Anda di halaman 1dari 27

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

SALEP
Pengampu :Daryanto S. Farm., Apt

DisusunOleh :
Kelompok 8
1. Dyah Arini 175020041
2. Arina Islahana 175020042
3. Desyana 175020043
3. Tia Ummul Khasanah 175020044
4. Hendrika M Utami 175020045
5. Eli Mahmud 175020046

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XII


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017

i
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II. RANCANGAN FORMULA ........................................................... 5

BAB III. PERHITUNGAN BAHAN ............................................................ 6

BAB IV. MONOGRAFI BAHAN YANG DIGUNAKAN FORMULA .... 7

A. METHYLPREDNISOLON ACEPONAT………………………….. 7
B. ADEPS LANAE…………………………………………………….. 8
C. HARD PARAFFIN…………………………………………………. 9
D. CETOSTEARYL ALCOHOL……………………………………… 9
E. WHITE SOFT PARAFFIN…………………………………………. 10
F. PROPYL PARABEN……………………………………………….. 10
G. PROPYL GALLATE……………………………………………….. 11

BAB V. ALAT ................................................................................................ 12

A. MESIN PEMBUAT SALEP ............................................................... 12


B. PAKAIAN KERJA OPERATOR ....................................................... 13

BAB VI. PROSES PEMBUATAN ................................................................ 17

A. PERSIAPAN ........................................................................................ 17
B. PROSES PEMBUATAN SEDIAAN ................................................... 19

BAB VII. PENGUJIAN SEDIAAN .............................................................. 22

BAB VIII. DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 24

BAB IX. GAMBAR KEMASAN ................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu ruang lingkup pekerjaan kefarmasian sebagaimana diatur dalam

undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan adalah menyangkut

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi serta pengembangan

obat, bahan obat, obat tradisional. Tenaga farmasi yang kompeten dalam

pekerjaan dimaksud adalah farmasis yang bergerak dalam bidang farmasi industry

(manufactory farmacy). Sediaan farmasi yang dimaksud meliputi obat, bahan

obat, obat tradisional dan kosmetika. Dalam konteks ini peranan farmasi masih

akan berkisar pada bagian produksi, pengawasan mutu dan penelitian dan

pengembangan (R&D).

Di bagian produksi misalnya, peranan ilmu sistem produksi akan lebih

besar dengan meningkatnya skala produksi, begitu juga bagian pengawasan

mutu. Dalam bidang R&D, peranan farmasis akan bergantung pada status

industrinya, apakah merupakan subsidiary dari perusahaan multinasional atau

PMDN, aspek R&D tidak fleksibel tergambar dari besarnya biaya yang diperlukan

untuk menentukan satu molekul obat baru yang kira-kira setara dengan anggaran

kesehatan bangsa selama setahun.

Untuk itulah dalam mata kuliah formulasi teknologi sediaan farmasi ini

lebih berorientasi kepada penguasaan teknologi farmasi di industri farmasi dalam

riset formulasi (aspek R&D). Agar tujuan ini dapat terlaksana, maka pada

1
kegiataan praktiknya akan disesuaikan menurut pola di industri farmasi yaitu

mulai dari tahap perencanaan, registrasi, formulasi sampai kepada tahap produksi.

Sediaan semipadat adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan

pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung

bahan pembawa (basis) yang digunakan, yaitu salep, krim, gel atau pasta. Untuk

mengembangkan bentuk sediaan semipadat yang baik harus diperhatikan beberapa

faktor antara lain : struktur, berat molekul dan konsentrasi obat yang dapat melalui

kulit, jumlah obat ang dilepaskan dari pembawa pada permukaan kulit: jumlah

obat yang terdifusi melalui stretum korneum; stabilitas fisika dan kimia sediaan

selama penyimpanan dan penerimaan pasien terhadap formula yang dibuat.

Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi sediaan semipadat adalah :

1. Strukturkulit

2. Formulasisediaansemipadat

3. Cara pembuatan

Dalam pemberian obat melalui kulit ada beberapa tahap penentu yang

mempengaruhi efektifitas rute pemberian tersebut, yaitu :

1. Tahap pelepasan bahan aktif dari pembawanya yang tergantung dari sifat

bahan pembawa dan sifat fisika dan kimia bahan aktif. Affinitas bahan

pembawa terhadap bahan aktif ditentukan oleh kelarutan obat tersebut dalam

pembawa.

2. Tahap terjadinya proses partisi bahan aktif kedalam masing-masing lapisan

kulit yang ditentukan oleh koefisien partisi bahan aktif terhadap komponen

pada setiap lapisan kulit.

2
3. Tahap difusi bahan aktif melalui lapisan kulit ditentukan oleh kecepatan difusi

melalui membrane setiap lapisan kulit.

4. Tahap terjadinya pengikatan bahan aktif dengan komponen stratum korneum,

lapisan epidermis dan dermis, atau terjadi mikro reservoir pada lapisan lemak

pada daerah subkutan.

5. Tahap eliminasi melalui aliran darah, kelenjar limfa atau cairanjaringan.

Selain tahap-tahap di atas, absorpsi perkutan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang lain, antaralain :umur dan kondisi kulit, daerah pemberian kulit, alirand arah,

efek metabolism pada ketersediaan hayati pembeian secara topikal, dll. Untuk

menentukan parameter keberhasilan rute pemberian obat melalui kulit perlu

dilakukan percobaansecara in vitro dan in vivo.

Salep (Ointments) merupakan bentuk sediaan semi padat yang digunakan

untuk pemakaian luar yang diaplikasikan pada kulit (kulitsehat, sakitatauterluka)

atau membrane mukosa (hidung, mata, rektal), Biasanya tapi tidak selalu

mengandung bahan obat atau zat aktif. Bahan obat harus larut atau terdispersi

homogen di dalam basis/pembawa. Salep dapat ditujukan untuk pengobatan local

atau sistemik.

Basis salep merupakan salah satu komponen dan faktor yang sangat penting

dalam sediaan salep. Basis salep merupakan komponen yang terbesar dalam

sediaan salep, yang sangat menentukan baik/buruknya sediaan salep tersebut.

Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam memformulasikan sediaan

salep adalah seleksi basis salep yang cocok.Basis berfungsi sebagai pembawa,

pelindung, dan pelunak kulit, harus dapat melepaskan obat secara optimum (tidak

3
boleh merusak atau menghambat aksi terapi), dan sedapat mungkin cocok untuk

penyakit tertentu dan kondisi kulit tertentu. Basis salep yang baik harus memiliki

sifat-sifat sebagai berikut (idealnya):

• Tidakiritasi

• Mudahdibersihkan

• Tidakmeninggalkanbekas

• Stabil

• Tidaktergantung pH

• Dapatbercampurdenganbanyakobat

• Secaraterapinetral

• Memilikidayasebar yang baik/mudah dioles1an

• Sedikitmikrobakteri (< 102 /g), dantidakadaEnterobakteri, Pseudomonas

aeroginosa, dan S. aureus.

Basis salep memrupaakan faktor yang sangat menentukan kecepatan

pelepasan/aksidan obat, yang nantinya akan mempengaruhi khasiat atau

keberhasilan terapi, sehingga salep harus diformulasi kandengan basis yang baik.

Tidak semua basis cocok/dapat digunakan untuk semua obat/zat aktif, semua jenis

kulit, dan pada semua tempat aplikasi serta pada semua penyakit, sehingga

dibutuhkan pengkajian yang mendalam tentang sifat-sifat kimia-fisika basis dan

bahan obat serta penyakit/tujuan terapi.

4
BAB II

RANCANGAN FORMULA

Bahan kegunaan
Methylprednisolone aceponate Zataktif
Basis salep :
Adepslanae (wool fat) Emollient dan penetrant agent
Stiffening agent
Hard paraffin Emollient
Cetostearyl Alcohol Basis dan emollient
White soft paraffin
Propil paraben Antimicrobial preservative
Propyl gallate Antioksidan

Salep Methylprednisolon Aceponate 1 mg dalam tube 5 g (5000 mg)

Methylprednisolon Aceponate 0,02%

Propyl paraben 0,5%

Propyl gallate 0,1%

Basis salep

Adepslanae (wool fat) 5%

Hard paraffin 5%

Cetostearyl Alcohol 5%

White soft paraffin 84,4%

5
BAB III

PERHITUNGAN BAHAN

Formula salep yang akan dibuat, sebagai berikut :

1. Perhitungan berat masing-masing bahan

Bahan konsentrasi 5 gram/tube 10.000 tube Penimbangan


(5000 mg)
Methylprednisolone 0,02% 1 mg 10.000 mg 10 gram
aceponate
Basis salep :
Adepslanae (wool fat) 5% 250 mg 2.500.000 mg 2,5 kg
Hard paraffin 5% 250 mg 2.500.000 mg 2,5 kg
Cetostearyl Alcohol 5% 250 mg 2.500.000 mg 2,5 kg
White soft paraffin 84,4% 4.220 mg 42.200.000 mg 42,2 kg
Propyl paraben 0,5% 25 mg 250.000 mg 250 gram
Propyl gallate 0,1% 5 mg 50.000 mg 50 gram

6
BAB IV

MONOGRAFI BAHAN YANG DIGUNAKAN FORMULA

A. METHYLPREDNISOLON ACEPONAT

1. Pemerian : Serbuk hablur, putih, atau praktis putih; tidak berbau; melebur

pada suhu lebih kurang 2250disertai peruraian.

2. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam dioksan; agak sukar

larut dalam aseton; dalam methanol; sukar larut dalam eter.

3. Penetapan kadar : Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair

kinerja tinggi seperti tertera pada kromatografi. Fase gerak buat campuran

n-butil klorida P-n- butyl klorida P jenuh air – tetrahidrofuran P –

methanol P – asam asetat glasial P { 475:475:70:35:30}. Larutan baku

internal buat larutan prednison 6 mg/ml dalam campuran kloroform P –

asam asetat glasial P {97:3} dengan cara sebagai berikut: tambahkan

seluruh asam asetat glasial P kedalam labu ukur 100 ml yang berisi

prednisone dan sonikasi. Tambahkan perlahan kloroform P sambil lakukan

sonikasi dan pengocokan hingga larut. Encerkan dengan kloroform P

sampai tanda. Larutan baku timbang seksama lebih kurang 20 mg

metilprednisolon, Asetat BPFI, masukkan kedalam labu ukur 100 ml.

tambahkan 5.0 ml larutan baku internal dan encerkan dengan kloroform P

sampai tanda.

7
4. Dosis : Dalam bentuk sediaan oral mengandung 4 mg dan dalam bentuk

sediaan parenteral mengandung 40 mg/ml.

5. Farmakologi : metil prednisolone merupakan obat kortikosteroid.

Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.

Kortikosteroid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein, lemak, dan

mempengaruhi juga system kardiovaskuler ginjal, otot lurik, system saraf,

dan organ lain. Karena fungsi kortikosteroid pentinh untuk kelangsungan

hidup organism, maka dikatakan bahwa korteks adrenal berfungsi

homeostatic. Suatu dosis kortikosteroid dapat memberikan efek fisiologik

dan farmakologik tergantung keadaan sekitar dan aktivitas individu. Tetapi

bila keadaan sekitar tidak optimal maka dibutuhkan dosis obat yang lebih

tinggi untuk mempertahankan hidupnya.

B. ADEPS LANAE

Synonime : Lanolin, wool fat

Deskripsi :Lanolin adalah zat berwarna kuning pucat, tidak berasa, licin

dengan bau samar dan khas. Lanolin yang meleleh sudah jelas atau hampir

jelas, cairan kuning

Acid value: 41.0

Hydroxyl value: 140–180

Melting point: 45–550C

Saponification value: 48.0

Water: 43.0%

8
C. HARD PARAFFIN

Synonime : paraffin solidum, hard wax

Deskripsi : Parafin itu tidak berbau dan tidak berasa, tembus pandang, tidak

berwarna, atau putih padat Rasanya sedikit berminyak saat disentuh dan

mungkin menunjukkan fraktur rapuh Secara mikroskopis, ini adalah

campuran dari kumpulan mikrokristal. Parafin terbakar dengan nyala api yang

bercahaya. Saat meleleh, paraffin pada dasarnya tanpa fluoresensi siang hari;

sedikit bau mungkin tampak jelas.

Beratmolekul: 400-1400

Penampilan: lilin putih keras dan tidak berbau yang terdiri dari Campuran

sebagian besar rantai panjang, tidak bercabang, jenuh hidrokarbon bersama

dengan sejumlah kecil bercabang hidrokarbon.

Titiklebur: 96-1050C

Viskositas (dinamis): 5-15 mPa s (5-15 cP) pada 1350C

D. CETOSTEARYL ALCOHOL

Synonime :cetearyl alcohol

Deskripsi :Cetostearyl alcohol terjadi seperti putih atau berwarna krem yang

tidak beraturan massa, atau hampir serpih putih atau butiran. Ini memiliki

pingsan, bau manis khas Pada pemanasan, cetostearyl alcohol mencair

kecairan berwarna kuning jernih, tidak berwarna atau pucat tersuspensi.

9
E. WHITE SOFT PARAFFIN

Modifikasidari hard paraffin

F. PROPYL PARABEN

Synonime :Prorylhydroxybenzoat

Deskripsi :Propil paraben berbentuk seperti putih, kristal, tidak berbau, dan

bubuk hambar.

10
G. PROPYL GALLATE

Synonime :n-propyl gallate

Deskripsi :Propil gallate adalah Kristal putih, tidak berbau atau hampir tidak

berbau Serbuk, dengan rasa astringent pahit yang tidak normal terlihat pada

konsentrasi yang digunakan sebagai antioksidan.

11
BAB V

ALAT

A. MESIN PEMBUATAN SALEP

1) Mixing: pH, homogenitas, kehalusan

Mixer biasanya khas dengan bentuk bladenya yang mempunyai bentuk

secrew namu baldenya ini terputus satu sama lain dan memilikiukuran

yang berbeda natar diameter paling besar untuk diletakan dibagian luar dan

diameter terkecil diletakan debagian dalam yang berfungsi untuk

mengaduk bolak balik produk agar merata. Seperti ini bentuk blade atau

pisau ribon mixer untuk type horizontal.

12
2) Filling: bobot isi tube, penampilan, termasuk pencetakan expired date dan

nomor bets

Mesin filling bermanfaat untuk memproduksi dalam bentuk salep /

krim yang menggunakan pengatur takaran. Mesin ini juga memiliki

keakutan yang tinggi dalam memproduksi. Sehingga dapat dengan mudah

menentukan jumlah bahan baku untuk diproduksi. Mesin pengisi ini juga

anti bocor, sehingga proses produksi tidak akan mengotori ruangan. Selain

itu, mesin ini terbuat dari bahan stainless steel yang tahan terhadap karat.

Dengan begitu mesin ini akan mengeluarkan hasil yang higenis.

B. PAKAIAN KERJA OPERATOR

I. Gowning Kelas A dan B:

 Penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut dan

janggot/kumis; pentutup kepala hendaklah diselipkan ke dalam leher

baju.

13
 Penutup muka hendaklah dipakai.

 Model terusan atau model celana-baju yang bagian pergelangan

tangan dapat diikat, memiliki leher tinggi.

 Hendaklah dipakai sarung tangan steril bebas serbuk dan penutup kaki

steril atau didesinfeksi.

 Ujung celana hendaklah diselipkan ke dalam penutup kaki dan ujung

lengan baju diselipkan ke dalam sarung tangan.

 Pakaian bebas serat/partikulat dan mampu menahan partikel yang

dilepaskan dari tubuh.

 (Hendaklah menggunakan pelindung mata).

Pakaian kelas A/B

Pakaian kelas A/B ada yang sekali pakai ada yang dapat dicuci ulang

(laundryable), sebaiknya dipilih yang dapat dicuci kembali sehingga

hemat. Pencucian baju steril juga harus terpisah dengan baju lainnya,

walaupun sebelum dipakai di autoclave/disterilisasi,akan lebih baik

pencucian juga harus hati-hati untuk meminimalisir resiko bakteri dan

kerusakan.

14
II. Gowning Kelas C:

 Rambut dan jenggot/kumis hendaklah ditutup.

 Pakaian model terusan atau model celana-baju, bagian pergelangan

tangan dapat diikat, memiliki leher tinggi.

 Sepatu yang sesuai atau penutup sepatu.

 Pakaian bebas serat/partikulat.

Contoh Gowning Ruang Steril/Produk Steril

III. Gowning Kelas D dan E:

 Rambut dan jenggot hendaklah ditutup.

rambut dapat ditutup dengan nurse cap atau kain penutup kepala atau

yang menyatu dengan pakaian (seperti jumper). Untuk jenggot/kumis

lebih baik meminta operator untuk mencukur daripada repor-repot

menutupnya.

15
 Pakaian pelindung reguler.

Pakaian harus dapat menutup badan, lengan sampai pergelangan

tangan, kaki sampai pergelangan kaki. Sebaiknya tidak menggunakan

kancing tapi zipper.

 Sepatu yang sesuai atau penutup sepatu

dapat menggunakan shoe cover untuk menutupi kaki atau

menggunakan sepatu, sebaiknya dipilih sepatu yang tidak menyerap

air, terbuat dari bahan karet. Sebaiknya jangan menggunakan sepatu

yang terbuat dari kain karena dapat menyerap air/cairan dan

menyebabkan bau.

16
BAB VI

PROSES PEMBUATAN

A. PERSIAPAN

 kondisi ruang

CPOB 2012 membawa perubahan yang cukup significant, terutama

untuk persyaratan fasilitas produksi sediaan steril. Yang paling mencolok

adalah adanya perubahan persyaratan bahwa untuk PEMBUATAN dan

PENGISIAN salep, krim, suspensi dan emulsi umumnya HARUS dilakukan

di ruangan kelas C, sebelum disterilisasi akhir. Sedangkan CPOB : 2006,

proses pembuatan dan pengisian sediaan salep/krim untuk mata, cukup

dikelas D. Perubahan ini membawa dampak yang sangat luar biasa,

sehingga banyak industri farmasi yang menutup fasiitas produksi sediaan

salep/krim untuk mata, karena membutuhkan biaya investasi yang sangat

besar.

 Kondisi mesin

Mixing Guidelines

1. Gunakan waktu yang cukup dalam pencampuran untuk memastikan

bahwa polimer benar-benar terhidrasi sebelum menambahkan komponen

formulasi tambahan.

2. Pencampuran yang berlebihan atau tidak tepat selama dispersi dapat

menyebabkan udara terperangkap, variasi viskositas, dan/atau

ketidakstabilan formulasi. Udara terperangkap dapat diminimalkan

17
dengan menggunakan variable drive motor. Setelah polimer terdispersi,

udara terperangkap dapat diminimalkan dengan reposisi impeller dan

mengurangi kecepatan pencampuran. Biarkan dispersi asam untuk

melepaskan gelembung udara terperangkap.

3. Dianjurkan melakukan pengadukan sedang.

4. Setiap pencampuran intensitas tinggi yang diperlukan harus diselesaikan

sebelum netralisasi.

5. Hindari pencampuran high shear dengan Waring blender atau rotor-

stator homogenizers. Pencampuran seperti itu dapat menggeser polimer

dan menghasilkan kehilangan fungsionalitas permanen.

6. Jika busa persisten dihasilkan, busa tersebut dapat hilang dengan

merusak polimer secara parsial dengan penambahan asam dengan kadar

yang sangat rendah sebelum menetralisir dispersi dengan basis yang

cocok. Asam klorida atau fosfat memiliki efektivitas sebesar 0,5% dari

berat polimer yang digunakan (Anonim, 2011).

 Kondisi Operator

Hendaklah disediakan dokumen, misal daftar personil yang diizinkan

(dan sudah dikualifikasi) dan buku log (untuk mencatat dan memantau

personil yang memasuki Area Bersih), Pakaian kerja steril reguler termasuk

sarung tangan untuk Kelas B dan C hendaklah selalu diganti tiap kali

karyawan memasuki/ memasuki kembali ruang berkelas tersebut. Pencucian

pakaian kerja untuk ruang steril hendaklah dipisahkan dari pencucian

pakaian kerja area lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari terkontaminasi

18
pakaian steril dengan serat dari pakaian kerja lain. Bagi karyawan wanita

yang menggunakan kosmetika hendaklah membasuh wajah untuk

menghilangkan kosmetika antara lain bedak dan alas bedak, lipstik, perona

mata Pakaian yang direkomendasikan untuk ruang bersih serta rancangan

dan frekuensi penggantian pakaian dan pelindung lain yang dianjurkan lihat

Contoh Pakaian Pelindung sesuai dengan Ruang Kelas Kebersihan,

Lampiran Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman CPOB.

B. PROSES PEMBUATAN SEDIAAN

Dalam pembuatan salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu :

1. Metode pencampuran Dalam metode pencampuran, komponen dari salep

dicampur dengan segala cara sampai sediaan yang homogen.

2. Metode peleburan

Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep

dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan

pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen

yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang

mengental setelah didinginkan. Bahan yang mudah menguap

ditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran 13 telah cukup

rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen

(Ansel, 1986).

Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat

untuk skala kecil (laboratorium) maupun untuk skala besar (industri)

19
pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya pada kapasitas alatnya,

pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih kecil. Dalam

praktek yang lebih sederhana, pembuatan sediaan semipadat dapat

dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang umum terdapat di

laboratorium seperti beaker glass, mortir, steamper, spatula, sumber

panas, penangas air, cawan porselin, dan hand homogenizers. Dalam

skala yang lebih besar atau skala industri, dapat menggunakan stirrers,

agitators, heating kettles, homogenizers, electric mortar and pestle dan

colloid mills.

Secara umum, peralatan yang umumnya dibutuhkan dalam produksi

sediaan semipadat dapat dibagi menjadi 3 macam:

1. Peralatan untuk memperkecil ukuran partikel

2. Peralatan untuk pencampuran

3. Peralatan untuk pengemasan

Pengecilan ukuran partikel dibutuhkan untuk meningkatkan

kelarutan, meningkatkan homogenitas dan memudahkan dalam

pencampuran serta kenyamanan dalam penggunaan.Mekanisme

pengecilan ukuran partikel dapat dilakukan dengan cara :

1. Impact : pengecilan ukuran partikel akibat tenaga tumbukan yang

tiba-tiba yang tegak lurus pada permukaan partikel/aglomerat

2. Attrition : pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan

tenaga parallel pada permukaa partikel.

20
3. Compression : pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan

tenaga secara perlahan (lebih kecil dibandingkan impact) pada

permukaan partikel (pada bagian pusat dari partikel)

4. Cutting: pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan

pembagian/sharing partikel (memotong partikel)Penggunaan

peralatan dalam pencampuran emulsi akan memberikan pengaruh

terhadap stabilitasnya.

21
BAB VII

PENGUJIAN SEDIAAN

Sediaan semi solid menurut konsistensinya terdiri dari salep, pasta, krim, cerata,

dan gel. untuk mengetahui kestabilan sediaan semi solid, perlu dilakukan

beberapa pengujian, yakni:

1. Organoleptik, merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra

untuk mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk,

kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik,

tidak berbau) (Anonim, 2000).

2. pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas

ion hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH

meter (Anonim, 2004). Caranya pengujian klik disini.

3. Viskositas, viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

mengalir, makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya (Martin et

al., 1993). Caranya pengujian klik disini.

4. Penghamburan/Daya sebar, uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan

untuk disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan Extensometer.

Caranya yakni salap dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara dua

lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani

oleh peletakan dari anak timbang. Permukaan penyebaran yang dihasilkan

dengan menaiknya pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk

daya hambur (Voigt, 1994)

22
5. Resitensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan

salap atau gel dalam daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan

terus menerus. Caranya yakni salap dalam wadah tertutup diulang dan

ditempatkan dalam pertukaran kontinyu suhu yang berbeda-beda (misalnya

20 jam pada 370 C dan 4 jam pada 400 C) dan ditentukan waktunya (Voigt,

1994).

23
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

Shelke Usha Y.*, Mahajan Ashish A., 2015, Review on: an Ointment,
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Research, Vol.:4,
Issue:2.
Rowe, Raymond C, Paul J Sheskeyand Siân C Owen., 2006, Handbook of
Pharmaceutical Excipients Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Anief, moh., 1997 . Ilmu Meracik Obat ; Teori dan Praktik. Gajah mada
University Press. Yogyakarta
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press

Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI

Ansel, HC., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta.

Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

24
BAB IX

GAMBAR KEMASAN

25

Anda mungkin juga menyukai