Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PEMBUATAN CREAM DAUN BAYAM SEBAGAI LUKA BAKAR.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Sedian Liquid
dan Semi Solid yang telah memberi kami tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah pembuatan cream daun bayam
sebagai obat luka bakar ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam ilmu kefarmasian.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................
1.2 TUJUAN........................................................................................................
1.3 MANFAAT.....................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
2.1 URAIAN TUMBUHAN.....................................................................................
2.1.1 DAUN BAYAM........................................................................................
2.2 URAIAN KRIM...............................................................................................
2.3 MONOGRAFI BAHAN.....................................................................................
2.3.1 EMULGATOR..........................................................................................
2.3.1.1 Asam Stearat........................................................................
2.3.1.2 TEA......................................................................................
2.3.3 AGENT PENSTABIL...............................................................................
2.3.3.1 Cera Alba.............................................................................
2.3.4 PELEMBAB..........................................................................................
2.3.4.1 Propilenglikol........................................................................
2.3.5 PENGAWET..........................................................................................
2.3.5.1 Metyl paraben......................................................................
2.3.5.2 Propil paraben......................................................................
2.4 RANCANGAN FORMULA..............................................................................
2.5 PENIMBANGAN...........................................................................................
2.6 CARA KERJA...............................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................................
3.1 ALAT DAN BAHAN......................................................................................
2
3.1.1 ALAT...................................................................................................
3.1.2 BAHAN................................................................................................
3.2 TEMPAT PENELITIAN...................................................................................
3.3 EVALUASI SEDIAAN....................................................................................
3.3.1 ORGANOLEPTIS...................................................................................
3.3.2 EVALUASI pH.......................................................................................
3.3.3 UJI HOMOGENITAS..............................................................................
3.3.4 UJI DAYA SEBAR..................................................................................
3.3.5 TIPE EMULSI........................................................................................
3.3.6 UJI PROTEKSI.......................................................................................
BAB IV. DATA PENGAMATAN.................................................................................
4.1 DATA PENGAMATAN....................................................................................
4.1.1 ORGANOLEPTIS...................................................................................
4.1.2 EVALUASI pH.......................................................................................
4.1.3 UJI HOMOGENITAS..............................................................................
4.1.4 UJI DAYA SEBAR..................................................................................
4.1.5 UJI TIPE EMULSI...................................................................................
4.1.6 UJI PROTEKSI.......................................................................................
BAB V. KESIMPULAN.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanaman obat tradisional adalah salah satu di antara obat tradisonal
yang paling banyak digunakan secara empirik oleh masyarakat dalam
rangka menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, baik
dengan maksud pemulihan maupun pengobatan kesehatan
(Wijayakusuma & Dalimarta,1994).
Salah satu tanaman obat yang digunakan di masyarakat adalah
daun bayam (Amaranthus spinosus L.). Daun bayam dimanfaatkan untuk
pematangan bisul, untuk eksema, gusi bengkak, berdarah, melancarkan
pengeluaran ASI dan luka bakar. Secara tradisional daun bayam
digunakan mengobati luka bakar, yaitu dengan cara digiling halus dan
dibubuhkan pada kulit yang sakit (Syamsulhidayat dan Hutapea, 1991).
Daun bayam mempunyai kandungan saponin, tannin, flavonoid,
polifenol (Syamsulhidayat dan Hutapea, 1991). Tanin mempunyai daya
antiseptik maka dapat digunakan untuk perlindungan, selain itu tanin
dapat digunakan untuk pengobatan luka bakar dengan cara
menggumpalkan protein dan adanya daya antibakteri (Robbinson, 1995).
Ekstrak daun bayam duri dalam penelitian ini dibuat sediaan krim.
Tipe krim yang
digunakan adalah miyak dalam air. Bentuk krim ini lebih disukai karena
mudah dicuci dan tidak membekas. Bahan dasar pembuat basis vanishing
cream antar lain : asam stearat, cera alba, vaselin album, propilenglikol,
aquadest dan trietanolamina sebagai emulgator (Voigt, 1994). Krim dibuat
dengan proses peleburan dan emulsifikasi (Anief,1988).
Sediaan yang diaplikasikan pada kulit dengan luka terbuka, harus
diformulasikan dengan konsistensi yang lunak sehingga akan mudah
dioleskan dan tidak menimbulkan rasa nyeri saat aplikasi. Krim yang telah
dibuat diuji stabilitasnya, meliputi: pemeriksaan warna, bau, pH,
homogenitas, viskositas, daya sebar, dan daya lekat (Voigt, 1984).
4
1.2 TUJUAN
- untuk mengetahui proses pembuatan cream
- untuk mengetahui bahan apa saja yang cocok untuk pembuatan cream
- dapat menjelaskan kandungan kimia yang terdapat dalam daun bayam.
1.3 MANFAAT
Untuk memberikan informasi tentang pembuatan cream daun bayam untuk
pengobatan luka bakar.
Klasifikasi ilmiah
5
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Genus:
Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Caryophyllales
Amaranthaceae
Amaranthoideae
Amaranthus L.
11.
Kandungan vitamin A
12.
Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai.
Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa
emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar.
Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat
yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air
dalam minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang
dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang
pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung.
Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat
kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan
lainnya.
o Kualitas dasar krim, yaitu:
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas
dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang
ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling
mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar
krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).
2.2 Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal
asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat
dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan
estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:
1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak :
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim
pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream
mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan
berminyak/film pada kulit.
Kelebihan Dan Kekurangan Sediaan Krim
a)
b.
Zat berkhasiat
2.
Minyak
3.
Air
4.
Pengemulsi
5.
Bahan Pengemulsi
yang praktis tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam 20 bagian
etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P
(DEPKES RI, 1979). Asam stearat bisa digunakan sebagai emulgator dan
emolien. Asam stearat digunakan sebagai emolien pada konsentrasi 1%20% (Balsam, 1972).
Asam stearat secara luas digunakan dalam farmasi oral dan topikel
formulasi. Hal ini terutama digunakan dalam formulasi oral tablet dan
kapsul pelumas, meskipun juga dapat digunakan sebagai pengikat atau
dalam kombinasi dengan lak sebagai pelapis tablet. Asam stearat dapat
digunakan dalam tablet enterik pelapis dan sebagai pembawa obat
berkelanjutan realese. Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan
sebagai pengemulsi dan pelarut agents. Ketika sebagian dinetralkan
dengan alkali atau trietanolamine, asam stearat yang digunakan dalam
penyusanan krim. Asam sterat juga banyak digunakan dalam kosmetik
dan produk makanan (Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2009).
2.3.1.2 TEA
Trietanolaminum (TEA) adalah campuran dari trietanolaminm,
dietanolaminum dan monoetanolaminum. TEA mengandung tidak kurang
dari 99,0% dan tidak lebih dari 107.4% dihitung terhadap zat anhhidrat
sebagai trietanolaminum.Trietanolaminum berupa cairan kental, tidak
bewarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopis,
mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%), serta dalam kloroformm
(DEPKES RI, 1979).
Trietanolaminum banyak digunakan dalam formulasi farmasi topikal,
terutama dalam pembentukan emulsi. Ketika dicampur dalam proporsi
equimolar dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam oleat,
trietanolaminum membentuk sabun amoniak dengan Ph sekitar 8, yang
dapat digunakan sebagai agen pengemulsi untuk menghasilkan halus,
stabil emulsi minyak dalam air. Konsentrasi yang biasa digunakan
emulsifikasi adalah 2-4 % v/v trietanolaminum dan 2-5 kali dari asam
lemak.Trietanolaminum digunakan sebagai perantara dalam manufaktur
surfaktan, spesialisasi tekstil,lilin,poles, herbisida, demulsifiers minyak
bumi, barang toilet, aditif semen dan memotong minyak. Penggunaan
11
umum lainnya adalah sebagai buffer, pelarut dan plasticizer polimer dan
sebagai humektan (Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2009).
Trietanolaminum merupakan amina tersier yang mengandung gugus
hidroksi itu mampu menjalani reaksi khas amina tersier dan alkohol.
Trietanolaminum akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk
garam kristal dan ester. Dengan asam lemak yang lebih tinggi,
trietanolaminum garam bentuk yang larut dalam air dan memiliki
karakteristik sabun. Trietanolaminum juga akan bereaksi dengan tembaga
untuk membentuk garam kompleks. Perubahan warna dan curah hujan
dapat terjadi dikeberadaan garam-garam logam berat. Trietanolaminum
dapat bereaksi dengan reagen seperti klorida tionil untuk menggantikan
gugus hidroksi dengan halogen. Produksi ini reaksinya sangat beracun,
menyerupai mustard nitrogen lainnya (Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 2009)
2.3.2 PELEMBUT
2.3.2.1 Vaselin Album
Pemerian vaselin putih masa lunak, lengket, bening, putih,
sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin
tanpa diaduk. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95%) P, larut dalam kloroform P, dan eter P dan dalam eter
minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah.
Konsentrasi sebagai emolient topikal cream 10-30%, topikal emulsi 425%, topikal salep up to 100%. Vaselin putih bahan inert dengan
sedikit tidak kompatibel. (Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2009)
2.3.3 AGENT PENSTABIL
2.3.3.1 Cera Alba
Pemerian zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan,
bau khas lemah. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air, agak
sukar larut dalam etanol (95%) P dingin larut dalam kloroform P, dan
eter P hangat, dalam minyak lemak dan minyak atsiri. Tidak
12
13
4%
2%
Vaselin album
TEA
Propilenglikol
10%
8%
1%
7%
Nipagin
0,12%
Nipasol
0,05%
Aquadest ad
100 ml
14
2.5 PENIMBANGAN
Dibuat dalam 30 g
10
100
2. Asam Stearat
3. Cera Alba
2
100
4. Vaselin Album
5. TEA
1
100
x 30 g = 3 g
x 30 g = 1,2 g
x 30 g =0,6 g
8
100
x 30 g = 2,4 g
x 30 g = 0,3 g
6. Propilenglikol
7
100
x 30 g = 2,1 g
7. Nipagin
0,12
100
x 30 g = 0,036 g
8. Nipasol
0,05
100
x 30 g = 0,015 g
15
16
3.1.2 BAHAN
Bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan ini adalah sari
daun bayam, TEA, asam stearat,metil paraben, propil paraben,
propilenglikol, cera alba, vaselin album dan air suling.
3.2 TEMPAT PENELITIAN
Praktikum ini dilakukan di laboratorium steril akademi farmasi yarsi
pontianak.
3.3 EVALUASI SEDIAAN
3.3.1 ORGANOLEPTIS
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau,
warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek
responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan menetapkan kriterianya
pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing
kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik
3.3.2 EVALUASI pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara
perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan ,
kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan
airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat
pH meter
3.3.3 UJI HOMOGENITAS
Timbang 0,5 g sediaan dan dioleskan pada kaca bening transparan
dan diterawang dibawah lampu neon dan diamati homogenitasnya.
Apabila diraba halus maka homogenitas tanpa ada partikel-partikel kasar.
19
4.1.1 ORGANOLEPTIS
Pengujian organoleptis digunakan panca indra dan didapatkan hasilnya
sebagai berikut.
SEDIAAN
Cream
WARNA
Hijau muda
BAU
Khas daun bayam
20
TEKSTUR
Lembut , halus
adalah 7.
21
8,2
cm2
Tidak ada bercak merah pada kertas saring, maka cream daun bayam ini
dapat memproteksi.
BAB V. KESIMPULAN
krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Kandungan daun bayam yaitu Tanin yang mempunyai
daya antiseptik maka dapat digunakan untuk perlindungan, selain itu
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 1988. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.hlm 69, 71.
Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV.
Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim; Jakarta: Universitas Indonesia Press.
hlm 489, 605.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI.
Bandung: Institut Tekhnologi Bandung. hlm 132-135.
Syamsuhidayat S, Hutapea R. J. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia.
Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hlm 596.
Wijayakusuma, Dalimarta. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia.
Jakarta. Hlm 5.
Voigt R. 1984. Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi. Diterjemahkan oleh:
Mathilda; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm 88, 1142 -1144.
24