Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID 


"SALEP GENTAMISIN"

Dosen Pengampu: Dessy Erliani Mugita Sari,M.Farm.,Apt

Disusun oleh:

Indah Febriana

NIM: 201904052

PRODI D3 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan RahmatNyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah makalah
dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Teknologi


formulasi sediaan semi solid salep gentamisin ", yang menurut saya dapat memberikan
manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari hal-hal apa saja yang menyangkut
formulasi sediaan salep.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.Dengan ini saya mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah
ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Kudus, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul.........................................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3

2.1 Pengertian Salep............................................................................................3


2.2 Formulasi Resep Salep..................................................................................6
2.3 Khasiat, monografi dan fungsi zat..................................................................6
2.4 Alasan zat aktif dibuat sediaan salep.............................................................7
2.5 Preformulasi dan permasalahan....................................................................7
2.6 Permasalahan................................................................................................9
2.7 Prosedur Pembuatan.....................................................................................10

BAB III PENUTUP.......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan....................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................11

Daftar Pustaka..........................................................................................................12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok (FI ed III). Salep yang baik tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau
narkotik adalah 10 %.
Pengaplikasian sediaan setengah padat ini tidak menggunakan banyak tenaga dan
sangat mudah digunakan. Salep umumnya diaplikasikan pada permukaan kulit, dan
salep akan terabsopsi di bagian epidermis, kelenjar rambut, kelenjar keringat serta
kelenjar minyak.
Sediaan salep yang baik dan layak digunakan harus mempertimbangkan beberapa
aspek yang harus dipenuhi, yaitu salep harus stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban dalam ruangan, dan semua zat yang tercampur dalam salep harus halus,
oleh karena itu pada saat proses pembuatan salep harus digerus dengan homogen agar
semua bahan, baik itu zat aktif maupun zat tambahan dapat tercampurkan dan bisa
meresap ke dalam kulit secara maksimal,dan terkadang hal itulah yang menjadi salah satu
masalah dalam pembuatan salep.
Para ahli farmasi harus paham dan mengerti cara pembuatan sediaan setengah
padat khususnya salep, karena dewasa ini masyarakat sangat menyukai obat yang
berbentuk salep untuk penggunaan topikal karena sangat mudah digunakan. Selain itu,
keahlian ini juga dapat digunakan saat memberikan pelayanan kefarmasian, baik itu di
apotek, puskesmas, atau di rumah sakit, dan juga saat bekerja di pabrik farmasi yang
memproduksi salep.

1.2 Rumusan Masalah


1. Formula sediaan salep ?
2. Apa Khasiat, monografi dan fungsi zat yang ada pada salep ?
3. Alasan Kenapa zat aktif yang terdapat pada formula dibentuk menjadi sediaan
salep?

1
4. Preformulasi dan permasalahannya ?
5. Bagaimana cara pembuatannya ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian salep.
2. Dapat mengetahui Khasiat, Monografi dan fungsi zat yang terdapat dalam salep.
3. Dapat mengetahui alasan isi zat aktif yang bisa dibentuk sediaan suspensi.
4. Dapat mengetahui preformulasi dan permasalahan dalam resep
5. Cara pembuatan resep suspensi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Salep

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat


berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir.  Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat
dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s salep
terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak
melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada
area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian
berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat,
digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau
tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam
salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).

1. Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon


a. sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit
tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
b. Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon
jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
c. Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila
dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang
kurang stabil dengan adanya air.
2. Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin
yaitu, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan,
tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar
salep berminyak.
3. Fungsi salep adalah :
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit

3
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).
4. Persyaratan salep menurut FI ed III
a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c. Dasar salep yang cocok.
d. Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
e. Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).
5. Kualitas dasar salep meliputi:
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan
ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau
menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah
yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat
atau cair pada pengobatan (Anief, 2005).
6. Pembagian Salep
Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan
dasarnya dan formularium nasional antara lain:  
a. Menurut konsistensi, salep di bagi  :
 Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair
pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan.
 Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit,
suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

4
 Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa
suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang
diolesi.
 Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi
sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
 Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan sedikit
mengandung atau tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis,
biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari minyak dan lemak
dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan air
mendidih).
b. Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
 Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk
meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang
ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis
salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
 Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi
tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan
kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
 Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk
mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa
merkuri iodida atau belladona.
c. Menurut dasar salepnya:
 Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy
bases): tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak ,
minyak lemak, malam.
 Dasar salep hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep
tipe o/w.

5
2.2 Formulasi Resep Salep
(FORNAS hal 136-137 ) Rancangan Formulasi
Tiap 10 g mengandung :
Gentamycini Sulfas setara dengan
Gentamycinum 10.000 UI
Methylis Parabenum 500 μg
Buthylis Parabenum 100 μg
Paraffinum Liquidum 1g
Vaselinum Album hingga 10 g

2.3 Khasiat, monografi dan fungsi zat


1. Zat Aktif Gentamycini sulfas
 Gentamisin sulfat
a. Pemerian : serbuk, putih sampai kekuning-kuningan
b. Kelarutan : larut dalam air; tidak larut dalam etanol, dalam aseton, dalam
kloroform, dalam eter dan dalam benzena
c. Khasiat : antibiotikum (FI III : 267)
 Methylis parabenum
Metilparaben
Nipagin M
a. Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak
berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
b. Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
c. Khasiat: zat tambahan; zat pengawet (FI III: 378)
 Buthylis parabenum
Butilparaben
a. Pemerian : hablur halus tidak berwarna atau serbuk putih.
b. Kelarutan : sangat sukar larut dalam air dan dalam gliserin; mudah larut
dalam aseton, dalam etanol, dalam eter dan dalam propilen glikol.
c. Khasiat : zat pengawet

6
 parrafinum liquidum
parafin cair
a. pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
b. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
c. Khasiat : laksativum (FI III : 474)
 Vaselinum Album ( FI IV hal 822)
a. Nama lain : vaselin album. Vaselin putih
b. Pemerian : putih atau kekuningan pucat, massa berminyak trasparan dalam
lapisan tipis, setelah di dingikan pada suhu 0o .
c. Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas
dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam benzena,dalam karbon
disulfida,dalam kloroform,larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.
d. Khasiat : basis salep

2.4 Alasan zat aktif dibuat sediaan salep


Gentamycin Sulfat karena cocok digunakan sebagai sediaan topical untuk mengobati
penyakit kulit akibat infeksi oleh bakteri yang peka terhadap antibiotic ini. Gentamycin
sulfat termasuk antibiotic golongan aminoglikosida yang digunakan untuk mengobati
infeksi-infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri gram negative ( pseudomas ) dan
gram positif ( staphylococcus ), infeksikulit, infeksi jaringan lunak.

2.5 Preformulasi dan permasalahan


Zat Aktif
 Gentamycini sulfas
Gentamisin sulfat
a. Pemerian : serbuk, putih sampai kekuning-kuningan
b. Kelarutan : larut dalam air; tidak larut dalam etanol, dalam aseton, dalam
kloroform, dalam eter dan dalam benzena

7
c. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari
panas yang berlebihan. (FI IV : 406)
d. Khasiat : antibiotikum (FI III : 267)
Bahan Tambahan
 Methylis parabenum
Metilparaben
Nipagin M
a. Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak
berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
b. Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
c. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. (FI IV : 551)
d. Khasiat : zat tambahan; zat pengawet (FI III: 378)
 Buthylis parabenum
Butilparaben
a. Pemerian : hablur halus tidak berwarna atau serbuk putih.
b. Kelarutan : sangat sukar larut dalam air dan dalam gliserin; mudah larut
dalam aseton, dalam etanol, dalam eter dan dalam propilen glikol.
c. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. (FI IV : 158)
d. Khasiat : zat pengawet
 parrafinum liquidum
parafin cair
a. pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
b. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
c. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari
cahaya.
d. Khasiat : laksativum (FI III : 474)
 Vaselinum Album ( FI IV hal 822)
a. Nama lain : vaselin album. Vaselin putih

8
b. Pemerian : putih atau kekuningan pucat, massa berminyak trasparan dalam
lapisan tipis, setelah di dingikan pada suhu 0o .
c. Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas
dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam benzena,dalam karbon
disulfida,dalam kloroform,larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.
d. Khasiat : basis salep

2.6 Permasalahan
a. Zat aktif ditujukan untuk penggunaan topikal
b. Vaselinum album merupakan basis krim yang mudah teroksidasi
c. Agar massa salep dapat mengembang dengan baik dan stabil.

Penyelesaian masalah

a. Sediaan dibuat krim dan di tambahkan vaselinum album sebagai basis


b. Untuk menghambat pertumbuhan mikroba, ditambahkan campuran metil
parabenum dan buthylis parabenum sebagai pengawet
c. Digunakan mortir dan stamper yang panas (direndam dengan air panas).

9
2.7 Prosedur Pembuatan

Disetarakan timbangan dan disiapkan alat dan bahan.

Disiapkan mortir panas ditimbang vaselin album dan di masukkan dalam mortir dan
digerus sampai rata.

Ditimbang paraffin liquid dimasukkan dalam cawan

Ditimbang gentamisin dimasukkan dalam cawan aduk sampai homogen.

Ditimbang metilparaben dimasukkan dalam mortir aduk sampai homogen

Ditimbang butilparaben dimasukkan dalam mortir aduk sampai homogen

Bahan dalam cawan dimasukkan dalam mortir di aduk sampai homogen.

Usahakan mortir tetap panas sehingga homogenitasnya bagus.

Timbang hasil saleb, masukkan dalam pot beri etiket.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salep adalah bentuk sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan dasar salep adalah salep hidrokarbon, dimana dasar salep yang
digunakan adalah vaselin album. Zat aktif yang di gunakan adalah Gentamycin Sulfat
karena cocok digunakan sebagai sediaan topical untuk mengobati penyakit kulit akibat
infeksi oleh bakteri yang peka terhadap antibiotic ini. Gentamycin sulfat termasuk
antibiotic golongan aminoglikosida yang digunakan untuk mengobati infeksi-infeksi
yang disebabkan terutama oleh bakteri gram negative ( pseudomas ) dan gram positif
( staphylococcus ), infeksikulit, infeksi jaringan lunak.

3.2 Saran

Hendaknya dalam memformulasikan suatu sediaan harus benar-banar


memperhatikan karakteristik bahan, konsentrasi bahan, sifat dari masing-masing bahan
serta interaksi antar bahan yang besar kemungkinannnya sangat bias terjadi. Sehingga
dengan demikian sediaan yang diformulasikan akan menghasilkan suatu sediaan yang
benar-benar layak pakai dan seminimal mungkin dapat mengurangi kekurangan dari
sediaan salep tersebut.

11
Daftar Pustaka

 https://id.scribd.com/document/290483140/Formulasi-Sediaan-Semisolid-Salep-
Gentamisin
 http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37593/1/ANNISA
%20NURUL%20AZZAHRA-FKIK.pdf
 http://jendelailmumuu.blogspot.com/2018/01/laporan-semi-solid-salep-
gentamisin.html

12

Anda mungkin juga menyukai