Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini tentunya perkembangan ilmu semakin
berkembang bahkan sudah mulai ke arah yang lebih maju, baik dari segi
ilmu pendidikan maupun teknologinya. Salah satunya adalah
perkembangan ilmu dan teknologi farmasi yang dapat dikatakan sudah
maju. Dimana, para farmasis saat ini sedang berlomba-lomba dalam
menciptakan dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh untuk membuat
formula-formula sediaan farmasi yang baru seperti sediaan obat dan
kosmetik dalam bentuk yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang berbeda-beda untuk memberikan rasa kepuasan kepada
masyarakat.
Tidak hanya seorang apoteker saja tetapi seorang mahasiswa
farmasi juga turut ikut andil dalam merancang dan menciptakan formula.
Dalam hal ini, mahasiswa farmasi diharuskan belajar mengenai
Teknologi Sediaan Cair dan Semi Padat untuk merancang dan
menciptakan formula dari berbagai bentuk sediaan sesuai dengan
ketentuan yang ada.
Teknologi sediaan farmasi ini merupakan suatu sarana yang
diberikan kepada mahasiswa farmasi untuk dapat mempelajari cara
merancang dan menciptakan formula-formula baru dari sediaan obat.
Sediaan obat tersebut diformulasikan dengan baik dan menarik yang
efektif dalam pemakaian dan mengandung zat obat dengan dosis tertentu
yang mampu memberikan efek terapeutik untuk menyembuhkan dengan
tokisistas yang relatif kecil dan juga memiliki keuntungan bagi konsumen
dalam hal ini adalah pasien. Salah satu contoh formulasi sediaan yang
beredar dipasaran saat ini adalah sediaan Larutan yaitu Syrup.
Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan
campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua


komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan
pelarut (solvent).
Sediaan obat berbentuk larutan atau dalam farmasetika disebut
sediaan cair misalnya sirup, spirit, eliksir, air aromatik, tingtur, infusa dll.
Penggunaan obat dalam bentuk sediaan cair sangat dibutuhkan oleh
masyarakat terutama bagi bayi, anak-anak dan orang tua yang sulit
mengkonsumsi obat dalam bentuk padat (Anonim,2011).
Dalam Farmakope Indonesia edisi III, sirup adalah sediaan cair
berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar
sakarosa, C
12
H
22
O
11
, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%
(Ansel,1989).
Khususnya dalam percobaan kali ini sediaan larutan berupa syrup
zat aktifnya adalah Paracetamol (Acetaminophen) yang merupakan obat
analgesik dan antipiretik.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dalam percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami cara memformulasi dan pembuatan syrup
paracetamol (Acetaminophen) disertai dengan evaluasinya.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan metode pembuatan yang cocok untuk syrup
paracetamol (Acetaminophen).
2. Untuk mengamati uji evaluasi larutan yaitu syrup paracetamol
(Acetaminophen) melalui uji organoleptik, uji pH larutan, uji densitas
larutan, uji volume terpindahkan, dan uji viskositas







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori
II.1.1 Definisi
Dalam Farmakope Indonesia edisi III, sirup adalah sediaan cair
berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar
sakarosa, C
12
H
22
O
11
, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan
atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh
dengan sukrosa). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok
yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat pewangi, merupakan larutan
jernih berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol
yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi
pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat
(Anonim, 1978).
II.2.2 Komponen Sirup
a. Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat
dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi
dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi
misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sedangkan yang berkalori
rendah seperti laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan
agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau
jamur.



c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan
atau bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup
mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi
rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma
ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan
wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan
sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak
bereaksi dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil
dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari
sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan.
Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan
mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan
stabilisator.
II.2.3 Jenis Jenis Sirup
Ada 3 macam sirup, yaitu:
1. Sirup simpleks: mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25%
b/v.
2. Sirup obat: mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung zat
pewangi atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini
adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak enak.
II.2.4 Keuntungan dan Kerugian Sirup
a) Keuntungan
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut,
parkinson, anak - anak).


2. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak -
anak karena rasanya lebih enak dan warna lebih menarik.
3. Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent.
b) Kerugian
1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya
campuran/kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang
sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien. Sehingga dokter anak
lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk
pasien.
3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya
sangat pahit (sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya
dibentuk tablet effervescent).
4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya
dibuat suspense atau eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter
anak karena mengandung alcohol, suspense stabilitasnya lebih
rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent yang
digunakan.
5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily,
biasanya dibentuk emulsi yang mana stabilitas emulsi lebih
rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent yang
digunakan).
6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan
(biasanya dibuat sirup kering yang memerlukan formulasi khusus,
berbentuk granul, stabilitas setelah dilarutkan haInya beberapa
hari).
7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan
kemasan yang khusus pula.
II.2 Analisis Permasalahan Zat Aktif dan Sediaan
Kelarutan dari paracetamol sukar larut dalam air dingin, namun
mudah larut dalam air mendidih. Sementara untuk sediaan sirup,


diharapkan zat aktif larut dalam air, maka dari itu dalam cara kerja
paracetamol dilarutkan dalam air mendidih (Codex, 987).
Pemerian dari paracetamol yaitu berasa sedikit pahit. Untuk menutupi
rasa pahit digunakan pemanis sintesis yaitu saccharin yang memiliki
rasa manis yang intens (HOPE edisi 6, 605).
Range pH dari paracetamol sangat sempit yaitu 5,3-6,5. Menurut
Houngton, jarak pH yang saling berdekatan akan mempengaruhi
stabilitas dari zat itu sendiri, maka dari itu dalam sediaan ini
digunakan larutan penyangga yaitu asam sitrat dan natrium sitrat
(Houngton, 1995).
Paracetamol mudah terurai oleh cahaya, maka dari itu dalam formulasi
ini kami menggunakan botol sirup berwarna cokelat sebagai kemasan
primer (FI IV, 649).
Ditinjau dari pemerian, paracetamol merupakan serbuk hablur putih,
tidak berbau dan sedikit berasa pahit. Maka, untuk meningkatkan
penampilan ditambahkan pewarna dan pengaroma (FI III, 37).

















BAB III
PENDEKATAN FORMULA

III.1 Alasan
1. Pengawet
- Natrium benzoat
Natrium benzoat digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik makanan dan minuman serta obat- obatan. Hal ini
digunakan dalam konsentrasi dari 0,02%- 0,5% dalam obat-
obatan oral ( HOPE edisi 6
th
, 627)
- Kalium benzoat
Larut dalam air dan alkohol, efektivitas sebagai pengawet pada
range ph 4,2. Batas maksimum penggunaan 1 g/kg sebagai sirup (
analisis & aspek kesehatan bahan tambahan pangan, 19)
- Asam sorbet
Berupa serbuk hablur putih, mengalir bebas & baunya khas, sukar
larut dalam air serta larut dalam etanol & dalam eter ( analisis &
aspek kesehatan bahan tambahan pangan, 19)
2. Pewarna
- Eritrosin
Eritrosin tidak di anggap berbahaya untuk produk kesehatan yang
di izinkan hingga persedian habis (HOPE 6
th
)
Jumlah zat pewarna yang telah di tambahkan di dalam suatu
formula berkisar antara 0,1-3,5% (Effionora, 293)
Eritrosin di gunakan sebagai coloring agent (Martindale, 427)
- Tartrazin
Larut di 1gr dalam 6 mL air, memberikan larutan kuning emas
agak larut dalam etanol, tidak larut dalam minyak nabati, tidak di
pengaruhi oleh asam atau basa dalam larutan netral.
Konsentrasi 0,0005%-0,001%


Di gunakan sebagai pewarna dalam makanan, minuman dan
sediaan farmasi ( Martindale, 2007 ; RPS, 1289).
- Pandan
Pandan merupakan salah satu pewarna alam yang dapat
menghasilkan warna hijau, namun pewarnaan alami ini sangat
terbatas sehingga jarang digunakan dibandingkan pewarna
sintesis (Effionora, 293-294).
Konsentrasi 0,1-3,5%
3. Pengaroma
- Flavor alami (Madu)
Madu merupakan salah satu jenis pewarna alami untuk sediaan
farmasi yang baik digunakan dalam bentuk cair maupun padat.
Pengaroma alami biasa ditambahkan sedikit demi sedikit hingga
dapat menutupi rasa tidak enak pada sediaan. Namun pengaroma
khususnya madu beresiko terkontaminasi mikroba (Effionora,
289).
- Pengaroma dalam betuk essence
Pengaroma ini merupakan pengaroma yang sering digunakan
dalam sediaan farmasi, berupa padatan atau cairan. Bentuk fisik
khas, penutup rasa ini berupa minyak essensial (dalam ekstrak
cair, truktura, destilat, dsb) (Effionora, 290).
Konsentrasi yang biasa digunakan pada pengaroma bentuk
essence yaitu 0,5%.
- Menthol
Memberikan sensasi dingin, menthol sukar larut dalam air, sangat
mudah larut dalam etanol 95%.
Berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna bau tajam seperti
minyak permen. (FI III, 362).
Konsentrasi menthol pada penggunaan oral yaitu 0,005-0,015%
(HOPE 6
th
, 433)



- Citrus oil
Cairan warna kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas
aromatik, rasa pedas dan agak pahit.
Digunakan sebagai pengaroma.
4. Pemanis
- Sukrosa
Sukrosa merupakan pemanis yang paling umum digunakan dalam
formulasi sediaan, yang digunakan dalam melalui mulut.
Konsentrasi sukrosa sebagai pemanis 67%.
- Aspartam
Asmpartam merupakan bahan pemani buatan dengan rasa manis
180 kali lebih manis dibandingkan sukrosa dan dapat digunakan
dalam cairan
Namun aspartam kurang stabil pada kondisi lembab sehigga tidak
bisa digunakan dengan komponen yang higroskopis
Konsentrasi pemanis buatan dalam larutan oral berkisar 10-50%
(Effionora, 285).
- Sakarin
Sakarin merupakan pemanis yang rendah kalori dibandingkan
sukrosa, sakarin memiliki kestabilan dalam asam & dalam panas
sangat baik dibandingkan sukrosa (Ansel, 171)
Sakarin memiliki sifat yang stabil, non karsinogenik, harganya
relatif murah ( analisis & aspek kesehatan bahan tambahan
pangan, 73)
Sodium sakarin adalah pemanis buatan yang digunakan dalam
produk makanan dan formulasi farmasi seperti tablet, serbuk,
suspensi, larutan dan obat kumur. Sodium sakarin jauh lebih kuat
dalam air dibandingkan dengan sakarin. Daya manis sekitar 300-
600 kali dari sukrosa dan lebih sering digunakan dalam sediaan
farmasi.


Konsentrasi sodium sakarin yang digunakan sebagai oral yaitu
0,04%-0,25% ( HOPE 6
th
, 608)
5. Larutan penyangga
- Asam sitrat
Asam sitrat banyak digunakan dalam formulasi farmasi dan
produk makanan, terutama untuk mencampur pH larutan (Hope
6
th
,181).
Kategori fungsi dari agen sitrat sebagai agen penyangga dengan
konsetrasi 0,1-0,2% (Hope, 181).
- Natrium sitrat
Sebagai buffer yang digunakan dalam sediaan farmasi berasal dari
karbonat, sitrat, laktat, fosfat atau tartat.
Konsentrasi natrium sitrat sebagai penyangga yaitu 0,3% - 2 %
(HOPE 6
th
, 641)
III.2 Uraian Bahan
1. Parasetamol (FI III Hal: 37)
Nama resmi : Acetaminophen
Sinonim : Paracetamol, paracetamolum
BM : 151,16
RM : C
8
H
5
NO
2
Struktur Kimia :




Pemerian : Serbuk hablur, putih,tidak berbau, rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH,
mudah larut dalam etanol
Titik lebur : 168
o
C 172
o
C
PH : 3,8-6,1


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Khasiat : Analgesik, antipiretik
2. Natrium Benzoat (FI IV,584)
Nama resmi : Natrii Benoas
Nama Sinonim : Natrium benoat
Berat molekul : 144,11
Rumus molekul : C
7
H
5
NaO
2
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau
praktis tidak berbau; stabil diudara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
dan lebih mudah larut dalam etanol 90%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pengawet
3. Sakarin (FI IV,748)
Nama resmi : Saccharinum
Nama Sinonim : Sakarin
BM : 183,18
RM : C
7
H
5
NO
3
S
Pemerian : Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau
aromatik lemah. Larutan encer sangat manis.
Larutan bereaksi asam terhadap lakmus.
Kelarutan : Agak sukar larutan dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter; sukar larutan dalam etanol. Mudah
larut dalam larutan amonia encer, dalam larutan
alkali Nhidroksida dan dalam alkali karbonat
dengan pembentukan karbondioksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Pemanis
4. Asam Sitrat (FI IV, 48)
Nama resmi : Acidum Citricum
Nama Sinonim: : Asam Sitrat


Berat molekul : 192,12
Rumus molekul : C
6
H
8
O
7

Pemerian : Hablur bening tidak berwarna atau serbuk hablur
granul sampai halus, putih; tidak berbau atau
praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk
hidrat mekar dalam udara kering.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam
etanol; agak sukar larutndalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Bahan dasar pendapar
5. Natrium Sitrat (FI IV, 588)
Nama resmi : Natrii Citras
Nama Sinonim : Natrium Sitrat
BM : 258,07
RM : C
6
H
5
NAO
7

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih.
Kelarutan : Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat
mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Bahan dasar pendapar
6. Aqua Destillata (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aqua Dest
Nama Sinonim : Air suling
RM/BM : H
2
O/18,02
Rumus struktur :


Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai
Rasa
Kelarutan : Tidak mempunyai kelarutan karena secara


umumnya air merupakan pelarut dan pembanding
suatu larutan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
7. Oleum citri
Nama Resmi : Oleum Citri
Nama Sinonim : Minyak jeruk, Lemon oil
Pemerian : Cairan warna kuning pucat atau kuning kehijauan,
Bau khas aromatik, rasa pedas dan agak pahit
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh,
Terlindung dari cahaya, di tempat sejuk
Kegunaan : Pengaroma
8. Tartrazine (Martindale,567)
Nama resmi : Tartrazine
Nama lain : Tartrazin, Tartracina
RM/BM : C
12
H
3
N
9
Na
3
O
4
I
2
/534,4
Pemerian : Serbuk kuning jingga.
Kelarutan : 1 gram dlm 6 bagian air, larutan kuning emas agak
larut dalam etanol, tidak larut dalam minyak
nabati, tidak dipengaruhi oleh asam dan basa atau
larutan dalam netral atau cahaya
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pewarna










BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN

IV.I Formulasi
Paracetamol 120 mg/5 ml
Sakarin 0,5 %
Tartazin 0,1%
Asam sitrat 0,15 g
Natrium sitrat 3,94 g
Natrium benzoat 0,02%
Citrus oil q.s
Aqua destillata ad 60 ml
IV.2 Perhitungan
a. Perhitungan dosis
Menurut farmakope Indonesia edisi III, untuk anak-anak yang
berumur 5-10 tahun, dosis lazim acetaminophen (paracetamol) dalam
pemakaian sekali 100-200 mg dan dalam sehari 400-800 mg sehingga
menggunakan rumus young =


x DM
b. perhitungan dosis dan aturan pakai DI = 50-100/ 200-400
- untuk anak-anak usia 1-5 tahun
sekali = sendok the (2,5 ml) = 60 ml
sehari = 4 x sendok teh = 4x60 mg = 240 mg < 400 mg
% =

x 100%
= 60 % tidak OD
- untuk anak- anak 5-12 tahun
sekali = sendok the (2,5 ml) = 60 mg
sehari = 4 x sendok teh = 240 mg
jadi, anak-anak umur 12 tahun aturan pakai = 4x sendok teh
c. perhitungan bahan
- zat aktif (paracetamol) =

x 120 mg = 4,8 g


- Tartazin =

x 200 ml = 0,2 g
- Natrium benzoat =

x 200 ml = 0,04 g
- Sakarin =

x 200 ml = 1 g
- Asam sitrat = 0,15 g
- Natrium sitrat = 3,94 g
- Citrus oil q.s
- Aqua destillata ad =100 ( 4,8 g+0,2 g+0,04 g+1 g+0,15 g
+3,94 g)
=100-10,13
= 89,87 %
=

x 200 ml
= 179,74 ml




















BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI

V.1 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Digerus dan ditimbang paracetamol sebanyak 4,8 g kemudian
dilarutkan dalam air panas
4. Digerus dan ditimbang asam sitrat 0,15 g dan natrium sitrat 3,94 g dan
dilarutkan dalam air
5. Digerus dan dilarutkan tartazin 0,2 g dan dilarutkan dalam air hingga
larut
6. Digerus dan ditimbang natrium benzoat 0,04 g dan dilarutkan dalam
air hingga larut
7. Digerus dan ditimbang sakarin 1 g dan dilarutkan dalam air hingga
larut
8. Dimasukkan semua larutan kedalam wadah dan dilarutkan dalam air
hingga larut
9. Ditambahkan citril oil secukupnya
10. Dikalibrsi botol
11. Dimasukkan kedalam botol
12. Dievaluasi sediaan











V.2 Evaluasi
Waktu Evaluasi Pengamatan
T
0

Uji organoleptis
Warna : Kuning
Bau : Jeruk
Rasa : Sedikit pahit
Kejernihan : Jernih
Uji pH larutan pH = 6
Uji densitas larutan
Bj = 1,016 g/ml
Rj = 1,016 g/ml
Uji viskositas larutan = 0,016
Uji volume terpindahkan
- Untuk 90% = 58,14%
- Untuk 95% = 55,08%
T
1

Uji organoleptis
Warna : Kuning
Bau : Jeruk
Rasa : Sedikit pahit
Kejernihan : Jernih
Uji pH larutan pH = 5
Uji densitas larutan
Bj = 1,016 g/ml
Rj = 1,016 g/ml
Uji viskositas larutan = 0,039
Uji volume terpindahkan
- Untuk 90% = 58,14%
- Untuk 95% = 55,08%
T
2

Uji organoleptis
Warna : Kuning
Bau : Jeruk
Rasa : Sedikit pahit
Kejernihan : Jernih
Uji pH larutan pH = 5
Uji densitas larutan
Bj = 1,016 g/ml
Rj = 1,016 g/ml
Uji viskositas larutan = 0,055
Uji volume terpindahkan
- Untuk 90% = 58,14%
- Untuk 95% = 55,08%
T
3

Uji organoleptis
Warna : Kuning
Bau : Jeruk
Rasa : Sedikit pahit
Kejernihan : Jernih
Uji pH larutan pH = 5
Uji densitas larutan
Bj = 0,972 g/ml
Rj = 0,972 g/ml


Uji viskositas larutan = 0,072
Uji volume terpindahkan
- Untuk 90% = 58,14%
- Untuk 95% = 55,08%
T
4

Uji organoleptis
Warna : Kuning
Bau : Jeruk
Rasa : Sedikit pahit
Kejernihan : Jernih
Uji pH larutan pH = 5
Uji densitas larutan
Bj = 0,88 g/ml
Rj = 0,88 g/ml
Uji viskositas larutan = 0,082
Uji volume terpindahkan
- Untuk 90% = 58,14%
- Untuk 95% = 55,08%
T
5

Uji organoleptis
Warna : Kuning
Bau : Jeruk
Rasa : Sedikit pahit
Kejernihan : Jernih
Uji pH larutan pH = 5
Uji densitas larutan
Bj = 0,864 g/ml
Rj = 0,864 g/ml
Uji viskositas larutan = 0,088
Uji volume terpindahkan
- Untuk 90% = 58,14%
- Untuk 95% = 55,08%















BAB VI
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan percobaan pembuatan sediaan sirup
dengan menggunakan parasetamol sebagai zat aktif. Paracetamol/
Asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101% C
8
H
9
NO
2
. Merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, mudah larut
dalam air mendidih, mudah larut dalam etanol (95%)P larut dalam Natrium
hidroksida 1 N. Khasiat parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik
(Triparti Y, 2009; Depkes RI, 1995).
Adapun yang harus dilakukan sebelum membuat sediaan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Semua alat yang akan digunakan dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan kapas yang diberi alkohol 70% agar alat yang
akan digunakan tersebut terbebas dari mikroba atau bakteri, kemudian
menimbang semua bahan yang digunakan dengan menggunakan neraca
analitik, dan membuat stok larutan air yang bertidak sebagai pembawa dari
sediaan sirup, dengan volume 204 ml.
Pada pembuatan sirup ini digunakan Paracetamol 120 mg. Menurut
Codex kekuatan dosis paracetamol sebagai antipiretik dan analgesik
120mg/5ml. (Codex,987).
Asam sitrat dan natrium sitrat dalam sirup ini berperan sebagai larutan
penyangga, sebab ditinjau pH dari Parasetamol memiliki range pH yang
lumayan sempit yaitu 5,3 6,5. Menurut Houston, peneliti dari Universitas
Columbia, bahwa jika jarah pH yang saling berdekatan dapat mempengaruhi
stabilitas dari zat itu sendiri. (Codex,987; Houston, 1995).
Menurut Farmakope III Indonesia sifat fisik dan kimia parasetamol,
memiliki rasa yang pahit, serbuk putih, dan tidak berbau. Untuk menutupi
rasa pahit, dalam sirup ini kami menggunakan pemanis sintetis berupa
sakarin yang memiliki 10x tingkat lebih manis dibandingkan pemanis
sukrosa, konsentrasi sakarin sebagai pemanis 0,5 %, serta kami
menggunakan pengaroma Citric oil, dan pewarna tartrazin untuk membuat


tampilan sediaan agar terlihat menarik. Tartrazin dan Citric oil menurut
Rowe dalam bukunya excipient handbook 2003
th
, tartrazin dan citric oil
telah diizinkan oleh FDA sebagain bahan tambahan makanan dan sediaan
farmasi lainnya dengan konsentrasi yang ditentukan yaitu 0,1%. Karena sirup
merupakan sediaan cair atau larutan maka mudah untuk ditumbuhi oleh
mikroba, maka dibutuhkan pengawet yang dapat mencegah pertumbuhan
mikroba, dalam sirup ini kami menggunakan Metil paraben sebagai pengawet
dengan konsentrasi 0,05 %. (Codex, 987;Rowe et,al 2003;Farmakope
Indonesia III, 37; Effionora,87).
Langkah pertama yang dilakukan adalah dilarutkan parasetamol 4,8 g
dan metil paraben 0,05 g kedalam air panas secukupnya hingga larut, air yang
digunakan diambil dari air stok yang telah disediakan (Campuran A). Alasan
metil paraben dan paracetamol dilarutkan dalam air panas, karena kelarutan
dari metil paraben lebih mudah larut dalam 20 bagian air panas (Farmakope
III, 376; Codex 987).
Langkah selanjutnya digerus dan dilarutkan asam sitrat 0,15 g, natrium
sitrat 3,94 g, tartrazin 0,2 g, sakarin 1,02 g, dan metil paraben 0,05 kedalam
air secukupnya hingga larut, air yang digunakan diambil dari air stok yang
telah disediakan (Campuran B).
Kemudian campuran larutan B dimasukan kedalam campuran larutan A,
kemudian diaduk hingga menjadi suatu larutan yang homogen atau tercampur
merata. Setelah itu dimasukan 100 ml kedalam kemasan yang telah diberi
etiket, dan sisanya digunakan sebagai bahan evaluasi selama 7 hari.
Dari hasil evaluasi selama 7 hari (t
0
-t
7
) sirup parasetamol memiliki
kestabilan yang bagus, tidak terdapat perbandingan yang signifikan, dari uji
Bj, viskositas, pH, volume terpindahkan maupun dari segi organoleptis
(warna, rasa dan bau), sehingga parasetamol cocok untuk dibuat dalam
sediaan sirup.





BAB VII
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Metode yang cocok digunakan dalam pembuatan larutan yaitu syrup
adalah metode campuran karena parasetamol tidak memiliki perlakuan
yang khusus.
2. Dari hasil evaluasi selama 7 hari (t
0
-t
7
) sirup parasetamol memiliki
kestabilan yang bagus, tidak terdapat perbandingan yang signifikan,
dari uji Bj, viskositas, pH, volume terpindahkan maupun dari segi
organoleptis (warna, rasa dan bau), sehingga parasetamol cocok untuk
dibuat dalam sediaan sirup.

V.2 Saran
Untuk alat-alat maupun bahan-bahan di laboratorium teknologi
sediaan cair dan semi padat lebih dilengkapi.














DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta: UI press

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: PT. Bumi aksara

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Dirjen POM. 1989. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex. London: The Pharmaceutical Press

Sean, C. 2009. Handbook Martindale Edition 35
th
. London: Pharmaceutical press

Snow,E,K,dkk. 2010. AHFS Drug Information 1-4 Berhesda. Mangcand:
American Society Of Health System Pharmacist

Anda mungkin juga menyukai