Anda di halaman 1dari 17

SUSPENSI

NAMA KELOMPOK
1. TYAS KRIESMAWARNI M (14330023)
2. KIKIN OGI FAUZIAH (14330025)
3. SYALMIAH (14330029)
4. SALMA HILMY R.H 14330031)
DEFINISI
Menurut Farmakope Indonesia Edisi ke V :
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah
sediaan seperti tersebut di atas, dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih
spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topical, dan lain-lain.
Jenis-jenis Suspensi :
1. Suspensi oral ( Bufect; Susp. Ibu profen )
2. Suspensi topikal ( Caladin )
3. Suspensi tetes telinga
4. Suspensi optalmik
5. Suspensi untuk injeksi
6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi
2
 Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk
penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma
termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan,
sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih
dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti
ini disebut “ Untuk Suspensi oral”
Contoh : suspensi oral meloksikam, suspensi paracetamol
 Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa
suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
Contoh : Lotio Caladin
 Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
 Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat
dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi
atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila
terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.
Contoh : suspensi prednisolon asetat 0,12%
 Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium
cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan
spinal .
contoh : suspensi untuk injeksi prokain penicilin
 Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai.
Contoh : Suspensi Steril Kortison Asetat
 Suspensi adalah merupakan suatu dispersi kasar dimana partikel zat padat yang
tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair. Ukuran partiken dispersi kasar > 0,5 µ
 Suspensi yang diingiinkan : SMOOTH, UNIFORM, MUDAH MENGALIR
 Karakter fisik suspensi yang baik
1. Suspensi harus homogen sampai batas waktu tertentu minimal antara waktu
pengocokan dalam wadah sampai dituang untuk sejumlah dosis yang diperlukan.
2. Endapan yang terbentuk pada saat penyimpanan harus mudah terdispersi dengan
pengocokan yang tidak terlalu kuat.
3. Suspensi kemungkinan memerlukan pengental untuk mengurangi kecepatan
pengendapan dari partike,
4. Partikel yang tersuspensi harus kecil dan uniform untuk mendapatkan sediaan yang
halus.
STABILITAS SUSPENSI
1. Ukuran partikel
- semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya.
- semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan
tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental
suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
HUKUM STOKES
d 2 ( Ps - P0 ) g
V =
18 h d = diameter dari partikel
D = berat jenis dari partikel
D0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
h = viskositas cairan
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka partikel tersebut akan
susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.

4. Sifat/muatan partikel
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak
mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan
mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada
kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking .
PEMBAGIAN SUSPENSI BERDASARKAN
CARA PENGGUNAAN

1. Oral Aqueous Suspensions


2. Dry Syrup/For Oral Suspensions/Reconstituable Suspension
3. Topikal Suspensions
Komponen Suspensi
 Fase terdispersi atau fase intern : Bahan padatan yang tidak larut
 Fase pendispersi atau fase ekstern : Bahan cair atau bahan pembawa ( Air )
 Suspending Agent : Bahan penstabil suspensi ( PGA, Bentonit, CMC )
 Wetting Agent : Bahan pembasah ( Alkohol ,gliserin )
Suspending Agent
 Suspending agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut alam
pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat, umumnya bersifat
mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
 Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tetapi kekentalan
yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi pada saat pengocokan. Bahan pensuspensi atau
suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1) Bahan pensuspensi dari alam : Acasia ( pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth, Algin, Bentonit,
hectorite dan veegum.
2) Bahan pensuspensi sintetis : adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC),
hidroksi metil selulosa, Carbophol 934

Wetting Agent
Suatu zat pembasah adalah suatu surfaktan yang bila dilarutkan dalam air, menurunkan sudut kontak yang
baru dan membantu memindahlan fase udara pada permukaan dan menggantikannya dengan fase cair.
Kerja yang paling penting dari suatu zat pembasah atau wetting agent adalah untuk menurunkan sudut
kontak antara permukaan dan cairan pembasah.
Misal pada permukaan sulfur merupakan serbuk yang sulit dibasahi oleh air (hidrofob) digunakan gliserin
untuk membasahi partikel maka pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel dengan
gliserin, koloid gom baru diencerkan dengan air.
METODE PEMBUATAN SUSPENSI

METODE DISPERSI METODE PRAESIPITASI

Dengan cara mendispersikan bahan obat Zat yang hendak didispersi dilarutkan
kedalam medium pendispersi, sebagai dahulu dalam pelarut organik yang
medium pendispersi umumnya digunakan hendak dicampur dengan air. Setelah larut
air. dalam pelarut organik diencer- kan
dengan larutan.

Contoh : Etanol, gliserol, propilenglikol


SISTEM PEMBENTUKAN SUSPENSI
FLOKULASI DEFLOKULASI
1. Partikel merupakan agregat yang 1. Partikel suspensi dalam keadaan
bebas. terpisah satu dengan yang lain.
2. Sedimentasi terjadi cepat. 2. Sedimentasi yang terjadi lambat
3. Sedimen terbentuk cepat. masing - masing partikel mengendap
4. Sedimen tidak membentuk cake yang terpisah dan ukuran partikel adalah
keras dan padat dan mudah terdispersi minimal
kembali seperti semula 3. Sedimen terbentuk lambat
5. Ujud suspensi kurang menyenangkan 4. Akhirnya sedimen akan membentuk
sebab sedimentasi terjadi cepat dan cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih 5. Ujud suspensi menyenangkan karena
dan nyata. zat tersuspensi dalam waktu relatif lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan
atas berkabut.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
SUSPENSI
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Suspensi merupakan sediaan yang 1. Suspensi memiliki kestabilan yang rendah
menjamin stabilitas kimia dan Jika terbentuk caking akan sulit terdispersi
memungkinkan terapi dengan cairan. kembali sehingga homogenitasnya turun
2. Untuk pasien dengan kondisi khusus, 2. Aliran yang terlalu kental menyebabkan
bentuk cair lebih disukai dari pada bentuk sediaan sukar di tuang
padat 3. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada
3. Suspensi pemberiannya lebih mudah bentuk sediaan larutan
serta lebih mudah memberikan dosis yang 4. Pada saat penyimpanan kemungkinan
relatif lebih besar. terjadi perubahan sistem dispersi (caking,
4. Suspensi merupakan sediaan yang flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi
aman, mudah di berikan untuk anak-anak, fluktuasi/perubahan suhu.
juga mudah diatur penyesuain dosisnya 5. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih
untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa dahulu untuk memperoleh dosis yang
pahit. diinginkan.
Uji Organoleptis EVALUASI
Massa Jenis SUSPENSI
Distribusi Ukuran Partikel

Viskositas

Volume Sedimentasi

Uji Redispersi

pH
RESEP DAN PEMBAHASAN
Dr. azhhuri

Praktik:
(SIP.017/KOD/DU/II/1991)
A. PERHITUNGAN BAHAN
Jln.sawojajar 23 Malang
Telp. 03417456678
1. Sulfur Praecipitat : 20g/300ml X 60 ml = 4g
Malang 27-11-2012

R/ Sulf praecipitat 20 2. Champora : 2g/300ml X 60 ml = 0,4g


Campha 2
Glycerin 1
3. Mucil PGA : 10g/300ml X 60 ml = 2g
Mucil Gum Arab 10
Sol. Calc Hidrat 134
Aq. Rosae 133 PGA : 4g/100g X 60 ml = 0,8g
s.u.e

Aqua untuk PGA : 1,5 X 0,8 = 1,2 ml


da 60 ml 4. Gliserin : 1g/300g X 60 ml = 0,2 ml

5. Sol. Calc hidrat : 134g/300ml X 60 ml = 26,8ml


Pro: Ani (18 th)
Alamat: jln. Anggrek no.9 Malang
6. Aqua Rosae : 133g/300g X 60 ml = 26,6ml
B. CARA PEMBUATAN
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disetarakan timbangan
3. Dikalibrasi botol 60ml
4. Ditimbang sulf. Praicipitat dimasukkan kedalam mortar ditambah gliserin lalu digerus ad
homogen.
5. Ditimbang PGA dimasukkan kedalam mortar digerus, ditambahkan aqua untuk PGA 1,2
ml gerus ad terbentuk mucilage tambah no.4 gerus ad homogen.
6. Ditimbang champora, diasukkan dalam motir, ditambahkan 3 tetes spiritus fort digerus ad
homogen.
7. Ditambahkan no. 5 kedalam mortar no. 6 diaduk ad homogen
8. Ditambahkan sol calc hidrat diaduk ad homogen
9. Diencerkan hasil no 8 dengan aqua rosae, dimasukan dalam botol
10. Ditambahkan dengan aqua rosae ad tanda kalibrasi, lalu di tutup dan kocok ad
homogen
11. Tutup dengan cup, diberi etiket biru dan label.
CONTOH SEDIAAN SUSPENSI

Anda mungkin juga menyukai