Anda di halaman 1dari 19

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan salah satu penyebab utama mortalitas di dunia (sekitar 13% dari seluruh
penyebab mortalitas), diperkirakan angka mortalitas sekitar 7,9 juta kematian pada tahun
2007. Menurut WHO jenis kanker terbanyak penyebab mortalitas tiap tahunnya adalah
kanker paru (1,4 juta mortalitas/tahun), lambung (866.000 mortalitas/tahun), kanker usus
besar (677.000 mortalitas/tahun), liver (653.000 mortalitas/tahun), dan payudara (548.000
mortalitas/tahun).
Di indonesia kanker menempati peringkat keenam penyebab kematian sesudah infeksi,
kardiovaskuler, kecelakaan lalu lintas, defisiensi nutrisi, dan penyakit kongenital.
Diperkirakan ada 170-190 kasus baru setiap 100.000 penduduk pertahun (Tjindarbudi, 2002).
Sedangkan menurut Aziz (2006) kanker usus besar menempati peringkat ke sembilan di
Indonesia setelah kanker Rahim, Payudara, Ovarium, Kulit, Tiroid, Rektum, dan Kelenjar
getah bening.
Berdasarkan data di RSUD Dr.Moewardi, penderita kanker usus besar pada tahun 2010
terdapat 70 pasien diantaranya 37,14 % penderita laki-laki dan 62,85 % penderita perempuan.
Sedangkan pada tahun 2011 tercatat ada 35 pasien kaker usus besar diantaranya 65,7% pada
pasien laki-laki dan 34,3% pada pasien perempuan. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.
Moewardi karena RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit tipe A dan merupakan salah
satu rumah sakit rujukan di Jawa Tengah.
Perubahan gaya hidup dan modernisasi, terutama di kota besar mengakibatkan pola penyakit
di Indonesia berubah. Mengkonsumsi makanan berlemak, kurang sehat, maupun yang telah
diproses (seperti diawetkan, diasinkan, dan diasap) dapat menyebabkan frekuensi penyakit
kanker usus besar terus meningkat dan kasusnya mendekati kejadian di negara maju.
Apabila ditemukan pada stadium dini maka biaya pengobatan penyakit kanker menjadi lebih
murah dengan hasil lebih baik. Di Indonesia, sekitar 80% penderita penyakit kanker usus
besar ditemukan pada stadium lanjut sehingga pengobatan tidak memuaskan, bahkan
cenderung mempercepat mortalitas.
1

Hal ini dikarenakan banyak problem yang membuat penderita kanker usus besar untuk tidak
melakukan pemeriksaan awal dan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan kanker usus
besar. Fenomena yang terjadi di masyarakat terhadap tindakan medis seperti operasi,
kemoterapi masih belum menjadi alternatif utama untuk mengatasi permasalahannya.
Besarnya biaya untuk melakukan tindakan medis di Pusat Pelayanan Kesehatan membuat
pasien kanker usus besar tidak mau mengatasi permasalahannya.
Studi biaya kesakitan/Cost of Illness (COI) mengevaluasi beban ekonomi yang diberikan oleh
masalah kesehatan tertentu atau penyakit pada populasi umum. Studi COI berguna untuk
menganalisis kesehatan masyarakat dan advokasi alat karena mereka dapat meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya masalah kesehatan tertentu melalui deskriptif analisis
dampaknya terhadap sumber daya perawatan kesehatan. Hasil dari studi COI merupakan alat
penting yang dapat menginformasikan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan
perawatan kesehatan layanan.
Kritik studi COI telah difokuskan pada inkonsistensi studi seperti berbagai metodologi dan
biaya komponen, kurangnya transparansi ketika melaporkan, dan sehingga kekhawatiran
tentang validitas kritis mengevaluasi. Oleh karena itu COI berkaitan dengan metodologi yang
digunakan sangat penting.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah Farmakoekonomi
1.2.2 Khusus
a. Menggambarkan perkembangan biaya yang berkaitan dengan CRC (Colorectal Cancer)
b. Meninjau biaya yang penting dari CRC (Colorectal Cancer)
c. Mengulas literatur tentang analisis biaya CRC (Colorectal Cancer)
d. Meninjau aspek perawatan CRC (Colorectal Cancer)

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Kanker Kolon / Usus Besar


Kanker kolon / usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus
besar atau rectum (Boyle & Langman, 2000).
2.2 Gambaran Profil Penderita Kanker Kolon / Usus Besar
2.2.1

Umur

Insiden kanker usus besar meningkat sesuai dengan usia dan kebanyakan terjadi pada usia 55
tahun, dan semakin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker usus
besar (Smeltzer & Bare, 2002). Dan sebaiknya deteksi dini dilakukan pada orang yang
beresiko tinggi terhadap kanker usus besar atau pada usia diatas 40 tahun. Beberapa kanker
pada masa dewasa dan anak-anak menunjukkan prodisposisis keturunan. Kanker ini
cenderung terjadi pada usia muda. Pada kanker usus besar dengan predisposisi herediter,
umumnya pada saudara dekat atau sedarah memiliki tipe kanker yang sama.
2.2.2

Jenis Kelamin

Hal ini merupakan parameter yang menunjukkan tingkat risiko kanker usus besar pada
kelompok orang dengan jenis kelamin yang berbeda dalam periode yang sama. Ratio jenis
kelamin kesakitan dan kematian pada kanker usus besar lebih banyak diderita oleh laki-laki
dari pada wanita. Banyaknya laki-laki penderita kanker usus besar dapat berkaitan dengan
gaya hidup dan status pekerjaan. Gaya hidup seperti memiliki kebiasaan merokok, sering
mengkonsumsi minuman suplemen sebagai bagian dari jenis pekerjaan dapat memicu
timbulnya penyakit kanker usus besar (Desen, 2008).
2.3 Riwayat Kesehatan Sebelumnya
2.3.1

Polip Usus

Penyebab pasti polip ini belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal sebagai
poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi risiko kanker usus besar
menurut Dragovich dalam (Muttaqin & Kumala, 2011).
2.3.2

Kanker Usus

Kanker usus merupakan pertumbuhan sel yang abnormal dan tidak bisa dibatasi
penyebarannya yang terjadi pada usus , dan pada stadium lanjut dapat bermetastase pada
daerah disekitar usus (Dalimartha, 2004). Kurang optimalnya penatalaksanaan medis pada

kanker usus akan berdampak pada jangka panjang yaitu kekambuhan yang lebih parah.
Bahkan sel-sel kanker akan bermetastase ke bagian yang lebih luas (Margaretha, 2006).
2.3.3

Radang Usus

Awitan radang usus kolitis ulseratif ini adanya lesi patologis awal terbatas pada lapisan
mukosa berupa pembentukan asbes dalam kriptus, yang berbeda dengan lesi pada penyakit
Crohn yang menyerang seluruh tebal dinding usus. Salah satu komplikasi dari keadaan
tersebut adalah kanker usus besar dan frekuensinya akan meningkat pada pasien yang telah
menderita penyakit ini lebih dari 10 tahun (McPhee & Ganong, 2010).
2.3.4

Kanker Payudara dan kanker Kandungan

Menurut Mangan, 2003 pasien yang pernah mengalami kanker payudara dan kanker
kandungan beresiko besar terkena kanker usus besar.
2.3.5

Obesitas

Sampai saat ini diet memainkan peran dalam pengembangan kanker usus besar yang masih
diperdebatkan. Keyakinan bahwa serat tinggi, rendah lemak dapat membantu kanker usus
besar telah diperiksa. Studi menunjukkan melakukan olah raga dan diet kaya buah-buahan
serta sayuran dapat membantu mencegah kanker usus besar (Muttaqin & Kumala, 2011).
2.3.6

Pekerjaan

Menurut Desen bahwa banyaknya kejadian kanker usus dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan, faktor pekerjaan, pola hidup yang buruk. Faktor lingkungan seperti adanya
terkena paparan asbes, nikel ataupun asap dari kendaraan bermotor. Kondisi lingkungan yang
sudah banyak kendaraan bermotor di jalan dapat mempengaruhi sampel dalam menghirup
udara yang didalamnya mengandung karbon monoksida. Sampel yang terpapar karkon
monoksida secara terus menerus dapat mengakibatkan terserang kanker usus.
II.4

Stadium Kanker Kolon / Usus Besar

Metode klasifikasi kanker kolon menurut Dukes


1. Stadium A : kedalaman invasi kanker belum menembus tunika muskularis, tak ada
metastasis kelenjar limfe.
2. Stadium B : kanker sudah menembus tunika muskularis dalam, dapat menginvasi tunika
serosa, di luar serosa atau jaringan perirektal, tapi tak ada metastasis kelenjar limfe.
4

3. Stadium C : kanker disertai metastasis kelenjar limfe. Menurut kelenjar limfe yang
terkena dibagi menjadi stadium C1 dan C2.
4. Stadium C1 : kanker disertai metastasis kelenjar limfe samping usus dan masemterium.
5. Stadium C2 : kanker disertai metastasis kelenjar limfe di pangkal arteri masenterium.
6. Stadium D : kanker disertai metastasis organ jauh, atau karena infiltrasi luas lokal atau
metastasis luas kelenjar limfe sehingga pasca reseksi tak mungkin kuratif atau non
resektabel (Desen, 2008).
2.5 Penatalaksanaan Kanker Kolon / Usus Besar
2.5.1

Pembedahan

Menurut sejarah pengobatan kanker, penyembuhan kanker yang pertama dicapai dengan
pembedahan. Dan memang selama tumor masih bersifat lokal, terapi pilihan adalah bedah
(Sjamsuhidajat & Jond, 2005).
2.5.2

Radioterapi

Radioterapi pada waktu awalnya bertujuan untuk pengobatan paliatif saja. Dengan
perkembangan metode radiasi yang lebih baik, ternyata radioterapi dapat menyembuhkan
pula beberapa macam tumor. Prinsip cara ini adalah penghancuran sebanyak mungkin sel-sel
kanker dan sedikit mungkin merusak jaringan yang sehat. Terapi ini dapat dilakukan terhadap
rekurensi pasca operasi dan metastasis jauh (misalnya ke tulang, hati, paru-paru, otak), juga
dapat diberikan radioterapi secara selektif, untuk mengurangi gejala (misal nyeri, dll), dan
memperpanjang usia (Desen, 2008).
2.5.3

Kemoterapi

Prinsip pengobatan kemoterapi pada kanker adalah mengeliminasi sel-sel kanker yang sedang
dalam siklus pembelahan. Kebanyakan obat kemoterapi bekerja dengan jalan merusak enzim
atau substrat yang dipengaruhi oleh sistem enzim. Sebagian besar efek pada enzim atau
substrat berhubungan dengan sintesa DNA, dengan demikian obat sitostatika yang bersifat
anti tumor menghambat sel yang sedang membentuk DNA.
2.6 Farmakoekonomi
2.6.1

Definisi Farmakoekonomi

Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan
dengan

penggunaan

obat

dalam

perawatan

kesehatan.

Analisis

farmakoekonomi
5

menggambarkan dan menganalisis biaya obat untuk sistem perawatan kesehatan (Orion,
1997).
Farmakoekonomi juga didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan, lebih spesifik sebagai penelitian tentang proses identifikasi,
mengukur dan membandingkan biaya, risiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan
dan terapi serta determinasi suatu alternatif terbaik. Evaluasi farmakoekonomi adalah
memperkirakan harga dari suatu produk atau pelayanan berdasarkan satu atau lebih sudut
pandang (Vogenberg, 2001).
2.6.2

Manfaat Farmakoekonomi

Tujuan dari farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan
pada kondisi yang sama dan membandingkan pengobatan (treatment) yang berbeda untuk
kondisi yang berbeda. Adapun prinsip farmakoekonomi adalah:
a. menetapkan masalah
b. mengidentifikasi alternatif intervensi
c. menentukan hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil
kesimpulan yang tepat
d. mengidentifikasi dan mengukur outcome dari alternatif intervensi
e. menilai biaya dan efektivitas
f. menginterprestasi dan pengambilan keputusan.
Farmakoekonomi diperlukan karena sumber daya terbatas, misalnya pada rumah sakit
pemerintah dengan dana terbatas, sehingga sangat penting bagaimana memberikan obat yang
efektif dengan dana yang tersedia dan pengalokasian sumber daya yang tersedia secara
efisien (Vogenberg, 2001). Hasil analisis farmakoekonomi bisa dijadikan sebagai informasi
yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatifalternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan lebih efisien dan ekonomis.
Informasi farmakoekonomi pada saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat
dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat mana yang akan digunakan (Trisna,
2010).
2.6.3

Metode Farmakoekonomi

Ada lima jenis metode farmakoekonomi yang telah dikenal, yaitu:


6

a. Cost-Minimization Analysis (CMA)


b. Cost-Effectiveness Analysis (CEA)
c. Cost-Benefit Analysis (CBA)
d. Cost-Utility Analysis (CUA) dan
e. Cost of Illness (COI) .
Lima jenis metode farmakoekonomi yang telah dikenal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.6.3
Tabel 2.6.3 Metode farmakoekonomi

a. Cost-Minimization Analysis (CMA)


Cost-Minimization Analysis (CMA) adalah tipe analisis yang menentukan biaya program
terendah dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama. Analisis ini digunakan untuk
menguji biaya yang dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang
diperoleh (Orion, 1997). Misalnya, terapi dengan menggunakan antibiotika generik dan
antibiotika bermerek. Outcome klinik (efikasi dan efek samping sama) maka pemilihan obat
difokuskan pada obat yang biaya per harinya lebih murah (Vogenberg, 2001). Pada pola ini
perlu studi epidemiologis sebelumnya, yang mungkin menunjukkan bahwa dua intervensi
atau lebih terhadap suatu kegiatan menghasilkan suatu luaran (output) yang sama (Fatma,
2009).
b. Cost-Effectiveness Analysis (CEA)
Cost-Effectiveness Analysis (CEA) adalah tipe analisis yang membandingkan biaya suatu
intervensi dengan beberapa ukuran non-moneter, yang berpengaruh terhadap hasil perawatan
kesehatan. Analisis CEA merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai program yang
terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk
dipilih. Kriteria penilaian program mana yang akan dipilih didasarkan pada discounted unit
7

cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted
unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis/pengambil keputusan
(Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994). Ketika menganalisis suatu penyakit, Analisis CostEffectiveness didasarkan pada perbandingan antara biaya suatu program pemberantasan
tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bentuk perkiraan dari kematian dan kasus
yang bisa dicegah. Aplikasi Analisis Cost-Effectiveness, misalnya dua obat atau lebih
digunakan untuk mengobati suatu indikasi yang sama tapi cost dan efikasi berbeda. Analisis
Cost-Effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke dalam rasio pada obat yang
dibandingkan (Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994).
c. Cost-Benefit Analysis (CBA)
Cost-Benefit Analysis (CBA) merupakan tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat
suatu intervensi dengan ukutan moneter dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan
kesehatan. Dapat digunakan untuk membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi
yang berbeda (Vogenberg, 2001). Contoh, membandingkan program penggunaan vaksin
dengan program perawatan suatu penyakit. Pengukuran dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah episode penyakit yang dapat dicegah, kemudian dibandingkan dengan biaya kalau
program perawatan penyakit dilakukan. Semakin tinggi benefit cost, maka program makin
menguntungkan (Trisna 2010). Oleh karena Cost-Benefit Analysis (CBA) membantu untuk
menentukan apakah sesuatu itu harus dilakukan, maka ada dua hal penting yang menjadi
dasar CBA (Fatma, 2009) yaitu:
i. hanya mengerjakan sesuatu yang mempunyai manfaat lebih besar dari biayanya.
ii. jangan memilih mengerjakan sesuatu yang manfaatnya lebih kecil dari biayanya. Kedua
hal ini diukur dalam uang.
d. Cost-Utility Analysis (CUA)
Disebut juga Analisis Biaya Kegunaan. Penetapan output dalam bentuk outcome, yaitu
berupa

peningkatan

kualitas

hidup.

Seperti

CEA,

Cost-Utility

Analysis

(CUA)

membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan dengan


peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan. Dalam CUA, peningkatan
kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas hidup (quality adjusted life
years/QALYs) dan hasilnya ditunjukkan dengan biaya per penyesuaian kualitas hidup. Dalam
kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi kedalam nilai QALYs. Keuntungan dari analisis

ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup, kekurangannya bergantung pada
penentuan QALYs pada status tingkat kesehatan pasien (Orion, 1997).
e. Cost of Illness (COI)
COI mengidentifikasi dan memperkirakan biaya keseluruhan penyakit tertentu dalam suatu
populasi. Metode evaluasi ini sering disebut sebagai beban penyakit. Dengan berhasil
mengidentifikasi biaya langsung dan biaya tidak langsung dari suatu penyakit maka dapat
ditentukan nilai relatif dari pengobatan atau strategi pencegahannya. Misalnya dengan
menentukan biaya penyakit tertentu kepada masyarakat, biaya dari pencegahan dapat
dikurangkan dari biaya yang harus dikeluarkan apabila sakit untuk menghasilkan keuntungan
apabila dilakukan strategi pencegahannya. Evaluasi COI tidak digunakan untuk
membandingkan alternatif pengobatan tetapi untuk memberikan estimasi beban keuangan
dari penyakit tertentu. Jadi, nilai dari biaya pencegahan dan pengobatan dapat diukur melalui
COI (Shanchez, 1994).
2.7 Biaya Pelayanan Kesehatan
Biaya pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi enam kategori, (Vogenberg, 2001)
yaitu:
1. Biaya langsung medis (direct medical cost)
Biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait dengan jasa
pelayanan medis, yang digunakan untuk mencegah atau mendeteksi suatu penyakit seperti
kunjungan pasien, obat-obat yang diresepkan, lama perawatan.
2. Biaya langsung non-medis (direct non-medical cost)
Biaya langsung non-medis adalah biaya yang dikeluarkan pasien tidak terkait langsung
dengan pelayanan medis, seperti transportasi pasien ke rumah sakit, makanan, jasa pelayanan
lainnya yang diberikan pihak rumah sakit.
3. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien, atau biaya
yang hilang akibat waktu produktif yang hilang.
4. Biaya tak berwujud (Intangible cost)

Biaya tak terduga merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis, tidak dapat
diukur dalam mata uang. Biaya yang sulit diukur seperti rasa nyeri/cacat, kehilangan
kebebasan, efek samping. Sifatnya psikologis, sukar dikonversikan dalam nilai mata uang.
5. Opportunity Cost
Jenis biaya ini mewakili manfaat ekonomi bila menggunakan suatu terapi pengganti
dibandingkan dengan terapi terbaik berikutnya. Oleh karena itu, jika sumber daya telah
digunakan untuk membeli program atau alternatif pengobatan, maka Opportunity Cost
menunjukkan hilangnya kesempatan untuk menggunakannya pada tujuan yang lain. Dengan
kata lain, Opportunity Cost adalah nilai yang dikorbankan. Misalnya, hilangnya kesempatan
ataupun dikorbankannya penghasilan/pendapatan.
6.

Incremental Cost

Disebut juga biaya tambahan, merupakan biaya tambahan atas alternatif atau perawatan
kesehatan dibandingkan dengan pertambahan manfaat, efek ataupun hasil (outcome) yang
ditawarkan. Incremental Cost adalah biaya tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan
efek tambahan dari suatu alternatif dan menyediakan cara lain untuk menilai dampak
farmakoekonomi dari layanan kesehatan ataupun pilihan pengobatan dalam suatu populasi.

10

Bab III Metodologi Penelitian

Dilakukan penelusuran artikel jurnal antara 2002-2012, dengan tidak adanya batasan pada
bahasa yang diterapkan pada pencarian. Database yang digunakan meliputi sebagai berikut:
Medline, PubMed, Science Direct, Cochrane Library dan Ulasan Pusat York dan database
Diseminasi. Sebuah strategi pencarian yang komprehensif dikembangkan, menggunakan
istilah MESH terkait dengan penyakit yang sesuai dan filter ekonomi. Istilah pencarian
meliputi: kanker kolorektal, kanker usus besar kombinasi dengan kata berikut: biaya, biaya
penyakit dan ekonomi. Kata kunci tersebut dikombinasikan dan disesuaikan dengan
pencarian yang terdapat di database. Artikel tambahan ditemukan dalam referensi dan kutipan
dari artikel yang diambil (citation snowing). Hasil dari pencarian tersebut disaring oleh dua
peneliti yang kemudian data yang relevan diekstrak.
Metodologi pencarian yang digunakan adalah sejalan dengan pedoman PRISMA kecuali
untuk penggunaan sistem ulasan PICOS (populasi, intervensi, pembanding, hasil, desain
studi). Dengan semua hal intervensi yang ditentukan, studi biaya penyakit yang relevan
mungkin telah terjawab. Kriteria seleksi diadaptasi dari CHEC-list (Konsensus Kesehatan
Kriteria Ekonomi) dan pedoman BMJ, dan penulis membuat ulasan dari segi ekonomi. Selain
itu, kriteria inklusi dan eksklusi dirancang sesuai dengan daftar nama biaya evaluasi penyakit
yang dikembangkan dalam panduan untuk studi evaluasi kritis biaya penyakit (2011).

11

Bab IV Hasil Dan Pembahasan


4.1 Hasil
Dari pencarian diidentifikasi 7171 kutipan yang berpotensi relevan. Setelah tidak termasuk
3.725 duplikat dan 3446 disaring oleh abstrak. Dari data tersebut, 3.391 makalah tidak
memenuhi kriteria seleksi yang disebutkan di atas. Lima puluh lima makalah yang diambil
untuk pemeriksaan rinci. Selanjutnya 45 tidak memenuhi kriteria seleksi. Dengan demikian,
secara total, 10 makalah telah termasuk dalam ulasan ini. Secara kolektif, studi biaya
kesakitan (cost of illness) yang ditinjau adalah 5 negara berikut: Amerika Serikat (5 studi),
Prancis (3 studi), Taiwan (1 studi) dan Irlandia (1 studi).
Studi yang menggunakan pendekatan berbasis prevalensi dikelompokkan secara terpisah dari
studi yang melaporkan kejadian berbasis memperkirakan. Dari total 10 penelitian yang
termasuk dalam ulasan ini, enam dilaporkan berdasarkan prevalensi perkiraan, dan empat
difokuskan pada data berdasarkan kejadian.
Perkiraan biaya dikutip dalam mata uang asli publikasi dan dalam dolar AS. Biaya dalam
dolar AS dihitung dengan menggunakan nilai tukar mata uang juga sebagai paritas daya beli.
Menurut penelitian sebelumnya, pendekatan ini dapat digunakan ketika menerapkan biaya
perawatan kesehatan dari satu negara ke negara lain. Ilustrasi dari biaya dalam kelompok
yang berbeda mengikuti struktur yang digunakan oleh Payne et al. di review biaya kesakitan
(cost of illness) stroke jangka panjang.
4.1.1

Karakteristik Studi

Dari 6 studi yang berfokus pada hasil berdasarkan prevalensi, tiga data dari pendaftar yang
digunakan dan tiga data lainnya dari administrasi database kesehatan. Studi ini berasal dari
Perancis dan Amerika Serikat. Sebagian besar studi menggunakan perspektif pembayar pihak
ketiga; sebagian besar perspektif asuransi kesehatan. Studi yang tersisa menggunakan
perspektif sosial, termasuk aspek biaya langsung maupun aspek biaya tidak langsung. Dua
penelitian difokuskan pada metastasis kanker kolorektal, dengan studi yang tersisa memiliki
fokus yang lebih luas pada kanker kolorektal (CRC). Aspek yang paling penting dari masingmasing studi ini diringkas. Dari 4 penelitian yang difokuskan dari data kejadian, karakteristik
studi bervariasi dan dianggap biaya jangka panjang.

12

Disebutkan bahwa perkiraan penelitian lebih pada perawatan penuh kekambuhan, cakrawala
waktu yang digunakan bervariasi dari 5 sampai 25 tahun. Tiga dari studi yang dirancang dari
perspektif pembayar pihak ketiga, dan satu perspektif pembayar perawatan kesehatan.
Kebanyakan penelitian menggunakan control analisis retrospektif-kohort. Dasar untuk
sebagian besar analisis adalah kombinasi dari pendaftar kanker, klaim database dan perkiraan
populasi, ditambah dengan teknik pemodelan untuk analisis biaya yang berhubungan dengan
kesehatan seumur hidup mengenai CRC.
Kebanyakan studi fokus mereka didefinisikan berada di CRC, beberapa penelitian tidak
termasuk definisi tertentu. Karakteristik pasien bervariasi dari penggunaan data pasien dari
142 kasus sampai kohort 56.838 kasus, termasuk yang paling detail di baseline dan
karakteristik demografi pasien dan kontrol (adalah satu-satunya studi memberikan informasi
mengenai ras / etnis pasien). Data biaya menurut jenis kelamin dan usia disajikan dalam dua
studi
4.1.2

Komponen Biaya

Pengelompokan studi berdasarkan prevalensi mengungkapkan variasi komponen biaya yang


besar termasuk dalam analisis biaya kesakitan. Di antara aspek biaya langsung, komponen
perawatan dianggap dalam semua penelitian hanya rawat inap di rumah sakit dan rawat jalan.
Hanya dua dari studi termasuk pertimbangan biaya tidak langsung, terutama kehilangan
produktivitas, tunjangan kecacatan dan pengeluaran biaya untuk pengasuh. Dalam hal biaya
langsung, studi AS-difokuskan yang paling luas dalam hal pertimbangan aspek biaya. Studi
terakhir memberikan hasil paling menyeluruh dan presentasi rinci dari total biaya, rusak
berdasarkan jenis dan kategori dalam jenis biaya. Sebagian besar studi dibedakan antara
berbagai tahap CRC berdasarkan TNM (tumor, node, metastasis) sistem pementasan yang
paling umum digunakan untuk menggambarkan tingkat penyebaran kanker atau fase berbeda
dari fase CRC (awal, terus dan fase terminal).
Variasi dalam komponen biaya yang dicatat untuk studi berdasarkan prevalensi-juga berlaku
untuk studi berbasis kejadian. Semua studi dalam analisis mereka dianggap rawat inap rumah
sakit. Perlu dicatat bahwa tidak ada studi berdasarkan kejadian dianggap biaya tidak langsung
untuk CRC. termasuk pada komponen biaya yang paling rinci. Dalam studi yang sama, data
biaya satuan yang termasuk dalam model yang digunakan untuk memperkirakan terkait biaya
kesehatan seumur hidup. Laporan menggambarkan uji / pengobatan / prosedur bersama
13

dengan biaya unit yang paling rinci. Selain itu, di antara semua kelompok penelitian,
dianggap paling up-to rejimen, tanggal kemoterapi dan biologi untuk CRC, dan studi mereka
adalah satu-satunya berdasarkan kejadian-satu untuk melaporkan biaya terapi bertarget
tersebut.
4.1.3

Studi Prevalensi Berbasis: Perkiraan Biaya

Biaya tertinggi disajikan dalam studi yang berfokus pada biaya pengobatan untuk metastasis
kanker kolorektal, yang substansial. Ini adalah studi yang paling up-to-date, dan mengkaji
aspek biaya besar secara rinci. Dalam era baru manajemen CRC ini, kombinasi biologis dan
kemoterapi telah menjadi standar perawatan, tren baru untuk meningkatnya biaya karena
peningkatan biaya pangsa biologis jelas. Metode canggih untuk pengelolaan CRC terkait
untuk meningkatkan biaya. Studi Song et al. adalah satu-satunya untuk memeriksa tren dalam
biaya biologis, dan mereka mencatat bahwa pangsa biaya ini meningkat dari 4,8% untuk
pasien yang didiagnosis pada tahun 2004 menjadi 9,4% untuk mereka yang didiagnosis di
2008. Semua studi juga mengidentifikasi rumah sakit yang biayanya terdiri dari bagian besar
dari biaya langsung (44-98%).
4.1.4

Studi Insiden Berbasis: Perkiraan Kejadian

Karena semua studi berdasarkan kejadian dilakukan dalam pengaturan kesehatan yang
berbeda-beda dan pada periode waktu yang berbeda, sehingga bermasalah untuk menyajikan
perbandingan biaya langsung yang valid, bahkan setelah konversi ke satuan mata uang
umum. Namun, aspek umum tertentu dan tren menjadi jelas. Penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa fase awal dan terminal perawatan CRC yang paling mahal, dengan
pengobatan terus menerus mewakili setidaknya fase mahal. Tren ini telah didengungkan oleh
studi dari Lang et al.. Selain itu, Lang et al telah menunjukkan bahwa fase pengobatan awal
dikaitkan dengan biaya yang lebih besar dari fase terminal perawatan CRC. Lang et al. telah
menunjukkan bahwa biaya terbesar dapat dikaitkan dengan tahap IV dari CRC. Dalam studi
oleh Wilson et al., stadium penyakit CRC yang paling mahal dari semua 4 tahap adalah tahap
III. Dalam penelitian ini, dampak biaya tinggi agen biologis pada CRC ditunjukkan. Biaya
yang berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan tindak lanjut mewakili sekitar 4,91, dan 5%
dari total biaya. Ramsey et al. menunjukkan bahwa kelompok usia yang lebih muda dan
mereka dengan stadium awal CRC dikaitkan dengan biaya tertinggi. Akibatnya, biaya CRCtimbul bisa besar bagi korban jangka panjang. Data yang disajikan dalam Lang et al.
menunjukkan bahwa pasien CRC antara kelompok usia muda dari 66-74 mengakibatkan
14

biaya yang lebih tinggi, sedangkan kelompok usia tertua 85 dan lebih tua yang diwakili
atribusi biaya terendah. Dalam keadaan ini, meningkatkan kelangsungan hidup pasien terkait
dengan biaya jangka panjang yang lebih tinggi, studi efektivitas biaya lebih berguna daripada
studi COI (cost of illness) untuk menganalisis hubungan antara biaya dan kelangsungan
hidup, atau dampak dari penggunaan terapi yang ditargetkan.

15

Bab V Kesimpulan
Ulasan ini telah menyoroti tren meningkatnya biaya CRC yang terkait dengan meningkatnya
penggunaan terapi biologis yang ditargetkan, meningkatnya biaya mungkin memiliki
implikasi penting bagi para pembuat kebijakan; salah satu pilihan adalah upaya skrining CRC
baru.
Laporan ini juga menunjukkan heterogenitas metodologis di kalangan peneliti yang berbeda,
termasuk dalam review yang juga terkait untuk batas transparansi studi. Masa depan studi
biaya kesakitan akan sangat menguntungkan dari pendekatan metodologi secara umum,
terutama menyangkut studi desain, deskripsi dan biaya-komponen data.
Ketentuan berkualitas tinggi, transparan dan metodologis studi biaya kesakitan akan menjadi
batu

loncatan

menuju

studi

efektivitas

biaya

yang

lebih

rinci,

yang

akan

memfasilitasi prioritas yang lebih efektif dan intervensi. Selain itu, studi biaya kesakitan
dapat mengidentifikasi komponen spesifik dan bidang perawatan yang sangat mahal.
Kriteria berikut ini digunakan untuk studi inklusi. Metode penelitian dijelaskan secara rinci
meliputi :

Populasi penelitian digambarkan secara jelas


Ada pertanyaan penelitian yang jelas, berpose dalam jawab untuk
Diferensiasi penyakit kanker kolorektal ditata secara jelas
Sudut pandang analisis yang jelas dinyatakan. Ada detail ekonomi yang cukup dalam

penelitian
Semua biaya diukur dengan tepat, yaitu moneter nilai untuk biaya dikaitkan penyakit

tertentu
Horizon waktu yang dipilih sesuai untuk inklusi biaya yang relevan dan konsekuen.
Perkiraan aspek langsung dan tidak langsung dari biaya untuk kanker kolorektal

diberikan.
Diferensiasi aspek biaya dibuat tepat.
Komponen biaya yang berbeda dijelaskan cukup rinci
Untuk biaya jangka panjang dari kanker kolorektal, perkiraan didasarkan pada periode
minimal 5 tahun perawatan berikut timbulnya penyakit

Kriteria eksklusi berikut digunakan:

Studi biaya kesakitan mengacu pada kanker usus saja (tidak termasuk kanker rektum).

16

Studi fokus pada komorbiditas seperti diare terkait penyakit sebagai akibat dari

kemoterapi
Studi mengacu hanya pada biaya intervensi screening kolorektal

Studi membandingkan efektivitas biaya antara pengobatan yang berbeda untuk kanker
kolorektal

Studi biaya kesakitan berfokus hanya pada satu penyakit stadium kanker kolorektal

Ulasan studi ekonomi yang ada berkaitan dengan kanker kolorektal

Studi tidak dilaporkan dalam bahasa Inggris atau Jerman

DAFTAR PUSTAKA

17

Aziz, F. (2006). Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Dalimartha, S. (2004). Deteksi Dini Kanker Dan Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Desen, W. (2008). Buku Ajar Onkologi Klinis. FKUI. Jakarta
Kriza, C., et al. 2013. Cost of Illness in Colorectal Cancer: An International Review.
Switzerland: Springer International Publishing Switzerland. PharmacoEconomics
(2013) 31:577-588.
Manggan, Y. (2003). Cara Bijak Menakhlukkan Kanker. Depok: Agro Media Pustaka.
McPhee, S.J., & Ganong, W.F. (2010). Patofisiologo Penyakit. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Margaretha, M. (2006). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara.
Muttaqin, A. & Kumala, S. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidajat, R. & Jond D.W (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Kedokteran
EGC ; 646-648.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Tjindarbudi, D. & Mangunkusumo, R. (2002). Cancer In Indonesia, Present and Future. Jpn
J Clin Oncol. 32 (supplement 1)
RSUD Dr. Moeardi Surakarta. (2011). Profil dan Informasi Layanan RSUD Dr. Moeardi
Surakarta tahun 2011. Surakarta.
WHO.(2008).EpidemiologiKankerdidunia.http://www.kalbe.co.id/?
mn=news&tipe=detail&detail=20027. Diakses tgl 22/03/2016.
18

19

Anda mungkin juga menyukai