Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Maksud Praktikum
Maksud dari pelaksanaan praktikum farmasetika dasar ini adalah agar
praktikan dapat mengetahui cara pembuatan sediaan obat yang baik dan benar,
serta praktikan dapat menghitung dosis yang tepat terhadap keadaan pasien.

B. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum farmasetika dasar, praktikum ini
bertujuan agar praktikan dapat :
Memahami resep dokter
Memiliki keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan mengenai sediaan
obat yang dibuat
Menghitung dosis dengan benar
Menimbang bahan dengan benar
Mengerjakan sediaan obat sesuai dengan yang diminta dokter
Mengetahui fungsi serta efek samping dari sediaan obat yang dibuat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Salep adalah sediaan setengah


padat yang dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Salep adalah sediaan
setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal, pada kulit atau selaput
lendir.
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok. (Anonim, 1979).
Salep-salep adalah obat-obatan yang diperuntukkan diluar, sering kali
dipakai pada kulit dan mempunyai konsistensi mentega. Suatu salap, dimana
setengahnya atau lebih terdiri dari zat-zat padat, dinamakan pasta, jadi
konsistensinya liat. Sebaliknya jika salap berbentuk cairan kental, maka disebut
linimentum. Salap-salap yang banyak mengandung air kita disebut creme, ini
dapat digosokkan seluruhnya pada kulit. Creme tidak dapat diserahkan dalam
kotak yang terbuat dari karton, oleh karena kotak ini oleh air akan menjadi lunak.
Di bawah ini akan dibicarakan berturut-turut keempat peraturan-peraturan
pembuatan salapdari Farmakope :

ii

PERATURAN SALAP KESATU


Zat-zat yang larut dalam campuran lemak yang tersedia, dilarutkan di
dalamnya dan jika perlu dilakukan dengan panghangatan. Pada obat-obatan yang
mudah menguap, sudah tentu pemanasan dilakukan dalam suatu bejana yang
tertutup. ( Van Duin, 115 )
PERATURAN SALAP KEDUA
Zat-zat yang larut mudah dalam air, jika tak diberikan petunjuk lain, lebih
dahulu dilarutkan dalam air, asal air yang dibutuhkan untuk melarutkannya dapat
diserap oleh jumlah campuran lemak yang ditentukan, banyaknya air yang dipakai
dikurangkan dari jumlah campuran lemak yang telah ditentukan.(Van Duin, 117)
PERATURAN SALAP KETIGA
Zat-zat yang sukar tak cukup melarut dalam lemak-lemak dan air, mulamula diserbuk dan diayak dengan ayakan B40. Pada pembuatan salap-salap ini,
zat padat dicampur dengan setengah atau bobot sama lemak, yang jika perlu telah
dicairkan terlebih dahulu, kemudian sisa lemak yang telah cair atau tidak
dicairkan, ditambahkan sedikit demi sedikit. ( Van Duin, 120 )
PERATURAN SALAP KEEMPAT
Jika salap-salap dibuat dengan jalan mencairkan, maka campuran harus
diaduk sampai dingin .Yang sangat penting pada pembuatan salap lebur ialah
bahwa kita melebur pula Vaselin atau Adeps Lanae yang mungkin ada, karena hal
ini akan mencegah penghabluran yang kasar dari bagian-bagian yang terpisah

iii

pada waktu mendingin ( Malam kuning atau putih, Cetaceum, Paraffinum


solidum, Setil alkohol ). ( Van Duin, 122 )

LARUTAN ETANOL DALAM SALEP


Larutan etanol lebih sukar diserap oleh suatu masa salep daripada larutanlarutan air,lebih-lebih karena adanya suatu larutan etanol dalam masa salap
mempunyai kerugian, yakni bahwa etanolnya sedikit demi sedikit menguap,
sehingga kosentrasi dari obat terus-menerus baik. Karena itu, jika mungkin, kita
selalu mengganti suatu larutan etanol dengan zar-zat berkhasiat yang terlarut di
dalamnya. ( Van Duin, 132 )
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Dasar salep hidrokarbon, yaitu terdiri antara lain :

Vaselin putih

Vaselin kuning

Campuran Vaselin dengan Malam putih, Malam kuning

Parafin encer

Parafin padat

Jelene

Minyak tumbuh tumbuhan

2. Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain :

Adeps Lanae, Lanoline

iv

Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.

Hydrophilic Petrolatum

3. Dasar salep dapat dicuci dengan air, yaitu terdiri :

Dasar salep emulsi tipe o/w, seperti Vanishing cream

Emulsifying ointment B. P.

Hidrophilic ointment, dibuat dari minyak mineral, Stearylalcohol, Myrj 52


( emulgator tipe o/w ), Aquades.

4. Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu terdiri antara lain PEG atau
campuran PEG. (Anief), 2003

B. Pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk
pemakaiaan luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan Vaselin atau Parafin cair atau
dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, Musilago atau
sabun. Digunakan sebagai anti septik atau pelindung kulit. Cara pemakaian
dengan mengoleskan lebih dahulu pada kain kasa. Penyimpanannya pada wadah
tertutup baik, wadah tertutup rapat atau dalam tube. (Anonim, 1979)

Pasta terbagi menjadi tiga, yaitu :


1. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50 % zat
padat ( serbuk ). Sebagai bahan dasar salep digunakan Vaselin, Parafin cair.
Karena itu merupakan salep yang tebal, kaku, keras dan tidak meleleh pada suhu
badan. Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan pelepasan cairan berair
yang tidak normal dari kulit. Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding serbuk
padatnya supaya homogen lemak lemak ini harus dilelehkan dulu. (Anief, 2003)
2. Pasta Kering
Suatu pasta bebas lemak mengandung 60 % zat padat ( serbuk ). Dalam
pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis Ichthamolum atau
Tumenol Ammonium. Adanya zat tersebut akan menjadikan pasta menjadi encer)
3. Pasta Pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal
dengan Salep Tiga Dara.

C. Krim ( Cremoris )
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada
yaitu: krim tipe air minyak ( A/M ) dan krim tipe minyak air ( M/A). Untuk

vi

membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan


surfaktan anionik, kationik dan nonionik. Untuk krim tipe A/M digunakan:
Sabun polivalen, Span, Adeps Lanae, Cholesterol, Cera. Untuk krim tipe M/A
digunakan: Sabun monovalen ( Triethanolaminum Stearat, Natrium Stearat,
Kalium Stearat, Ammonium Stearat ), Tween, CMC, Pectinum, Emulgidum.
Untuk penstabilan krim ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat
pengawet yang digunakan: Nipagin 0,12 % - 0,18 %, Nipasol 0,02 % - 0,05 %.

CARA PEMBUATAN SALEP DENGAN BAHAN TERTENTU


Oleum cacao:
Karena ada sifat polimorfi, maka bila oleum cacao dilelehkan sampai
mencair semua pada waktu mendinginkan akan memakan waktu yang lama.
Maka itu bila salep mengandung lebih dari 10% oleum cacao perlu hati-hati
pada waktu melelehkan. Oleum cacao dilelehkan sampai meleleh, tetapi belum
mencair seperti minyak (diatas tangas air), setelah itu diturunkan dari
penangas air lalu ditambahkan minyak dingin atau masa salep dan digerus.
Bila kurang dari 10%, maka dapat dibuat seperti pada pembuatan salep dengan
peleburan (Anief, 2003)

vii

Anda mungkin juga menyukai