Anda di halaman 1dari 14

JURNAL LARUTAN

FORMULASI LARUTAN ELIXIR DENGAN ZAT AKTIF PARACETAMOL

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 :

WIDIANI ISTANTI (F.19.056)

RISKA SELVIANA(F.19.043 )

SINDI ALVIONITA MAUDE (F.19.051)

RAHMAD ANDIANSYAH (F.19.040 )

YULIANA

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN

LIQIUD DAN SEMI SOLID

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

POLITEKNIK BINA HUSADA


KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia

yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal untuk memenuhi

tugas Praktikum teknik sediaan liquid dan semi solid.Sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh nilai mata kuliah Praktikum teknik sediaan liquid dan semi solid.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan

kritikdan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.Akhir kata

penulis berharap semoga jurnal ini dapat memberikan manfaat dan pengembangan

wawasan bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.

Kendari, 13 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………..

B. Tujuan………………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang larutan elixir………………………………………...

B. Formulasi ……………………………………………………………..

1.Formulasi sediaan elixir…………………………………………….

2.Spesifikasi bahan……………………………………………………

C. Alasan penggunaan bahan…………………………………………….

1.Zat aktif……………………………………………………………...

2.Zat tambahan………………………………………………………..

D. Tinjauan uraian bahan………………………………………………..

1.Zat aktif……………………………………………………………..

2.Zat tambahan……………………………………………………….

BAB III METODE KERJA

A. Alat……………………………...……………………………………
B. Bahan………………………………………………………………...
C. Perhitungan bahan…………………………………………………...
D. Prosedur pembuatan…………………………………………………
E. Prosedur evaluasi……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan dan penggunaannya tidak dimasukkan ke dalam golongan produk lainnya
(Ansel, 1989).
Salah satu bentuk sediaan larutan adalah elixir. Eliksir adalah larutan oral yang
mengandung etanol 90 % yang berfungi sebagai kosolven (M.Anief, 2007).Eliksir
adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan
vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang
digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat
yang dikandungnya (Ansel, 1989).
Salah satu obat yang di buat dalam bentuk sediaan elixir adalah Paracetamol.
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah
digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja
pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat
lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna.
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia,
nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011)
Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan
asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol
tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan
pendarahan lambung.Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal,
Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol
mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak.Untuk anak-
anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada
pertimbangan khusus lainnya dari dokter.Dari penelitian pada anak-anak dapat
diketahui bahawa kombinasi Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif
terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri (Sartono, 1996).
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat
lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat
antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas.Parasetamol hanya
mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.Inilah yang menyebabkan
Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung
prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat
pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang
ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula
peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik. (Aris 2009).
Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya
berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada
mukosa.Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian
kronik. Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune,
defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal. (Aris 2009).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini yaitu :
1. Mengetahui dan mampu membuat formulasi elixir paracetamol yang baik serta
teknik pembuatannya
2. Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi sediaan elixir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Larutan Elixir


Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 % yang berfungi
sebagai kosolven (M.Anief, 2007).Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih
dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk
menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi
eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya (Ansel,
1989).
Elixir adalah cairan jernih, rasanya manis, larutan hidroalkohol digunakan
untuk pemakaian oral, umumnya mengandung flavuoring agent untuk
meningkatkan rasa enak. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga
stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol. (Anief, M. 2007)
Proporsi jumlah alkohol yang digunakan bergantung pada keperluan. Zat
aktif yang sukar larut dalam air dan larutt dalam alkohol perlu kadar alkohol yang
lebih besar. Kadar alkohol berkisar antara 10- 12 %. Umumnya konsentrasi 5-10
%. Namun, ada eliksir yang menggunakan alkohol 3 % saja, dan yang tertinggi
dapat mencapai 44%. (Ansel, Howard.C. 1989.)
Pemanis yang biasa digunakan gula atau sirup gula, namun terkadang
digunakan sorbitol, glycerinum, dan saccharinum. Dibandingkan dengan sirup,
eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung gula lebih
sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup di dalam menutupi rasa obat
yang kurang menyenangkan. Eliksir mudah dibuat larutan, maka lebih disukai
dibanding sirup. (Ansel, Howard.C. 1989.)
B. Formulasi
1. Formula sediaan Elixir
Paracetamol 120 mg
Nipagin 0.1 %
Propilen glikol 10 %
Oleum citri q.s
Gliserin 10 %
Tatrazin q.s
Aquadest 100 ml

2 . Spesifikasi Bahan
No Nama Bahan Kegunaan Range Konsentrasi
1 Paracetamol Zat aktif 120 mg – 240 mg
2 Nipagin Pengawet 0.015 - 0.2 %
3 Propilen Glikol Pembasah 10 - 25 %
4 Oleum Citri Pengaroma -
5 Tatrazin Pewarna -
6 Gliserol Pemanis ≤ 30 %
7 Aquadest Pelarut -

C. Alasan Penggunaan Bahan


1. Zat aktif
a. Paracetamol ( Katzung, 2011)
Salah satu obat yang di buat dalam bentuk sediaan elixir adalah
Paracetamol. Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan
metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana,
1995). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak
terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang
melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna.
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri
kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain.
2. Zat tambahan
a. Gliserin ( Exipient P. 312)
Gliserin digunakan dalam berbagai formulasi farmasi
termasuk persiapan oral, otic, oftalmikus, topikal, dan parenteral;Dalam
formulasi farmasi dan kosmetik topikal, gliserin
digunakan terutama untuk sifat humektan dan emoliennya. Gliserin
digunakan sebagai pelarut atau cosolvent dalam krim dan emulsi.
Dalam larutan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut, pemanis
agen, pengawet antimikroba, dan agen penambah viskositas. Itu
juga digunakan sebagai plasticizer dan pelapis film.
Gliserin digunakan sebagai pelunak gelatin dalam produksi
kapsul soft-gelatin dan supositoria gelatin. Gliserin digunakan sebagai
agen terapi dalam berbagai aplikasi klinis, dan juga digunakan sebagai
aditif makanan.
b. Nipagin (Exipient P. 470 )
Methyl paraben atau dengan agen antimikroba lainnya. Dalam
kosmetik, methylparaben adalah pengawet antimikroba yang paling sering
digunakan. Paraben efektif pada kisaran pH yang luas dan memiliki a
spektrum luas dari aktivitas antimikroba, meskipun mereka paling banyak
efektif terhadap ragi dan jamur. Aktivitas antimikroba meningkat karena
panjang rantai gugus alkil meningkat, tetapi berair
kelarutan berkurang; oleh karena itu campuran paraben sering
digunakan untuk memberikan pelestarian yang efektif. Khasiat pengawet
juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol atau dengan
menggunakan paraben dalam kombinasi dengan agen antimikroba lainnya
seperti imidurea;. Karena kelarutan paraben yang buruk, garam
paraben(khususnya garam natrium) lebih sering digunakan di
formulasi. Namun, hal ini meningkatkan pH buffer yang buruk
formulasi. Methylparaben (0,18%) bersama dengan propylparaben
(0,02%) telah digunakan untuk pelestarian berbagai farmasi parenteral
formulasi.
c. Propilen Glikol (Exipient P. 621 )
Propilen glikol telah menjadi banyak digunakan sebagai pelarut,
ekstraktan, dan pengawet dalam berbagai parenteral dan nonparenteral
formulasi farmasi. Ini adalah pelarut umum yang lebih baik daripada
gliserin dan melarutkan berbagai bahan, seperti
kortikosteroid, fenol, obat sulfa, barbiturat, vitamin (A
dan D), sebagian besar alkaloid, dan banyak anestesi lokal.
Sebagai antiseptik mirip dengan etanol, dan terhadap cetakan itu
mirip dengan gliserin dan hanya sedikit kurang efektif daripada etanol.
Propylene glycol umumnya digunakan sebagai plasticizer dalam air
formulasi pelapis film. Propilen glikol juga digunakan dalam kosmetik dan
makanan industri sebagai pembawa untuk pengemulsi dan sebagai
kendaraan untuk rasa dalam preferensi terhadap etanol, karena kurangnya
volatilitas memberikan lebih banyak rasa seragam.
d. Oleum Citri (FI edisi III p.455)
Sensasi rasa dasar adalah asin, pahit, manis dan asam suatu
kombinasi zat pemberi rasa biasanya di gunakan untuk menutupi sensasi
rasa secara efektif mentol, chloroform dan berbagai gasam seringkali di
gunakan sebagai zat pembantu pemberi rasa .
e. Tatrazin (Excipient P.195)
Penggunaan zat pemberi warna dalam preparat farmasi untuk tujuan
estetika sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan dan
tujuan ke khasan produk. Zat-zat obat tertentu sulfur(kuning), cupri
sulfat(biru), ferro sulfat (hijau kebiruan), dan merah mercury iodide
(merah menyala) digunakan dalam oabt dan tidak terpikirkan sebagai
pemberi warna dalam sediaan farmasi dalam arti istilah yang lazim. Untuk
jumlah pewarna yang umum ditambahkan ke preparat cairan yang berkisar
antara 0,0005 dan 0,001 % tergantung pada pemberian warna dan
intensitas warna yang diinginkan.
f. Aquadest (FI edisi III P.96)
Air seringkali di gunakan sebagai pembawa dan pelarut untuk masuk
di tambahkan bahan obat, tidak berasa, bebas dari iritasi, dan kerusakan
aktifitas farmakologi membuatnya ideal untuk di gunakan.
D. Tinjauan Uraian Bahan
1. Zat Aktif ( FI Ed V)
Nama resmi : ACETAMINOPHEN
Sinonim : Paracetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit,
berbau, serbuk kristal dengan sedikit rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %)P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P
dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan
alkalihidroksida.
Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya
pernah dilaporkan oleh karena itu parasetamol
dihubungkan dengan permukaan dari nilon dan rayon.
2. Zat Tambahan
a . Nipagin (Exipient P.310)

Nama Resmi : METHYL HYDROXIBENZOATE

Sinonim : metil para hidroxybenzoat/methyl oxiben

Pemerian : Kristal tidak berwarna atau serbuk putih, berbau atau


tidak berbau, seperti bau lemak

Kelarutan : Larut dalam 400 bagian air, dalam 3 bagian alcohol, 10


bagian eter, mudah larut dalam metal alcohol.

Konsentrasi : 0.015 – 0.2 %

Kegunaan : Sebagai Pengawet

Incomp : Penurunan aktivitas antimikrobanya dengan obat

surfaktan non ionik.

b. Aquades (FI edisi III P.96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air suling

RM/BM : H2O/18.02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;tidak mempunyai


warna

Penyimpanan :Dalam wabah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut, sebagai bahan pencuci alat laboratorium,


digunakan dalam industri

c. Oleum citri (FI edisi III p.455)

Nama resmi : OLEUM CITRI

Sinonim : Minyak jeruk

Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas; rasa pedas
dan agak pahit

Penyimpanan : Dalam wadah terisi penuh dan tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; ditempat sejuk

Kegunaan : Sebagai Pengaroma.


d. Tartrazin (Excipient P.195)

Nama resmi : TARTRAZIN

Sinonim : F D & C yellow No.5

Pemerian : Putih, hampir putih, bentuk kristal

Kelarutan : Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air.

DL :2-4mg

e. Gliserol (Handbook of Pharmacitical exiciplet)

Nama resmi : GLYCEROLIUM

Nama lain :Gliserom, gliserin

Pemerian : cairan seperti sirup;jernih; tidak bewarna;tidak berbau;


manis di ikuti rasa manis

Kelarutan : dapat dicampur drngan air, dan dengan etanol (95%)p.

Kegunaan : membantu melembabkan, pemanis,pengawet.

BAB III METODE KERJA


A. Alat
Adapun alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
1. batang pengaduk,
2. beaker,
3. botol semprot,
4. gelas ukur,
5. hotplate,
6. kertas perkamen,
7. lap kasar,
8. lumpang dan alu,
9. sendok tanduk,
10. sudip, dan
11. timbangan.

B. Bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
1. paracetamol,
2. aquadest,
3. nipagin,
4. oleum citri,
5. tatrazin, dan
6. gliserol.
7. Propilen glikol

C. Perhitungan Bahan
Tiap 1 sendok teh ( 5 ml) mengandung paracetamol 120 mg, untuk 60 ml :

60 𝑚𝑙
Paracetamol = 𝑥 120 𝑚𝑔 = 1,440 mg
5𝑚𝑙

0.1
Nipagin = 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0.06 𝑚𝑙
100

10
Propilen Glikol = 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 6 𝑚𝑙

10
Gliserol = 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 6 𝑚𝑙

Aquadest = 60 – ( 1,44 + 0,06 + 6 + 6 )

=60 – 13,5

= 46,5 ml
D. Prosedur pembuatan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan

3. Paracetamol digerus dan dilarutkan dalam air dan dihomogenkan hingga larut

4. Nipagin dilarutkan dalam air panas, kemudian ditambahkan kedalam campuran tadi.

5. Ditambahkan gliserol kedalam campuran di aduk hingga larut dan homogeny

6. Ditambahkan Tatrazin kedalamnya

7. Campuran tersebut dimasukkan kedalam botol

8. Ditetesi dengan oleum citri dan ditambahkan dengan aquadest

9. Ditutup dan dihomogenkan

10. Diberi etiket dan dimasukkan kedalam wadah serta dimasukkan brosur obat

E. Prosedur Evaluasi

1. Organoleptik , diamati dengan cara panca indera, apakah sediaan elixir tersebut sudah

sesuai dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu baud an rasa yang sedap, tidak

ada partikel yang tidak larut.

2. Uji kejernihan dengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah masih ada tidak

partikel yang tertinggal tidak larut.

3. Uji densisitas bobot jenis dengan menggunakan piknometer :

• Timbang pikno bersih

• Letakkan kaca arloji dan isi dengan elixir yang akan diuji

• Masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker gelas dengan 200 ml air es

• Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar kapiler dengan kertas saring

menyedot sisi ujungnya kapiler, kemudian ditutup kapiler dengan cepat.

• Biarkan pada suhu ruangan baru luar pikno lab

• Timbang pikno dengan isinya


4. Uji viskositas.

Digunakan viskometer yang sudah bersih, pipetkan cairan ke dalam viskometer

dengan menggunakan pipet. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai

melewati 2 batas. Disiapkan stopwatch, kendurkan cairan sampai batas pertama lalu

mulai penghitungan. Dicatat hasil, dan lakukan penghitungan dengan rumus.

Diusahakan saat melakukan penghitungan kita menggenggam di lengan yang tidak

berisi cairan (Anief, 1993).

Anda mungkin juga menyukai