Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut ( zat )
terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solvent. Komposisi zat
terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah
padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan
dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon
dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam
cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan
padat, misalnya aloi ( campuran logam ) dan mineral tertentu.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat
terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan
dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan
bagian per juta ( part per million, ppm ). Sementara itu, secara kualitatif,
komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer ( berkonsentrasi rendah )
atau pekat ( berkonsentrasi tinggi ).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa definisi dari larutan oral?
2. Apa saja macam-macam larutan oral?
3. Apa kekurangan dan kelebihan dari larutan oral?

1
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi larutan oral
2. Untuk mengetahui macam-macam larutan oral
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari larutan oral

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Larutan Oral
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air.
Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat
aktif atau lebih yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air
sebagai pelarut. Perbedaan potio dan larutan (solutio) adalah potio
merupakan sediaan cair untuk konsumsi obat secara oral, sedangkan
larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa digunakan secara oral,
topikan,parenteral dan sebagainya.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut. Kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.
Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat
yang tertera pada Injectiones. Wadah harus dapat dikosongkan dengan
cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter. ( Farmakope Indonesia edisi III).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia yang
terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain.
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut. ( Buku
Ilmu Meracik Obat ).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. ( Buku Ilmu Resep)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang telarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-
molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan
sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau

3
dicampur. ( Farmakope Indonesia edisi IV ). Berikut salah satu pembagian
larutan berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV :
1. Larutan Oral
Larutan oral yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-
air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan langsung secara
oral kepada pasien atau dalam bentuk lebih pekat yang harus
diencerkan lebih dulu sebelum diberikan. Larutan oral yang
mengandung sukrosa atau gula dalam kadar tinggi, dinyatakan sebagai
Sirup.

Macam-macam larutan oral :


1. Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti
gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel,
1989). Ada 3 jenis sirup, yaitu :
- Sirup simplex : mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin
0,25 % b/v
- Sirup obat : mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau
tanpa zat tambahan  digunakan untuk pengobatan
- Sirup pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung
zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini
bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak
enak.
Sebagian besar sirup mengandung komponen-komponen berikut
didamping air murni dan semua zat yang ada. Komponen sirup terdiri
dari :
- Zat Aktif, adalah zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan
sirup.
- Zat Pelarut

4
Pelarut adalah cairan yang dapat melarutkan zat
aktif atau biasa disebut sebagai zat pebawa. Contoh pelarut
adalah air, gliserol, propilenglikol,etanol,eter, dll.
- Zat Pemanis
Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu
sirup, pemanis ditambahkan untuk memberikan rasa manis
pada sirup. Karena sirup identik dengan rasa manis. Contoh
dari pemanis adalah sukrosa.
- Zat Penstabil
Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar
sirup dalam keadaan stabil contoh dari zat penstabil adalah
antioksidan, pendapar, pengkompleks, dll.
- Zat Pengawet
Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan
agar sirup tahan lama dan bisa di pakai berulang- ulang.
Penambahan pengawet biasanya pada sediaan dengan dosis
berulang. Pengawet yang dapat digunakan pada sediaan
sirup antara lain adalah sodium benzoat, metil paraben dan
propil paraben.
- Zat Pewarna
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup
atau biasa disebut corigen coloris. Pewarna ditambahkan
jika diperlukan. Penambahan pewarna biasanya agar
sediaan menjadi lebih menarik dan tidak berwarna pucat.
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan
tidak bereaksi dengan komponen lain dalam syrup dan
warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan.
Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama
tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Contoh pewarna
yang dapat digunakan pada sediaan sirup antara lain adalah

5
sunset yellow dan tartrazine yang akan memberikan warna
kuning. Warna sirup harus menyesuaikan dengan perasa
yang ditambahkan.
- Zat Perasa
Penambahan perasa ini hanya jika diperlukan,
ditambahkan jika sediaan sirup yang akan di berikan pada
pasien kurang enak atau terlalu pahit. Perasa dan pewarna
harus sesuai. Hampir semua sirup disedapkan dengan
pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari
alam seperti minyak-minyak menguap (Contoh : minyak
jeruk), vanili,dan lain-lainnya. Untuk membuat sirup jamin
yang sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan air,
pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang
cukup. Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecil alkohol
ditambahkan ke sirup untuk menjamin kelangsungan
kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya dalam air
buruk.
Adapun keuntungan dan kerugian pada sediaan obat sirup :

 Keuntungan :
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia
lanjut, parkinson, anak - anak).
2. Obat terlarut lebih mudah diabsorpsi.
3. Pendosisan fleksibel.
4. Varian rasa obat banyak.
5. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama
pada anak-anak, karena rasa lebih enak dan warna lebih
menarik.

6
 Kerugian :
1. Tidak cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk
larutan.
2. Formulasi sulit untuk bahan berkelarutan rendah.
3. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air
(biasanya dibuat suspense atau eliksir).
4. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup
Sediaan sirup jarang yang berisi zat tunggal,
pada umumnya campuran atau kombinasi beberapa zat
berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak
dibutuhkan oleh pasien. Sehingga dokter anak lebih
menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk
pasien.
5. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak
misalnya sangat pahit (sebaiknya dibuat kapsul),
rasanya asin (biasanya dalam bentuk tablet
effervescent).
6. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air
(biasanya dibuat suspence atau eliksir). Eliksir kurang
disukai oleh dokter anak karena mengandung alkohol,
suspense stabilitasnya lebih rendah tergantung ormulasi
dan suspending egent yang digunakan.
7. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak.

2. Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya
terdiri dari bulatan – bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke
seluruh pembawa yang tidak tercampur. (Ansel, Howard. 2005.
Hal 6).
Emulsi adalah dua fase yang salah satu terdipersi dalam
cairan lain dalam bentuk tetesan kecil ( FI IV)

7
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair
tau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (IMO Hal 132)
 Komponen – komponen emulsi
a. Komponen Dasar
Komponen dasar adalah pembentuk emulsi yang
harus terdapat di dalam emulsi. Terdiri atas :
- Fase Disperse/Fase internal, zat cair yang
terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat
cair lain.
- Fase kontinue/Fase external, zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.
- Emulgator, bagian dari emulsi yang berfungsi
untuk menstabilkan emulsi. Emulgator terdiri
dari :
1. Emulgator alam
Adalah emulgator yang diperoleh dari alam
tanpa disertai proses yang rumit. Emulgator ini
terbagi menjadi 3 bagian :
a. Tumbuh – tumbuhan : gom arab,
tragacant, agar – agar, chondrus
b. Hewani : gelatin, kuning telur, kasein,
dan adeps lanae
c. Tanah dan mineral : Veegum/magnesium
alumunium silikat
2. Emulgator Buatan
Contoh : sabun, tween ( 20, 40, 60, 80 ),
span ( 20, 40, 80 )

8
b. Komponen Tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik,
misalnya corrigen saporis, corrigen odoris, colouris,
preservative (pengawet), antioksidan, zat pengental.
 Tipe Emulsi
1. Emulsi tipe O/W (oil in water)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak
yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase
internal danair sebagai fase external
2. Emulsi tipe W/O (water in oil)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang
tersebar ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan
minyak sebagai fase external.
 Teori Terjadinya Emulsi
1. Teori Tegangan Permukaan ( Surface Tension )
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan
tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya
kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut
dinamakan tegangan permukaan. Semakin tinggi
perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang
mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah
untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan
bertambah dengan penambahan garam – garam
anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organik
tertentu antara lain sabun.
Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan
emulgator akan menurunkan dan menghilangkan
tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas

9
sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah
bercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji ( Oriented Wedge )
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua
kelompok yaitu :
Kelompok hidrofilik yaitu bagian dari emulgator yang
suka pada air, dan kelompok lipofilik yaitu bagian yang
suka pada minyak.
3. Teori Interparsial Film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap
pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk
lapisan film yang akan membungkus partikel fase
dispers. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka
usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung
menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers
menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum
pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :
- Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi
lunak.
- Jumlahnya cukup untuk menutup semua
permukaan partikel fse dispers.
- Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan
menutup semua permukaan partikel dengan
segera.
4. Teori Electric Double Layer (Lapisan Listrik Ganda)
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis
air yang berhubungan dengan permukaan minyak akan
bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
bermuatan yang berlawanan dengan lapisan
didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang

10
saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak
setiap usaha dari partikel minyak yang akan
menggandakan penggabungan menjadi satu molekul
besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi
sesama partikel akan tolak menolak dan stabilitas
emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik
disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini.
a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada
permukaan partikel
b. Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan
disekitarnya.
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan
disekitarnya.
 Cara membedakan tipe Emulsi
1. Test pengenceran tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu
emulsi akan bercampur dengan yang menjadi fase
luarnya. Misalnya suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi
ini akan mudah diencerkan dengan penambahan air.
Begitu pula sebaliknya denga tipe a/m.
2. Test Kelarutan Pewarna
Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman
disperse pewarna dalam emulsi jiak pewarna larut
dalam fase luar dari emulsi. Misalnya amaranth, adalah
pewarna yang larut air, maka akan terdispersi seragam
pada emulsi tipe m/a. Sudan III adalah pewarna yang
larut minyak, maka akan terdispersi seragam pada
emulsi tipe a/m.
3. Test Creaming (Arah pembentukan Cream)
Creaming adalah proses sedimentasi daritetesan-
tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase

11
internal dan fase eksternal. Jika densitas relatif dari
kedua fase diketahui, pembentukan arah cream dari fase
dispers dapat menunjukan tipe emulsi yang ada. Pada
sebagian besar sistem farmasetik, densitas fase minyak
atau lemak kurang dibandingkan fase air, sehingga jika
terjadi cream pada bagian atas, maka emulsi tersebut
adalah tipe m/a. Jika emulsi cream terjadi pada bagian
bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m.
4. Test Konduktivitas Elektrik
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau
larutan berair mampu menghantarkan listrik, dan
minyak tidak dapat menghantarkan listrik. Jika suatu
elektroda diletakkan pada suatu sistem emulsi,
konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi tersebut
tipe m/a, dan begiru pula sebaliknya pula emulsi tipe
a/m.
5. Test Flurosensi
Sangat banyak yang dapat berflurosensi jika
terpapar sinar ultraviolet. Jika setetes emulsi diuji
dibawah paparan sinar ultraviolet dan diamati dibawah
mikroskop. Menunjukkan seluruh daerah berflurosensi
maka tipe emulsi itu adalah a/m, jika emulsi tipe m/a,
maka flurosensi hanya berupa noda.
 Kestabilan emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti
dibawah ini:

a. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua


lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers
lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming

12
bersifat reversible artinya bila dikocok perlahan-
lahan akan terdispersi kembali.

b. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya


emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan
butir minyak koalesen (menyatu). Sifatnya
irreversibel (tidak bisa diperbaiki).
3. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. (Farmakope IV 1995. Hal
17).
Suspensi Oral adalah sediaaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. (Farmakope IV 1995.
Hal 18).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
(anief, Moh. 2004. Hal 149).
Suspensi adalah sediaan yang mengndung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.
Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang. (Anonim a. 1979. Hal 32)
Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa
suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi kedalam fase cair serta
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan
dituang.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan
penambahan bahan pengaroma.

13
Syarat – syarat suspensi yaitu zat redispersi harus halus dan tidak
boleh mengendap. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.
Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi.
Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dkocok atau
sedia dituang (Anonim b. 1995)

4. Eliksir
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang
berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi
kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4% dan biasanya
eliksir mengandung etanol 5-10%. Untuk mengurangi kadar etanol
yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain
seperti gliserin, sorbitol dan propilen glikol. Bahan tambahan yang
digunakan antara lain pemanis, pengawet, pewarna, dan pewangi,
sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap sebagai pengganti gula
dapat digunkan sirup gula.
Eliksir merupakan sediaan berupa larutan yang mempunyai
rasa dan bau sedap serta mengandung zat tambahan seperti gula atau
pemanis lainnya, zat pewangi dan pengawet (Dep Kes RI, 1979)
sedangkan dalam arti lain, eliksir juga dapat diartikan dengan sediaan
jernih dan manis yang merupakan larutan hidroalkoholik terutama
untuk pemakaian oral serta biasanya beraroma (Dep Kes RI, 1955).
 Komponen – komponen eliksir yaitu :
1. Zat Aktif
Zat aktif adalah zat utama atau zat berkhasiat dalam sediaan
eliksir.
2. Pelarut
Pelarut merupakan cairan yang dapat melarutkan zat
aktif atau biasa disebut sebagai zat pembawa. Pelarut utama
yang digunakan yaitu eanol untuk mempertnggi kelarutan.
3. Pemanis

14
Pemanis merupakan zat tambahan untuk memberikan
rasa manis pada eliksir. Dapat ditambahakan gliserol, sorbitol,
dan propilen glikol sebagi pengganti gula atau sukrosa.
4. Zat penstabil
Zat penstabil adalh zat tambahan untuk menjaga eliksir
dalam keadaan stabil.
5. Pengawet
Pengawet merupakan zat tambahan yang digunakan
untuk menjaga agar eliksir dapat tahan lama dan tetap stabil
dalam penyimpanan yang lama. Eliksir dengan kadar alkohol
10 – 12% dapat berfungsi sebagai pengawet. (Anief, 1997)
 Ciri Khas Eliksir:
1. Mengandung alkohol 5 – 24 %
2. Rasa manis, tidak semanis sirup
3. Warna sesuai aroma
 Jenis jenis Eliksir yaitu :
1. Medicated eliksir, mengandung bahan berkhasiat obat
dan pemilihan cairan pembawa zat aktif obat dalam
sediaan eliksir harus mempertimbangkan kelarutan dan
kestabilan air dan alkohol.
2. Non Medicated, sebagai zat tambahan dan ditambahan
pada sediaan dengan tujuan dengan meningkatkan rasa.
Sebagai zat tambahan di usahakan tidak mempengaruhi
atau menghilangkan khasiat dari zat aktif. Eliksir juga
digunakan sebagai bahan pelarut yang mengandung
bahan aktif obat. (Syamsuni, 2007)

15
B. Contoh Obat dan Khasiatnya

No Nama Obat Jenis Khasiat


Obat

1. OBH Sirup Meredakan batuk,


mengeluarkan dahak,
mengurangi gejala
alergi.

2. Sanmol Syrup Sirup Mengatasi sakit kepala,


demam, pereda nyeri.

3. Actived Plus sirup Meringankan filek, dan

16
batuk gatal serta kering

4. Hufagrip Sirup Sirup Mengatasi batuk tidak


berdahak, dan gejala
filek seperti bersin-
bersin dan hidung
tersumbat

5. Woods Sirup Mengatasi batuk


berdahak dan batuk
karena bronitis atau
empisema

6. Curcuma Plus Emulsi Membantu


mempertbaiki nafsu
makanan anak
,membantu
pertumbuhantulang dan

17
gigi, meningkatkan
imun,membantu
perkembangan otak
anak.

7. Curvit Emulsi Membantu memenuhi


kebutuhan vitamin pada
masa
pertumbuhan,membant
u memperbaiki nafsu
makan.

8. Scoot Emulsion Emulsi Mendukung


pertumbuhan fisik anak,
mendukung
pertumbuhan jaringan
otak anak,mengandung
cod liver oil.

18
9. Elkana CL Emulsi Suplemen untuk
memenuhi kebutuhan
vitamin dan mineral
dalam tubuh, membantu
perkembangan otak dan
kecerdasan anak dan
menambah nafsu
makan.

10 Sanmag sirup Suspens Mengobati gangguan


. i saluran pencernaan
seperti pada maag,
perut kembung.

11 Magasida sirup Suspens Mengatasi maag, asam


. i lambung, dan mulas.

19
12 Inpepsa Suspens Mengatasi gangguan
. i pada sistem pencernaan
dengan cara melindungi
luka yang terdapat di
lambung.

13 Polysilane sirup Suspens Mengatasi sakit maag,


. i rasa panas pada uluhati
atau kerongkongan,
gastritis, perut kembung

14 Mylanta sirup Suspens Untuk mengurangi


. i gejala-gejala yang
berhubungan dengan
kelebihan asam
lambung, gastritis,
tukak lambung, tukak
usus dua belas jari,
dengan gejala-gejala
seperti mual, nyeri

20
lambung dan nyeri ulu
hati.

15 Phenergen Eliksir Mencegah rasa mual.


.

16 Bisolvon Eliksir Untuk mengobati


. gangguan pada
pernafasan yang
disebabkan oleh mukus,
misalnya batuk.

17 Batugin Eliksir Membantu mengobati

21
. penyakit batu ginjal

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan tanpa bahan pengaroma, pemanis
atau pewarna yang larut dalam air atau larut dalam kosolven air.
Larutan oral terbagi menjadi beberapa macam, yaitu sirup, emulsi,
suspensi, dan eliksir. Larutan oral juga memiliki kekurangan dan
kelebihan, diantaranya :
a. Kelebihan
- Lebih mudah ditelan daripada sediaan yang lain, sehingga dapat
lebih mudah digunakan bayi, anak – anak, dewasa, maupun usia
lanjut

22
- Segera diabsorpsi karena telah berbentuk sediaan cair (tidak
mengalami proses disintegrasi maupun pelarutan seperti pada
tablet/pil, dsb
- Obat secara hoemogen terdistribusi ke seluruh bagian sediaan
- Mengurangi resiko terjadinya iritasi lambung oleh zat - zat iritan
(Aspirin, KCl) karena larutan langsung diencerkan dalam lambung
- Lebih mudah untuk menutupi rasa dan bau tidak enak pada obat
dengan cara penambahan pemanis dan pengaroma
b. Kekurangan
- Bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk
dibawa atau diangkut dan disimpan, lebih berat.
- Stabilitas dalam bentuk cair kurang baik dibandingkan dalam
bentuk sediaan tablet, kapsul, pil, terutama apabila zat aktif/bahan
mudah terhidrolisis
- Larurtan /air merupakan media ideal mikroorganisme untuk
berkembangbiak sehingga diperlukan penambahan pengawet yang
lebih banyak disbanding sediaan tablet, pil, krim, dll
- Ketetapan dosis tergantung kemampuan pasien dalam menakar
obat
- Rasa obat yang tidak menyenangkan akan terasa lebih tidak enak
apabila dalam bentuk larutan, terutama jika tidak dibantu dengan
pemanis dan pengaroma.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan bahasan dalam makalah
ini.Semoga makalah yang kami buat dapat memberikan informasi dan
memperluas wawasan pengetahuan dalam Mata Kuliah Farmasetika
mengenai Sediaan Larutan Obat Oral, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

23
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukkan agar makalah ini
menjadi jauh lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Syamsuni, HA. 2006. Ilmu Resep. Kedokteran EGC. Jakarta
Syamsuni, HA. 2007. Ilmu Resep. Kedokteran EGC. Jakarta

24
LAMPIRAN

 Contoh obat sediaan sirup :

25
 Contoh obat sediaan emulsi :

26
 Contoh obat sediaan suspensi :

27
 Contoh obat sediaan eliksir :

28
29

Anda mungkin juga menyukai