Anda di halaman 1dari 19

KOMPETENSI KEAHLIAN

FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS


SMK BINA PUTERA NUSANTARA
KOTA TASIKMALAYA
LEVEL INFORMATION SHEET KODE
IS 04/ pefar/ XII/ FI
KD
TUJUAN 1. Siswa dapat menelaah preformulasi sediaan obat cair dengan benar
2. Merancanng formulasi sediaan obat cair dengan benar.
3. Siswa mampu menentukan bahan pada formulasi sediaan obat cair
secara tepat
4. Siswa mampu menentukan jumlah bahan pada formulasi sediaan obat
cair secara tepat
5. Siswa mampu menghitung bahan pada formulasi sediaan obat cair
secara tepat
6. Siswa mampu menentukan prosedur pembuatan sediaan obat secara
tepat
7. Siswa mampu menimbang bahan untuk pembuatan sediaan obat cair
secara tepat
8. Siswa mampu mencampur bahan sediaan obat cair sesuai prosedur

IPK 1. Menelaah preformulasi sediaan obat cair


2. Merancang formulasi sediaan obat cair
3. Menentukan bahan pada formulasi sediaan obat cair
4. Menentukan jumlah bahan pada formulasi sediaan obat cair
5. Menghitung bahan untuk pembuatan sediaan obat cair
6. Menentukan prosedir pembuatan sediaan obat cair
7. Menimbang bahan untuk pembuatan sediaan obat cair
8. Mencampur bahan sediaan obat cair

LARUTAN Sediaan cair dirancng untuk memberikan respon terapi maksimum pada pasien
yang mengalami kesulitan dalam menelan obat tablet/ kapsl.seperti anak anak
dan lanjut usia.sediaan cair juga dirancang untuk memeberikan efek terapi
yang lebih cepat karna zat aktifnya akan cepat terabsorbsi.keuntungan lain
pemberian sediaan cair adalah pemberian dosis dapat fleksibel karna hanya
perlu menyesuaikan volume sediaan yang diberikan.
Ada dua tipe sediaan cair,yaitu larutan dan sistem dispersi.
Sediaan cair disebut larutan jika zat aktif dan komponen padat lainnya dapat
larut dalam pembawa membentuk sustu sistem yang homogen. Sementara
dispersi merupakan bentuk sediaan yang terdiri atas dua atau lebih fase,
dengan satu fase erdistribusi dalam fase lainnya. Jika sistem dispersi meruakan
zat padat ynag terdistribusai dalam cairan, maka disebut sebagai suspensi. Jika
sistem dispersi terdiri atas cairan yang terdistribusi dalam cairan laian yang
tidak saling campur disebut sebagai emulsi.

Larutan yang disebut juga solutio, adalah sediaan cairan yang mengandung
satu atau lebih bahan terlarut.Larutan terdiri dari bahan terlarut ( solute) dan
bahan pelarut ( solvent).
Sebagai Contoh larutan Gula garam,,,,jika diuraikan sebagai berikut:
1. Zat terlarut : Gula dan Garam
2. Pelarut: Air / Aqua
Menurut Farmakope sdisi IV dan V larutan adalah: sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misalnya terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang sesuai.
Molekul yang terdispersi dalam larutam yang merata akan memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur.
Bila Zat A dilarutkan dalam Air atau pelarut lain, akan terjadi tipe larutan
sebagai berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan ynag mengandung sejumlah kecil zat A yang
terlarut
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat a yang
terlarut
3. Larutan jenuh, larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang
dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan Lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah Zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya disalam air pada temperatur tertentu.

Solven yang biasa digunakan adalah:


1. Air untuk macam macam garam
2. Spiritus misal: untuk kamfer, iodium, menthol
3. Gliserin, misal : Untuk tanin,zat samak,borax,fenol
4. Eter, misal: untuk kamfer,fosfor ,sublimat
5. Minyak, misal: Untuk kamfer dan menthol
6. Parafin Liq, misal: Untuk cera, minyak minyak,kamfer, mentol,
chlorobutanol
7. Eter minyak tanah, misal: Untuk minyak minyak lemak.

Kegiatan siswa 1 1. Jelaskan pengertian Larutan


2. Sebutkan 4 jenis tipe Larutan
3. Isilah tabel jenis pelarut dan terlarut berikut ini

Pelarut Zat terlarut


Air
Spiritus
Gliserin
Eter
Minyak
Parafin Liq
Eter Minyak tanah

Macam-macam MACAM-MACAM Larutan


Bentu sediaan
larutan Berdasarkan cara pemakaian nya, larutan dibedakan sebagai berikut:
1. Larutan Obat dalam ( oral )
a.Sirup: adalah larutan yang mengandung sukrosa atau gulai lain dengan
kadar yang tinggi. Sirup adalah larutan Oral, tetapi istilah sirup juga
digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang mengandung pemanis
dan pengental, yaitu sediaan suspensi dan emulsi.
Ada 3 macam sirup
 Sirup simplex mengandung 65% gula dalam larutan,nipagin 0,25%
 Sirup obat mengandung satu atau lebih zat obat dengan atau tanpa
zat tambahan untuk pengobatan
 Sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat
pewangi atau penyedap lain,penggunaan biasanya untuk menutup
rasa obat yang tidak enak.
b. Potio: adalah Sediaan cair untuk penggunaan oral dapat berupa larutan,
suspensi atau emulsi. Sediaan larutan yang terbentu dari bahan asam
dan basa dapat dibagi menjadi:
 Netralisasi
Dibuat dengan mencampurkan asam dan basa hingga reaksi
bersifat netral.
 Saturasi
Sediaan yang mencampurkan asam dan basa lalu gas yang terbentu
dari reaksi tersebut ditahan dalam wadah dan larutan menjadi
jenuh dengan gas CO2 ( masih ada sebagain gas tertahan )
 Potio effervescent
Saturasi yang gas CO2 nya lewat jenuh ( gas tertahan seluruhnya)
biasanya untuk pemakaian sekaligus.
c.Eliksir: adalah larutan yang mengandung bahan obat tau bahan tambahan
( corrigen) dan pelarut yang digunakan biasanya merupakan modifikasi
antara air dan etanol. Etanol dapat digunakan sebagai pelarut ebebrapa
bahan obat, tetapi etanol dalam kadar yang tinggi dapat berfengaruh
terhadap efek farmakologi.
2. Larutan Obat Luar
a. Larutan topikal : penggunaan untuk dikulit
b. Collyrium ( Cairan pencuci mata)==dibahas dilarutan steril
c. Guttae ( sediaan tetes)
 Opthalmicae ( sediaan tetes mata)== dibahas di larutan steril
 Auricurales ( tetes hidung))
 Nasales( tetes Hidung), digunakan dengan meneteskan obat ke
dalam hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet. Minyak mineral atau minyak lemak tidak boleh
digunakan sebagai pelarut.
 Guttae Oris. Adalah tetes mulut yang cara penggunaanya sama
dengan obat kumur.
d. Gargarisma ( gargle)
Obat kumur berupa larutan yang umumnya pekat ,dan penggunaanya
harus diencerkan dulu, digunakan untuk mencegah dan mengobati
infeksi tenggorokan.penandaan : “Hanya untuk kumur”. Contoh:

e.Litus Oris
Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara
diusapkan dalam mulut. Contoh larutan 10% borax dalam gliserin

d. Inhalation
Sediaan yang dimaksud untuk disedot mulut atau hidung.disemprotkan
dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan. Tetesan kabut harus
eragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkioli. Inhalasi
merupakan larutan dalam air atau gas.
e.Injection ( obat suntik)
f. Lavement/ clysma/ enema
Cairan yang penggunaanya melaluo rectum/ colon/ anus. Ditujukan
untuk membersihkan atau menolong sembelit atau pembersis feces
sebelum oprasi, tidak boleh mengandung zat lendir. Juga sebagai
karminativa,emolien,diagnostik,sedativa, anthelmintik. Bekerja dengan
merangsang kerja usus dipakai basis lendir mucilago amily.

9. Douche
Adalah larutan dalam air yang dimasukan dalam suatu alat kedalam
vagina,baik untuk pengobatan atau membersihkan.obat ini biasanya
mengandung bahan obat atau antiseptic.

10. Ephitema/ obat kompres


Adalah cairan yang digunakan untuk mendatangkan rasa dingin pada
tempat tempat yang sakit atau panas dan radang.
Kegiatan siswa 2 1. Solutio yang dimaksudkan untuk pemakain oral disebut:......

2. Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan dimana
sebagi pelarut digunakan campuran pelarut air-etanol disebut....

3. Sirup simplex mengandung......gula dan..........larutan nipagin.

4. Cairan yang digunakan untuk kolon,digunakan untu membersihakan usus


adalah.........
Faktor faktor yang Faktor faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah:
mempengaruhi
kelarutan
1. Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)
Zat terlarut yang sifatnya polar akan mudah larut dalam solvent yang polar
pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.

Sedangkan zat terlarut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.
Misalnya, alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

2. Cosolvensi (zat penambah kelarutan)


Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar
larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan
dalam farmasi umumnya adalah:
DapatlarutdalamairSemua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2,
Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut
kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
Tidaklarutdalamair semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3,
Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO,
Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
Contoh:
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.

Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut,
zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya
menghasilkan panas.
Contoh:
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas Misalnya zat KOH dan K2SO4.

Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh


dipanaskan,
misalnya:
 Zat-zat yang atsiri, Contohnya: Etanol dan minyak atsiri.
 Zat yang terurai, misalnya: natrium karbonat.
 Saturatio
 Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.

5. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi
kimia.
Contohnya: kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa
tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KECEPATAN KELARUTAN
Sedangkan Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
 Ukuranpartikel.
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas permukaan
solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
 Suhu.
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.
 Pengadukan.
Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan dibanding
jika tidak diaduk.

Kegiatan siswa 3 Menjodohkan


soal jawa Pilihan
ban
1. Kelarutan Luminal dalam Solutio c a. Pembenyuka komplek
Petit
2. Zat yang Larut dalam Air d b. Eksoterm
3. Zat yang tidak larut dalam air e c.Cosolvensi
4. Zat padat yang umumnya larut bila g d. AgCL,Pb Cl
suhunya dinaikan
5. Zat terlarut+pelarut b e.K2CO3,Na2CO3
larutan+panas
6. Sediaan farmasinyang tidak boleh j f.salting Out
dipanaskan
7. Reaksi antara papaverinHCl dengan f g.Endoterm
solutio carcot
8. Peristiwa salting in h h.Riboflavin +NH4
9. Faktor yang mempengaruhi i i. Pengadukan
kecepatan kelarutan
10. Reaksi KI+I2 KI3 a J. Minyak atsiri
Cara meningkatkan
kelarutan Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kelarutan suatu bahan obat
didalam larutan,yaitu:
1. Memperkecil ukuran partikel
2. Pelarut yang digunakan merupakan pe;arut campuran
3. Memilih obat dalam bentuk garamnya, misalnya pada codein
4. Pembentukan kompleks terhadap bahan yanng sukar larut didalam air.
5. Penambahan surfaktan.

Formulasi larutan Berikut ini adalah dua contoh formula untuk sediaan larutan:
Formula 1 : sirup Antihistamin

R/ chlorfeniramin maleat 0,4 g


Glycerin 25 ml
Sirup 83 ml
Sorbitol solutio 282 ml
Sodium benzoat 1g
Alkohol 60 ml
Pewarna dan pemberi rasa Qs
Purified water ad 1000 ml

Formula 2: Sirup fero sulfat

R/ ferrous sulfate 135 g


Citric acid 12 g
Sorbitol solutio 350 ,l ml
Glyserin 50 ml
Sodium benzoat 1g
Pemberi rasa Qs
Purified water ad 1000 ml

Prosedur pembuatan:
1. Air sebagai pelarut atau pembawa harus dididhkan, kemudian didinginkan
dalam keadaan tertutup
2. Penimbangan zat aktif dan bahan tambahan yang diperlukan
3. Zat aktif dan bahan tambahan berbentuk serbuk dihaluskan dalam mortir
4. Melatutkan zat aktif dengan cara penambahan zat aktif sedikit sedikit
kedalam sejumlah volume pelarut sambil diasuk sampai larut sempurna
5. Bahan tambahan dilarutkan dengan cara yang sama kedalam sebagian
pelarut, volume pelarut ditentukan berdasarkan kelarutan bahan yang
ditambahkan.
6. Pencampuran bahan bahan yang sudah larut satu oersatu dan aduk sampai
homogen.
7. Penambahan pewarna dan pemberi rasa dalam keadaan terlarut dalam
pelarut yang dapat bercampu dengan pelarut ang digunakan.
8. Tambahakan sisa pelarut sampai volume sediaan yang dibuat
9. Masukan kedalam botol coklat yang telah dikalibrasi
sebelumnya,penambahan larutan yang ditara dalam botol disesuaikan
dengan kekentalan larutan yang dibuat.

SUSPENSI
Pengertian suspensi:
Menurut FI III hal: 32
adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa (FI III hal: 32)

Menurut FI IV hal : 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair
Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral. Sediaan ini dapat berupa sediaan suspensi
jadi atau rekonstruksi
Idealnya didalam suspensi partikel obat dapat terdidspersi secara merata
dan tidak terjadi egregasi,seandainya jika pengendapan terjadi, partikel obat
harus dapat disuspensikan kembali dengan sedikit pengocokan.
Dalam pembuatan sediaan suspensi harus diperhatikan syarat syarat atau
karakteristik bahan dan alat pencampur serta penggiling yang paling tepat
sehingga hasilnya memuaskan. Sediaan suspensi oral dan topikal mengandung
partikel padat yang cukup tinggi, yaitu sekotar 5-50%, sedangkan suspensi
parenteral hanya berkisar 0,5- 25%.
Kelebihan dan Kelebihan sediaan suspensi adalah sebagai berikut:
kekurangan suspensi 1. Dapat digunakan untuk formulasi bahan obat yang tidak larut air
2. Pelepasan obat dapat diperpanjang
3. Mengurangi laju degradasi bahan obat yang rusak karna hidrolisis
4. Suspensi dapat diforrmulasikan menjadi sediaan cair dengan rasa dan
aroma yang menarik.
Sedangkan kekurangannya adalah:
1. Adanya kemungkinan terjadi agregasi partikel, yaitu bergabungnya
partikel obat dan mementuk cake ( endapan keras) yang tidak
dapat didispersikan kembali dengan pengocokan.
2. Proses pembuatan lebih rumit dibanding sediaan larutan
3. Untk sediaan suspensi injeksi ukuran partikel harus benar benar
diperhatikan.
Klasifikasi suspensi Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral. Sediaan ini dapat berupa sediaan suspensi
jadi atau rekonstruksi.

Sediaan suspensi rekonstruksi umumnya mengandung antibiotika tau bahan


obat yang tidak stabil apabila dalam bentuk cairan dan untuk waktu
penyimpanan yang lama. Oleh sebab itu sediaan rekonstruksi ini tersedia
dalam sediaan sirup kering.sediaan ini terdirio dari 3 komponen;
1. Bahan obat

2. Pensuspensi

3. Bahan pewarna, pemanis, pengaroma.

Obat ini akan diproduksi oleh perusahaan farmasi.dengan demikian saat


digunakan oleh pasien, petugas atau tenaga tekhnis farmasi menambahkan
sejumlah pelarut atau bahan pewarna dan mencampurjannya hingga
homogen.dry syrup umumnya hanya akan bertahan stabil dalam zat pe,bawa
setelah dikonstitusikan dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 hari

Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang


terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit

Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-


partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk
penggunaan pada mata

Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel


halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar

Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium
cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran
spinal

Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan


bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai

Berdasarkan sistenya, suspensi dibbedakan menjadi:


a. Sistem flokulasi

Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap


dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
 Partikel merupakan agregat yang bebas.
 Sedimentasi terjadi cepat.
 Sedimen terbentuk cepat.
 Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula
 Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

b. Sistem deflokulasi

Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan


akhirnya  membentuk sedimen, dimana terjadi  agregasi akhirnya terbentuk
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

 Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain. 


 Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap
terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
 Sedimen terbentuk lambat,
 Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar
terdispersi lagi.
 Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu
relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut

Berdasarkan ukuran partikelnya, suspensi dapat dibedakan menjadi:


1. Suspensi kasar yang memiliki ukuran partikel padat lebih dari 1,0 µm.
2. Suspensi koloid yang memiliki ukuran partikel padat 0,1-1,0 µm.
3. Suspensi nano tau yang biasa disebut dengan nanosuspension memiliki
ukutan partikel 10-1000 µm.

Bahan pensuspensi Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :

1. Bahan pensuspensi dari alam

Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid.


Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran
tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago
maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas
suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan
proses fermentasi bakteri.

2.   Bahan pensuspensi semi sintetis

Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose),


karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya
methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas
dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya
berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus
halus dan tidak beracun , sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan.
Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai
laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet

3.Bahan pensuspensi sintetis

Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang
suatu pabrik) .Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam
air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit
pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan
pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik diperlukan kadar ±1 %.

Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit.  Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.

Formulasi suspensi Contoh formula: suspensi parasetamol:


R/ parasetamolc 120 mg
Sirup simplex 30%
CMC Na 0,25%
Sorbitol 20%
Metil paraben 0,2%
Propil paraben 0,03%
Zat warna Qs
Flavouring agent Qs
Aquadest ad 5 ml

Prosedur pembuatan:
1. Aquadest sebagai fase pendispersi didihkan, kemudian didinginkan dalam
keadaan tertutup
2. Bahan aktif dan bahan tambahan ditimbang
3. Suspending agent ( CMC-Na) dikembangkan dengan cara menaburkan
serbuk CMC-Na sedikit demi sdikit kedalam mortir yang telah diisi air
panas. Setelah semua serbuk CMC-Na terbasahi lalu aduk hingga cepat
4. Suspending agent yang telah dikembangkan ditambahkan dengan bahan
aktif didalam mortir.diaduk sampai homogent
5. Kedalam campuran no 4 dimasukan bahan bahan tambahan lain ( metil
paraben dan propil paraben) yang telah dilarutkan dalam beberapa bagian
air sesuai dengan kelarutannya.
6. Tambahkan sirup simplex, sorbitol,zat warna,falvouring agent.
7. Masukan kedlam botol coklat yang telah dikalibrasi sebelumnya.
8. Tambahkan sisa air pelarut samapai volume sediaan yang dibutuhkan.

EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, di stabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok. Merupakan sediaan yang mengandung dua zat
yang tidak tercampur, bisanya air dan minyak, di mana cairan yang satu
terdispersi manjadi butit-butir kecil dalam cairan yang lain.
Berikut ini adlah karakteristik emulsi yang baik:
1. Aman,efektip dan efisien sesuai dengan tujuan terapi.
2. Membantu sistem dispersi homogen antara minyak dengan air
3. Stabil,baik secara fidik maupun kimia dalam penyimpanan, yaitu
tetesan tetesan fase internal tetap terpisah memepertahankan
diameternya dan terdispersi dlam pembawanya.
4. Memiliki viskositas yang optimal sehingga mampu menjaga stabilitas
dalam penyimpanan dan dapat dituang dengan mudah
5. Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitsas
obat

Klasifikasi emulsi
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external

Berdasarkan cara penggunaanya, sediaan emulsi dibedakan menjadi:

1. Emulsi oral

Umumnya emulsi M/A, karna rasa dan bau minyak yang tidak enak
yang tidak dapat tertutupi.

2. Emulsi topikal

Sediaan yang penggunaanya dikulit dengan tujuan menghasilkan efek


lokal.umunya emulsi ini tipe M/A atau A/M tergantung banyak
faktor.misal sifat fisikokimia zatnya atau efek terapi yang
dikehendaki.
3. Emulsi injeksi

Sediaan steril yang disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam


kulit atau selaput lendir. Contoh: vitaminA diserap cepat melalui
jaringan, jika diinjeksi dalam bentuk emulsi.

Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan cair digolongkan menjadi:


 Sediaan cair oral : potiones (obat minum), elixir, sirup, guttae.
 Sediaan cair topical : collirium, gargarisma, mouthwash, guttae
nasales, guttae opthalmicae, guttae auricularis, irigationes,
inhalations, ephitema, lotion.
 Sediaan cair rektal/vagina : clysma, douche.
 Sediaan cair perenteral : injeksi.

Komponen emulsi Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi.
Terdiri atas:
1. Fase Dispers/ Fase Internal/ Fase Diskontinue/ Fase Dalam : yaitu
zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair
lain.
2. Fase Kontinue/ Fase External/ Fase Luar : yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi
tersebut.
3. Emulgator : adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.

Syarat emulgator:
a. Dapat tercampurkan dengan bahan lain
b. Tidak menggangu stabilitas atau efikasi dari zat teurafetik
c. Stabil
d. Tidak toksik dalam jumlah yang digunakan
e. Tidak berbau, tidak berasa dan berwarna lemah.

Kelompok Penambahann emulgator dimaksudkan agar emulsi yang terbentuk lebih


emulgator stabil, emulgator terbagi menjadi:
1. Emulgator alam dari tumbuh tumbuhan
Emulgator ini sangat peka terhadap elektrolit, alkohol kadar tinggi, dan
dapat dirusak oleh bakteri sehingga pada pembuatan emulsi harus ada
penambahan zat pengawet. Umumnya merupakan emulgator tipe M/A dan
termasuk dalam golongan karbohidrat.
Beberapa contoh emulgator alami dari tumbuhan diantaranya:
a. Pulvis gummi arabicum ( gom arab/ gom akasia)
b. Tragacantha
c. Chondrus
d. Agar agar
2. Emulgator alam dari hewan
Bahan emulgator alam ini terdiri atas:
a. Kuning telur
Bahan yang terkasndung dalam kuning telur adalah kolesterol dan
lesitin yang berfungsi sebagai emulgator.emulgator ini akan membentuk
emulsi tipe M/A. Kuning telur memiliki kekuatan untuk dapat
mengemulsikan minyak lemak sebanyak 4x lipat beratnya dan minyak
menguap sebanyak 2x lipat beratnya.
b. Adeps lanae
Adeps lanae mengandung kolesterol yang dapat membentuk emulsi tipe
A/M,umumnya bahan ini banyak digunakan sebagai bahan obat luar
dan memilikimkekuatan menyerap air sebanyak dua kali bobot
beratnya.
3. Emulgator alam dari mineral
a. Magnesium alumunium silikat ( veegum)
Dapat digunakan untuk emulgator obat luar, emulsi yang terbentuk
adalah emulsi tipe M/A.umumnya penggunaan emulgator ini sebanyak
1%
b. Bentonit
Nama lain bentonit yaitu tanah liat, terdiri atas seyawa alumunium
silikat yang dapat mengabsorpsi sejumlah air sehingga membentuk
masa menjadi seperti gel.penggunaan bentosist adalah sebesar 5%.
4. Emulgator buatan/sintetis
a. Sabun
Emulgator ini digunakan untuk obat luar,hasil emulsi yang daidapat
adalah tipe M/A. Contoh: sabun kalium.sedangkan sabun kalsium akan
membetuk emulsi tipe A/M.
b. Tween
Terdapat beberapa jenis tween diantaranya tween 20,40,60,80.
C. span
Terdap bebrapa jenis span,diantaranya span 20,60,80.

Emulgator buatan dikelompokan menjadi 4 jwnis:


 Anionik: sabun alakali,natrium lauril sulfat.
 Kationik : senyawa amonium kuarterner.
 Non ionik : tween dan span
 Amfoter : potein ,lesitin.

Metode Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat


pemmbuatan emulsi
dijelaskan :
1.    Metode gom kering atau metode kontinental.
Dalam metode ini zat pengemulsi  (biasanya gom arab) dicampur
dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk
pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang
tersedia.
2.    Metode gom basah atau metode Inggris.
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya
larut)  agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak
dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu  baru diencerkan
dengan sisa air.
3.    Metode botol atau metode botol forbes.
Digunakan untuk minyak menguap dan  zat –zat  yang bersifat
minyak  dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom
dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, 
tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat.
Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok. 
Untuk membuat emulsi  biasa digunakan :
a. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik
daripada terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada
emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya.
b. Mixer, blender
Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam
ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan
tinggi , akibat putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-
kecil.
c. Homogeniser
Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran
dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.
d. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang
dapat diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh  derajat dispersi
yang tinggi cairan dalam cairan

Ketidakstabilan Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah
emulsi
ini :

1.    Creaming  yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu


mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain.
Creaming bersifat reversible  artinya bila digojok perlahan-lahan akan
terdispersi kembali.
2.    Koalesen dan cracking  (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film
yang meliputi  partikel rusak dan butir minyak akan
koalesen(menyatu).Sifatnya    irreversible ( tidak bisa diperbaiki).  Hal ini
dapat terjadi karena :
     Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
     Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan,
pengadukan.
3.    Inversi  adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe  emulsi w/o
menjadi o/w atau sebaliknya.  Sifatnya irreversible.

Formulasi emulsi Contoh formula: emulsi minyak ikan


R/ Ol. Iecoris aselli 80 g
Gummi arabicum 30 g
Glyserol 40 g
Asam sitrat 1g
Asam benzoat 0,3 g
Tokoperol 0,1 g
Sirup simplex 20 g
Pasta orange 2g
Ol. Cinnamomi 20 gtt
Aquadest ad 200 ml

Prosedur pembuatan:
1. Air sebagai pelarut atau pembawa harus didihkan, kemudian
didinginkan dalam keadaan tertutup
2. Bahan aktif dan bahan tambahan ditimbang
3. Dalam lumpang masukan ol.iecoris aselli kemudian diteteskan
dengan oleum cinnamomi diaduk, tambahkan gummi arabicum
tambah aor digerus sampai homogen ( dibuat corpus emulsi dengan
perbandingan minyak : emulgator; air= 4:2:1)
4. Encerkan dengan gliserol sedikit demi sedikt sampai homogen
5. Dalam campuran diatas, masukan bahan tambahan lain ( asam sitrat,
asam benzoat,tokoperol) yang telah dilarutkan dalam beberapa
bagian air sesuai dengan kelarutannya.
6. Tambahkan sirup simplex, pasta orange
7. Masukan kedalam botol coklat yang telah dikalibrasi sebelumnya,
penambahan pelarut sampai volume yang aka dibuat.

SHAMPO

Istilah kosmetik, yang dalam bahasa Inggris “cosmetics”, berasal


dari kata “kosmein” (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai
dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan
alami yang terdapat di lingkungan sekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan dengan maksud untuk
meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut : “Kosmetik adalah
sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan
rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit”.
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh padakondisi baik (BPOM,
2013).
Sampo (bahasa Inggris: Shampoo) adalah sejenis cairan, seperti sabun,
yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit (umumnya kulit
kepala) sehingga dapat meluruhkan kotoran (membersihkan).[1] Kegiatan
membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut keramas.[1] Pada saat
keramas, individu dianggap melakukan perawatan dengan mencuci rambut dan
kulit kepala agar bersih dari minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain
yang menempel dirambut seiring aktivitas yang dilakukannya.

Anti dendruff shampo adalah shampo yang ditujukan untuk mengontrol


sel kulit mati dikulit kepala. Formulasinya hampir sama seper`ti shampo
lainnya tetapi sebagai bahan aktif ditambahkan seper`ti senium sulfida,zink
pirition,dan sulfur.

Karakteristik shampo yang baik:

1. Sampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan


cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.[7]
2. Sampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak
berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.[7]
3. Sampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi
dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada
di dalam komposisi sampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya
sangat kompleks yaitu: sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang
disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.[7]
4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.[7]
5. Sampo harus tetap stabil. Sampo yang dibuat transparan tidak boleh
menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskosita dan pH-nya juga harus
tetap konstan, sampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun
jasadrenik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke
dalamnya.[7]
6. Harus meninggalkan kesan harum pada rambut,lembut dan mudah
diatur
7. Mudah larut air
8. Memiliki penampakan yang bagus ( warna dan viskositas bagus)
9. Memiliki ph netral atau sedikit basa

10. harga murah dan terjaangkau


Bahan baku shampo Secara umum bahan baku shampo adalah:
a. bahan aktif
bahan ini biasanya disebut juga sebagai surfaktan.mempunyai
kemampuan mengikat dan mengangkat kotoran secara kimia. Bahan
surfaktan ini menghasilkan busa,dan dibagi menjadi:
1. surfaktan anionik
yaitu surfaktan bermuatan ion negatif. Jenis ini paling banyak
digunakan,contohnya: alkil sulfat dan polioksitilen alkil eter sulfat,
yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa tingkatan dengan
nama dagag seperti Emal E70C,Alksurf ES 30, Emal TD,
MackadetBS, Emal 20C,Tigerfax AOS.
2. Surfaktan nonionik
Yaitu surfaktan yang tidak mengandung ion muatan ( netral), baik
ion negatif atau posistif.surfaktan ini dikombinasikan dengan
surfaktan anionik.surfaktan ini juga memiliki struktur yang disebut
fatty alkanoolanide, dikenal dengan nama dagang
Standpol,Aminon S-01,aminon L-02.
3. Surfaktan kationik
bermuatan ion positif, jarang digunakan karna mengiritasi
mata,kecuali juka jumlahnya sedikit.perkembangan surfaktan ini
sangat lambat.
b. Bahan tambahan
Berfungsi sebagai penambai nilai unggul suatu produk.contohnya
untuk menimbulkan efek lembut pada rambut dipakai stearil
alkohol,setil alkohol,isopropil miristat, dan parafin cair. Meskipun
mnimbulkan efek positif pada rambut namun penggunaannya sangat
terbatas karna harganya mahal., selain itu terlalu banyak digunakan
bisa mnutunkan kadar busa.beberapa perusaahaan sudah
menggunakan back to nature mmengantisipali hal ini mereka
menggunakan bahan nabati seperti ekstrak seledri,lidah buaya untuk
merangsak nuansa alami dan ramah lingkungan.
c. Bahan pengawet
Bahan ini digunakan agar tidak tumbuh mikroba pada produk.
Shampo merupakan kosmetik yang bersentuhan langsung dengan kulit
manusia. Adanya ikroba akan mempengaruhi kontaminasi kulit
tubuh. Beberapa pengawet yang sering digunakan: EDTA, natrium
benzoat,natriun salisilat.
d. Garam
Pada shampo digunakan untuk mengukur kekntalan, semakin kental
produk semakin disukai konsumen karna faktor ekonomis.namun
efeksampingnya akan menyebabkan keruh pada produk bila
penggunaanya terlalu banayak
e. Parfum
Berfungsi untuk meningkatkan daya jual produk,walaupun ada dan
tidaknya parfum tidak akan mengurangi fungsi dari shampo
tersebut.kulaitas parfum harus diperhatikan karna ada bebrapa parfum
yang cenderung mengeluarkan minyak,akhirnya akan
mengkontaminasi produk,parfum seperti ini jangan digunakan.
f. Air
Produk berbasis cair seperti shampo sebaiknya menggunakan air yang
sudah melewati deionisasi.tujuannya untuk menghindari terjadinya
reaksi ion yang dapat menurunkan kualitas produk jika air yang
dipakai mengandung unsur dengan jumlah diambang batas.

Formulasi shampo Contoh Formula


Asam salisilat 3%
Na lauryl sulfat 30%
Asam oleat 20%
Trietanolamin 10%
Parfum Qs
Pewarna Qs
Nipagin 0,2%
Aquadest ad 100 ml

Prosedur pembuatan:
1. Asam oleat,Na lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan diatas penangas
air hingga 60 C
2. Tambahkan TEA perlahan lahan sambil diaduk
3. Dimasukan dalam botol dan dibiarkan dingin
4. Tambahakan parfum pada suhu 35C.

Evaluasi Evaluasi yang dilakukan adalah:


1. Pemeriksaan secara organoleptis
Secara organoleptik, sediaan cair yang disimpan pada temperatur
kamar tidak boleh terjadi perubahan terhadap bentuk fisik
(warna,rasa,bau)karna dapat mempengaruhi penampilan produk.
2. Penentuan efektipitas pengawet
Semua sedian cair memerlukan bahan anti mikroba karna fase air
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Oleh sebab itu,
efektivitas sistem pengawetan hars selalu diuji pada sediaan akhir.

Anda mungkin juga menyukai