Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tentang larutan

Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan tugas ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
tugas ini.

Akhir kata saya berharap semoga tugas tentang larutan ini dapat memenuhi tugas
yang diberikan.

Malang, Mei 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Untuk menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit, suatu terapi dapat dilakukan
dengan atau tanpa menggunakan obat. Obat merupakan suatu bahan, yang dapat merupakan
bahan alam ataupun sintesis, yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sistem biologis
pada tubuh manusia ataupun hewan, dengan tujuan untuk menyembuhkan,
mengurangi/menghilangkan gejala, mencegah, menegakkan diagnosis, meningkatkan stamina
maupun memperelok badan. Dalam hal ini obat didesain sebagai suatu sistem yang
terintegrasi untuk mencapai tujuan terapi secara aman, efektif dan efisien.

Dalam sediaan farmasi terdapat beberapa bentuk obat yang umumnya untuk
menentukan bentuk obat yang akan dibuat. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan
kegunaan masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemakaian, secara garis besar
ada tiga bentuk sediaan obat yaitu sediaan Padat, Semipadat, dan Liquid atau sediaan cair
seperti larutan.

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Misal : terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur.

Rumusan Masalah

Apa pengertian dari larutan?

Apa saja tipe larutan berdasarkan kelarutan?

Apa saja macam-macam sediaan larutan?

Apa saja faktor yang mempengaruhi larutan?

Apa saja komposisi Larutan?

Bagaimana cara membuat larutan?

Apa saja keuntungan dari kerugian sediaan larutan?


Manfaat

Dapat mengetahui pengertian dari larutan

Dapat mengetahui tipe larutan berdasarkan kelarutan

Dapat mengetahui macam-macam sediaan larutan

Dapat mengetahui saja faktor yang mempengaruhi larutan

Dapat mengetahui komposisi Larutan

Dapat mengetahui bagaimana cara membuat larutan

Dapat mengetahui apa saja keuntungan dari kerugian sediaan larutan


BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian

Menurut Farmakope Indonesia edisi III

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali
dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai
obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada Injectiones. Wadah harus dapat
dikosongkan dengan cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang telarut,
misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Berikut
pembagian larutan berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV :

- Larutan Oral, yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan langsung
secara oral kepada pasien atau dalam bentuk lebih pekat yang harus diencerkan lebih dulu
sebelum diberikan. Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula dalam kadar tinggi,
dinyatakan sebagai Sirup.

- Larutan Topikal, yaitu larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali mengandung
pelarut lain, seperti etanol dan poliol untuk penggunaan topikal atau penggunaan luar pada
kulit.

- Larutan Otik, yaitu larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi , untuk penggunaan dalam telinga luar.
- Spirit, yaitu larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap,
umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan. Beberapa spirit digunakan
sebagai bahan pengaroma, yang lain memiliki makna pengobatan. Spirit harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya untuk mencegah penguapan dan
memperkecil perubahan akibat oksidasi.

- Tingtur, yaitu larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan-
bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Tingtur harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
tidak tembus cahaya serta jauhkan dari sinar matahari langsung dan panas yang berlebihan.

Menurut Buku Ilmu Meracik Obat

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia yang terlarut, sebagai
pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi apabila suatu zat padat
bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular dalam
cairan tersebut.

Menurut Buku Ilmu Resep

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.

Tipe larutan berdasarkan kelarutan

1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.

2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.

3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut
dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi
batas kelarutannya didalam air pada temperature tertentu.
Macam Macam Sediaan Larutan Obat

1. Larutan untuk telinga

a. Solutio Otic / Guttae Auriculares

Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar : misalnya larutan otik benzokain dan
antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.

Larutan yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya mengandung antibiotic, sulfonamida,
anestetik local, peroksida (H2O2), fungisida, asam borat, NaCl, gliserin dan propilen glikol.
Gliserin dan propilen glikol sering dipakai sebagai pelarut, karena dapat melekat dengan baik
pada bagian dalam telinga sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan telinga,
sedangkan alkohol dan minyak nabati hanya kadang kadang dipakai.

pH optimum untuk cairan berair yang digunakan dalam obat tetes telinga haruslah dalam
suasana asam (pH 5 - 7,3), dan pH inilah yang sering menentukan khasiatnya. Larutan basa
umumnya tidak dikehendaki, karena tidak fisiologis dan mempermudah timbulnya radang.
Jika pH larutan telinga berubah dari asaam menjadi basa, bakteri dan fungi akan tumbuh
dengan baik, hal ini tentunya tidak dikehendaki.

2. Larutan untuk hidung

a. Collunarium (obat cuci hidung)

Collunarium adalah larutan yang digunakan untuk obat cuci hidung. Biasanya berupa
larutan dalam air yang ditujukan untuk membersihkan rongga hidung. Oleh karena itu,
hendaknya diperhatikan pH dan isotonisitasnya karena dapat menimbulkan rasa pedih pada
mukosa hidung.

b. Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung)

Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung) adalah obat tetes yang digunakan untuk
hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar, dan pengawet.

Cairan pembawa umumnya menggunakan air. Cairan pembawa sebaiknya


mempunyai pH 5,5 7,5, kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis. Minyak
lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa karena dapat
menimbulkan pneumonia.

Zat pensuspensi yang umumnya digunakan adalah sorbitan, polisorbat, atau surfaktan
lain yang cocok, dengan kadar tidak boleh lebih dari 0,01% b/v.Zat pendapar yang dapat
digunakan adalah pendapar yang cocok dengan pH 6,5 dan dibuat isotonis menggunakan
NaCl secukupnya. Zat pengawet yang dapat digunakan adalah benzalkolidum klorida 0,01
0,1% b/v.

Penyimpanan : kecuali dinyatakan lain, disimpan dalam wadah tertutup rapat.

c. Nebula/Inhalationes/Nose spray (obat semprot hidung)

Inhalations adalah sediaan yang dimaksudkan untuk disedot melalui hidung atau
muulut, atau disemprotkan (nose spray) dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernapasan.
Tetean atau butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapaat mencapai
bronkioli.

Inhalasi juga meliputi sediaan mengandung obat yang mudah menguap atau serbuk
sangat halus atau kabut yang digunakan memakai alat mekanik.Penandaan: jika mengandung
bahan yang tidak larut, pada etiket juga harus tertera KOCOK DAHULU.

3. Larutan untuk mulut

a. Collutorium (obat cuci mulut)

Collutorium adalah larutaan pekat dalam air yang mengandung deodorant, antiseptic,
anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut. karena digunakan
untuk obat cuci mulut. Karena digunakan untuk cuci mulut, sediaan in harus dapat
menghilangkan sisa sisa makanan dan lain lain dari mulut (sela sela gigi). Sebaiknya
dipakai larutan yang bereaksi basa karena mempunyai kekuatan untuk melarutkan dan
membuang mukus, lendir, atau dahak dan saliva (air liur). Larutan yang terlampau basa akan
merusak selaput lendir pada mulut dan kerongkongan, begitu juga jika terlalu asam akan
berpengaruh pada gigi.

Umumnya larutan yang dipakai pada atau lewat mulut mempunyi pH 7 9,5.
Disimpan dalam botol putih bermulut kecil.
Penandaan pada etiket obat cuci mulut harus tertera:

Cara pengencerannya, jika collutorium harus diracik terlebih dahulu sebelum


digunakan.

Tanda yang jelas yaitu Untuk obat cuci mulut, tidak boleh ditelan.

b. Gargarisma/gargle (obat kumur)

Gargarisma/gargle (obat kumur) adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalaam


larutan pekat yang harus diencerkan lebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk
digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan nafas.

Tujuan utama obat kumur adalah agar obat yang terkandung di dalamnya dapat
langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan, dan tidak dimaksudkan agar obat itu
menjadi pelindung sselaput lendir. Karena itu, obat berupa minyaak yang memerlukan zat
pensuspensi dan obat yang bersifat lendir tidak sesuai dijadikan obat kumur.

Penyimpanan: Dalam wadah botol berwarna susu atau wadah lain yang cocok.

Penandaan pada etiket harus tertera:

Petunjuk pengencerannya, sebelum digunakan.

Tanda yang jelas yaitu Hanya untuk kumur, tidak ditelan.

c. Litus oris (obat oles bibir)

Litus oris atau obat oles bibir adalah cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada
mulut. contoh sediaan litus oris adalah larutan 10% borax dalam gliserin.

d. Guttae oris (obat tetes mulut)

Guttae oris atau obat tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur kumurkan, tidak untuk ditelan.

4. Larutan oral

a. Potiones (obat minum)

Potiones atau obat minum adalah larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam
(per oral). Selain berbentuk larutan, potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspense.
Misalnys potio alba contra tussim (obat batuk putih/OBP) dan potio nigra contra tussim (obat
batuk hitam/OBH).

b. Eliksir

Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai
kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara 3%
dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10%. Untuk mengurangi kadar etanol
yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin, sorbitol dan
propilen glikol.

Bahan tambahan yang digunakan antara lain pemanis, pangawet, pewarna, dan
pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap. Sebagai pengganti gula dapat
digunakan sirup gula.

c. Sirop

Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar
tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam
sirop adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain.

Selain sukrosa dan gula lain, pada larutan oral ini dapat ditambahkan senyawa poliol
seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat penghabluran dan mengubah kelarutan, rasaa
dan sifaat lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba untuk mencegah
pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi.

Ada 3 macam sirop:

1. Sirop simpleks: mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.

2. Sirop obat: mengandung satu jenis obaat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan
digunakan untuk pengobatan.

3. Sirop pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat
penyedap lain. Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan
baau obat yang tidak enak.

d. Netralisasi
Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contoh : solution citratis
magnesici, amygdalat ammonicus.

Pembuatn: seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya, jika perlu reaksi
dipercepat dengan pemanasan.

e. Saturatio

Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa
tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.

Pembuatan:

1) Komponen basa dilarutkan dalam dua per tiga bagian air yang tersedia. Misalnya
NaHCO3 digerus-tuang kemudian masuk botol.

2) Komponen asam dilarutkan dalam sepertiga bagian air yang tersedia.

3) Dua pertiga bagian asam masuk ke dalam botol yang sudah berisi bagian basanya, gas
yang terjadi dibuang seluruhnya.

4) Sisa bagian asm dituangkan hati hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne
knop (berdrat) sehingga gas yang terjadi tertahan di dalam botol tersebut.

f. Potio Effervescent

Potio Effervescent adalah saturatio dengan gas CO2 yang lewat jenuh.

Pembuatan:

1) Komponen basa dilarutkan dalam dua per tiga bagian air yang tersedia. Misalnya
NaHCO3 digerus-tuang kemudian masuk botol.

2) Komponen asam dilarutkan dalam sepertiga bagian air yang tersedia.

3) Seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam botol yang sudah berisi bagian basanya
dengan hati hati, segera tutup dengan sampagne knop.

Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang
kadang dimaksudkan untuk menyegarkan rasa minuman (Corrigensia).

Hal hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan Saturatio dan Potio Effervescent adalah :
1) Diberikan dalam botol yang tahan tekanan (kuat), berisi kira kira Sembilan
persepuluh bagian dan tertutup-kedap dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian
diikat dengan sampagne knop.

2) Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut, karena tidak boleh dikocok.
Pengocokan menyebabkan botol menjadi pecah, karena berisi gas dalam jumlah besar yang
menimbulkan tekanan.

Penambahan bahan bahan:

Zat zat yang dilarutkan ke dalam bagian asam adalah:

1) Zat netral dalam jumlah kecil. Jika jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan ke dalam
bagian asam dan sebagian lagi dilarutkan ke dalam bagian basa sesuai perbandingan jumlah
airnya.

2) Zat zat mudah menguap.

3) Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkohol.

4) Sirop.

Zat zat yang dilarutkan ke dalam bagian basa:

1) Garam dari asam yang sukar larut, misalnya Na-salisilat.

2) Jika saturatio mengandung asam tartrat, garam garam kalium dan ammonium harus
ditambahkan ke dalam bagiaan basanya, jika tidak, akan terbentuk endapan kalium atau
ammonium dari asam tartrat.

Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat melihat table penjenuhan
(saturatio dan netralisasi) dalam farmakope Belanda V berikut ini.

Untuk 10 Asam Asam Asam Asam Asam


bagian amigdalat asetat sitrat salisilat tartrat
encer

Ammonia 8,9 58,8 4,1 8,1 4,41

Kalium - 144,7 10,1 20,0 10,9


karbonat

Natrium - 69,9 4,9 9,7 5,2


karbonat

Natrium 18,1 119,0 8,3 16,4 8,9


bikarbonat

Ammonia Kalium Natrium Natrium


karbonat karbonat bikarbonat

Asam 11,2 - - 5,5


amigdalat

Asam 1,7 0,7 1,43 0,84


asetat
encer

Asam 24,0 9,9 20,4 12,0


sitrat

Asam 12,3 5,0 10,4 6,1


salisilat

Asam 22,7 9,2 19,1 11,2


tartrat

g. Guttae

Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense yang
jika tidak dinyatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara
meneteskan larutan tersebut dengan menggunakan penates yang menghasilkan tetesan yang
setaara dengan tetesan yang dihasilkaan penates baku yang disebutkan dalam farmakope
Indonesia (47,5-52,5mg air suling pada suhu 20oC). biasanya obat diteteskan ke dalam
makanan atau minuman atau dapat langsung diteteskan ke dalam mulut. dalam perdagangan
dikenal sediaan pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk anak anak atau bayi.

Obat tetes yang digunakan untuk obat luar, biasanya disebutkan tujuan pemakaiannya,
misalnya eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga, dan lain lain.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan

1. Sifat dari solute atau solvent.

Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam

anorganik larut dalam air.Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.

Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.

2. Cosolvensi.

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya

penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya Luminal tidak larut dalam

air, tetapi larut dalam campuran air gliserin atau solutio petit

3. Kelarutan.

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar larut

memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi

umumnya adalah :

a. Dapat larut dalam air.

-Semua garam klorida larut , kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.

- Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras.

- Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut).

b. Tidak larut dalam air.

- Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4) 2CO3.

-Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO, dan
Ba(OH)2.

-Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4

4. Temperatur.
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut dikatakan

bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat

tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan

panas.

Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat, minyak atsiri, gas-gas yang larut.

Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :

a. Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri

b. Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas

c. Saturatio

d. Senyawa senyawa calsium, misalnya aqua calcis

5. Salting Out.

Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan

lebih besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama

atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.

Contoh :

a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan
NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri
dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.

b. Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot menghasilkan endapan papaverin base.

6. Salting In.

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat

utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : riboflavin (vitamin B2) tidak

larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi
penggaraman riboflavin + basa NH4 ).

7. Pembentukan kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak

larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.

Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.

KI + I2 KI3

HgI2 + 2KI K2HgI4

8. Common ion effect ( efek ion besama)

Obat yang tidak laut sering dibat suspnsi. Disini ada keseimbangan antara partikel
padat dengan larutan jenuhnya.

Contohnya : suspensi prokalin penisilin yang ditambahkan prokalin HCL yang mudah laut
dalam air kan mengurangi ion oenisilin dalam larutan.

9. Hidrotropi

Hidroropi adalah peritiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut
atau sukar larut dengan penambahan senyaa lain namun bukan zat surfaktan (surface activate
agent, SAA)

10. Ukuran partikel

Efek ukuran partikel zat terlarut tterhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika partike
mempunyai ukurn dalam mikron dan akan terlihat kenaikan kira-kira 10% dalam
kelarutannnya.

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :

-Ukuran partikel ; makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan
solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

-Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.

-Pengadukan

11. Ukuran partikel dan bentuk molekul


Zat cair yangn dapat mempunyai polaritas, konstanta dielektrik, dan ikatan hidrogen
dapat menjadi pelarut yang kurang bagi senyawa ionik, karena ukuran partikelnya lebih besar
dan akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan melarutkan kristal. Bentuk molekul zat
terlarut juga merupakan faktor dalam meneliti kelarutan

12. Struktur air

Struktur air merupakan anyaman molekul tiga dimensi dan struktur ikatan hidrogen
menentukan sifat-sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut.\

Komposisi Larutan

Bahan aktif / solut/ zat terlarut. Contoh : kamfer, iodin, mentol.

Solven / zat pelarut

Contoh :

a. Air untuk melarutka garam garam

b. Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentol

c. Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor sublimat

d. Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol

e. Minyak untuk melarutkan kamfer

f. Paraffin liquidum untuk melarutkan cera dan cetasium

g. Kloroform untuk melarutkan minyak minyak, lemak

Bahan tambahan

a. Corrigen odoris : digunakan untuk memperbaiki bau obat.

Contoh : oleum cinnamommi, oleum rosarum, oleum citri, oleum menthae pip.

b. Corrigen saporis : digunakan untuk mempebaiki rasa obat.

Contoh : saccharosa/sirup simplex, sirup auratiorum, tingtur cinnamommi, aqua menthae


piperithae.

c. Corrigen coloris : digunakan untuk memperbaiki warna obat.


Contoh : karminum (merah), karamel (coklat), tinture croci (kuning).

d. Corrigen solubilis : digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama.


Contoh : iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat.

e. Pengawet : digunakan untuk mengawetkan obat.

Contoh : asam benzoat, natrium benzoat, nipagin, nipasol.

Cara Pembuatan Larutan Secara Umum :

Zat zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol.

Zat zat yang agak sukar larut, dilarutkan dengan pemanasan.

Masukkan zat padat yang akan dilarutkan dalam Erlenmeyer, setelah itu masukkan zat
pelarutnya, dipanasi diatas tangas air atau api bebas dengan digoyang goyangkan sampai
larut. Zat padat yang hendak dilarutkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dulu, mencegah
jangan sampaai ada yang lengket pada Erlenmeyer. Pemanasan dilakukan dengan api bebas
sambil digoyang goyang untuk menjaga pemanasan kelewat setempat.

Untuk zat yang akan terbentuk hidrat , maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar
tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya.

Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar erlenmeyer
atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyang goyangkan atau dikocok untuk
mempercepat larutnya zat tersebut.

Zat zat yang mudh terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau
dilarutkan secar dingin.

Zat zat yang mudah menguap dipanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan dinaskan
serendah rendahnya sambil digoyang goyangkan.

Obat obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua.
Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.

Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu
zat, tidak untuk menambah kelarutan sebab bila keadaan dingin maka akan terjadi endapan.
Cara Khusus Pengerjaan Obat Dalam Bentuk Larutan

Beberapa obat yang memerlukan cara khusus untuk melarutkannya, diantaranya :

Natrium bikarbonat

Harus dilakukan dengan cara gerus tuang (adsliben)

Kalium permanganat (KMnO4)

Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi (MnO2).
Oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok kocok dituangkan ke dalam botol atau dapat
juga disaring dengan gelas wool.

Gv Zink klorida (ZnCl2)

Harus dilarutkan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air ditambahkan
sedikit demi sedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang sukar larut dalam
air. Jika terdapat asam salisilat, larutkan zink klorida dengan sebagian air, kemudian
tambahkan asam salisilat dan sisa air, baru disaring.

Kamfer (Camphorae)

Kelarutan dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortiori (95%) sebanyak 2 kali bobot
kamfer di dalam botol kering. Kocok kocok, kemudian tambahkan air panas sekaligus,
kocok lagi.

Tanin

Tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin, tetapi tanin selalu mengandung hasil
oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam
gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahi. Jika ada air dan gliserin, larutkan tannin
dalam air, kocok, baru tambahkan gliserinnya.

Fenol

Diambil fenol liquifactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang
diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam air cukup akan diperoleh
larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan yang keruh.

Bahan yang bersifat keras


Harus dilarutkan sendiri.

Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling
sedikit adalah 2 ml.

Keuntungan dan Kerugian Bentuk Larutan

Keuntungan

Merupakan campuran homogen

Dosis dapat di ubah-ubah dalam pembuatan

Dapat di berikan dalam larutan encer,sedangkan kapsul dan tablet sulit di encerkan

Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat di absorpsi

Mudah di beri pemanis,bau-bauan,dan warna dan hal ini cocok untuk pemberian obat
pada anak-anak

Kerugian

Volume bentuk larutan lebih besar

Ada obat yang tidak stabil dalam larutan

Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang telarut,
misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.

Macam-macam sediaan larutan adalah larutan untuk mata, larutan untuk telinga,
larutan untuk hidung, larutan untuk mulut, larutan parental, larutan untuk rektal, larutan untuk
vagina, larutan oral, dan larutan topikal.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi larutan, yaitu co-solvency, sifat kelarutan,
temparatur, salting out, salting in, pembentukan kompleks, common ion effect, hidrotropi,
ukuran partikel, ukuran dan bentuk molekul, struktur air.

Saran

Dalammengerjakantugasini, penulismembutuhkankritikdan saran yang


membangundaripembaca agar dalammengerjakantugasberikutnyadapatlebihbaiklagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 53.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 12.
Syamsuni, H. A, 2006, Ilmu Resep, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai