SALEP
Pengampu :Daryanto S. Farm., Apt
DisusunOleh :
Kelompok 8
1. Dyah Arini 175020041
2. Arina Islahana 175020042
3. Desyana 175020043
3. Tia Ummul Khasanah 175020044
4. Hendrika M Utami 175020045
5. Eli Mahmud 175020046
i
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II. RANCANGAN FORMULA ........................................................... 5
A. METHYLPREDNISOLON ACEPONAT………………………….. 7
B. ADEPS LANAE…………………………………………………….. 8
C. HARD PARAFFIN…………………………………………………. 9
D. CETOSTEARYL ALCOHOL……………………………………… 9
E. WHITE SOFT PARAFFIN…………………………………………. 10
F. PROPYL PARABEN……………………………………………….. 10
G. PROPYL GALLATE……………………………………………….. 11
A. PERSIAPAN ........................................................................................ 17
B. PROSES PEMBUATAN SEDIAAN ................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
obat, bahan obat, obat tradisional. Tenaga farmasi yang kompeten dalam
pekerjaan dimaksud adalah farmasis yang bergerak dalam bidang farmasi industry
obat, obat tradisional dan kosmetika. Dalam konteks ini peranan farmasi masih
akan berkisar pada bagian produksi, pengawasan mutu dan penelitian dan
pengembangan (R&D).
mutu. Dalam bidang R&D, peranan farmasis akan bergantung pada status
PMDN, aspek R&D tidak fleksibel tergambar dari besarnya biaya yang diperlukan
untuk menentukan satu molekul obat baru yang kira-kira setara dengan anggaran
Untuk itulah dalam mata kuliah formulasi teknologi sediaan farmasi ini
riset formulasi (aspek R&D). Agar tujuan ini dapat terlaksana, maka pada
1
kegiataan praktiknya akan disesuaikan menurut pola di industri farmasi yaitu
mulai dari tahap perencanaan, registrasi, formulasi sampai kepada tahap produksi.
Sediaan semipadat adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan
pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung
bahan pembawa (basis) yang digunakan, yaitu salep, krim, gel atau pasta. Untuk
faktor antara lain : struktur, berat molekul dan konsentrasi obat yang dapat melalui
kulit, jumlah obat ang dilepaskan dari pembawa pada permukaan kulit: jumlah
obat yang terdifusi melalui stretum korneum; stabilitas fisika dan kimia sediaan
1. Strukturkulit
2. Formulasisediaansemipadat
3. Cara pembuatan
Dalam pemberian obat melalui kulit ada beberapa tahap penentu yang
1. Tahap pelepasan bahan aktif dari pembawanya yang tergantung dari sifat
bahan pembawa dan sifat fisika dan kimia bahan aktif. Affinitas bahan
pembawa terhadap bahan aktif ditentukan oleh kelarutan obat tersebut dalam
pembawa.
kulit yang ditentukan oleh koefisien partisi bahan aktif terhadap komponen
2
3. Tahap difusi bahan aktif melalui lapisan kulit ditentukan oleh kecepatan difusi
lapisan epidermis dan dermis, atau terjadi mikro reservoir pada lapisan lemak
yang lain, antaralain :umur dan kondisi kulit, daerah pemberian kulit, alirand arah,
efek metabolism pada ketersediaan hayati pembeian secara topikal, dll. Untuk
atau membrane mukosa (hidung, mata, rektal), Biasanya tapi tidak selalu
mengandung bahan obat atau zat aktif. Bahan obat harus larut atau terdispersi
atau sistemik.
Basis salep merupakan salah satu komponen dan faktor yang sangat penting
dalam sediaan salep. Basis salep merupakan komponen yang terbesar dalam
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam memformulasikan sediaan
salep adalah seleksi basis salep yang cocok.Basis berfungsi sebagai pembawa,
pelindung, dan pelunak kulit, harus dapat melepaskan obat secara optimum (tidak
3
boleh merusak atau menghambat aksi terapi), dan sedapat mungkin cocok untuk
penyakit tertentu dan kondisi kulit tertentu. Basis salep yang baik harus memiliki
• Tidakiritasi
• Mudahdibersihkan
• Tidakmeninggalkanbekas
• Stabil
• Tidaktergantung pH
• Dapatbercampurdenganbanyakobat
• Secaraterapinetral
keberhasilan terapi, sehingga salep harus diformulasi kandengan basis yang baik.
Tidak semua basis cocok/dapat digunakan untuk semua obat/zat aktif, semua jenis
kulit, dan pada semua tempat aplikasi serta pada semua penyakit, sehingga
4
BAB II
RANCANGAN FORMULA
Bahan kegunaan
Methylprednisolone aceponate Zataktif
Basis salep :
Adepslanae (wool fat) Emollient dan penetrant agent
Stiffening agent
Hard paraffin Emollient
Cetostearyl Alcohol Basis dan emollient
White soft paraffin
Propil paraben Antimicrobial preservative
Propyl gallate Antioksidan
Basis salep
Hard paraffin 5%
Cetostearyl Alcohol 5%
5
BAB III
PERHITUNGAN BAHAN
6
BAB IV
A. METHYLPREDNISOLON ACEPONAT
1. Pemerian : Serbuk hablur, putih, atau praktis putih; tidak berbau; melebur
2. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam dioksan; agak sukar
kinerja tinggi seperti tertera pada kromatografi. Fase gerak buat campuran
seluruh asam asetat glasial P kedalam labu ukur 100 ml yang berisi
sampai tanda.
7
4. Dosis : Dalam bentuk sediaan oral mengandung 4 mg dan dalam bentuk
bila keadaan sekitar tidak optimal maka dibutuhkan dosis obat yang lebih
B. ADEPS LANAE
Deskripsi :Lanolin adalah zat berwarna kuning pucat, tidak berasa, licin
dengan bau samar dan khas. Lanolin yang meleleh sudah jelas atau hampir
Water: 43.0%
8
C. HARD PARAFFIN
Deskripsi : Parafin itu tidak berbau dan tidak berasa, tembus pandang, tidak
berwarna, atau putih padat Rasanya sedikit berminyak saat disentuh dan
campuran dari kumpulan mikrokristal. Parafin terbakar dengan nyala api yang
bercahaya. Saat meleleh, paraffin pada dasarnya tanpa fluoresensi siang hari;
Beratmolekul: 400-1400
Penampilan: lilin putih keras dan tidak berbau yang terdiri dari Campuran
Titiklebur: 96-1050C
D. CETOSTEARYL ALCOHOL
Deskripsi :Cetostearyl alcohol terjadi seperti putih atau berwarna krem yang
tidak beraturan massa, atau hampir serpih putih atau butiran. Ini memiliki
9
E. WHITE SOFT PARAFFIN
F. PROPYL PARABEN
Synonime :Prorylhydroxybenzoat
Deskripsi :Propil paraben berbentuk seperti putih, kristal, tidak berbau, dan
bubuk hambar.
10
G. PROPYL GALLATE
Deskripsi :Propil gallate adalah Kristal putih, tidak berbau atau hampir tidak
berbau Serbuk, dengan rasa astringent pahit yang tidak normal terlihat pada
11
BAB V
ALAT
secrew namu baldenya ini terputus satu sama lain dan memilikiukuran
yang berbeda natar diameter paling besar untuk diletakan dibagian luar dan
mengaduk bolak balik produk agar merata. Seperti ini bentuk blade atau
12
2) Filling: bobot isi tube, penampilan, termasuk pencetakan expired date dan
nomor bets
menentukan jumlah bahan baku untuk diproduksi. Mesin pengisi ini juga
anti bocor, sehingga proses produksi tidak akan mengotori ruangan. Selain
itu, mesin ini terbuat dari bahan stainless steel yang tahan terhadap karat.
baju.
13
Penutup muka hendaklah dipakai.
Hendaklah dipakai sarung tangan steril bebas serbuk dan penutup kaki
Pakaian kelas A/B ada yang sekali pakai ada yang dapat dicuci ulang
hemat. Pencucian baju steril juga harus terpisah dengan baju lainnya,
kerusakan.
14
II. Gowning Kelas C:
rambut dapat ditutup dengan nurse cap atau kain penutup kepala atau
menutupnya.
15
Pakaian pelindung reguler.
menyebabkan bau.
16
BAB VI
PROSES PEMBUATAN
A. PERSIAPAN
kondisi ruang
besar.
Kondisi mesin
Mixing Guidelines
formulasi tambahan.
17
dengan menggunakan variable drive motor. Setelah polimer terdispersi,
sebelum netralisasi.
cocok. Asam klorida atau fosfat memiliki efektivitas sebesar 0,5% dari
Kondisi Operator
(dan sudah dikualifikasi) dan buku log (untuk mencatat dan memantau
personil yang memasuki Area Bersih), Pakaian kerja steril reguler termasuk
sarung tangan untuk Kelas B dan C hendaklah selalu diganti tiap kali
pakaian kerja area lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari terkontaminasi
18
pakaian steril dengan serat dari pakaian kerja lain. Bagi karyawan wanita
menghilangkan kosmetika antara lain bedak dan alas bedak, lipstik, perona
dan frekuensi penggantian pakaian dan pelindung lain yang dianjurkan lihat
2. Metode peleburan
(Ansel, 1986).
19
pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya pada kapasitas alatnya,
skala yang lebih besar atau skala industri, dapat menggunakan stirrers,
colloid mills.
20
3. Compression : pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan
terhadap stabilitasnya.
21
BAB VII
PENGUJIAN SEDIAAN
Sediaan semi solid menurut konsistensinya terdiri dari salep, pasta, krim, cerata,
dan gel. untuk mengetahui kestabilan sediaan semi solid, perlu dilakukan
kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik,
2. pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas
3. Viskositas, viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
Caranya yakni salap dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara dua
lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani
22
5. Resitensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan
salap atau gel dalam daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan
terus menerus. Caranya yakni salap dalam wadah tertutup diulang dan
20 jam pada 370 C dan 4 jam pada 400 C) dan ditentukan waktunya (Voigt,
1994).
23
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Shelke Usha Y.*, Mahajan Ashish A., 2015, Review on: an Ointment,
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Research, Vol.:4,
Issue:2.
Rowe, Raymond C, Paul J Sheskeyand Siân C Owen., 2006, Handbook of
Pharmaceutical Excipients Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Anief, moh., 1997 . Ilmu Meracik Obat ; Teori dan Praktik. Gajah mada
University Press. Yogyakarta
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
24
BAB IX
GAMBAR KEMASAN
25