Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMASETIKA SEMI SOLID DAN CAIR

SIRUP DAN ELIXIR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

SHEILA ANASTASIA 220205186

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami masih dapat menyelesaikan tugas
makalah pada mata kuliah farmasetika semi solid dan cair dengan judul sirup dan elixir
dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak apt. Muhammad Arif, M.Farm selaku
dosen pengampu mata kuliah farmasetika semi solid dan cair yang telah memberikan tugas
sehingga kami dapat menambah wawasan tentang mata kuliah yang diberikan.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat masih banyak terdapat kesalahan dan jauh
dari sempurna. Karenanya, kami meminta kritik dan saran kepada para pembaca demi
kebaikan kami selanjutnya. Kami memohon maaf apabila terdapat kata-kata yang salah dan
kurang berkenan.

Pekanbaru, 18 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


berkembang berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. kefarmasian. Hal ini
dapat dilihat dilihat dari bentuk sediaannya yang beragam yang telah dibuat oleh tenaga
farmasis. Diantara sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semi solid
(setengah padat) dan liquid (cair). Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi
yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair
(liquid ).

Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat
aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat
diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih banyak diminati oleh kalangan
anak-anak dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan
sediaan-sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan. Terdapat beberapa jenis
larutan berdasarkan pemberiannya yaitu larutan oral dan topical. Larutan oral dapat dibagi
menjadi beberapa jenis yakni potio, eliksir, sirup, dan guttae atau drop.

Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal
kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain
itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi
dengan penggunaan sendok takar. kegunaan sendok takar. Sediaan Sediaan liquid lebih
banyak digunakan pada bayi, anak-anak dan lanjut usia yang sukar minum obat, seperti tablet
dan pil yang memiliki rasa pahit atau tidak enak. Selain itu, sediaan liquid juga lebih mudah
diabsorpsi oleh tubuh. Namun, sediaan liquid sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba
sehingga tumbuh jamur pada sediaan, tidak dapat dibuat untuk senyawa obat yang tidak stabil
dalam air, dan bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar ditutupi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari sirup dan elixir?

b. Apa saja komponen yang ada pada sirup dan elixir

c. Apa saja macam-macam dari sirup dan elixir?

d. Bagaimana pembuatan sirup dan elixir?

e. Bagaimana perhitungan sirup dan elixir?

f. Keuntungan dan kerugiaan sirup dan elixir?

g. Bagaimana contoh sediaan sirup dan elixir?

h. Apakah perbedaan dari sirup dan elixir?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui definisi dari sirup dan elixir

b. Mengetahui komponen-komponen yang terkandung di dalam sirup dan elixir

c. Mengetahui macam-macam sirup dan elixir

d. Mengetahui Bagaimana proses pembuatan sirup dan elixir

e. Mengetahui Perhitungan pada sirup dan elixir

f. Mengetahui keuntungan dan kelebihan sirup dan elixir

g. Mengetahui contoh dari sediaan sirup dan elixir

h. Mengetahui perbedaan antara sirup dan elixir


BAB II
ISI

2.1 Definisi
a. Sirup
Sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan mengandung sakrosa,
kecuali dinyatakan lain, kadar sakrosa, C12H22O11 tidak kurang dari 64%
dan tidak lebih dari 66,0%. (FI III, 1979).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64- 66%, kecuali dinyatakan lain
(Depkes RI, 1979).
Sirup terdiri dari dari zat aktif, pelarut, pemanis, zat penstabil,
pengawet, pengental, pewarna, pewangi, perasa, dan pengisotonis. Zat aktif
merupakan zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup. Pelarut
merupakan cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut sebagai
zat pebawa. Contoh pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol, etanol, eter.

b. Elixir
.
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 % yang
berfungsi sebagai kosolven (M.Anief, 2007). Eliksir adalah Larutan
hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan
biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Disamping alkohol dan air,
pelarut-pelarut lain seperti gliserin dan propilen glikol, sering digunakan
dalam eliksir sebagai pelarut pembantu. Eliksir dimaniskan dengan sukrosa
atau sirup sukrosa, beberapa menggunakan sorbitol, gliserin dan atau pemanis
pemanis buatan seperti seperti sakarin sakarin untuk tujuan ini. Semua eliksir
eliksir mengandung mengandung bahan pemberi pemberi rasa untuk
menambah menambah kelezatan kelezatan dan hampir semua eliksir eliksir
mempunyai mempunyai zat warna untuk meningkatkan penampilannya
(Ansel,Howard C.2008:341).
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau
sedap, mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula dan atau
pemanis lainnya, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, digunakan sebagai
obat dalam (Farmakope Indonesia Ed. III. 1979, hal 8).
2.2 Komponen
a. Komponen Sirup
Sirup terdiri dari dari zat aktif, pelarut, pemanis, zat penstabil,
pengawet, pengental, pewarna, pewangi, perasa, dan pengisotonis. Zat aktif
merupakan zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup. Pelarut
merupakan cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut sebagai
zat pembawa. Contoh pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol, etanol, eter.
Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis
ditambahkan untuk memberikan rasa manis pada sirup. Zat penstabil
dimaksudkan untuk menjaga agar sirup dalam keadaan stabil contoh dari zat
penstabil adalah antioksidan, pendapar, pengompleks. Pengawet ditambahkan
pada sediaan sirup bertujuan agar sirup tahan lama dan bisa dipakai berulang-
ulang.
Penambahan pengawet biasanya pada sediaan dengan dosis berulang.
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut corigen
coloris. Pewarna ditambahkan jika diperlukan. Penambahan pewarna biasanya
agar sediaan menjadi lebih menarik dan tidak berwarna pucat. Pewarna yang
digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain
dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan.
Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan
kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa.
Penambahan pengental dalam sediaan sirup hanya jika diperlukan. Pemberian
pewangi ditambahkan hanya jika diperlukan saja, bertujuan agar obat berbau
harum dan menutupi bau zat aktif yang kurang sedap. Contoh dari pewangi
adalah essens straw, oleum rosae, dll. Penambahan perasa ini hanya jika
diperlukan, ditambahkan jika sediaan sirup yang akan diberikan pada pasien
kurang enak atau terlalu pahit. Unsur sirup yang terakhir yaitu pengisotonis
yang biasanya ditambahkan pada sediaan steril (Van, 1990).

b. Komponen Elixir
1. Zat Aktif
Yaitu zat utama/zat berkhasiat dalam sediaan eliksir.
2. Pelarut
Yaitu cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut zat pembawa.
Pelarut utama digunakan etanol untuk mempertinggi kelarutan.
3. Pemanis dan Pewarna
Yaitu ditambahkan untuk memberikan rasa manis pada eliksir. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol & propilenglikol sebagai pengganti gula.
4. Zat Penstabil
Yaitu untuk menjaga agar eliksir dalam keadaan stabil. Penggunaan pelarut
khusus dalam kebanyakan eliksir sering diperhitungkan terhadap pertimbangan
stabilitas, tetapi diperlukan penambahan penstabilisasi, sebagai contoh
Neomisin Eliksir BPC yang diatur pH 4-5 dengan asam sitrat untuk mengurangi
timbulnya warna hitam saat penyimpanan, ditambahkan juga Na EDTA sebagai
pemisah terhadap logam yang mengkatalis penguraian antibiotik. Sebagai
pengatur pH untuk sediaan oral biasa digunakan NaOH, asam sitrat, dapar
phospat. Sedangkan sebagai antioksidan biasa ditambahkan asam askorbat
0,01-0,1% dengan pH stabilitas 5,4 dan sodium metabisulfit 0,01-1%.

5. Pengawet

Yaitu untuk menjaga agar eliksir tahan lama dan tetap stabil dalam
penyimpanan yang lama. Eliksir dengan kadar alkohol 10%-12% dapat
berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi pengawet yang dapat digunakan
Alkohol > 15% (batas max penggunaan alkohol 15%), Propilen glikol 15- 30%,
Metil paraben 0,1- 0,25%, Propil paraben 0,1- 0,25%, dan As. Benzoat 0,1-
0,5%.

Kriteria pengawet yang ideal yaitu efektif terhadap mikroba dan


berspektrum luas, stabil secara fisika, kimia, dan mikrobiologi terhadap life time
produk dan tidak toksik, cukup melarut, tersatukan dengan komponen formula
lainnya, rasa dan bau dapat diterima pada konsentrasi yang digunakan. Sebagai
pengawet dapat digunakan turunan hidroksi-benzoat, misalnya metil p-
hidroksibenzoat dan propil p- hidroksibenzoat. Pemakaian pengawet ini
didasarkan atas rentang kerja pengawet tsb pada pH 4-8. Kombinasi keduanya
sering digunakan, karena dapat memperluas spektrum kerja menjadi anti jamur
dan anti bakteri.

2.3 Macam-macam
a. Macam-macam Sirup
Berdasarkan fungsinya, sirup dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu
medicated syrup (sirup obat) dan flavoured syrup (sirup pembawa). Sirup obat
didefinisikan sebagai sirup yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Sirup obat
berupa obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain yang berupa preparat yang
sudah distandarisasi. Contohnya sirup CTM, paracetamol. Sirup pembawa biasanya
mengandung berbagai bahan aromatis atau rasa enak yang digunakan sebagai larutan
pembawa atau pemberi rasa. Salah satu contohnya adalah sirupus simplex (Ansel,
1989).

b. Macam-macam Elixir
1. Elixir obat
Elixir ini biasa digunakan untuk keuntungan dari zat obat yang ada.
Umumnya eliksir- eliksir yang resmi diperdagangkan mengandung zat obat
tunggal. Keuntungan dari satu obat tunggal yang terkandung, bahwa dosis
yang diperlukan dapat diturunkan dan dapat dinaikkan dengan meminum
eliksir lebih sedikit atau lebih banyak. Apabila zat yang terkandung lebih dari
satu zat obat dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan dan
menurunkan kadar satu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan
bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang mungkin tidak
diinginkan (Ansel, Howard C.2008:344).
Contoh elixir obat:
1. Elixir Antihistamin
2. Elixir Hipno ir Hipnotik Seda tik Sedatif Bar tif Barbiturat

2. Elixir bukan obat


Elixir ini biasa digunakan oleh ahli farmasi dalam pembuatan resep
yang dibuat segar meliputi, penambahan zat-zat obat untuk pembawa yang
memberi rasa enak dan pengencer pengencer elixir obat yang ada (Ansel,
(Ansel, Howard C.2008:344). C.2008:344).
Dalam pemilihan pemilihan pembawa pembawa untuk
senyawa-senyawa senyawa-senyawa obat, ahli farmasi farmasi harus
memperhatikan memperhatikan sendiri sendiri kelarutan dan stabilitas
kelarutan dan stabilitas senyawa obat dalam air dan alkohol. Jika pembawa
hidroalkohol dipilih, proporsi alkohol yang ada harus hanya sedikit di atas
jumlah yang diperlukan untuk mempengaruhi dan mempertahankan kelarutan
obat. Bila ahli farmasi diminta untuk mengencerkan eliksir obat yang ada,
maka eliksir bukan obat yang dipilih untuk pengencer dan harus mempunyai
konsentrasi alkohol yang kira-kira sama dengan eliksir yang akan diencerkan.
Juga, rasa dan bau khas pengencer harus tidak bertentangan dengan eliksir
obat dan semua komponen harus tercampurkan secara kimia dan fisika (Ansel,
Howard C.2008 Howard C.2008.344).
Contoh eliksir bukan obat :
1. Compound Benzaldehyde Eliksir NF
2. Iso-alcoholic Eliksir NF
3. Aromatic Eliksir NF.

2.4 Proses pembuatan


a. Sirup
Proses pembuatan sediaan sirup dibagi menjadi dua yaitu, cara pemanasan dan
cara agitasi. Apabila menggunakan cara pemanasan,cepat merupakan salah satu
kelebihan dari pembuatan sirup dengan cara pemanasan. Cara agitasi dimaksudkan
untuk memberikan ruang kepada bahan-bahan pada proses agitasi (pengocokan),
kelebihan cara ini adalah tercapainya stabilitas maksimum dan digunakan untuk bahan
yang tidak stabil pemanasanya (Arief, 1996).
Persyaratan mutu dalam pembuatan sediaan sirup, yaitu:
a. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon
ditambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
b. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan
ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
c. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 65 % sakarosa, bila lebih
tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 60 % sirup akan
membusuk.
d. Bj sirup kira-kira 1,3
e. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa (pecah menjadi glukosa dan
fruktosa) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
f. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya
gula invert.
g. Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar
bidang polarisasi kekiri.
h. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah
berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi
dari bahan obat.
i. Pada sirup yang mengandung sakarosa 60 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi
jamur, meskipun jamur tidak mati.
j. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam
resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
k. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet
misalnya nipagin.
l. Kadang-kadang gula invert dikehendaki misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti
ferrosi.Hal ini disebabkan karena sirup adalah media yang mereduksi, mencegah
bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert dipercepat pembuatannya dengan
memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.
m. Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa
dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada
pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus.
Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
n. Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih. (Voight,
R. 1991)
b. Elixir

2.5 Perhitungan

2.6 Keuntungan dan kekurangan

a. Sirup

Keuntungan:

1. Campuran yang homogen


2. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan
3. Sesuai untuk obat yang bersifat higroskopis
4. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
5. Obat lebih mudah diabsorpsi
6. Mempunyai rasa yang manis sehingga cocok untuk anak-anak
7. Mudah diberi pewangi dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk
anak

Kekurangan

1. Sediaan sirup
b. Elixir

Keuntungan:

1. Lebih mudah mudah ditelan daripada bentuk padat, sehingga dapat dapat digunakan untuk
bayi, anak-anak, dan orang tua.

2. Segera diabsorbsi karena sudah dalam bentuk larutan.

3. Obat secara homogen terdistribusi dalam seluruh sediaan

4. Bersifat hidroalkohol sehingga eliksir lebih mampu mempertahankan komponen larutan


yang larut dalam air dan larut dalam alkohol dibandingkan daripada sirup.
5. Stabilitas yang khusus dan kemudahan dalam pembuatan (lebih disukai daripada sirup)

6. Kemudahan penyesuaian dosis dan pemberian terutama pada anak-anak

7. Dosis selalu seragam (bentuk larutan) sehingga tidak perlu pengocokan .

8. Dosis dapat diubah sesuai kebutuhan penggunaannya (dari sendok takar yang digunakan).
9. Waktu absorbsi lebih cepat maka kerja obat lebih cepat (tidak butuh desintegrasi dahulu).
10. Sifat mengiritasi dari obat bisa diatasi dengan bentuk sediaan larutan karena adanya
faktor pengenceran.

11. Anak-anak dan beberapa orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul, akan lebih
mudah menelan sediaan larutan.

12. Sediaan larutan dapat dengan mudah diberi bahan pewangi, pemanis, atau pewarna untuk
meningkatkan penampilan.

Kekurangan :

1. Stabilitas dalam bentuk larutan lebih jelek dibandingkan bentuk tablet atau kapsul
terutama bila bahan mudah terhidrolisis.
2. Larutan mudah ditumbuhi mikroorganisme.
3. Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien menakar menakar.
4. Rasa obat yang kurang enak akan lebih lebih terasa dalam bentuk larutan dibanding
dalam bentuk tablet
5. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena
mengandung kadar gula yang lebih rendah sehingga kurang efektif dalam menutupi
rasa obat dibanding dengan sirup.
6. Sediaan cair umumnya kurang stabil dibandingkan bentuk sediaan padat (tablet atau
kapsul) dan ada beberapa obat yang tidak stabil dalam air.
7. Obat cairan memerlukan wadah yang besar sehingga merepotkan dibawa-bawa.
8. Beberapa obat yang mengandung bau yang kurang menyenangkan sukar ditutupi.
9. Memerlukan alat sendok untuk sendok untuk pemberian dosisnya.
10. Jika terjadi wadah obat bentuk larutan pecah maka isi akan terbuang semua.

2.7 Contoh sediaan


a. Sirup
b. Elixir

1. Eliksir parasetamol

Contoh : dapyrin, decadol elixir

2. Eliksir teofilin

contoh : bronchophylin, bufabron, brodilex, tusapres

3. Elixir piperazin sitrat contoh : ascari, combantrinneo ultraxon

4. Elixir ambroxol HCl contoh : mucopect

5. Elixir De Spa

6. Phenergan (Promethazine Eliksir)

7. Bisolvon kids

8. Suplemen makanan KIDDI

9. Curcuma Plus

2.8 Perbedaan sirup dan elixir

Anda mungkin juga menyukai