Anda di halaman 1dari 12

SUSPENSI

Pengertian suspensi

Menurut ilmu resep ( syamsuni, 2016)



Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam larut
dalam bentuk halus yang terdispersi kedalam fase cair.

Menurut pengantar bentuk sediaan farmasi ( ansel, 2011 : 352)



Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang
terbagi secara halus (dikenal sebagai suspersoid). Disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum.

Menurut teori dan praktek farmasi industri ( lachman, 2012 : 986)



Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinu atau
fase luar umumnya merupakan cairan semi padat, dan fase terdispersi atau fase
dalam, terbuat dari partikel – partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi
terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu.
Jenis-jenis suspensi menurut cara penggunaannya
Menurut farmakope indonesia edisi III ( depkes RI, 1979 :
 32)
Suspensi terbagi atas :
1. Suspensi obat suntik adalah harus mudah disuntikkan dan tidak boleh menyumbat jarum
suntik
2. Suspensi obat mata, harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus jika disimpan
dalam wadah dosis ganda, harus mengandung bakterisida.

Menurut alok k,
 2010 : 164
Suspensi farmasi dapat secara luas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Suspensi oral
Suspensi oral banyak digunakan karena kemudian persiapan memungkinkan rendah
masalh stabilitas, dan kemudian pemberian dosis.
2. Suspensi parenteral
Suspensi perenteral diproduksi dengan banyak pertimbangan sebagai efek berkepanjangan
dari entitas kimia baru ditempat administrasi yaitu intramuskular, atau subkutan semua
agen yang digunakan harus aman, tidak memiliki efek pyrogenic atau antigenic atau irritant
atau hemolitic.
Lanjutan....

3. Suspensi topikal : opthalmic dan dermal


Ada sejumlah produk yang tersedia secara komersial sebagai suspensi untuk penggunaan
ophalmic. Sementara larutan lebih disukai pada suspensi sifat fisika kimianya molekul
tidak memungkinkan merumuskannya sebagai larutan. Suspensi dapat memberikan efek
terapi yang berkepanjangan dan mungkin lebih disukai dan pada larutan untuk aplikasi
tertentu.
4. Dermal
Penggunaan suspensi yang sangat terbatas untuk aplikasi dermal telah diamati
umumnya salep atau gel adalah bentuk sediaan yang lebih disukai untuk aplikasi dermal
karena pendekatan ini memberikan pengiriman obat yang lebih baik untuk suspensi
dermal penting bagi partikel obat untuk dicampur secara seragam dengan pembawa.
5. Suspensi aerosol
Aerosol terutama digunakan untuk memberikan NCG untuk pemberian topikal, melalui
inhalasi melalui saluran pernafasan. Suspensi aerosol telah diberikan melalui rute
transdermal atau inhalasi karena menunjukan aksi terapeutik yang cepat menghindari
efek lencatan pertama akan degradas jika diberikan secara oral.
Lanjutan....

Menurut (swarbick, 2007 : 3597 – 3598)


Suspensi terbagi atas tiga kelas umum yang diterapkan secara eksternal
( lotion topikal) dan suntik parenteral dan suspensi oral.
1. Suspensi oral
Kandungan padatan dari suspensi oral dapat berfariasi dapat berupa sirup,
larutan sorbitol, atau pemanis buatan yang mengandung gam yang
mengandung air kental karena selain bahan, keamanan, rasa dan mouthfeal
adalah pertimbangan formulasi yang penting.
2. Suspensi topikal
Secara hitoris “lahan kocok” yang diterapkan secara eksternal adalah contoh
tertua dari suspensi farmasi colamine lahan usp serta preparat dermatologis
lainnya, terikat erat dengan pengembangan teknis suspensi farmasi. Karena
pertimbangan keamanan dan toksisitas paling mudah ditangani dalam hal
penerimaan dermatologis banyak agen pensuspensi yang berguna pertama
kali diperkenalkan dalam formulasi topikal oleh karena itu lahan topikal
mewakili contoh terbaik dari suspensi yang menunjukkan tingakat
pengendapan yang rendah.
Lanjutan...

3. Suspensi parenteral
Kandungan padatan suspensi parenteral biasanya antara 0,5 dan
5,0% kecuali untuk pembentukan penisilin yang tidak larut. Dimana
konsentrasi antibiotik melebihi 30% sediaan steril ini dirancang
untuk pemberian intramuskular, intradermal, intralesional, intra
antikular atau subkutan. Viskositas suspensi parenteral harus cukup
rendah untuk memfasilitas injeksi, kendaraan umum untuk suspensi
parenteral termasuk mempertahankan larutan garam 0,9% atau
minyak nabati yang dapat diterima secara parenteral faktor utama
yang mengatur pemilihan bahan suntik adalah keamanan, suspensi
optalmik yang ditambahkan kemata harus disiapkan dengan cara
yang steril. Dengan bahan tambahan pada dasarnya adalah isotonik
dan berair dalam komposisi.
Lanjutan....

Menurut pharmaceutical dosage form and dosign (aulton, 2002. :


269)
1. Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode paling tidak
pada periode antara pengocokan dan penuangan sesuai sosis yang
dikehendaki
2. Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah
didispersikan kemabali pada saat pengocokan.
3. Suspensi harus kental untuk mengurangi kecenatan pengendapan
partikel yang terdispersi viskositas tidak boleh terlalu kental
sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari wadah.
4.Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan
penampilan hasil jadi yang baik dan tidak kasar (gritty texture =
berpasir)
Perbedaan suspensi deflokulasi dan flokulasi

Menurut swarbick, 2007 : 3601 – 3602 )


Suspensi deflokulasi : metode empiris dalam memproduksi suspensi
farmasi didasarkan pada upaya menyiapkan suatu dispersi yang stabil
dari obat didalam kendaraan suspensi yang cocok. Serangkaian
penangguhan sering disiapkan menggunakan konsentrasi yang
berbeda dari agen menggunakan yang disukai untuk mengidentifikasi
formulasi yang akan menghasilkan tampilan yang homogan ( halus )
dan suspensi stabil.
Suspensi flokulasi : flokulasi mengacu pada pembentukan agregasi
longgar partikel – partikel dismit yang disatukan dalam struktur
seperti jaringan oleh absorbsi fisik makromolekul menjembatani
selama interaksi kimia ( presipitasi ) atau ketika daya tarik vander
waals yang panjang dari daya tarik melebihi daya rentang yang lebih
pendek.
Lanjutan....

Menurut pharmaceutical dosage form and dosign (aulton, 2002. : 338)


Dalam sistem deflokulasi partikel terdispersi tetap sebagai unit oliskrit dan
karena laju sedimentasi tergantung pada ukuran masing – masing unit
pengendapan akan lambat.
Agragasi partikel dalam sistem flekulasi akan menyebabkan laju sedimentasi
atau penurunan yang lebih cepat karena setiap unit terdiri dari banyak partikel
individual dan karenanya lebih besar. Tingkat pengendapan, juga akan
tergantung pada parasitas agent karena jika berpori. Medium dispersi dapat
mengalir melalui masing – masing agregant atau flokulum sebagai sedimen.
Menurut ilmu resep (syamsuni, 2006 : 142)
Sistem deflokulasi : partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen akan terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras
dan sukar terdispersi kembali.
Sistem flokulsi. Partikel flokulsi terikat lemah cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake mudah terdispersi kembali.
Gerak Brown

Menurut (alok k, 2010 : 32)


Gerakan brown merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi
keakuratan hasil yang diperoleh dalam persamaan stokes. Jika partikel
dalam dispensi terlalu kecil, pemberian molekul dapat menyebabkan
gerakan acak yang dikenal sebagai gerak brown.

Menurut pharmaceutical dosage forms and design ( jones, 2008 : 187)


Gerakan brown mengacu pada pergerakan acak dari partikel – partikel
dalam suatu cairan ( cairan atau udara).

Menurut pharmaceutical dosage form and dosign (aulton, 2002. : 73)


Gerakan brown partikel – partikel koloid tunduk pada tabrakan acak
dengan molekul – molekul medium dispersi dengan hasil bahwa setiap
partikel mengejar jalur zig – zag yang tidak beraturan dan rumit.
Parameter sedimentasi

Menurut lachman, 2014 : 994


Laju sedimentasi dan agregasi merupakan sifat – sifat dari sistem – sistem suspesi yang diatur oleh :
1. Ukuran partikel
2. Interaksi partikel
3. Kerapatan pertikel dan medium dan
4. Vikositas dari fase kontinu.

Menurut swarbick, 2007 : 3608 – 3609


1. Viskositas
2. Massa jenis
3. Nilai PH
4. Freeze thaw cycling
5. Keseragaman konten obat
6. Pengukuran ukuran partikel

Menurut alferd, martin, 1993 : 1131 – 1133


1. Volume sedimentasi
2. Derajat flokulasi.
Pendekatan dalam membuat formluasi suspensi

Menurut alferd, martin. 1993 : 1133 –


 1134
Pendekatan yang biasa digukan dalam membuat suspensi yang stabil secara fisika dapat dimasukan dalam dua
kategori, penggunaan pembawa yang berstruktur untuk menjaga partikel – partikel yang mengalami diflokasi dalam
suspensi dan penggunaan prinsip – prinsip flokulasi untuk menghasilkan flokulat ( gumpalan ) yang walaupun cepat
mengendap tetapi mudah disuspensi kembali dengan sedikit pengocokan.

Menurut teori dan praktek farmasi industri ( lachman, 2012 : 1004)



Dalam fase permulaan formulasi harus dibuat keputusan mengenai tipe umum sistem suspensi yang diinginkan.
Sebagai cetakan, sistem teragregasi biasanya memperlihatkan pemisahan serius minimum, tergantung pada isi zat
padat dan derajat agregasi yang berlangsung, sering kali suatu sistem teregrasi bisa tampak kasar karena
terbentuknya agregat. Sebaliknya dalam suatu sistem terdispersi, partikel – partikel didistribusikan dengan baik dan
mengendap dengan sendirinya tetapi lebih lambat dan sistem teragregasi tetapi partikel – partikel mempunyai
kecenderungan untuk membentuk endapan atau cake yang sukar untuk didispersikan kembali.

Menurut gennaro, 2000 : 318



Formulasi suspensi memiliki stabilitas fisik yang optimal tergantung pada apakah partikel dalam suspensi harus
diflokulasi atau tetap diflokulated, satu pendekatan melibatkan penggunaan kendaraan yang terstruktur untuk
mejaga partikel – partikel defloculated dalam suspensi kedua tergantung pada flokulasi terkontrol sebagai sarana
mencegah pembentukan cake yang ketiga kombinasi dari dua metode sebelumnya, menghasilkan suatu produk
dengan stabilitas optimal.

Anda mungkin juga menyukai