Anda di halaman 1dari 45

Emulsi

Dr. Tuti Sri Suhesti, MSc., Apt


1
Pengertian
 Emulsi (Emulsiones, Emulsa)
 Adl sistem dua fase, yg salah satu cairannya terdispersi
dlm cairan lain dlm bentuk tetesan kecil
 Berasal dari kata emulgeo : menyerupai susu, karena
warna emulsi yg putih menyerupai susu
 Abad XVII, emulsi vera/alam: emulsi dari biji-bijian yg
mgd lemak, air & protein (sebagai emulgator)
 Abad XVIII, ahli farmasis dr Perancis menemukan emulsi
spuria/buatan: emulsi dari oleum varum, oleum anisi &
eugenol oil dgn emulgator gom arab, tragakan &
kuning telur

2
EMULSI
Definisi USP XXII hlm 1691
Emulsi adalah sistem yang terdiri dari dua fasa cair, dimana salah
satu terdispersi dalam bentuk tetesan-tetesan kecil pada fasa
lainnya. Fasa terdispersi adalah fasa dalam atau fasa diskontinu
dan fasa pendispersi adalah fasa luar atau fasa kontinu.

Definisi FI edisi III hlm 9


Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Definisi Martin hlm 486


Emulsi adalah sistem yang secara termodinamika tidak stabil dan
mengandung dua cairan yang tidak bercampur, dimana salah satu
cairan terdispersi dalam salah satu cairan lainnya dalam bentuk
globul-globul dan distabilkan oleh emulgator.
Kriteria emulsi yang baik
 Stabil pada suhu kamar dan penyimpanan :
 Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran
partikel atau distribusi partikel globul fasa
 Distribusi globul yang teremulsi adalah
homogen
 Memiliki aliran tiksotrop (mudah mengalir atau
tersebar tetapi memiliki viskositas yang tinggi
untuk meningkatkan stabilitas fisiknya)
Tujuan pembuatan emulsi
1. Untuk dipergunakan sbg obat dalam/per oral,
- umumnya tipe o/w (m/a):
- menutupi rasa minyak yang tidak enak,
- memudahkan pencernaan minyak karena ukurannya
diperkecil,
- ketersediaan hayati lebih baik karena sudah dalam
bentuk terlarut
2. Untuk dipergunakan sbg obat luar
- bisa tipe o/w atau w/o (m/a atau a/m), tergantung :
Sifat zatnya dan efek terapi yg dikehendaki
- untuk pemakaian pada kulit
- mengurangi efek iritasi dengan memasukkannya dalam
fase dalam,
- mendapatkan efek pelembut (emolient),
- mengatur absorpsi melalui kulit (perkutan) dengan
mengurangi ukuran partikel dari fasa dalam
Tujuan pembuatan emulsilanjutan

3. Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan


campuran yang homogen
4. Meningkatkan stabilitas obat yang mudah terhidrolisa
dalam air
5. Untuk pembuatan sediaan depoterapi: penetrasi dan
absorpsi dapat dikontrol, kerja emulsi lebih lama
Tipe emulsi
 Multiple emulsion: jika sebagai emulgator digunakan surfaktan
yang dapat membentuk emulsi dengan sistem kompleks,
dimana sistem tersebut mirip jenis emulsi a/m/a atau m/a/m.

 Dual emulsion: adalah emulsi yang strukturnya tidak dapat


dikenali karena fasa air dan fasa minyak sangat homogen

 Mikroemulsion (emulsi halus): umumnya dengan ukuran globul


kurang dari 0,15 mikron dan berpenampilan transparan
(umumnya berpenampilan seperti susu)
Tipe emulsi
 Oil in water (o/w) atau minyak dlm air (M/A)
adl emulsi yg terdiri atas butiran minyak tersebar/terdispersi
ke dlm air.
 minyak sbg fase internal
 Air sbg fase eksternal
 Water in oil (w/o) atau air dlm minyak (A/M)
adl emulsi yg terdiri atas butiran air tersebar/terdispersi ke
dlm minyak.
 Air sbg fase internal
 Minyak sbg fase eksternal

8
Cara membedakan tipe emulsi
1. Dgn pengenceran fase
 Setiap emulsi dpt diencerkan dgn fase eksternal
 Tipe o/w dpt diencerkan dgn air
 Tipe w/o dpt diencerkan dgn minyak

2. Dgn pengecatan/pewarnaan
 Z.warna akan tersebar merata dlm emulsi jika zat tsb
larut dlm fase eksternal (dilihat dgn mikroskop)
 + sudan III (larut dlm minyak): tipe w/o berwarna
merah
 + metilen biru (larut dlm air): tipe o/w berwarna biru
 + metieln merah/ amarant (larut dlm air): tipe o/w
berwarna merah

9
Lanjutan………..
3. Dgn kertas saring/kertas tisu
 Jika ditetesikan pd kertas saring terjadi :
 Noda minyak : tipe w/o
 Noda air : tipe o/w
4. Dgn konduktivitas listrik
 Alat : stop kontak & kawat dgn K ½ watt + neon ¼ watt
semua dihubungkan secara seri
 Jika elektroda dicelupkan dlm emulsi :
 Tipe o/w: neon akan menyala
 Tipe w/o: neon tidak menyala

10
Komponen emulsi
1. Komponen dasar
adl bhn pembentuk emulsi yg harus terdapat di dlm emulsi
a. Fase dispers/internal/diskontinu/terdisfersi/dalam: zat
cair yg terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat
cair lain
b. Fase eksternal/kontinu/pendispersi/luar: zat cair dlm
emulsi yg berfungsi sbg bahan dasar(pendukung) emulsi
c. Emulgator, bahan untuk menstabilkan emulsi

2. Komponen tambahan
a. Corrigen saporis, odoris & colouris
b. Pengawet (preservative)
c. Anti oksidan 11
Emulgator (Emulsifying agent)/ Surfaktan
 Bahan pengemulsi yg dpt menstabilkan emulsi shg meningkatkan proses
emulsifikasi selama pencampuran, dgn cara:
 Menempati antar-permukaan tetesan dan fase eksternal
 Membuat batas fisik di sekeliling partikel yg akan berkoalesensi :
 Penyatuan tetesan kecil mjd tetesan besar &akhirnya mjd 1 fase
tunggal yg memisah
 Mengurangi tegangan permukaan antarfase

Emulgator dpt dikelompok:


 Anionik: sabun alkali, Na-lauril sulfat
 Kationik: seny. Amonium kuarterner
 Nonionik: Tween, Span
 Amfoter: protein, lesitin

12
Pengemulsi (emulgator)
1. Emulgator alam
a. Emulgator dari tumbuhan
 Gom arab, Tragakan, Agar-agar, Chondrus, Pektin,
CMC
b. Emulgator dari hewani
 Kuning telur, Adeps lanae
c. Emulgator dari tanah mineral
 Magnesium Aluminium Silikat (Veegum), Bentonit

2. Emulgator buatan/sintetis
 Sabun
 Sabun kalium : tipe o/w
 Sabun kalsium : tipe w/o
 Tween, Span
13
Teori Terbentuknya Emulsi

1. Teori tegangan permukaan (Surface Tension)


2. Teori orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
3. Teori film plastik (Interfacial Film)
4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)

14
1. Teori tegangan permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara:
 Molekul sejenis : kohesi
 Molekul tidak sejenis : adhesi

Tegangan bidang batas (Interfacial tension)


Perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yg tdk dpt bercampur
(immicible liquid)
Kekuatan untuk mempertahankan bentuk tersebut disebut sebagai
tegangan permukaan
fase dispers dan medium dispers tidak dapat campur

15
Interfacial tension
 Tegangan bidang batas dua cairan yg tdk dpt bercampur
 Semakin tinggi perbedaan tegangan yg tjd di bidang batas,
semakin sulit kedua zat cair utk bercampur
 Tegangan yg terjadi pd air :
 ↑ dgn penambahan garam-garam anorganik & seny.elektrolit
 ↓ dgn penambahan : seny.organik ttt (sapo)

Perlu zat untuk menurunkan tegangan permukaan


 zat pembasah (surfaktan)
Surfaktan akan bekerja dengan mekanisme:
• Menurunkan gaya tolak-menolak antar pertikel
• Menurunkan gaya tarik menarik dalam partikel

16
2. Teori orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
 Fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan
selektif dari molekul emulgator yg dibagi jd 2 kelompok :
 Hidrofilik : bag.emulgator yg suka air
 Lipofilik : bag. Emulgator yg suka minyak

 Masing-masing kelompok akan bergabung dgn z.cair yg


disenangi
 Emulgator menjadi pengikat antara air & minyak
 Antara kedua kelompok tsb akan membuat suatu
keseimbangan
Lapisan monomolekuler dari surfaktan melapisi droplet
Surfaktan mempunyai gugus hidrofil dan lipofil
yang masing2 mengarahkan diri ke masing2 fase
Fase dimana surfaktan lebih larut  fase kontinu
17
3. Teori film plastik (Interfacial Film)
 Teori yg mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara
air & minyak, sehingga terbentuk lapisan film yg akan menembus partikel
fase dispers/fase internal
 Partikel terbungkus  usaha antara partikel sejenis utk bergabung
terhalang  fase dispers stabil
 Syarat emulgator :
 Dpt mbentuk lapisan film yg kuat tetapi lunak
 Jumlahnya cukup utk menutup semua permukaan partikel fase dispers
 Dpt mbentuk lapisan film dgn cepat & dpt menutup semua partikel
dgn segera
 Zat pengemulsi berada pada antarmuka antara minyak dan air
mencegah bersatunya droplet
 Semakin banyak dan kuat melapisi, emulsi akan semakin stabil
18
4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)
 Jika minyak terdispersi ke dlm air :
 1 lapis air yg lgs berhubungan dgn permukaan minyak akan
bermuatan sejenis
 Lapisan berikut akan bermuatan yg berlawanan dgn lapisan di
depannya
 Seolah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan
listrik yg saling berlawanan
 Benteng tsb akan menolak setiap usaha partikel minyak yg
akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul besar,
krn susunan listrik yg menyelubungi setiap partikel minyak
mempunyai susunan yg sama
 Sesama partikel akan tolak menolak
 Stabilitas emulsi akan bertambah. 19
3 cara penyebab terjadinya
muatan listrik
 Terjadinya ionisasi molekul pd permukaan partikel
 Terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan di sekitarnya
 Terjadinya gesekan partikel dgn cairan di sekitarnya.

Untuk zat pengemulsi ionik: Zat pengemulsi melapisi


permukaan droplet, lapisan yg sama/serupa menghasilkan
gaya listrik tolak-menolak
Misal pada emulsi O/W dengan emulgator sabun natrium

20
Emulsifying agents
Emulsifier
• Direct result of emulsifiers adsorpsion at the
interfacethe reduction of interfacial tension
• Afinitas surfaktan pada permk  mbtk lap film yg rapat 
mechanical barrier to droplet adhesion & coalescence
Perhatikan efek surfaktan pd efisiensi pembentukan emulsifikasi
• sebaiknya pd temp transisi saat surfaktan berbtk lamelar &
mbtk larutan. Pd temp tersebut tegangan permukaan sistem
berada pd tingkat minimum
54

Emulsifying agents
• Surface-active agents, which are adsorbed at oil–
water interfaces to form monomolecular films and
reduce interfacial tension.

• Hydrophilic colloids, which form a multimolecular


film around the dispersed droplets of oil in an o/w
emulsion.

• Finely divided solid particles, which are adsorbed at


the interface between two immiscible liquid phases
and form what amounts to a film of particles around
the dispersed globules..
Bancroft’s rule:
The phase in which the emulsifying agent is most
soluble tends to form the continous phase
emulsion.

Konsep HLB
• Diperkenalkan oleh Griffin th 1949
• The HLB system provided a scale of surfactant hydrophilicity (0-
20) that simplified emulsifier selection & blending
Surfactant with a low HLB (< 6) tended to provide stable W/O
• emulsion; high HLB (>8) tended to stabilize O/W emulsion
HLB dipengaruhi oleh:
• Sifat alami dari immiscible phase
• Bahan penolongsurfactan, Antioksidan
• Konsentrasi emulsifier
• Volume fase yg terlibat
• Temperatur
• Processing methode
56

Emulsifying agents
Name Class Type of Emulsion
Triethanolamine oleate Surfactant (anionic) o/w (HLB = 12)

N-cetyl N-ethyl morpholinium ethosulfate Surfactant (cationic) o/w (HLB = 25)

Sorbitan monooleate (Span 80) Surfactant (nonionic) w/o (HLB = 4.3)

Polyoxyethylene sorbitan monooleate Surfactant (nonionic) o/w (HLB = 15) (Tween 80)

Acacia (salts of d-glucuronic acid) Hydrophilic colloid o/w

Gelatin (polypeptides and amino acids) Hydrophilic colloid o/w

Bentonite (hydrated aluminum silicate) Solid particle o/w (and w/o)

Veegum (magnesium aluminum silicate) Solid particle o/w


58

HLB value
(Griffin)

W/O emulsifying agents


60

Fig. 5. Schematic of oil droplets in an oil–water emulsion, showing the


orientation of a Tween and a Span molecule at the interface.
(From J. Boyd, C. Parkinson, and P. Sherman, J. Coll. Interface Sci. 41, 359,
1972. With permission.)
HLB: Hydrophyl Lipophyl Balancea
 Merupakan harga keseimbangan yg dimiliki emulgator
 Berupa angka yg menunjukkan perbandingan antara kelompok
hidrofil dgn kelompok lipofil
 Semakin besar harga HLB, semakin banyak kelompok yg suka
air  emulgator lebih mudah larut dlm air

28
Nilai HLB beberapa tipe surfaktan
Surfaktan Nilai HLB Keterangan
Tween 20 (Polioksietilen sorbitan monolaurat) 16,7 Cairan
Tween 40 (Polioksietilen sorbitan monopalmitat) 15,6 Cairan minyak
Tween 60 (Polioksietilen sorbitan monstearat) 14,9 Semipadat spt minyak
Tween 65 (Polioksietilen sorbitan tristearat) 10,5 Padat spt lilin
Tween 80 (Polioksietilen sorbitan monooleat) 15,0 Cair spt minyak
Tween 85 (Polioksietilen sorbitan trioleat) 11,0 Cair spt minyak
Arlacel/span 20 (sorbitan monolaurat) 8,6 Cairan minyak
Arlacel/span 60 (sorbitan monostearat) 4,7 Padat spt malam
Arlacel/span 80 (sorbitan monololeat) 4,3 Cairan minyak
Arlacel 83 (sorbitan) 3,7 Cairan minyak
GOM 8,0
TEA (Trietanolamin) 12,0

29
Harga HLB &
Kegunaan Emulgator
Harga HLB Kegunaan

1–3 Anti foaming agent

4–6 Emulgator tipe w/o

7–9 Bahan pembasah (wetting agent)

8 – 10 Emulgator tipe o/w

13 – 15 Bahan pembersih (detergent)

15 - 18 Pembantu kelarutan (solubilizing agent)

30
Perhitungan HLB
 Rumus 1: Keterangan :
 A% b = (X – HLBb) x 100% X: harga HLB yg diminta
(HLBa – HLBb) A: harga HLB yg tinggi
B: harga HLB yg rendah
 B% a = (100% - A%)

 Rumus 2 :
(B1x HLB B1) + (B2x HLB B2) = (Bcampuran x HLBcampuran)
Keterangan :
B: Bobot emulgator

31
Soal
 Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator
dengan harga HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran
span 20 (HLB 8,6) dan Tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 5 g.
 Berapa gram masing-masing bobot span 20 dan tween 20 yg
diperlukan dalam pembuatan emulsi tersebut ?

Soal 2
R/ T ween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
 Berapa nilai HLB campuran surfaktan ?

32
PERHITUNGAN HLB CAMPURAN
Pengawet (Preservatif)
 Pengawet :
 Metil-, etil-, propil- & butil-paraben
 Asam benzoat
 Senyawa amonium kuarterner

 Semua krim membutuhkan antimikroba karena fase air


mempermudah pertumbuhan bakteri
 Bakteri dapat menguraikan bhn pengemulsi nonionik & anionik,
gliserin, tragakan dan gom

34
Antioksidan
 Asam askorbat (Vit.C)
 α-tokoferol
 Asam sitrat
 Propil galat
 Asam galat

35
Cara pembuatan emulsi
1. Metode Gom Kering (Kontinental)
 z. pengemulsi (gom arab) dicampur minyak
 + air, membentuk corpus emulsi
 Encerkan dgn sisa air yg tersedia
2. Metode Gom Basah (Inggris)
 Z.pengemulsi larut dlm air + air, membentuk musilago
 + minyak perlahan, membentuk emulsi
 Encerkan dgn sisa air
3. Metode Botol (Botol Forbes)
 Utk m.atsiri, z.bersifat minyak & viskositas rendah
 Serbuk gom masukkan dlm botol kering
 + 2 bagian air, botol tutup, kocok kuat
 + sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok

36
Alat pembuat emulsi
1. Mortir & stamper
 Mortir kasar lebih baik utk pembuatan emulsi
2. Botol
 Mengocok emulsi dlm botol secara terputus-putus lebih baik
3. Mixer dan Blender
 Fase dispers dihaluskan dgn cara dimasukkan ke dlm ruangan yg
di dlmnya tdpt pisau berputar dgn kecepatan tinngi  partikel mjd
lebih kecil
4. Homogenizer
 Dispersi cairan tjd krn campuran dipaksa mll saluran lubang kecil
dgn tekanan besar
5. Colloid Mil
 Terdiri atas rotor & stator dgn permukaan penggilingan yg dpt
diatur
Digunakan utk mdptkan derajat dispersi cairan dlm cairan yg tinggi
37

Jenis kerusakan emulsi

Emulsi tidak stabil jika mengalami:


1. Creaming:
 akumulasi globul minyak pada lapisan bawah.
 Emulsi yang mengalami creaming dapat dihomogenkan
dengan pengadukan atau pengocokan.
 Terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, 1 bag. Mgd fase dispers
lebih banyak dr pd lapisan yg lain Bersifat reversibel, jika
dikocok perlahan akan terdispersi lg
 Laju creaming tergantung pada parameter hukum Stokes:
Kestabilan emulsi
2. Cracking: pemisahan emulsi secara irreversibel menjadi dua fasa yang
tidak dapat dihomogenkan kembali dengan pengadukan atau pengocokan
Dikenal juga dengan Koalesensi & cracking (breaking)
 Pecahnya emulsi krn film yg meliputi partikel rusak & butir minyak
berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yg memisah
 Bersifat ireversibel, krn :
 Peristiwa kimia: perubahan pH, + alkohol, + elektrolit CaO/CaCl2
 Peristiwa fisika: pmanasan, pnyaringan, pdinginan, pngadukan
 Peristiwa biologi: fermentasi bakteri, jamur, ragi
3. Inversi fase
 Peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau
sebaliknya, sifatnya ireversibel

39
64
Methods of Preparation of Emulsion
1. Continental/dry gum method/metode suspensi
Emulgator disuspensikan melalui penggerusan
pada fase dalam (emulgator tidak larut) kemudian
baru ditambahkan fase luar/medium dispers
dimana emulgator pelan-pelan akan larut.

2. English/wet gum methods/metode larutan


Emulgator dilarutkan dalam fase luar, kemudian
fase dalam ditambahkan sedikit demi sedikit.
Peralatan
Pengaduk mekanik
• Pengaduk bentuk baling-baling utk emulsi
sederhana, viskositas rendah
• Pengaduk bentuk turbin utk emulsi yang memerlukan
pengocokan kuat
Homogenizer
• Dilewatkan lubang kecil pada tekanan tinggi 500-5000 psi)

Ultrasonifier
• Dispersi masuk pisau bergetar pd tek 150-300 psi
 bunyi ultrasonik memecah cairan
70

Evaluation of stability
• Macroscopic observation (organoleptic)
• Type of emulsion
• Microscopic observation
 measure particle size
 distribution of particle size
 coalescence
• Velocity of creaming
Accelerated testing & prediction
• Shaking tests  emulsi ditempatkan pada
kondisi penggojogan pada 2-3 hertz.
• Centifugal test  emulsi disentrifugasi pada
kecepatan putar tertentu, pemisahan terjadi
karena adanya gaya sentrifugal.
• Freeze-thaw test  menentukan suhu
minimum/maksimum penyimpanan, emulsi
dikondisikan dalam suhu maks dan min
secara berturut-turut dalam beberapa siklus.
• Membantu menentukan ED
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai