FARMASI KLINIK
DEMAM
TARAKAN
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpah kan
rahmat, hidayah, dan inanyah-nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas saya dengan sebaik baiknya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca, mengingat kami juga
manusia yang takluput dari salah dan dosa. Jika ada kalimat atau statement yang
tidak berkenan dihati pembaca kami meminta maaf sebesar-besarnya.Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami dan para pembaca, akhir salam kami
sangat berharap tugas kami dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Demam........................................................................................3
C. Jenis Demam.................................................................................................4
D. Patofisiologi Demam.....................................................................................5
E. Terapi Farmakologi.......................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demam
3
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
C. Jenis Demam
a. Demam septik
4
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada
pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
c. Demam intermiten
d. Demam kontinyu
e. Demam siklik
D. Patofisiologi Demam
5
endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh
seperti mikroorganisme dan toksin. Sedangkan pirogen endogen
merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh meliputi interleukin-1
(IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosing factor-alfa (TNF-A).
Sumber utama dari zat pirogen endogen adalah monosit, limfosit dan
neutrofil (Guyton, 2007). Seluruh substansi di atas menyebabkan selsel
fagosit mononuclear (monosit, makrofag jaringan atau sel kupfeer)
membuat sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen, suatu protein
kecil yang mirip interleukin, yang merupakan suatu mediator proses imun
antar sel yang penting. Sitokin-sitokin tersebut dihasilkan secara sistemik
ataupun local dan berhasil memasuki sirkulasi. Interleukin-1, interleukin-
6, tumor nekrosis factor α dan interferon α, interferon β serta interferon γ
merupakan sitokin yang berperan terhadap proses terjadinya demam.
Sitokin-sitokin tersebut juga diproduksi oleh sel-sel di Susunan Saraf
Pusat (SSP) dan kemudian bekerja pada daerah preoptik hipotalamus
anterior. Sitokin akan memicu pelepasan asam arakidonat dari membrane
fosfolipid dengan bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakidonat
selanjutnya diubah menjadi prostaglandin karena peran dari enzim
siklooksigenase (COX, atau disebut juga PGH sintase) dan menyebabkan
demam pada tingkat pusat termoregulasi di hipotalamus (Dinarello dan
Gelfrand, 2005; Fox, 2002; Wilmana dan Gan, 2007; Ganong. 2008;
Juliana, 2008; Sherwood, 2010).
6
merupakan mediator nyeri dan radang. Penemuan ini mengarah kepada,
bahwa COX-1 mengkatalis pembentukan prostaglandin yang bertanggung
jawab menjalankan fungsi-fungsi regulasi fisiologis, sedangkan COX-2
mengkatalis pembentukan prostaglandin yang menyebabkan radang
(Dachlan et al., 2001; Davey, 2005).
7
Pirogen endogen
Fagosit mononuklear
Sitokin pirogen
Fosfolipid
Asam arakidonat
Enzim lipooksigenase Enzim siklooksigenase
Dihambat
Hidroperioksid Endoperioksid (PGG2/PGH) antipiretik
Demam
8
E. Terapi Farmakologi
1) Paracetamol
a. Pengertian
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non
narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin
terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol digunakan
secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal
sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain
dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual
bebas. (Lusiana Darsono 2002).
b. Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi
penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik.
Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.
(Cranswick 2000)
c. Dosis
Dewasa : 500-100mg per kali, tiap 4-6 jam maksimum 4gram per
hari
9
Anak <12 tahun : 10mg/kgBB/kali (bila ikterik 5mg/kgBB/kali)
diberikan tiap 4-6 jam maksimum 4 dosis sehari.
d. Efek Samping
1. Muntah
2. Nyeri perut
3. Reaksi alergi berupa urtikaria (biduran)
4. Purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan
bawah kulit)
5. Bronkospasme (penyempitan saluran napas)
6. Hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang
masa sakit).
e. Peringatan
1. Gangguan fungsi hati
2. Gangguan fungsi ginjal
3. Ketergantungan alkohol.
2) Ibuprofen
a. Pengertian
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua
pada demam, bila alergi terhadap parasetamol.
b. Indikasi
10
Secara umum diindikasikan untuk mengatasi demam, nyeri
dan inflamasi ringan hingga sedang (pada saat kondisi sakit kepala,
termasuk migren, dysmenorrhea, nyeri pasca operasi, nyeri gigi,
gangguan otot rangka dan persendian, rheumatoid arthritis,
osteoartritis, juvenile arthritis [artritis pada anak], gangguan
periartikular, gangguan jaringan lunak, seperti terkilir atau sprain
dan strain).
c. Dosis
Dewasa : 3-4 kali 200-400 mg/hari
Anak : 20-30 mg/kgBB/hari dalam 3-4 Dosis terbagi
d. Efek samping
1. Gangguan gastrointestinal ( mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri ulu hati ).
2. Ruam kulit
3. Gangguan pendarahan ( trombositopenia ).
4. Sakit kepala
5. Gangguan pendengaran
e. Peringatan
Hati-hati penggunaan pada asma, penyakit jantung, riwayat
ulkus peptikum, gangguan hati atau ginjal, hipertensi, gangguan
koagulasi, SLE, hamil trimester 1 dan 2, menyusui, anak < 1 tahun.
11
3) Aspirin
a. Pengertian
Aspirin merupakan golongan obat antiinflamasi non steroid
(AINS) yang memiliki efek analgesik, antipiretik, dan
antiinflamasi.
b. Indikasi
Nyeri (ringan-sedang), antiplatelet pada terapi
kardiovaskular dan stroke, rheumatoid artritis, osteoarthritis, dan
gout.
c. Dosis
Dewasa : 325-650 mg/kali diberikan peroral setiap 4-6 jam
d. Efek samping
1. Gangguan saluran pencernaan ( iritasi saluran cerna )
2. Gangguan pendengaran
3. Vertigo
4. Reaksi hipersensivitas
5. Trombositopenia
e. Peringatan
Hati-hati pada penyakit alergi, gangguan fungsi ginjal,
fungsi hati, dehidrasi, kehamilan, pasien lansia, defisiensi G6PD.
12
F. Terapi non farmakologis
4) Memberikan kompres.
13
banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas
dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)
14
Flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Ermawati, 2010). Efek
flavonoid terhadap bermacam-macam organisme sangat banyak
macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung
flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional.
Beberapa flavonoid menghambat fosfodiesterase, 23 sedangkan
flavonoid lain menghambat aldoreduktase, monoaminoksidase, protein
kinase, DNA polimerase dan lipooksigenase. Penghambatan
siklooksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas karena reaksi
siklooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju ke
hormone eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan. Prostaglandin
sendiri penting dalam peningkatan hypothalamic therm set point.
Mekanisme penghambatan inilah yang menerangkan efek antipiretik dari
flavonoid (Freddy, 2007).
Berikut beberapa tips jika menggunakan bawang merah sebagai
bahan obat.
a. Bahan bahan yang akan digunakan harus terbebas dari zat-zat
toksik, seperti pestisida atau senyawa beracun lainnya, dan harus
dibersihkan atau dicuci terlebih dahulu agar higienis.
b. Gunakan jenis dan jumlah bawang merah sesuai keperluan. Jangan
sampai berlebihan kareana akan membebani fungsi metabolism.
Pengobatan menggunakan bawang merah mesti dilakukan secara
kontinu agar efek penyembuhan tercapai.
c. Jangan memasak bawang merah dalam kondisi terlalu panas karena
akan merusak ikatan kimia dari zat-zat yang ada di dalamnya.
Kecuali, jika sediaan memang berupa air rebusan (decoctum),
yakni untuk mengeluarkan zat-zat aktif hingga larut dalam air
perebus.
d. Jangan disimpan terlalu lama di dalam freezer karena akan
menghilangkan sebagian kandungan zat aktifnya. Ini akan
mengurangi daya khasiatnya.
15
e. Bawang merah hanyalah berperan sebagai terapi pendukung
(support therapy) dari terapi medis yang tingkat akurasi
penyembuhannya lebih meyakinkan (Jaelani, 2007).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demam adalah proses alamiah tubuh untuk melawan radikal bebas yang
masuk kedalam tubuh yang membuat suhu tubuh menjadi meningkat
melebihi suhu tubuh normal. Demam juga dapat terjadi ketika adanya
inflamasi, peradangan dan lain sebagainya yg terdapat pada tubuh
seseorang.
B. SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper,
D.L., et. al., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore:
The McGraw-Hill Company, 104-108.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Suriadi & Yuliana, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung
seto