Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FARMASI KLINIK

DEMAM

ANANDA REZZA (21802004)

AYU AFNI MAULINDA (21802007)

ILHAM MAULANA ( 21802015)

RAFDILLAH MAULIDAH (21802030)

YAYASAN PENDIDIKAN DAN SOSIAL


POLITEKNIK KALTARA

TARAKAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpah kan
rahmat, hidayah, dan inanyah-nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas saya dengan sebaik baiknya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca, mengingat kami juga
manusia yang takluput dari salah dan dosa. Jika ada kalimat atau statement yang
tidak berkenan dihati pembaca kami meminta maaf sebesar-besarnya.Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami dan para pembaca, akhir salam kami
sangat berharap tugas kami dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tarakan, 12 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Demam........................................................................................3

B. Penyebab Demam ( Etiologi ).......................................................................3

C. Jenis Demam.................................................................................................4

D. Patofisiologi Demam.....................................................................................5

E. Terapi Farmakologi.......................................................................................8

F. Terapi Non Farmakologis...........................................................................12

G. Menggunakan Bawang Merah…..…………………………………………14


BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................15

B. Saran..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi


atau bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi
pertanda bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah,
2011). Demam bukan merupakan penyakit melainkan reaksi yang
menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh. Saat terjadi kenaikan
suhu, tubuh bisa jadi sedang memerangi infeksi sehingga terjadi demam
atau menunjukan adanya proses inflamasi yang menimbulkan demam
(Arifianto, 2012). Protokol Kaiser Permanente Appointment and Advice
Call Center mendefinisikan demam yaitu temperatur rektal diatas 38°C,
aksilar 37,5°C dan diatas 38,2°C dengan pengukuran membrane tympani.
Sedangkan dikatakan demam tinggi apabila suhu tubuh >41°C (Kania,
2010). Demam pada anak terjadi ketika suhu tubuh anak diatas 38°C
(Arifianto, 2012). American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan
bahwa demam sering terjadi pada anak usia sekolah yaitu 5-11 tahun yang
disebabkan oleh infeksi virus seperti batuk, flu, radang tenggorokan,
common cold (selesma) dan diare. Disamping itu juga anak usia sekolah
merupakan kelompok rentan untuk terjadinya kasus kesehatan gigi dan
mulut. Karies gigi pada anak usia sekolah menempati posisi cukup tinggi,
yaitu dari 100 anak yang melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut, hanya 10 anak yang terbebas dari karies gigi yang biasanya
menyebabkan rasa sakit/nyeri serta demam (Depkes RI, 2000, Susanto,
2007).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu demam ?

2. Apa penyebab demam ?

3. Apa saja jenis demam itu?

4. Bagaimana patofisiologi demam ?

5. Apa saja obat demam ?

6. Bagaimana cara penggunaan obat demam ?

7. Apa saja efek samping dari obat demam ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian demam

2. Mampu mengetahui penyebab demam

3. Mampu mengetahui jenis demam

4. Mampu mengetahui patofisiologi demam

5. Untuk mengetahui apa saja obat yang di gunakan ketika demam

6. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan obat demam

7. Untuk mengetahui apa saja efek samping dari obat demam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demam

Suhu tubuh adalah cerminan dari keseimbangan antara produksi


dan pelepasan panas, keseimbangan ini diatur oleh pengatur suhu
(termostat) yang terdapat di otak (hipotalamus). Pada orang normal
termostat diatur pada suhu 36,50 C-37,20 C (Hartanto, 2003)

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang


masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini,
2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal


sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat
panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).

B. Penyebab Demam (Etiologi)

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain


infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu

3
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.


Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).

Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas,


otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi,
gingi vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, 10
pyelonephritis, meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma,
osteomyelitis (Suriadi, 2006).

Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab


demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan
holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.

C. Jenis Demam

Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:

a. Demam septik

4
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada
pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.

b. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah


mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan
suhu yang dicatat demam septik.

c. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa


jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari
sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.

d. Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu


derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.

e. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang


diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

D. Patofisiologi Demam

Demam terjadi oleh karena pengeluaran zat pirogen dalam tubuh.


Zat pirogen sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksogen dan

5
endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh
seperti mikroorganisme dan toksin. Sedangkan pirogen endogen
merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh meliputi interleukin-1
(IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosing factor-alfa (TNF-A).
Sumber utama dari zat pirogen endogen adalah monosit, limfosit dan
neutrofil (Guyton, 2007). Seluruh substansi di atas menyebabkan selsel
fagosit mononuclear (monosit, makrofag jaringan atau sel kupfeer)
membuat sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen, suatu protein
kecil yang mirip interleukin, yang merupakan suatu mediator proses imun
antar sel yang penting. Sitokin-sitokin tersebut dihasilkan secara sistemik
ataupun local dan berhasil memasuki sirkulasi. Interleukin-1, interleukin-
6, tumor nekrosis factor α dan interferon α, interferon β serta interferon γ
merupakan sitokin yang berperan terhadap proses terjadinya demam.
Sitokin-sitokin tersebut juga diproduksi oleh sel-sel di Susunan Saraf
Pusat (SSP) dan kemudian bekerja pada daerah preoptik hipotalamus
anterior. Sitokin akan memicu pelepasan asam arakidonat dari membrane
fosfolipid dengan bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakidonat
selanjutnya diubah menjadi prostaglandin karena peran dari enzim
siklooksigenase (COX, atau disebut juga PGH sintase) dan menyebabkan
demam pada tingkat pusat termoregulasi di hipotalamus (Dinarello dan
Gelfrand, 2005; Fox, 2002; Wilmana dan Gan, 2007; Ganong. 2008;
Juliana, 2008; Sherwood, 2010).

Enzim sikloosigenase terdapat dalam dua bentuk (isoform), yaitu


siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Kedua
isoform berbeda distribusinya pada jaringan dan juga memiliki fungsi
regulasi yang berbeda. COX-1 merupakan enzim konstitutif yang
mengkatalis pembentukan prostanoid regulatoris pada berbagai jaringan,
terutama pada selaput lender traktus gastrointestinal, ginjal, platelet dan
epitel pembuluh darah. Sedangkan COX-2 tidak konstitutif tetapi dapat
diinduksi, antara lain bila ada stimuli radang, mitogenesis atau
onkogenesis. Setelah stimuli tersebut lalu terbentuk prostanoid yang

6
merupakan mediator nyeri dan radang. Penemuan ini mengarah kepada,
bahwa COX-1 mengkatalis pembentukan prostaglandin yang bertanggung
jawab menjalankan fungsi-fungsi regulasi fisiologis, sedangkan COX-2
mengkatalis pembentukan prostaglandin yang menyebabkan radang
(Dachlan et al., 2001; Davey, 2005).

Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu jenis prostaglandin


yang menyebabkan demam. Hipotalamus anterior mengandung banyak
neuron termosensitif. Area ini juga kaya dengan serotonin dan
norepineprin yang berperan sebagai perantara terjadinya demam, pirogen
endogen meningkatkan konsentrasi mediator tersebut. Selanjutnya kedua
monoamina ini akan meningkatkan adenosine monofosfat siklik (cAMP)
dan prostaglandin di susunan saraf pusat sehingga suhu thermostat
meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu
thermostat (Dinarello dan Gelfrand, 2001; Fox, 2002; Wilmana dan Gan,
2007; Ganong, 2008; Juliana, 2008; Sherwood, 2010).

7
Pirogen endogen

Fagosit mononuklear

Sitokin pirogen

Berikatan dengan reseptor membrane sel

Fosfolipid

Asam arakidonat
Enzim lipooksigenase Enzim siklooksigenase

Dihambat
Hidroperioksid Endoperioksid (PGG2/PGH) antipiretik

Leukotrien Tromboksan A2 prostasiklin

PGE 2, PGF 2, PGD 2

Area pre-optik hypothalamus

Demam

8
E. Terapi Farmakologi

1) Paracetamol

a. Pengertian
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non
narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin
terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol digunakan
secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal
sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain
dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual
bebas. (Lusiana Darsono 2002).
b. Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi
penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik.
Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.
(Cranswick 2000)
c. Dosis
Dewasa : 500-100mg per kali, tiap 4-6 jam maksimum 4gram per
hari

9
Anak <12 tahun : 10mg/kgBB/kali (bila ikterik 5mg/kgBB/kali)
diberikan tiap 4-6 jam maksimum 4 dosis sehari.
d. Efek Samping
1. Muntah
2. Nyeri perut
3. Reaksi alergi berupa urtikaria (biduran)
4. Purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan
bawah kulit)
5. Bronkospasme (penyempitan saluran napas)
6. Hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang
masa sakit).
e. Peringatan
1. Gangguan fungsi hati
2. Gangguan fungsi ginjal
3. Ketergantungan alkohol.

2) Ibuprofen

a. Pengertian
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua
pada demam, bila alergi terhadap parasetamol.
b. Indikasi

10
Secara umum diindikasikan untuk mengatasi demam, nyeri
dan inflamasi ringan hingga sedang (pada saat kondisi sakit kepala,
termasuk migren, dysmenorrhea, nyeri pasca operasi, nyeri gigi,
gangguan otot rangka dan persendian, rheumatoid arthritis,
osteoartritis, juvenile arthritis [artritis pada anak], gangguan
periartikular, gangguan jaringan lunak, seperti terkilir atau sprain
dan strain).
c. Dosis
Dewasa : 3-4 kali 200-400 mg/hari
Anak : 20-30 mg/kgBB/hari dalam 3-4 Dosis terbagi
d. Efek samping
1. Gangguan gastrointestinal ( mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri ulu hati ).
2. Ruam kulit
3. Gangguan pendarahan ( trombositopenia ).
4. Sakit kepala
5. Gangguan pendengaran
e. Peringatan
Hati-hati penggunaan pada asma, penyakit jantung, riwayat
ulkus peptikum, gangguan hati atau ginjal, hipertensi, gangguan
koagulasi, SLE, hamil trimester 1 dan 2, menyusui, anak < 1 tahun.

11
3) Aspirin

a. Pengertian
Aspirin merupakan golongan obat antiinflamasi non steroid
(AINS) yang memiliki efek analgesik, antipiretik, dan
antiinflamasi.
b. Indikasi
Nyeri (ringan-sedang), antiplatelet pada terapi
kardiovaskular dan stroke, rheumatoid artritis, osteoarthritis, dan
gout.
c. Dosis
Dewasa : 325-650 mg/kali diberikan peroral setiap 4-6 jam
d. Efek samping
1. Gangguan saluran pencernaan ( iritasi saluran cerna )
2. Gangguan pendengaran
3. Vertigo
4. Reaksi hipersensivitas
5. Trombositopenia
e. Peringatan
Hati-hati pada penyakit alergi, gangguan fungsi ginjal,
fungsi hati, dehidrasi, kehamilan, pasien lansia, defisiensi G6PD.

12
F. Terapi non farmakologis

Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan


seperti (Nurarif, 2015):

1) Memberikan minuman yang banyak

2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal

3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal

4) Memberikan kompres.

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan


menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan
metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis
kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini
Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat.

Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau


handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).

Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat


membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC,
akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat
pori-pori kulit melalui proses penguapan.

Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena


pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar
dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai

13
banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas
dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)

G. Menggunakan bawang merah


Penggunaan bawang merah sebagai obat bisa sangat menolong dan
menguntungkan, mengingat tanaman ini banyak tersedia di hampir setiap
keluarga. Demikian juga, harganya relatif terjangkau oleh kamampuan
keluarga, walaupun kadang-kadang melambung tinggi. Manfaat bawang
merah ini semakin terasa terutama pada saat biaya pengobatan semakin
tinggi akibat krisi ekonomi (Jaelani, 2007).
Tanpa disadari oleh masyarakat, ternyata bawang merah memiliki
potensi yang cukup penting bagi kesehatan keluarga. Yakni, memberikan
solusi hidup sehat dengan cara yang relatif mudah dan murah. Selain itu,
bawang merah juga dapat memberikan banyak manfaat sebagai bahan
baku alternative dalam pengobatan keluarga. Penyembuhan dengan
bawang merah tergolong sangat efektif, efisien, dan relative aman (Jaelani,
2007).
Tanpa disadari oleh masyarakat, ternyata bawang merah memiliki
potensi yang cukup penting bagi kesehatan keluarga. Yakni, memberikan
solusi hidup sehat dengan cara yang relatif mudah dan murah. Selain itu,
bawang merah juga dapat memberikan banyak manfaat sebagai bahan
baku alternative dalam pengobatan keluarga. Penyembuhan dengan
bawang merah tergolong sangat efektif, efisien, dan relative aman (Jaelani,
2007).
Komponen bawang merah yang mempunyai potensi sebagai
antipiretik adalah flavonoid. Flavonoid merupakan golongan terbesar
senyawa fenol alam. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol
yang mudah larut dalam air dan cukup stabil dalam pemanasan yang
mencapai suhu 1000C selama lebih dari 30 menit. Senyawa fenol
mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau
dua gugus hidroksil. Semua senyawa fenol berupa senyawa aromatik.

14
Flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Ermawati, 2010). Efek
flavonoid terhadap bermacam-macam organisme sangat banyak
macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung
flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional.
Beberapa flavonoid menghambat fosfodiesterase, 23 sedangkan
flavonoid lain menghambat aldoreduktase, monoaminoksidase, protein
kinase, DNA polimerase dan lipooksigenase. Penghambatan
siklooksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas karena reaksi
siklooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju ke
hormone eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan. Prostaglandin
sendiri penting dalam peningkatan hypothalamic therm set point.
Mekanisme penghambatan inilah yang menerangkan efek antipiretik dari
flavonoid (Freddy, 2007).
Berikut beberapa tips jika menggunakan bawang merah sebagai
bahan obat.
a. Bahan bahan yang akan digunakan harus terbebas dari zat-zat
toksik, seperti pestisida atau senyawa beracun lainnya, dan harus
dibersihkan atau dicuci terlebih dahulu agar higienis.
b. Gunakan jenis dan jumlah bawang merah sesuai keperluan. Jangan
sampai berlebihan kareana akan membebani fungsi metabolism.
Pengobatan menggunakan bawang merah mesti dilakukan secara
kontinu agar efek penyembuhan tercapai.
c. Jangan memasak bawang merah dalam kondisi terlalu panas karena
akan merusak ikatan kimia dari zat-zat yang ada di dalamnya.
Kecuali, jika sediaan memang berupa air rebusan (decoctum),
yakni untuk mengeluarkan zat-zat aktif hingga larut dalam air
perebus.
d. Jangan disimpan terlalu lama di dalam freezer karena akan
menghilangkan sebagian kandungan zat aktifnya. Ini akan
mengurangi daya khasiatnya.

15
e. Bawang merah hanyalah berperan sebagai terapi pendukung
(support therapy) dari terapi medis yang tingkat akurasi
penyembuhannya lebih meyakinkan (Jaelani, 2007).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Demam adalah proses alamiah tubuh untuk melawan radikal bebas yang
masuk kedalam tubuh yang membuat suhu tubuh menjadi meningkat
melebihi suhu tubuh normal. Demam juga dapat terjadi ketika adanya
inflamasi, peradangan dan lain sebagainya yg terdapat pada tubuh
seseorang.

B. SARAN

Ketika mengalami demam seseorang dapat membeli obat yang tanpa


menggunakan resep dokter di apotek maupun toko terdekat yg menjual
obat atau seseorang bias melakukan terapi non farmakologis seperti
mengompres dengan air hangat atau menggunakan bahan alam yang
dipercayai mampu menurunkan demam seperti bawang merah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto.2012 . Orangtua Cermat, Anak Sehat. Jakarta : Gagas Media

Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa: Rahmalia. A,dkk.


Jakarta: Erlangga

Depkes RI, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper,
D.L., et. al., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore:
The McGraw-Hill Company, 104-108.

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta.EGC. Edisi 22 h.


270-271, 450-459.

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

Hartini, S. a. (2015). Efektifitas Kompres Hnagat terhadap Penururnan Suhu


Tubuh Anak Demam Usia 1-3 Tahun . Journal Sri , 1.

M. Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek. Yogjakarta:


Arr-Ruzz Media

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Sherwood, L. 2010. Human Physiology From Cells to Systems.7th Ed. Canada:


Yolanda Cossio.

Suriadi & Yuliana, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung
seto

Wardiyah, A., Setiawati, & Setiawan, D. (2016). Perbandingan Efektifitas


Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadapt Penurunan Suhu
Tubuh Yang Mengalami Demam RSUD dr.H.Abdul Moeloek Provinsi
Lampung . Jurnal Ilmu Keperawatan , 50.

Wilmana, P.F., dan Gan, S.G., 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik


AntiInflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Gan,
S.G., Editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru, 230- 240.

Anda mungkin juga menyukai