Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMASARAN FARMASI

OBSERVASI APOTEK

DI SUSUN OLEH :

AINUN (21802002)

AYU AFNI MAULINDA (21802006)

BUDI SETIAWAN (21802008)

DEVY YULIA VERONIKA (21802009)

DEWI SARTIKA (21802011)

POLITEKNIK KALTARA TARAKAN

PRODI FARMASI

TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apotek sebagai tempat dilaksanakanya pekerjaan kefarmasian mempunyai

peran penting sebagai tempat untuk memperoleh informasi tentang obat.1

Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya pada penyiapan

obat dan penyerahan obat pada pelanggan, tetapi perlu melakukan interaksi atau

komunikasi dengan pelanggan, dengan melaksanakan pelayanan secara

menyeluruh oleh tenaga farmasi. Konseling kepada pelanggan merupakan salah

satu bagian dari pelayanan farmasi, karena baik tenaga farmasi maupun pelanggan

memperoleh keuntungan dari kegiatan konseling. Masyarakat awam menganggap

petugas apotek, apoteker atau asisten apoteker adalah orang yang paling

mengetahui tentang segala hal yang menyangkut obat.

Sering kita temui di apotek hanya sekedar sarana jual beli obat, dimana para

pelanggan membeli obat yang dituju, kemudian membayar, dan urusan pun

selesai, padahal terkadang pelanggan bingung bagaimana penggunaan obat

tersebut, terlebih jika pelanggan belum pernah menggunakan obat tersebut, selain

itu pelanggan yang datang juga membutuhkan kenyamanan secara psikis, karena

sakit fisik yang mereka alami terkadang sebagai akibat gangguan psikis2 , sebut

saja pelanggan yang mengalami sakit darah tinggi jika kita gali lebih dalam

sesungguhnya yang membuat mereka sakit adalah karena mempunyai masalah

dan tidak tahu cara penyelesaiannya. Dan tugas dari konselor adalah memberikan

konseling kepada teman sejawat agar mampu memberikan pelayanan kefarmasian


yang menggunakan keterampilan komunikasi dengan baik kepada pelanggan

apotek.

Mengingat begitu banyaknya data yang harus dicatat, maka pencatatan

secara manual tentu saja akan memakan waktu serta rawan terjadi kesalahan

dalam menginput data. Seperti data pembelian obat yang sangat banyak, data

penjualan obat, pengunjung yang kadang banyak kadang sedikit. Pencatatan

manual juga masih dilakukan di Apotek Famili. Jumlah karyawan di Apotek

Famili adalah 4 orang, yaitu seorang apoteker dan sisanya karyawan penjualan.

Masalah yang timbul adalah saat karyawan membuat laporan data-data penjualan

dan mengecek tanggal kadaluarsa masih dilakukan dengan sistem manual,

sehingga sering terjadi kesalahan dalam melakukan pembuatan laporan-laporan

tersebut. Kesalahan tersebut juga sering terjadi saat melakukan pembuatan

laporan, pengiriman barang sehingga pencatatan data obat yang dikirim menjadi

kacau. Akibatnya apabila ada kesalahan pembuatan laporan-laporan tersebut akan

berdampak pada kerugian apotek.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana system pemasaran yang ada di salah satu apotek

di Kota Tarakan

C. Manfaat

1. Agar mengetahui bagaimana konsep pemasaran obat dan teknik marketing

yang ada di salah satu apotek di Kota Tarakan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek

1. Definisi Apotek

 Menurut kepmenkes standar pelayanan kefarmasian di apotek, Apotek

adalah tempat tertentu, tempat dilakukanpekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi,perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat.

 Menurut Peraturan Pemerintah No.51, Apotek adalah sarana pelayanan

kefarmasian tempat dilakukan praktekkefarmasian oleh apoteker.

 Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 4

(2) menyatakan bahwa wewenang pemberian izin apotek dilimpahkan oleh

Menteri kepada KepalaDinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Syarat Apotek

Lokasi dan tempat: Mempertimbangkan segi penyebaran dan

pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya

beli penduduk di sekitar lokasi apotek kesehatan lingkungan, keamanan dan

mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan. Bangunan apotek harus

mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi

persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas

dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang

farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :


 Ruang tunggu, ruang administrasi dan ruangkerja apoteker, ruang

penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat

pencucian obat, kamar mandi dan toilet.

 Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang

memenuhi syaratkesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam

kebakaran yang berfungsi baik,Ventilasi dan sistem sanitasi yang

baik dan memenuhi syarat higienis.

B. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat

individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain

(Kotler & Amstrong, 2012) berpendapat bahwa pemasaran adalah kegiatan

perorangan dan organisasi yang mempercepat hubungan pertukaran yang

memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan, pendistribusian,

promosi dan penentuan harga, jasa dan gagasan.

1. Marketing mix

Menurut (Kotler & Amstrong, 2012), bauran pemasaran (marketing

mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan

oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan oleh pasar

sasaran. Marketing mix terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan

perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan-


kemungkinan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok

variabel yang dikenal dengan “Empat P”, yaitu:

 Product. Product atau produk artinya kombinasi barang dan jasa yang

ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran.

 Price. Price atau harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh

pelanggan untuk memperoleh produk.

 Place. Place atau distribusi meliputi aktivitas perusahaan agar produk

mudah didapatkan konsumen sasarannya.

 Promotion. Promotion atau promosi artinya aktivitas

mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan

sasaran untuk membelinya.

Menurut (Jain, 2014) Mengklasifikasikan konsumen ke

segmen yang didefinisikan dengan baik berdasarkan Pembelian

mereka dan Perilaku dapat membantu pemasaran dalam


mengembangkan Konsumen yang lebih efisien dan terfokus pada

proses Penargetan.

Bauran pemasaran (marketing mix) menciptakan seperangkat

alat untuk membangun posisi yang kuat dalam pasar sasaran. Menurut

(Strauss, Judy, & Frost, 2013), brand atau merek adalah salah satu

atribut yang penting dari sebuah produk yang penggunaannya pada

saat ini sudah sangat meluas.Selain itu brand merupakan identitas

untuk membedakan produk perusahaan dengan produk yang

dihasilkan pesaing. Image konsumen yang positif terhadap suatu

brand lebih memungkinkan konsumen untuk melakukan pembelian.

Brand yang baik juga menjadi dasar untuk membangun citra

perusahaan yang positif. Menurut Simamora (2003), manfaat dari citra

merek yang positif, perusahaan bisa mengembangkan lini produk

dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap

merek produk lama. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana

mempertahankan dan meningkatkan citra merek yang sudah positif.

Pandangan konsumen terhadap suatu merek merupakan hal yang

sangat penting dalam strategi pemasaran. Suatu image dapat

membantu perusahaan untuk mengetahui apakah strategi pemasaran

yang dijalankan sudah tepat atau belum.

Komunikasi antara organisasi dan konsumen memperkuat citra

organisasi dan pesan produk, membangun kesadaran merek dan

memperkuat Brand. Dengan menciptakan makna pertemuan merek,


hubungan Konsumen - Merek dapat diperkuat. Artinya, jika dapat

terjaga komunikasi antara Perusahaan dengan konsumen secara

baik,maka dapat menguatkan Citra dari Perusahaan itu sendiri.

2. Pengertian E-Marketing

E-marketing adalah penggunaan teknologi informasi dalam

proses membuat, berkomunikasi, dan memberikan nilai (value)

kepada pelanggan. E-marketing mempengaruhi pemasaran tradisional

dalam dua cara. Pertama, e-marketing meningkatkan efisiensi dalam

fungsi pemasaran tradisional. Kedua, teknologi dari e-marketing

merubah banyak strategi pemasaran. Hasil perubahan dalam model

bisnis baru ini dapat menambah nilai (value) pelanggan dan

meningkatkan keuntungan perusahaan.

Menurut (Kotler & Amstrong, 2012), e-marketing

menggambarkan usaha-usaha perusahaan untuk menginformasikan,

berkomunikasi, mempromosikan, dan memasarkan produk dan

jasanya lewat internet.

Menurut (Strauss, Judy, & Frost, 2013), E-marketing

merupakan penggunaan atau pemanfaatan suatu teknologi informasi

dalam proses membuat, berkomunikasi, dan memberikan nilai (value)

kepada pelanggan. E-marketing juga mempengaruhi pemasaran secara

tradisional dalam dua cara; Pertama, e-marketing meningkatkan

efisiensi dalam fungsi pemasaran tradisional. Kedua, teknologi dari e-

marketing mengubah banyak strategi pemasaran. Hasil dari perubahan


dalam era bisnis baru ini nantinya dapat menambah nilai (value)

pelanggan dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.

E-Marketing memiliki cakupan yang lebih luas daripada

internet marketing karena Internet Marketing (IM) hanya mengacu ke

Internet, World Wide Web, e-mail. Sedangkan E-marketing mencakup

semua itu ditambah semua alat E-Marketing lainnya seperti: Intranet,

Ekstranet dan telepon genggam.

Dari uraian yang diperoleh mengenai E- Marketing, maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa pemasaran melalui media online

atau (E-marketing) merupakan suatu proses pemasaran yang

menggunakan internet, dimana dengan E-Marketing konsumen dapat

memperoleh informasi mengenai produk, melakukan transaksi jual

beli dengan penjual dan mempromosikan produk yang telah

dikonsumsi oleh konsumen bahkan turut mempromosi penjual atau

perusahaan yang produknya sudah dibeli oleh konsumen.

3. Manfaat dalam melakukan transaksi online (E-marketing)

(Kotler & Amstrong, 2012) mengatakan daam melakukan transaksi

online maka terdapat beberapa manfaat yang didapat oleh pembeli atau

konsumen. Tiga manfaat utama bagi para pembeli potensial dalam layanan

pemasaran online (e- marketing) antara lain:

 Kemudahan

Para pelanggan dapat memesan produk 24 sehari dimanapun mereka

berada. Mereka tidak harus pergi berkendara, mencari tempat parkir, dan
berjalan melewati gang yang panjang untuk mencari dan memeriksa

barang- barang terlebih dalam penggunaan internet pun tergolong mudah.

 Informasi

Para pelanggan dapat memperoleh setumpuk informasi komparatif

tentang perusahaan, produk, dan pesaing tanpa meninggalkan kantor atau

rumah mereka.

 Perbincangan yang lebih sedikit

Para pelanggan tidak perlu menghadapi atau melayani bujukan dan

factor- factor emosional, mereka juga tidak perlu menunggu dalam

antrian.

4. Proses pengambilan keputusan konsumen

Para pemasar dalam hal ini adalah penjual atau seller dalam E-

marketing harus bertindak lebih jauh daripada sekedar mengetahui berbagai

pengaruh yang akan mempengaruhi pembeli atau buyer. Pemasar atau penjual

juga harus mengembangan suatu pemahaman mengenai bagaimana tingkah

laku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Dalam proses

pebelian, konsumen akan melalui 5 (lima) tahap yaitu:

 Pengenalan kebutuhan

Pengambilan keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang

didefinisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan

yang diinginkan dengan keadaan sebenarnya, yang akan membangkitkan

dan mengaktifkan proses keputusan. Proses membeli diawali dengan

adanya kebutuhan.
 Pencarian informasi

Konsumen selanjutnya melakukan pencarian informasi internal ke

memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika

pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian intenal, maka proses

pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam

menyelesaikan masalah.

 Evaluasi alternative

Konsumen mengevaluasi piliha serta menyempitkan pilihan pada

alternatif yang diinginkan menjadi lebih spesifik.

 Pembelian

Konsumen melakukan pembelian yang nyata berdasarkan alternatf yang

telah dipilih. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa

yang dibeli, keputusan membeli atau tidak, waktu pembelian, dimana dan

bagaimana cara membayarnya.

 Konsumsi

Biasanya ketika konsumen mulai mengambil tindakan pembelian

biasanya akan diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau menggunakan

produk atau degan menghabiskan nilai atau manfaat suatu produk

maupun jasa.

 Evaluasi setelah pembelian


Proses terakhir dalam proses pembelian konsumen bukan melakukan

keputusan pembelian atau mengambil tindakan pembelian dan

mengkonsumsikan produk atau jasa, melainkan berlanjut ke evaluasi

produk yang dikonsumsi, atau mengarah pada respon puas atau tidak

puas, konsmen mengevaluasi.

BAB III

HASIL OBSERVASI

A. Bagaimana cara mendapatkan pelanggan ?

Pada Apotek ini memiliki cara khusus dalam mendapatkan pelanggan

yaitu dengan memanfaatkan social media dengan baik. Apotek ini selalu

memasarkan produknya ke media social dan tentu saja ini menjadi daya tarik

tersendiri oleh masyarakat untuk mengetahui obat apa yang saat ini banyak

digunakan. Contohnya pada masa pandemi seperti ini, apotek ini banyak

memasarkan produk seperti vitamin, hand sanitizer dan lainnya. Apotek ini juga

memberikan penawaran-penawaran untuk produk yang banyak dibutuhkan dan

tentu selalu memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien.

B. Bagaiamana cara menghadapai kebutuhan permintaan, keinginan

masyarakat ?

 Mencatat kebutuhan masyarakat dan memenuhi stok obat yang kosong

 Menyediakan produk farmasi yang saat ini dibutuhkan

 Menyimpan stok obat yang cukup agar tidak terjadi kekosongan obat

C. Permintaan produk farmasi

Untuk mendapatkan produk farmasi, apotek ini mendapatkannya dari


Pedagang Besar Farmasi yang sesuai dengan prosedur untuk mengadakan suatu

produk farmasi. Untuk memenuhi produk farmasi ini dilihat lagi dari beberapa

metode yaitu epidemologi dan permintaan dari dokter

D. Bagaimana proses pemasaran dan menciptakan kepuasan konsumen ?

Dalam pemasaran produk yang ada pada Apotek ini dengan cara

memberikan pelayanan kepada pasien, memberikan swamedikasi informasi obat

kepada pasien dan juga menawarkan beberapa obat yang ada didalam Apotek

dengan memberikan semacam konseling tentang obat itu kepada pasien sebagai

alternatif lain.

E. Bagaimana pemasaran hubungan yang diterapkan apotek ?

Apotek ini memiliki kerjasama dengan beberapa PBF yang ada di Kota

Tarakan dengan menyediakan beberapa produk farmasi yang dibutuhkan oleh

masyarakat setempat.

F. Bagaimana cara mengembangkan strategi pemasaran ?

Dengan cara melakukan sistem pencatatan kebutuhan produk farmasi baik

secara manual maupun elektronik. Kemudian menyediakan stok obat dan

memberikan pelayanan terbaik kepada pasien sehingga pasien mendapat feedback

yang baik juga

G. Bagaimana teknik mengukur kepuasan pelanggan ?

Untuk apotek ini tidak memiliki cara penilaian kepuasan pelanggan

terhadap pelayanan yang ada di apotek ini. Tetapi apotek mengetahui cara
pelanggan tetap berkunjung ke apotek adalah dengan melihat dalam waktu lama

apakah pelanggan akan tetap datang ke apotek atau tidak.

H. Pengaruh kepuasaan pelanggan

Pengaruh kepuasan pelanggan sangat mempengaruhi pendapatan yang ada

di apotek, apakah dengan pelayanan yang baik dapat meningkatkan pendapatan

apotek walapun peningkatannya tidak besar

I. Keluhan pelanggan

Keluhan yang sering terjadi pada apotek ini adalah perbandingan harga

obat yang ada di apotek tersebut dengan apotek lain dan kekosongan obat juga

menjadi keluhan paling dominan yang ada di apotek ini

J. Cara menarik dan mempertahankan pelanggan

Dengan cara memberikan pelayanan kepada pasien dengan baik dan

memberikan penawaran-penawaran terhadap produk baru yang ada di apotek ini,

memberikan informasi terkait penggunaan obat yang lengkap dan juga melakukan

penyediaan produk farmasi yang lebih banyak lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Buchari Alma, 2007, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa. Edisi Revisi,

Bandung CV. Alfabeta

Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2012. Principles of Marketing. New Jersey:

Prentice Hall.

Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. (2012). Marketing Management, 14th Edition

United States of America : Pearson

Permenkes No. 1027 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan kefarmasian di


Apotek
Permenkes No 9 Tahun 2017 tentang Apotek
Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang PerApotekan.

Permenkes No. 1027 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan kefarmasian di

Apotek

Anda mungkin juga menyukai