Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

SALEP KLORAMFENIKOL

FORMULASI SALEP DENGAN ZAT AKTIF KLORAMFENIKOL

DISUSUN OLEH :

NAMA :RIZKA SELVIANA

NIM :F.19.045

KELAS :II.B FARMASI

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III FARMASI

POLOTEKNIK BINA HUSADA

KENDARI

2020

PROGRAM STUDI D-III FARMASI1


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa

atas segala karunia yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan jurnal untuk memenuhi tugas Praktikum teknik sediaan liquid

dan semi solid. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh nilai mata

kuliah Praktikum teknik sediaan liquid dan semi solid.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap

semoga jurnal ini dapat memberikan manfaat dan pengembangan wawasan

bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.

Kendari, 11 Mei 2020

Penulis

PROGRAM STUDI D-III FARMASI2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………..4

B. Tujuan………………………………………………………………….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang salep……....……………………………………......6

B. Formulasi ……………………………………………………………..7

1.Formulasi sediaan salep……....…………………………………….7

2.Spesifikasi bahan……………………………………………………7

C. Alasan penggunaan bahan…………………………………………….7

1.Zat aktif……………………………………………………………..7

2.Zat tambahan………………………………………………………..8

D. Tinjauan uraian bahan………………………………………………...9

1.Zat aktif……………………………………………………………..9

2.Zat tambahan……………………………………………………….10

BAB III METODE KERJA

A. Alat……………………………...…………………………………..12

B. Bahan………………………………………………………………..12

C. Perhitungan bahan…………………………………………………..12

D. Prosedur pembuatan…………………………………………………13

PROGRAM STUDI D-III FARMASI3


E. Prosedur evaluasi……………………………………………………13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat


berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Kemampuan
seorang tenaga ahli di bidang farmasi yang bisa membuat sediaan obat secara
aman, efektif, stabil dan akseptabel juga tidak terlepas dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sekarang berkembang dengan pesat. Berbagai
industri yang bergerak di bidang farmasi bersaing untuk membuat sediaan obat
dalam bentuk yang bermacam-macam. Bentuk sediaan tersebut terdiri dari
sediaan solid (padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair). Sediaan
yang akan dibuat disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif yang
digunakan ataupun dengan meminimalkan efek samping dari obat yang
digunakan tanpa mempengaruhi efek farmakologisnya (Lacman, 2008). Obat
yang di produksi juga harus sesuai dengan kegunaan, manfaat dan tujuan
penggunaan nya.
Salep adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit
sehat,sakit atau terluka dimaksudkan untuk efek topical,salep digunakan untuk
mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan adanya
penetrasi kedalam lapisan kulit agar dapat memberikan efek yang diinginkan.
(volgt,1984)
Suatu obat dalam bentuk sediaan salep untuk dapat mencapai efektivitas
yang maksimun,perlu dipelajari dengan baik mengenai struktur kulit dan
formulasi antara lain pemilihan bahan pembawa atau basis,karena pembawa
akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dan absorbsinya pada lapisan kulit
(Alache,1982)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI4


Pelepasan obat dari basisnya merupakan factor penting dalam keberhasilan
terapi dengan menggunakan sediaan salep, pelepasan obat dari sediaan salep
sangat dipengaruhi oleh oleh sifat fisika kimia obat seperti kelarutan, ukuran
partikel dan kekuatan ikatan antara obat dengan pembawanya, dan untuk Basis
yang berbeda factor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda, pemilihan
formulasi yang baik sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan.
Salah satu obat yang biasa digunakan untuk membuat sediaan salep adalah
kloramfenikol. Kloramfenikol adalah antibiotik yang dihasilkan oleh
Streptomyces Venezuela, organisme yang pertama kali diisolasi tahun 1947
dari sampel tanah yang dikumpulkan di Venezuela (Goodman and Gilman, ed.
10). Kloramfenikol adalah spectrum luas yang bersifat bakteriostatik. Obat ini
efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negative yang aerob dan
anaerob,kecuali pseudomonas aeruginosa. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein,kloramfenikol dibuat salep karena dapat dibuat
dengan cara basis anhydrous yang merupakan basis yang tidak mengandung
air.
Berdasarkan penjelasan diatas,maka perlu dibuat sediaan salep dengan
menggunakan kloramfenikol sebagai zat Aktif.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui dan mampu Menentukan formula yang tepat dalam
pembuatan salep dengan bahan aktif kloramfenikol
2. Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi sediaan salep.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar, baha obatnya larut ata terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok (Dirjen POM, 1995)
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok
yaitu salep senyawa hidrokarbon, dasar salep, dasar salep yang dapat dicuci
dengan air ,dasar salep yang larut dalam air, setiap salep obat menggunakan
salah satu dasar salep tersebut (Dirjen POM, 1995)
Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain
vaselin putih dan salep putih hanya sejumlah kecil komponen air dapat
dicampur kedalam salep dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emulien, dan sukar dicuci, tidak
kering dan tidak tampak berubah, dalam waktu lama (Dirjen POM, 1995).
Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama
terdiri atas salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air
dalam minyak (paraffin hidrofilik, dan lanoin anhidrat). Dan kelompok kedua
terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah
larutan.air tambahan (lanoin) dasar salep juga bermanfaat sebagai emulien
(Dirjen POM,1995).
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air
antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “krim”. Dasar dinyatakan
juga dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit dan di lap basah

PROGRAM STUDI D-III FARMASI6


menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep
hidrokarbon.keuntungan lain dari salep ini adalah dapat diencerkan dengan air
dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan termakologik (Dirjen
POM,1995).
Dasar salep larut dalam air merupakan kelompok yang sering juga disebut
sebagai dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air, dasar
salep ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan larut dalam air seperti paraffin,
lanoin, anhidrat, atau dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”.(Dirjen POM,
1995).
B. Formulasi
1) Formula sediaan salep
Tiap 10 gram salep kloramfenikol mengandung :
NAMA BAHAN KONSENTRASI FUNGSI
Kloramfenikol 1 % Zat aktif
Adeps lanae 10 % Basis
Paraffin cair 8% Emolien
Vaselin album Ad 10 gram Basis

2) Spesifikasi bahan
Nama bahan Range penggunaan Kegunaan
Kloramfenikol 1–2% Zat aktif
Adeps lanae < 15 % Basis
Paraffin cair 0,1 – 95 % Emolien
Vaselin album Ad 100 % Basis

C. Alasan penggunaan bahan


1) Bahan aktif (kloramfenikol)
Kloramfenikol termasuk obat generik asensial, untuk pengobatan pada
anak, kloramfenikol biasanya diberikan dalam bentuk suspensi.
Kloramfenikol lebih aktif bila dibandingkan dengan tiamfenikol
(Martindale 28,p.1223), sehingga setelah pemberian oral kloramfenikol
diserap dengan cepat dibandingkan dengan ampicillin, perbaikan klinis
lebih cepat (Farmakologi&terapi ed.IV,p.65) terjadi bila diobati dengan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI7


kloramfenikol (Farmakologi&Terapi ed.IV,p.659). Obat ini sering
dilaporkan adanya resistensi salmonella terhadap kloramfenikol, obat ini
masih di anggap sebagai pilihan utama untukn infeksi salmonella atau
penyakit demam tifoid, ). bioavabilitas peroralnya baik (80%)
( Farmakologi & Terapi ed.IV:658).
Salah satu sediaan kloramfenikol yang dapat dibuat adalah dalam
bentuk sediaan salep dengan menggunakan dasar salep anhidrat.
(Balbi,2004).
2) Zat tambahan
a) Adeps lanae
UPS 28 mendefinisikan lanolin sebagai lilin yang dimurnikan yang
diperoleh dari wol domba,ovis aries unne, yang
dibersihkan,dihilangkan warna dan baunya, lanolin mengandung tidak
kurang dari 0,25 % b/b air dan mengandung hingga 0,02 % b/b
antioksidan
Adeps lanae secara luas digunakan dalam bidang formulasi sediaan
farmasi dan kosmetik. Adeps lanae dapat digunakan sebagai pembawa
hidrofobik dan pada preparasi air dalam minyak pada krim dan
salep.jika dicampur dengan minyak sayur yang sesuai atau dengan
paraffin dapat memproduksi krim emulien yang menfasilitasi
penetrasi bahan obat kedalam kulit.(Rowe,et-al,2004).
b) Parafin
Paraffin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari
minyak dan mineral, sebagai zat pemantap .dapat ditambahkan
kokoferol atau butilhidroksiluena tidak lebih dari 10 bpj (Depkes
RI,1979).
Paraffin merupakan zat yang stabil, kecuali dengan pemanasan
dan pembekuan yang berulang dapat mengubah komponen fisiknya
.parafin harus disimpan pada tempat yang tertutup rapat, dengan
temperature tidak kurang dari 40oC. (Rowe,et-al.2004)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI8


Paraffin banyak digunakan pada sediaan farmasi sebagai
komponen krim dan salep.pada salep dapat digunakan untuk
menurunkan suhu lebur formulasi. Paraffin juga sering digunakan
sebagai cooking agent pada kapsul dan tablet (Rowe,et-al,2004).
c) Vaselin
Digunakan sebagai basis salep dan emolien pada pengobatan
penyakit kulit (Sweetman,2007)
Vaselin banyak digunakan pada sediaan farmasi sebagai
komponen krim dan salep. Pada sediaan steril yang mengandung
vaselin oil digunakan untuk membalut komponen lain. Vaselin juga
umum digunakan sebagai lubrikan sediaan maka pada pengelolaan
yang kering (Sweetman,2007)
D. Uraian bahan
1. Kloramfenikol (zat aktif) FI Edisi IV hal 189
a) Nama resmi : CHLORAMPHENICOL
b) Sinonim : Kloramfenikol
c) Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau
lempeng memanjang,putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan.
d) Kelarutan : Sukar larut dalam air,mudah larut dalam
etanol,dalam propilena glikol.
e) Stabilitas : Salah satu antibiotic yang secara kimiawi
diketahui paling stabil dalam segala
pemakaian. Stabilitas baik pada suhu
kamar dan kisaran ph 2-7 suhu 250C dan ph
mempunyai waktu hampir 3 tahun.sangat
tidak stabil dalam suasana
basa.kloramfenikol dalam media air adalah
pemecahan hidrofolik pada lingkungan
amida.stabil dalam basis minyak dalam
air,basis adeps lanae.
f) Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
g) Dosis : Dewasa 50 mg/kg perhari diberikan tiap 6

PROGRAM STUDI D-III FARMASI9


jam,anak-anak 25 mg/kg perhari diberikan
tiap 2 jam
h) PH : Antara 4,5 dan 7,5

2. Zat tambahan
a) Adeps lanae (Depkes RI,2014)
1) Nama resmi : ADEPS LANAE
2) Sinonim : Lemak bulu domba
3) Pemerian : Zat berupa lemak,uap,lekak,kuning muda
atau kuning pucat, agak tembus cahaya ,
bau lemah dank has.
4) Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,agak sukar
larut dalam etanol (95 %) p, mudah larut
dalam klorofrom p dan dalam eter p.
5) Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
6) Penggunaan : Zat tambahan (basis salep)
7) Titik lebur : 360-420
b) Paraffin cair (FI Edisi III Hal 474)
1) Nama resmi : PARAFIUM LIQUIDUM
2) Sinonim : Paraffin cair
3) Pemerian : Cairan kental transaparan, tidak
berfluorisasitidak berwarna, hamper tidak
berwarna, tidak berbau, hamper tidak
mempunyai rasa.
4) Kelarutan : Praktis tidak larut dalam klorofrom p dan
dalam eter p.
5) Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
6) Penggunaan : Emolien
7) Titik lebur : Antara 470-650

c) Vaselin Album (Rowe, 2006 Hal 331)


1) Nama resmi : VASELIN ALBUM
2) Sinonim : Vaselin putih
3) Pemerian : Masa lunak,lengket, bening, putih, sifat ini

PROGRAM STUDI D-III FARMASI10


tetap setelah zat ini dileburkan dan
dibiarkan hingga dingin tanpa di
aduk,berfluorisasi lemah, juga jika
dicairkan ,tidak berbau, hamper tidak
berasa
4) Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol
(95 %) p, larut dalam klorofrom p, dan
dalam eter p,dan dalam eter minyak tanah
p, larut kadang-kadang berflorensi lemah.
5) khasiat : Basis hidrokarbon
6) Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

BAB III

PROGRAM STUDI D-III FARMASI11


METODE KERJA
A. ALAT
Adapun alat yang digunakan yaitu :
1) Cawan kruss
2) Kaca arloji
3) Kertas perkament
4) Lumpang
5) Mortar
6) Pipet tetes
7) Pot salep
8) Sendok tanduk
9) Sudip
10) Timbangan analitik
B. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan yaitu :
1) Adeps lanae
2) Kloramfenikol
3) Paraffin cair
4) Vaselin album
C. PERHITUNGAN BAHAN
1) Kloramfenikol
1
= ×10
100
= 0,1 gram
2) Adeps lanae
10
= ×10
100
= 1 gram
3) Paraffin cair
8
= ×10
100
= 0,8 gram

PROGRAM STUDI D-III FARMASI12


4) Vaselin album = 10 gram – (0,1 + 1 + 0,8)
= 10 – 1,9
= 8,1 gram
D. PROSEDUR KERJA
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Disetarakan timbangan
3) Ditimbang masing-masing bahan :
a) Kloramfenikol 0,1 g
b) Adeps lanae 1 g
c) Parafin cair 0,8 g
d) Vaselin 8,1 g
4) Basis salep (Adeps lanae, vaselin flavum dan paraffin cair)
5) Basis salep kemudian dilebur pada suhu 60oC lelehan basis di aduk
perlahan hingga semua basis meleleh sempurna dan bercampur dengan
homogen.
6) Kloramfenikoldigerus didalam mortar hingga halus
7) Sedikit demi sedikit lelehan basis dimasukkan kedalam mortir yang telah
berisi kloramfenikol kemudian digerus hingga homogen.
8) Campuran bahan ditimbang sebanyak 10 gram, lalu dimasukkan
kedalam pot salep yang telah disiapkan.
9) Pot salep yang telah berisi salep kemudian diberikan etiket, lalu
dimasukkan kedalam kemasan sekunder bersama dengan brosur sediaan,
lalu sediaan, disimpan pada box praktikum.
E. PROSEDUR EVALUASI
Ada beberapa prosedur evaluasi,diantaranya :
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengethaui dan mengidentifikasi
karakterisasi sediaan berupa kejernihan, sedimentasi, perubahan warna
serta bau. Uji organoleptik dilakukan dengan cara mengamati
kejernihan, sedimentasi, perubahan warna serta bau secra deskriptif.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI13


Hasil yang diharapkan yakni sediaan sistem yang jernih, tidak berbau,
dan larutan yang sesuai dengan spesifikasi nanoemulsi.
2. Uji Karakteristik pH
Uji karakteristik pH bertujuan untuk mengetahui nilai pH sistem,
apakah masuk kedalam rentang pH yang dapat diterima oleh kulit.
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter (Schott)
elektroda pada pH meter digital dicelupkan kedalam nanoemulsi
hingga pH meter menunjukkan angka pada suhu 25oC ± 2. Nilai pH
yang dipersyaratkan untuk sediaan topikal dan sesuai untuk kulit yaitu
4,5-6,5 (Handayani, et al., 2012) sedangkan pH yang dapat ditoleransi
oleh kulit yakni pH 9,2 (Yati, et al., 2011).
3. Uji viskositas
Digunakan viskometer yang sudah bersih, pipetkan cairan ke dalam
viskometer dengan menggunakan pipet. Lalu hisap cairan dengan
menggunakan pushball sampai melewati 2 batas. Disiapkan stopwatch,
kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai penghitungan.
Dicatat hasil, dan lakukan penghitungan dengan rumus. Diusahakan
saat melakukan penghitungan kita menggenggam di lengan yang tidak
berisi cairan (Anief, 1993).

PROGRAM STUDI D-III FARMASI14

Anda mungkin juga menyukai