Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMASETIKA SEMI SOLID DAN CAIR

SUSPENSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

ADINDA SALSABILLAH 220205189

HILMA FITRIANA 220205187

MUTIA SARI 220205191

NIKE ULI LESTARI 220205178

SHALLI LAYLA HAFNI 220205163

SHEILA ANASTASIA 220205186

PUTRI AYU LESTARI 220205167

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami masih dapat menyelesaikan tugas
makalah pada mata kuliah farmasetika semi solid dan cair dengan judul Suspensi dengan
baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak apt. Muhammad Arif, M.Farm selaku
dosen pengampu mata kuliah farmasetika semi solid dan cair yang telah memberikan tugas
sehingga kami dapat menambah wawasan tentang mata kuliah yang diberikan.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat masih banyak terdapat kesalahan dan jauh
dari sempurna. Karenanya, kami meminta kritik dan saran kepada para pembaca demi
kebaikan kami selanjutnya. Kami memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang salah dan
kurang berkenan.

Pekanbaru, 5 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I.......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3
A. Defenisi Suspensi ............................................................................................................. 3
B. Bentuk – bentuk Suspensi ................................................................................................ 3
C. Karakteristik Sediaan Suspensi Yang Ideal ..................................................................... 4
D. Persyaratan Sediaan Suspensi ......................................................................................... 5
E. Keuntungan dan Kerugian Suspensi ................................................................................ 6
F. Cara Pembuatan Suspensi ............................................................................................... 6
G. Stabilitas Suspensi ........................................................................................................... 7
H. Parameter Pembuatan Suspensi ..................................................................................... 9
I. Hal – hal Yang Perlu di perhatikan dalam Sediaan Suspensi ......................................... 10
J. Sedimentasi Pada Suspensi ............................................................................................ 11
K. Contoh Resep Suspensi.................................................................................................. 13
BAB III ..................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN ......................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
berkembang berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. kefarmasian. Hal
ini dapat dilihat dilihat dari bentuk sediaannya yang beragam yang telah dibuat oleh tenaga
farmasis. Diantara sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semi
solid (setengah padat) dan liquid (cair). Dengan adanya bentuk sediaan tersebut
diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu
contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko
obat adalah sediaan Suspensi.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak larut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sedian padat terdiri dari obat dalam
bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.1
Sesiaan Suspensi bias di tambahlan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense
tetapi kekentalan suspense harus menjamin sediaan dituang. Suspensi dalam farmasi bias
digunakan dalam berbagai cara diantaranya; sebagai Intramuskuler injeksi, tetes mata, oral
dan rektal.
Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan
dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik
lainnya. Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah
efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam bentuk cair
dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi hanya terdispersi

1
Anonim. ( 1978 ). Formularium Nasional, Edisi Kedua, Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hal 333.

1
secara merata. Dengan kata lain, bahan- bahan obat yang tidak dapat larut dapat dibuat
dalam bentuk suspensi.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan sediaan suspensi ?
b. Bagaimana bentuk suspensi ?
c. Bagaimana karakteria suspensi yang ideal ?
d. Bagaimana bentuk persyaratan dari sediaan suspensi ?
e. Apa saja keuntungan dan kerugian dari sediaan suspensi ?
f. Bagaimana cara pembuatan sediaan suspensi ?
g. Bagaimana bentuk stabilitas sediaan suspensi ?
h. Apa saja paramenter dalam pembuatan sediaan suspensi ?
i. Apa saja hal yang perlu di perhatikan dalam sediaan suspensi ?
j. Apa yang dimaksud dengan sedimentasi?
k. Bagaimana bentuk contoh resep sediaan suspensi ?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari sediaan suspensi.
b. Mengetahui bentuk sediaan suspensi.
c. Mengetahui karakteria sediaan suspensi yang ideal.
d. Mengetahui bentuk persyaratan dari sediaan suspensi.
e. Mengetahui keuntungan dan kekurangan dari sediann suspensi.
f. Mengetahui cara pembuataan sediaan suspensi.
g. Mengetahui bentuk stabilitas dari sediaan suspensi.
h. Mengetahui paramenter dalam pembuatan sedian suspensi.
i. Mengetahui hal – hal yang perlu di perhatikan pada sediaan suspensi.
j. Mengetahui pengertian dari sedimentasi.
k. Mengetahui contoh resep suspensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Defenisi Suspensi
Suspensi menurut Ansel adalah preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi
secar halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa dimana
obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Menurut ilmu resep yaitu sediaan cair
yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase
cair.2
Suspensi menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi di dalam cairan pembawa.
Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-
lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.3
Suspensi menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi oral
adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam cairan pembawa
dengan bahan pengaroma yang sesui, dan ditujukan untuk penggunaan oral.

B. Bentuk – bentuk Suspensi


Beberapa macam bentuk atau jenis – jenis dari suspensi secara umum :
a. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral.
b. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
c. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel- partikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada
mata.

2
Ansel. ( 1989 ). Pengantar Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Hal 354.
3
Dapkes RI. ( 1979 ). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Dapertemen Kesehatan Republik
Indonesia.

3
d. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkontinu adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai.4
Tipe suspensi berdasarkan sifat elektrokinetik dari partikel padat
a. Suspensi terflokulasi
flokulasi adalah suatu partikel flokulasi terikat lemah yang cepat mengendap dan
disimpan pada tempat penyimpanan yang tidak terjadi endapan dan mudah
tersuspensi kembali.
b. Suspensi terdeflokulasi
Deflokulasi adalah partikel yang mengendap perlahan dan akhirnya membentuk
sedimen, dan akan terjadi agregasi, yang akhirnya terbentuk endapan yang keras
dan sukar tersuspensi kembali.

C. Karakteristik Sediaan Suspensi Yang Ideal


Ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi suspensi yang baik :
1. Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dimana partikel ini
tidak mengendap dengan cepat dalam wadah.
2. Bagaimanapun juga, dalam peristiwa terjadinya pengendapan, endapan harus tidak
membentuk endapan yang keras. Endapan tersebut harus dapat terdispersi kembali
dengan usaha yang minimum dari pasien.
3. Produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang menyenangkan dan tahan
terhadap serangan mikroba.5

Ciri-ciri sediaan suspensi adalah sebagai berikut :


1. Terbentuk dua fase yang heterogen.
2. Berwarna keruh Mempunyai diameter partikel > 100 nm.
3. Dapat disaring dengan kertas saring biasa.

4
Syamsuni. ( 2007 ). Ilmu Resep. Jakarta : EGC.
5
Tungadi Robert, ( 2018 ).Teknologi Sediaan Steril. Jakarta : Sagung Seto.

4
4. Akan memisah jika didiamkan.

Suspensi yang diinginkan harusnya memiliki karakteria sebagai berikut :


1. Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap dengan cepat pada dasar
wadah. Bagaimanapun juga dikatakan termodinamika tidak stabil karena
cenderung mengendap. Oleh karena itu, seharusnya siap didispersikan kembali
membentuk campuran yang seragam dengan pengocokan sedang dan tidak
membentuk cake.
2. Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya tetap harus tetap konstan
selama penyimpanan produk.
3. Viskositasnya memungkinkan untuk mudah mengalir (mudah dituang). Untuk
penggunaan luar, produk harus cukup cair tersebar secara luas melalui daerah yang
diinginkan dan tidak boleh terlalu bergerak.
4. Suspensi untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan memberi lapisan
pelindung yang elastis dan tidak cepat hilang.
5. Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama penyimpanan.
6. Suspensi kembalinya harus mengh asilkan campuran yang homogen dari partikel
obat yang sama walaupun dipindahkan secara berulangulang.6

D. Persyaratan Sediaan Suspensi


Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut:
a. Menurut Fl edisi III adalah :
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.
3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi.
4. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang.
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.7

b. Menurut Fl edisi IV adalah :


1. Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal.
6
Tungadi Robert, ( 2018 ).Teknologi Sediaan Steril. Jakarta : Sagung Seto.
7
Dapkes RI. ( 1979 ). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Dapertemen Kesehatan Republik
Indonesia

5
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.8

E. Keuntungan dan Kerugian Suspensi


a. Keuntungaan sediaan suspensi
Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan
terapi dengan cairan. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih disukai
dari pada bentuk padat. Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah
memberikan dosis yang relatif lebih besar. Suspensi merupakan sediaan yang aman,
mudah di berikan untuk anak- anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk
anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit. Baik digunakan untuk pasien yang sukar
menerima tablet/kapsul, terutama anak-anak. Homogenitas tinggi. Lebih mudah
diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan
saluran cerna meningkat). Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut
tidaknya). Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Kestabilan
rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dll). Jika membentuk "cacking"
akan sulit terdispersi kembali.

b. Kerugian sediaan suspensi


Suspensi memiliki kestabilan yang rendah. Jika terbentuk caking akan sulit
terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. Aliran yang terlalu kental
menyebabkan sediaan sukar di tuang. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk
sediaan larutan. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem
dispersi (caking flokulasi-de flokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan suhu.
Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.

F. Cara Pembuatan Suspensi


Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum yaitu sebagai berikut :
a. Metode disperse

8
Dapkes RI. ( 1995 ). Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Dapertemen Kesehatan Republik
Indonesia.

6
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk. Kemudian
diencerkan.
b. Metode Presitipasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian
di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan
halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi
dengan bahan pensuspensi

G. Stabilitas Suspensi
Stabilitas adalah keadaan dimana suatu benda atau keadaan tidak berubah,
yang dimaksud dengan stabilitas suspensi ialah ke stabilan zat pensuspensi dan zat
yang terdispersi dalam suatu sediaan suspensi, namun dalam sediaan suspensi zat
pensuspensi dan zat terdispersi tidak selamanya stabil, stabilitas sediaan suspensi
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel
agar khasiat yang diinginkan dapat merata ke seluruh sediaan suspensi tersebut.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
a. Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta
daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas. Sedangkan antara luas penampang
dengan daya tekan ke atas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar
ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama)
akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel.
b. Kekentalan (viscositas).
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan
aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya parkikel
yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan
gerakan turundari partikel yang dikandungnya akan diperlambat Tetapi perlu

7
diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar. maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan
dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
d. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam
cairan tersebut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat
mempengaruhinya.

Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana


partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel
mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan.
Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan
untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa
ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari
partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena
konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel
merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan
viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil, dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Stabilitas sediaan suspensi juga dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah suspending agent. Penggunaan
suspending agent. Suspending agent bertujuan untuk meningkatkan viskositas dan

8
memperlambat proses pengendapan sehingga menghasilkan suspensi yang stabil.
Suspensi yang stabil harus tetap homogen, partikel benar-benar terdispersi dengan
baik dalam cairan, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap,
jika dikocok endapan harus cepat terdispersi kembali beberapa suspending agent yang
biasa digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi adalah Pulvis Gummi Arabici.
CMC Na (Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis gummosus). Beberapa
Alasan pemilihan suspending agent karena mudah larut dalam air, menghasilkan
larutan yang kental dan tembus cahaya, tidak merubah struktur kimia, bersifat alami,
dan dapat menghindari pengendapan.

H. Parameter Pembuatan Suspensi


Adapun parameter dalam pembuatan Suspensi yaitu sebagai berikut :
a. Volume Sedimentasi
Volume sedimentasi diamati dari hari pertama sampai beberapa waktu. Suspensi
tersebut diukur tinggi sedimen akhir (Hu) dan tinggi suspensi awal (Ho). Volume
sedimentasi merupakan perbandingan antara tinggi sedimen akhir dengan tinggi
suspensi awal.
b. Viskositas
Viskositas ditetapkan dengan viskosimeter elektrik pada suhu 25 °C. viskositas
yang sesuai menghasilkan sediaan suspense yang baik karena sediaan jadi lebih
mudah dituang.
c. Kemudahan Dituang
Suspensi dituang dari botol dengan kemiringan kurang lebih 450, waktu yang
diperlukan untuk mencapai volume tertentu dicatat. Waktu yang di gambarkan
saat penuangan suspense juga akan menggambarkan nilai viskositas suspensi
tersebut.
d. Ukuran Partikel
Ukuran partikel ditentukan secara mikroskopis. Ukuran partikel juga menentukan
system suspensi pada suatu sediaan.
e. Redispersibilitas
Suspensi yang telah disimpan dikocok dengan kecepatan tertentu menggunakan
alat penggojok. Waktu yang diperlukan untuk terdispersi kembali dicatat.
Kemampuan terdispersi kembali oleh suatu sediaan suspense merupakan
parameter penting yang menggambarkan stabilitas suspense.

9
I. Hal – hal Yang Perlu di perhatikan dalam Sediaan Suspensi
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice. 479-491) :
a. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai
pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka: Perbedaan antara
fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau
sukrosa. BJ medium meningkat. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan
dengan blender/koloid mill Memperbesar viskositas dengan menambah
suspending agent.

b. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan,
misal: span dan tween.

c. Floatasi (terapung)
Floatasi disebabkan oaleh ; Perbedaan densitas, patikel padat hanya terbasahi dan
tetap pada permukaan seta adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini
dapat diatasi dengan penambahan humektan. Humektan ialah zat yang digunakan
untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan: mengganti lapisan udara yang
ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh: gliserin,
propilenglikol.
d. Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi
perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan
penambahan surfaktan. Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan
kristal
e. Pengaruh gula
Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan fiskositas suspensi
naik. Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya

10
kristalisasi dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri hingga
diperlukan pengawet dan berhati-hatilah jika ada alkohol dalam suspensi.9

J. Sedimentasi Pada Suspensi


Sedimentasi adalah suatu peristiwa turunnya partikel zat padat yang tersebar
atau tersuspensi dalam cairan karena gaya berat sehingga cairan jernih dapat
dipisahkan dari zat padat yang menumpuk didasarnya. Sedimentasi berarti juga
pengendapan partikel atau flokul yang terjadi di bawah gaya gravitasi dalam bentuk
sediaan cair.
Kecepatan partikel dalam suspensi membentuk sedimen berhubungan erat
dengan ukuran dan kerapatan partikel viskositas medium suspensi. Pada penambahah
gerak Brown dapat melepas suatu efek yang berarti, yaitu. ada atau tidak adanya
flokulasi dalam sistem. Kecepatan sedimentasi partikel tersuspensi diukur dengan
persamaan Stokes yang dapat diperlihatkan sebagai berikut :

Hukum Stokes ini berlaku hanya untuk partikel yang bergerak tidak cukup
cepat untuk menyebabkan turbulensi, Partikel sferis dalam suspensi yang sangat encer
(0,5-2 gr per 100 ml), Partikel yang mengendap secara bebas dan t Partikel-partikel
tidak saling mempengaruhi satu dengan lainnya selama terjadi pengendapan.
Umumnya sistem farmasi yang mengandung 2 g padatan yang terdispersi dalam 100
ml medium pendispersi mengikuti persamaan ini.
Yang dapat ditarik dari persamaan Stokes adalah :
 Sedimentasi dapat dikurangi dengan menurunkan ukuran partikel yang
memungkinkan partikel dijaga pada keadaan deflokulasi.
 Kecepatan sedimentasi merupakan fungsi kebalikan dari viskositan medium
pendispersi. Hal ini memberikan suatu pendekatan yang sering digunakan
untuk memformulasikan suatu suspensi yang stabil.

9
Leon Lachman .( 2008 ). Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 2. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.

11
 Kecepatan sedimentasi dapat dikurangi bila perbedaan kerapatan partikel
terdispersi dan fase kontinyu dapat diturunkan.
 kelemahan hukum Stokes yang nyata adalah menggunakan 2 asumsi yakni
bahwa, partikel mempunyai ukuran yang sama dan partikel itu bentuknya
bulat.

Parameter yang di gunakaan dalam pengendapan suspensi ( sedimentasi ) yaitu


sebagai berikut :
a. Volume sedimentasi
Volume sedimentasi F, didefinisikan sebagai perbandingan dari volume akhir dari
endapan (Vu), terhadap volume awal dari suspensi (Vo), sebelum mengendap.

Jadi: F Vu/ Vo, volume sedimentasi dapat mempunyai nilai yang berjarak kurang
dari 1 sampai lebih besar dari 1 yang berarti volume akhir endapan (F) lebih kecil
dari volume awal suspensi. Jika volume endapan suspensi mengalami flokulasi
maka volume awal suspensi sama dengan 1.

b. Derajat flokulası

Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih mendasar daripada F, karena
ẞ menghubungkan volume endapan yang mengalami flokulasi dengan volume
dalam suatu sistem yang mengalami deflokulasi.

12
K. Contoh Resep Suspensi
Contoh resep suspens dan penimbangan bahannya

 Penimbangan bahan

 Perhitungan dosis

13
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Suspensi sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi di dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
dan dituang.
Beberapa macam bentuk atau jenis – jenis dari suspensi secara umum :
 Suspensi Oral
 Suspensi Topikal.
 Suspensi Optalmik
 Suspensi tetes telinga
 Suspensi untuk injeksi
 Suspensi untuk injeksi terkontinu.
Tipe suspensi berdasarkan sifat elektrokinetik dari partikel padat
 Suspensi terflokulasi
 Suspensi terdeflokulasi :

Syarat suspensi yaitu:


 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.
 Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.
 Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi.
 Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang.
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.
B. Saran
Semoga kedepannya dalam teknologi perkembangan farmasi akan mennghasilkan
berbagai perkembangan yang meningkat dalam penggelolaan dan pembuaatan sediaan
obat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ( 1978 ). Formularium Nasional, Edisi Kedua, Dapertemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Ansel. ( 1989 ). Pengantar Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Hal
354.

Dapkes RI. ( 1979 ). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Dapertemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Dapkes RI. ( 1995 ). Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Dapertemen Kesehatan Republik
Indonesia

Leon Lachman .( 2008 ). Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.

Syamsuni. ( 2007 ). Ilmu Resep. Jakarta : EGC.

Tungadi Robert, ( 2018 ).Teknologi Sediaan Steril. Jakarta : Sagung Seto.

15

Anda mungkin juga menyukai