KATA PENGANTAR
Kita sudah menghabiskan uang rakyat milyaran rupiah untuk
mengatur pekerjaan kefarmasian. Uang rakyat yang digunakan
oleh pemerintah dalam menyusun / membuat peraturan
perundangan termasuk di dalamnya untuk melakukan
legalisasi peraturan perundangan tersebut di Dewan
Perwakilan Rakyat, tetapi hingga saat ini masalah pekerjaan
kefarmasian tidak juga beres dan malah semakin rancu.
Kita mulai dari PP 25 Tahu 1980 yang sangat fenomenal.,
saya sebut fenomenal karena lahirnya tepat di tapal batas
antara masa lalu dan masa depan farmasi. Bab, Pasal dan
ayatnya begitu membesarkan hati Apoteker kala itu, tetapi
kemudian layu dan mati.
Page
Page
Page
Page
Page
Page
Page
Page
Page
Sekarang menjadi jelas bahwa PP 51 tidak secara definitelegal membatasi bahwa Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
hanya meliputi 4 ruang lingkup saja, karena pasal 5 tersebut
tidak menjelaskan demikian. Sehingga ada kemungkin bahwa
Pelayanan Informasi Obat menjadi bentuk pelayanan yang
berdiri sendiri, yang memungkinkan seorang Apoteker dapat
melakukan praktik mandiri. Demikian juga, tidak ada satu
klausulpun yang menyatakan bahwa permodelan praktik
Apoteker secara mandiri tanpa Apotek adalah termasuk
perbuatan melawan hukum.
Page
Pasal 2
1. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan
pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda
registrasi.
2. Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
10
A. SARANA
Seorang Apoteker yang akan menjalalankan
Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki STRA, yang di
atur
di
dalam
Permenkes
RI
Nomor
889/MENKES/PER/V/2011.
Page
11
Page
12
Page
13
Page
14
Page
15