah uji organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati warna,
bentuk, rasa dan bau. Emulsi Oleum ricini mempunyai warna unggu muda dan mempunyai bau
anggur hal ini sudah sesai dengan apa yang diharapkan, sedangkan rasa yaitu manis sedikit pahit
dan bentuk sediaannya adalah cairan yang agak kental yang mempunyai viskositas sekit kental.

Pada uji pH didaptkan hasil yaitu 4,08 setelah satu minggu penyimpanan di dapat hasil
pH yaitu 3,87 hasil tersebut tidak masuk rentang pH yang direncanakan sebelumnya yaitu 5,5 –
6,5, hal tersebut dikarenakan dalam formula tidak ada penambahan dapar sehingga pH yang
dihasilkan terlalu asam dan tidak cocok untuk dikonsumsi. pH merupakan suatu penentu utama
dalam kestabilan suatu obat yang cenderung penguraian hidrofilik. Pengaruh pH terhadap
stabilitas emulasi biasanya berikatan dengan ionisasi gugus polar komponen active surfice. Pada
pH tertentu, interaksi van der Walls dan interaksi hidrofobik, sebagai 2 macam interaksi yang
dapat memicu agregasi dan koalisi droplets emulsi. (McLean and Kilpatrick, 1997).

Hasil dari uji viskositas sediaan adalah pada kecepatan 12 rpm diperoleh hasil 12,5 cps,
pada kecepatan 30 rpm diperoleh hasil 10 cps dan kecepatan 60 rpm didapatkan hasil 75 cps,.
Sifat aliran emulsi merupakan aliran tiksotropi. Aliran tiksotropi merupakan aliran yang paling
baik karena gabungan dari aliran plastis dan aliran pseudoplasti. Aliran yang didapat dari bahan
tiksotropi sangat bergantung pada laju yang meningkatkan dan yang mengurangi shearing stress
serta lamanya waktu sampel tersebut mengalami rute of shear. Viskositas suatu sediaan
mempengaruhi pada saat kemudahan pada saat penuangan obat kedalam sendok. Sehingga
viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorpsi obat dalam tubuh. (Martin, 1993)
Pada pengukuran ukuran partikel menggunakan mikroskop didapatkan ukuran partikel
dengan diameter 0,01 µm – 0,06 µm. Setalah dilakukan pengukuran ukuran partikel didapat rata
rata yaitu 0,01 μm. Hasil tersebut termasuk dalam tipe emulsi mikromolekuler karena masuk
dalam rentang 0,01 µm – 0,1 µm. salah satu factor yang menentukan sifat/karakter polimer
emulsi adalah ukuran partikel. Ukuran partikel sangat menentukan sifat aliran dan kestabilan
polimer. Sebagai contoh suatu bahan pelapis dngan ukuran partikel yang kecil kan memberikan
hasil coating yang halus, kekuatan adhesi yang baik, ketahanan terhadap air yang cukup baik
serta kestabilan lateks yang cukup lama (Budianto, 2008)
Uji yang ke lima adalah tipe emulsi. Tipe emulsi ada dua yaitu m/a dan a/m. Pada evaluasi
kali ini metode yang digunakan adalah metode pewarnaan. Pada metode ini sampel emulsi dapat
ditetesi beberapa tetes pewarna yaitu Methylene Blue dan Sudan. Dari hasil yang didapat bahwa
tipe emulsinya adalah m/a, karena pada saat pewarnaan menggunakan Methlene Blue hasil
warna yang diperoleh adalah homogen sedangkan pada pewarnaan dengan Sudan diperoleh hasil
yaitu tidak homogen karena zat warna Methlene Blue sebagai indicator larut dalam air bila
emulsi terwarnai seragam maka termasuk emulsi tipe minyak dalam air karena mediumnya
berupa air. Tipe emulsi m/a adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar da
terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase ingternal dan air sebagai fase eksternal begitu pula
tipe a/m. (Syamsuni, A. 2006)
Pada evaluasi uji disentrifuge yang bertujuan untuk mengetahui kestabilan sedian, evaluasi
ini dapat dilakukan dengan cara 5gram emulsi dimasukkan kedalam tabung rekasi setelah itu
dimasukkan ke dalam alat disentrifuge dengan kecepatan 3500rpm selama 3 menit. Hasl yang
diperoleh adalah sediaan emulsi memisah menjadi 3 bagian. Factor ini dikarenakan kurang
stabilnya sediaan emulsi yang dibuat dan perbedaan berat jenis antar bahan. Karena ada zat yang
jumlahnya besar belum tentu berat jenisnya juga besr begitu pula sebaliknya zat yang jumlahnya
kecil belum tentu berat jenisnya kecil. Terdapat factor lain yang membuat sediaan emulsi
tersebut kurang stabil seperti kurang viskosnya emulsi, kurangnya bahan sebagai stabilitator,
jumlah minyaknya terlalu banyak, konsentrasi emukgator yang digunakan jumlahnya sedikit, dan
masih banyak factor lain yang mempengaruhi kestabilitas sediaan emulsi.
Pada uji bobot jenis diperoleh hasil 1,0893 g/ml hasil tersebut sudah memenuhi persyaratan
yaitu lebih dari 1 g/ml atau melebihi bobot jenis air.

Kesimpulan
1. Bentuk Sediaan : Emulsi
2. Kadar Bahan Aktif : Oleum ricini 15ml/60ml
3. Organoleptis
● Warna : Ungu
● Bau : Anggur
● Rasa : Manis sedikit pahit
4. pH Sediaan : 4,08
Setelah satu minggu penimpanan : pH = 3,87
5. Berat jenis : 1,0893 g/ml
6. Viskositas : kecepatan 12 rpm (12,5 cps), kecepatan 30 cps (10 cps) dan
kecepatan 60 rpm (7,5 rpm)
7. Tipe Emulsi : m/a atau o/w
8. Uji Disentrifuge : Emulsi tidak stabil karena memisah menjadi 3 bagian
9. Ukuran Partikel : 0,01µm

Saran
1. Perlu dilakukan optimasi dan perbaikan formula untuk mendapatkan formula yang layak
produksi.
2. Lakukan cara peracikan yang baik dan benar .
Daftar pustaka Pembahasan

Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press, Jogjakarta.
Purwatiningrum, Heni. Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Emulsi Minyak Jarak (Oleum ricini) Dengan
Perbedaan Emulgator Derivat Selulosa. Program Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama
Lachman, L., Lieberman H, A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktik Farmasi Industri Edisi Ketiga. Jakarta :
UI Press
McLean, J. D. dan P. K. Klipatrick. 1997. Effects of Asphaltene Aggregation in Model Heptane-Toluene
Mixture on Stability of Water-in-Oil Emulsions. Journal Of Colloid and Interface Science 196:23-
34
Martin, A., Cammarata, dan Swarbrick. 1993. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Budianto, A., 2008, Metode Penentuan Koefiseien Kkekentalan Zat Cair dengan Menggunakan
Linear Hukum Stoke, Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta
Syamsuni, 2006. Farmasetika Dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta:
29-31

Anda mungkin juga menyukai