KELOMPOK 5
DESEMBER- 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami kelompok 5 sebagai
penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum yang berjudul “KRIM
DAN GEL” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Teknologi Sediaaan Cair dan Semi Solid Selain itu, laporan
praktikum ini juga bertujuan untuk menambah wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Dalam penyusunan laporan ini tentu tak lepas dari pengarahan dan
bimbingan dari berbagai pihak, terutama dari dosen pengampu mata kuliah ini
yaitu ibu apt. Ani Haerani., S.Farm, M.Farm. Maka dari itu kami sebagai penulis
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang turut andil
dalam penyusunan laporan ini sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa laporan
praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran para pembaca untuk kesempurnaan laporan
praktikum ini dengan baik. Sehingga laporan praktikum ini dapat memberi
informasi berguna bagi para pembaca dan khususnya bagi kami kelompok 5
sebagai penyusun.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan obat jarang diberikan sendiri - sendiri, tetapi lebih sering merupakan
suatu formulayang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat yang
bermafaat untuk kegunaanfarmasi yang bermacam – macam dan khusus. Melalui
penggunan yang selektif dari zat obat inisebagai bahan farmasi akan dihasilkan
sediaan farmasi atau bentuk sediaan dengan tipe bermacam – macam. Bahan
sediaan farmasi dapat melarutkan, mensuspensi mengentalkan,mengencerkan,
mengemulsi, menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, pewangi dan menciptakan
banyak bermacam – macam zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi
yang manjur dan menarik (Ansel 1989).
Salah satu bentuk sediaan farmasi adalah sediaan semi solid yang merupakan
bentuksediaan yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Sediaan yang
digunakan pada kulitantara lain untuk efek fisik, yaitu kemampuan bekerja
sebagai pelindung kulit, pelican, pelembut,zat pengering dan lain – lain atau untuk
efek khusus dari bahan obat yang ada. (Ansel 1989).
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pembuatan sediaan krim dan gel dari preformulasi
sampai evaluasi ?
2. Apa saja jenis-jenis bahan penambah sediaan krim dan gel ?
1.3 TUJUAN
Tujuan praktikum krim dan krim adalah:
1. Mahasiswa mampu mengetahui prosedur pembuatan sediaan gel dan krim
dari preformulasi sampai evaluasi.
2. Mengetahui jenis - jenis bahan penambah sediaan gel dan krim.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal.
Gel merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel
dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
magma. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat
jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam (tragakan).
Sediaan tragakan disebut juga musilago. Walupun gel-gel ini umumnya
mengandung air, etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase pembawa.
Sebagai contoh, minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena untuk
membentuk dasar salep berminyak.
Untuk mengembangkan bentuk sediaan semisolida harus diperhatikan
beberapa faktor antara lain konsentrasi obat yang dapat melalui kulit, jumlah obat
yang dilepaskan dari basis pada permukaan kulit, afinitas obat dalam pembawa
semi solida dan penerimaan pasien terhadap formula yang dibuat.
3
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan formula sediaan
semisolida adalah:
1. Struktur kulit
3. Cara pembuatan
Kulit orang dewasa menutupi luas sebesar kurang lebih 2 m2 dan menerima
sekitar satu pertiga peredaran darah dalam tubuh. Strukturnya terdiri dari
kumpulan organ yang 4 melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dan tersusun dalam
suatu sistem peliput atau sistem integumen. Fungsi utama kulit adalah sebagai
pelindung tubuh dari pengaruh faktor luar sehingga fungsi protektor dan
pertahanan kulit dari pengaruh luar merupakan kendala utama yang
mempengaruhi efek farmakologi obat yang diberikan secara topikal.
Stratum korneum merupakan lapisan pada epidermis terluar yang menjadi
faktor penentu absorpsi obat melalui kulit. Oleh karena itu dalam percobaan in
vitro absorpsi obat melalui kulit selalu dipakai membran buatan dengan komponen
yang menyerupai komponen yang ada dalam lapisan stratum korneum.
Penghantaran obat melalui kulit melaui beberapa tahap penentu yang
mempengaruhi efektifitas rute pemberian tersebut yaitu:
1. Tahap pelepasan bahan aktif dari pembawanya yang tergantung dari sifat
bahan pembawa dan sifat fisika dan kimia bahan aktif. Affinitas
bahanpembawa terhadap bahan aktif ditentukan oleh kelarutan oabt tersebut
dalam pembawa.
3. Tahap difusi bahan aktif melalui strata lapisan kulit yang ditentukan oleh
kecepatan difusi melalui membran setiap strata tersebut.
5. Tahap eliminasi melalui aliran darah, kelenjar limfe atau cairan jaringan.
Selain tahap-tahap di atas, absorpsi perkutan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang lain seperti antara lain : umur dan kondisi kulit, daerah pemberian
4
kulit, aliran darah, efek metabolisme pada ketersediaan hayati pemberian
secara topikal, dll. Perlu juga ditentukan profil farmakokinetika obat yang
berhubungan dengan absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Untuk
menentukan parameter keberhasilan rute pemberian obat melalui kulit perlu
dilakukan percobaan secara in vitro dan in vivo.
5
Fungsi bahan pembawa adalah untuk meningkatkan atau membantu proses
penetrasi perkutan bahan aktif. Selain itu, tergantung sifat bahan pembawa yang
digunakan pada umumnya berfungsi sebagai protektif ( melindungi kulit ),
emolient ( pelembut kulit ) serta dapat 44 mendinginkan kulit, sedangkan sifat
non spesifik lain adalah dapat bersifat oklusif dan astringent.
2. Dapat menyebabkan reaksi samping yang tidak diinginkan pada kulit seperti
iritasi kulit dan alergi
3. Afinitas bahan aktif yang terlalu kuat di dalam bahan pembawa, sehingga
kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan rendah.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 ALAT
1. Mortir dan stamper
2. Gelas ukur
3. Gelas kimia
4. Timbangan
5. Batang pengaduk
6. Beaker glass
7. Hot plate
8. Penjepit kayu
9. Stopwatch
10. Alat evaluasi sediaan
11. Spatel logam
12. Pot cream dan botol gel
13. Cawan porselen
3.2 BAHAN
KRIM SALEP
1. Kloramfenikol base 1. HPMC
2. Cetyl alkohol 2. Propilenglikol
3. Asam stearat 3. Metilparaben
4. Simeticon 4. Minyak sereh
5. TEA 5. Aquadest
6. Nipagin
7. Nipasol
8. Gliserin
9. Aquadest
7
3. Leburkan fase air : TEA, Nipagin, Nipasol, Gliserol, Kloramfenikol dan Aquadest
(massa I)
4. Leburkan fase minyak : Cetil Alkohol dan Asam Stearat diatas penangas air
(massa II)
5. Panaskan mortir dengan air panas
6. Masukan fase air (massa I) kedalam mortar dan tambahkan dikit demisedikit fase
minyak (massa II)
7. Gerus kuat ad homogeny hingga terbentuk cream
8. Masukan kedalam pot cream
9. Kemas, beri label, dan lakukan evaluasi
8
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 FORMULASI
KRIM
R/
Chloramphenicol base 200 mg
Cetil Alkohol 200 mg
Asam Stearat 450 mg
Simetikon 300 mg
TEA 90 mg
Nipagin 18 mg
Nipasol 2 mg
Gliserin 200 mg
Aqua DM 8,3 ml
GEL
R/
HPMC 2,5%
Propilenglikol 2,5%
Metil Paraben 15
Minyak Eucaliptus 0,1%
Aquadest ad 1%
M.F gell 100
9
4.2 PREFORMULASI
1. Chloramphenicol base
Nama Zat Chloramphenicolum
No. batch/Lot -
Warna Putih sampai putih kelabu / putih kekuningan
Rasa Sangat pahit
Bau Tidak berbau
Penampilan Hablur halus berbentuk jarum / lempeng memanjang
Khasiat Antibiotikum
Polimorfisme -
Ukuran Partikel -
Kelarutan Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5
bagian etanol 95%, sukar larut dalam kloroform
Titik Lebur -
Titik Didih -
Stabilitas Dalam wadah tertutup baik
2. Cetyl Alkohol
Nama Zat Alkohol Cetylelas, Ethali Ethol
No. batch/Lot -
Warna Putih
Rasa Khas
Bau Tidak berbau
Penampilan Serpihan / granul seperti lilin
Khasiat Sebagai emolien dan pengemulsi
Polimorfisme -
Ukuran Partikel -
Kelarutan Mudah larut dalam etanol 95% dan eter
Titik Lebur -
Bobot Jenis -
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
3. Asam Stearat
Nama Zat Acidum Stearicum
No. batch/Lot -
Warna Putih / kuning pucat
Rasa Tidak berasa
Bau Tidak berbau
Penampilan Zat padat keras, dan mengkilat
Khasiat Zat tambahan
Polimorfisme -
Ukuran Partikel -
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
Titik Lebur -
Bobot Jenis -
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
10
4. TEA
Nama Zat Trioethano Laminum
No. batch/Lot -
Warna Tidak bewarna
Rasa Tidak berasa
Bau Bau lemah mirip amoniak
Penampilan Cairan kental
Khasiat Zat tambahan
Polimorfisme -
Ukuran Partikel -
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol 95%
Titik Lebur -
Titik Didih -
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
5. Nipagin
Nama Zat Methylis Parabens
No. batch/Lot -
Warna Putih
Rasa Tidak berasa
Bau Hampir tidak berbau
Penampilan Serbuk hablur
Khasiat Zat tambahan dan zat pengawet
Polimorfisme -
Ukuran Partikel -
Kelarutan Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih
Titik Lebur -
Titik Didih -
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
6. Nipasol
Nama Zat Prophylis Parabens
No. batch/Lot -
Warna Putih
Rasa Tidak berasa
Bau Tidak berbau
Penampilan Serbuk hablur putih
Khasiat Zat pengawet
Polimorfisme -
Ukuran Partikel -
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3 bagian
etanol 95%
Titik Lebur -
Titik Didih -
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
7. Gliserin
Nama Zat Glycerolium
11
No. batch/Lot -
Warna Putih
Rasa Manis rasa hangat
Bau Tidak berbau
Penampilan Cairan tidak bewarna
Khasiat Zat tambahan
Polimorfisme -
Ukuran Partikel -
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan etanol 95%
Titik Lebur -
Titik Didih -
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
8. Aquadest
Nama Zat Aquadestilata
No. batch/Lot -
Warna Tidak bewarna
Rasa Tidak berasa
Bau Tidak berbau
Penampilan Cairan jernih
Khasiat Zat tambahan dan pelarut
Kelarutan -
Titik Lebur -
Titik Didih -
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
9. Propilenglikol
Nama Zat Propilenglycolum
No. batch/Lot -
Warna Tidak bewarna / jernih
Rasa Agak manis
Bau Tidak berbau
Penampilan Cairan kental
Khasiat Zat tambahan dan pelarut
Polimorfisme -
Ukuran Partikel -
Kelarutan -
Titik Lebur 185 – 189 C
Titik Didih -
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
12
Ukuran Partikel -
Kelarutan Larut dalam 3,5 bagian etanol 95%
Stabilitas Stabil dalam wadah tertutup baik
4.3 PERHITUNGAN
A. Sediaan Krim
1. Clorampenikol= 100 mg × 10 = 2000 mg = 2 gram
2. Asam Stearat = 450 mg × 10 = 4500 mg = 4,5 gram
3. Cetil Alkohol = 200 mg × 10 = 2000 mg = 2 gram
4. TEA = 90 mg × 10 = 900 mg = 0,9 gram
5. Nipagin = 18 mg × 10 = 180 mg = 0,18 gram
6. Nipasol = 2 mg × 10 = 20 mg = 0,02 gram
7. Gliserin = 200 mg × 10 = 2000 mg = 2 gram
8. Aqua = 0,3 ml
B. Sediaan Gel
1. HPMC = 2,5100×100 = 2,5 gram
2. Propilenglikol= 15
3. Metil Paraben = 0,1100×100= 0,1 gram
4. Minyak Eucaliptus = 1100×100= 1 gram
5. Aquadest ad = 100 ml
13
4.4 EVALUASI
No Perihal Hasil
1 Uji KRIM
Organoleptis a. Bentuk : Semisolid/setengah padat
b. Bau : Tidak berbau
c. Warna : Putih
d. Rasa :-
GEL
a. Bentuk : Semisolid/setengah padat
b. Bau : Eucaliptus
c. Warna : Putih
d. Rasa :-
2 Uji pH KRIM : 7
GEL : 7
3 Uji KRIM
Homogenitas Homogen, hanya saja terkadang terdapat beberapa partikel
kecil
GEL
Homogen, karna sediann larut dalam HPMC yang
dilarutkan dalam air panas.
GEL
Panjang: 6
Lebar : 5
Uji daya sebar salep = 6 x 5
14
4.5 PEMBAHASAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih
bahan terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal.
Gel merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah,
gel digolongkan sebagai sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika ukuran
partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan
sebagai magma. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk
semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus
dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini
tertera pada etiket.
Dalam praktikum kali ini ada beberapa uji untuk mengevaluasi hasil dari sediaan
yang telah dibuat, antara lain adalah :
1. Uji Organoleptis
Merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat
utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian
organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu, dalam hal ini
yang dilihat adalah warna, bau, dan konsistensi sediaan akhir yang telah dibuat
(OOP Fisiologis, 2014) dan diperoleh krim bewarna putih, daan tidak berbau,
sedangkan gel juga bewarna putih dan berbau eucaliptus.
2. Uji pH
Pengukuran pH ini untuk mengetahui apakah pH obat sudah sesuai atau belum
dengan apa yang diinginkan, juga untuk mengetahui tingkat keasaman dan
kebasaan sediaan terhadap kulit, dalam evaluasi sediaan krim hasil yang didapat
yaitu dengan pH 7, sedangkan . sedian gel hasil yang didapat yaitu dengan pH 7.
15
3. Uji daya sebar
Uji daya sebar bertujian untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit.
krim memilki daya sebar sebesar 5 cm x 5 cm, sedangkan gel memiliki daya sebar
sebesar 6 x 5 cm..
4. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan dengan mengambil sedikit sediaan yang diletakkan
pada kaca arloji dan dilihat ada tidaknya partikel atau butiran kasar. Dari hasil
percobaan sediaan krim dan gel, pengujian terhadap krim kurang homogen,
terkadang terdapat beberapa partikel kecil yang kurang homogen. Sedangkan gel
homogen, karna sediann larut dalam HPMC yang dilarutkan dalam air panas.
5. Uji Stabilitas
Stabilitas terhadap pemisahan fasa air dan minyak: setelah dilakukan
penyimpanan 1,2 hari sediaan krim stabil karna tidak ada pemisahan dua fasa.
Stabilitas terhdap pertumbuhan mikroorganisme: setelah dilakukan penyimpanan
1,2 hari sediaan krim dan gel tidak terlihat pertumbuhan mikroorganisme
padapermukaan sediaan.
16
BAB VI
KESIMPULAN
1. Sediaan krim bewarna putih, daan tidak berbau, sedangkan gel juga bewarna
putih dan berbau eucaliptus.
2. Sediaan krim dan gel memiliki homogenitas yang berbeda, Dari hasil percobaan
sediaan krim dan gel, pengujian terhadap krim kurang homogen, terkadang
terdapat beberapa partikel kecil yang kurang homogen. Sedangkan gel
homogen, karna sediann larut dalam HPMC yang dilarutkan dalam air
panas.Sediaan salep memiliki pH: 7, dan sediaan pasta memiliki pH: 6
3. krim memilki daya sebar sebesar 5 cm x 5 cm, sedangkan gel memiliki daya
sebar sebesar 6 x 5 cm..
4. Stabilitas terhadap pemisahan fasa air dan minyak: setelah dilakukan
penyimpanan 1,2 hari sediaan krim stabil karna tidak ada pemisahan dua fasa.
Stabilitas terhdap pertumbuhan mikroorganisme: setelah dilakukan
penyimpanan 1,2 hari sediaan krim dan gel tidak terlihat pertumbuhan
mikroorganisme padapermukaan sediaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 1997. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 2014. Obat-Obat Penting Fisiologis. Jakarta: PT. Alex Media
Computindo.
Ansel, Howard. C. 2014. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Kelima
(Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 5 th Edition).
Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, dkk. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Syamsuni, A. 2010. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Winfield, A.J., Pharmaceutical Practice, London, 2004
Mollet, H., Formulation Technology, NewYork, 2001
Aulton, M.E., Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design,Philadelphia,
1996
18
LAMPIRAN
Lampiran 3. Stiker
19