LARUTAN Sediaan cair dirancng untuk memberikan respon terapi maksimum pada pasien
yang mengalami kesulitan dalam menelan obat tablet/ kapsl.seperti anak anak
dan lanjut usia.sediaan cair juga dirancang untuk memeberikan efek terapi
yang lebih cepat karna zat aktifnya akan cepat terabsorbsi.keuntungan lain
pemberian sediaan cair adalah pemberian dosis dapat fleksibel karna hanya
perlu menyesuaikan volume sediaan yang diberikan.
Ada dua tipe sediaan cair,yaitu larutan dan sistem dispersi.
Sediaan cair disebut larutan jika zat aktif dan komponen padat lainnya dapat
larut dalam pembawa membentuk sustu sistem yang homogen. Sementara
dispersi merupakan bentuk sediaan yang terdiri atas dua atau lebih fase,
dengan satu fase erdistribusi dalam fase lainnya. Jika sistem dispersi meruakan
zat padat ynag terdistribusai dalam cairan, maka disebut sebagai suspensi. Jika
sistem dispersi terdiri atas cairan yang terdistribusi dalam cairan laian yang
tidak saling campur disebut sebagai emulsi.
Larutan yang disebut juga solutio, adalah sediaan cairan yang mengandung
satu atau lebih bahan terlarut.Larutan terdiri dari bahan terlarut ( solute) dan
bahan pelarut ( solvent).
Sebagai Contoh larutan Gula garam,,,,jika diuraikan sebagai berikut:
1. Zat terlarut : Gula dan Garam
2. Pelarut: Air / Aqua
Menurut Farmakope sdisi IV dan V larutan adalah: sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misalnya terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang sesuai.
Molekul yang terdispersi dalam larutam yang merata akan memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur.
Bila Zat A dilarutkan dalam Air atau pelarut lain, akan terjadi tipe larutan
sebagai berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan ynag mengandung sejumlah kecil zat A yang
terlarut
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat a yang
terlarut
3. Larutan jenuh, larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang
dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan Lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah Zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya disalam air pada temperatur tertentu.
e.Litus Oris
Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara
diusapkan dalam mulut. Contoh larutan 10% borax dalam gliserin
d. Inhalation
Sediaan yang dimaksud untuk disedot mulut atau hidung.disemprotkan
dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan. Tetesan kabut harus
eragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkioli. Inhalasi
merupakan larutan dalam air atau gas.
e.Injection ( obat suntik)
f. Lavement/ clysma/ enema
Cairan yang penggunaanya melaluo rectum/ colon/ anus. Ditujukan
untuk membersihkan atau menolong sembelit atau pembersis feces
sebelum oprasi, tidak boleh mengandung zat lendir. Juga sebagai
karminativa,emolien,diagnostik,sedativa, anthelmintik. Bekerja dengan
merangsang kerja usus dipakai basis lendir mucilago amily.
9. Douche
Adalah larutan dalam air yang dimasukan dalam suatu alat kedalam
vagina,baik untuk pengobatan atau membersihkan.obat ini biasanya
mengandung bahan obat atau antiseptic.
2. Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan dimana
sebagi pelarut digunakan campuran pelarut air-etanol disebut....
Sedangkan zat terlarut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.
Misalnya, alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar
larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan
dalam farmasi umumnya adalah:
DapatlarutdalamairSemua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2,
Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut
kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
Tidaklarutdalamair semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3,
Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO,
Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
Contoh:
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut,
zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya
menghasilkan panas.
Contoh:
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas Misalnya zat KOH dan K2SO4.
5. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi
kimia.
Contohnya: kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa
tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KECEPATAN KELARUTAN
Sedangkan Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
Ukuranpartikel.
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas permukaan
solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
Suhu.
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.
Pengadukan.
Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan dibanding
jika tidak diaduk.
Formulasi larutan Berikut ini adalah dua contoh formula untuk sediaan larutan:
Formula 1 : sirup Antihistamin
Prosedur pembuatan:
1. Air sebagai pelarut atau pembawa harus dididhkan, kemudian didinginkan
dalam keadaan tertutup
2. Penimbangan zat aktif dan bahan tambahan yang diperlukan
3. Zat aktif dan bahan tambahan berbentuk serbuk dihaluskan dalam mortir
4. Melatutkan zat aktif dengan cara penambahan zat aktif sedikit sedikit
kedalam sejumlah volume pelarut sambil diasuk sampai larut sempurna
5. Bahan tambahan dilarutkan dengan cara yang sama kedalam sebagian
pelarut, volume pelarut ditentukan berdasarkan kelarutan bahan yang
ditambahkan.
6. Pencampuran bahan bahan yang sudah larut satu oersatu dan aduk sampai
homogen.
7. Penambahan pewarna dan pemberi rasa dalam keadaan terlarut dalam
pelarut yang dapat bercampu dengan pelarut ang digunakan.
8. Tambahakan sisa pelarut sampai volume sediaan yang dibuat
9. Masukan kedalam botol coklat yang telah dikalibrasi
sebelumnya,penambahan larutan yang ditara dalam botol disesuaikan
dengan kekentalan larutan yang dibuat.
SUSPENSI
Pengertian suspensi:
Menurut FI III hal: 32
adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa (FI III hal: 32)
Menurut FI IV hal : 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair
Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral. Sediaan ini dapat berupa sediaan suspensi
jadi atau rekonstruksi
Idealnya didalam suspensi partikel obat dapat terdidspersi secara merata
dan tidak terjadi egregasi,seandainya jika pengendapan terjadi, partikel obat
harus dapat disuspensikan kembali dengan sedikit pengocokan.
Dalam pembuatan sediaan suspensi harus diperhatikan syarat syarat atau
karakteristik bahan dan alat pencampur serta penggiling yang paling tepat
sehingga hasilnya memuaskan. Sediaan suspensi oral dan topikal mengandung
partikel padat yang cukup tinggi, yaitu sekotar 5-50%, sedangkan suspensi
parenteral hanya berkisar 0,5- 25%.
Kelebihan dan Kelebihan sediaan suspensi adalah sebagai berikut:
kekurangan suspensi 1. Dapat digunakan untuk formulasi bahan obat yang tidak larut air
2. Pelepasan obat dapat diperpanjang
3. Mengurangi laju degradasi bahan obat yang rusak karna hidrolisis
4. Suspensi dapat diforrmulasikan menjadi sediaan cair dengan rasa dan
aroma yang menarik.
Sedangkan kekurangannya adalah:
1. Adanya kemungkinan terjadi agregasi partikel, yaitu bergabungnya
partikel obat dan mementuk cake ( endapan keras) yang tidak
dapat didispersikan kembali dengan pengocokan.
2. Proses pembuatan lebih rumit dibanding sediaan larutan
3. Untk sediaan suspensi injeksi ukuran partikel harus benar benar
diperhatikan.
Klasifikasi suspensi Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral. Sediaan ini dapat berupa sediaan suspensi
jadi atau rekonstruksi.
2. Pensuspensi
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium
cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran
spinal
b. Sistem deflokulasi
Bahan pensuspensi Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang
suatu pabrik) .Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam
air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit
pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan
pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik diperlukan kadar ±1 %.
Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
Prosedur pembuatan:
1. Aquadest sebagai fase pendispersi didihkan, kemudian didinginkan dalam
keadaan tertutup
2. Bahan aktif dan bahan tambahan ditimbang
3. Suspending agent ( CMC-Na) dikembangkan dengan cara menaburkan
serbuk CMC-Na sedikit demi sdikit kedalam mortir yang telah diisi air
panas. Setelah semua serbuk CMC-Na terbasahi lalu aduk hingga cepat
4. Suspending agent yang telah dikembangkan ditambahkan dengan bahan
aktif didalam mortir.diaduk sampai homogent
5. Kedalam campuran no 4 dimasukan bahan bahan tambahan lain ( metil
paraben dan propil paraben) yang telah dilarutkan dalam beberapa bagian
air sesuai dengan kelarutannya.
6. Tambahkan sirup simplex, sorbitol,zat warna,falvouring agent.
7. Masukan kedlam botol coklat yang telah dikalibrasi sebelumnya.
8. Tambahkan sisa air pelarut samapai volume sediaan yang dibutuhkan.
EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, di stabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok. Merupakan sediaan yang mengandung dua zat
yang tidak tercampur, bisanya air dan minyak, di mana cairan yang satu
terdispersi manjadi butit-butir kecil dalam cairan yang lain.
Berikut ini adlah karakteristik emulsi yang baik:
1. Aman,efektip dan efisien sesuai dengan tujuan terapi.
2. Membantu sistem dispersi homogen antara minyak dengan air
3. Stabil,baik secara fidik maupun kimia dalam penyimpanan, yaitu
tetesan tetesan fase internal tetap terpisah memepertahankan
diameternya dan terdispersi dlam pembawanya.
4. Memiliki viskositas yang optimal sehingga mampu menjaga stabilitas
dalam penyimpanan dan dapat dituang dengan mudah
5. Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitsas
obat
Klasifikasi emulsi
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external
1. Emulsi oral
Umumnya emulsi M/A, karna rasa dan bau minyak yang tidak enak
yang tidak dapat tertutupi.
2. Emulsi topikal
Komponen emulsi Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi.
Terdiri atas:
1. Fase Dispers/ Fase Internal/ Fase Diskontinue/ Fase Dalam : yaitu
zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair
lain.
2. Fase Kontinue/ Fase External/ Fase Luar : yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi
tersebut.
3. Emulgator : adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.
Syarat emulgator:
a. Dapat tercampurkan dengan bahan lain
b. Tidak menggangu stabilitas atau efikasi dari zat teurafetik
c. Stabil
d. Tidak toksik dalam jumlah yang digunakan
e. Tidak berbau, tidak berasa dan berwarna lemah.
Ketidakstabilan Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah
emulsi
ini :
Prosedur pembuatan:
1. Air sebagai pelarut atau pembawa harus didihkan, kemudian
didinginkan dalam keadaan tertutup
2. Bahan aktif dan bahan tambahan ditimbang
3. Dalam lumpang masukan ol.iecoris aselli kemudian diteteskan
dengan oleum cinnamomi diaduk, tambahkan gummi arabicum
tambah aor digerus sampai homogen ( dibuat corpus emulsi dengan
perbandingan minyak : emulgator; air= 4:2:1)
4. Encerkan dengan gliserol sedikit demi sedikt sampai homogen
5. Dalam campuran diatas, masukan bahan tambahan lain ( asam sitrat,
asam benzoat,tokoperol) yang telah dilarutkan dalam beberapa
bagian air sesuai dengan kelarutannya.
6. Tambahkan sirup simplex, pasta orange
7. Masukan kedalam botol coklat yang telah dikalibrasi sebelumnya,
penambahan pelarut sampai volume yang aka dibuat.
SHAMPO
Prosedur pembuatan:
1. Asam oleat,Na lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan diatas penangas
air hingga 60 C
2. Tambahkan TEA perlahan lahan sambil diaduk
3. Dimasukan dalam botol dan dibiarkan dingin
4. Tambahakan parfum pada suhu 35C.