TINJAUAN PUSTAKA
2.1 OBAT
1. Obat bebas merupakan obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli
tanpa menggunakan resep dokter. Obat bebas tergolong dalam obat yang
(Rahayuda, 2016).
2. Obat bebas terbatas merupakan segolongan obat yang dalam jumlah
tertentu aman untuk dikonsumsi akan tetapi jika terlalu banyak akan
2016).
3. Obat wajib di apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker pengelola apotek tanpa resep dokter. Obat wajib apotek dibuat
Obat ini memiliki efek yang keras sehingga jika digunakan sembarangan
keras ditandai dengan lingkaran merah memiliki garis tepi hitam dan
2016).
5. Psikotropika dan narkotika merupakan zat atau obat yang secara alamiah
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang
dapat menyebabkan perubahan kesadaran dari mulai penurunan sampai
2017).
cepat
intraperitoneal
(Nuryati, 2017):
2. Penggolongan obat berdasarkan efek local yaitu obat atau zat aktif
(Nuryati, 2017):
tertentu
jenisnya antara lain yaitu obat OTC (over the counter), obat generik, obat
generik berlogo, obat nama dagang, obat paten, obat mitu (me-too), obat
tradisional, obat jadi, obat baru, obat esensial, dan obat wajib apotek.
Obat OTC merupakan sebutan umum untuk obat yang termasuk dalam
golongan obat bebas dan obat bebas terbatas yang digunakan untuk
a. Obat generik
penamaan zat aktik sediaan yang ditetapkan oleh farmakope. Obat ini
(Jo, 2016).
c. Obat nama dagang
kesehatan negara, obat nama dagang disebut juga sebagai obat merek
d. Obat paten
e. Obat me-too
diproduksi dan dijual oleh pabrik lain dengan nama dagang yang
f. Obat tradisional
g. Obat jadi
Obat jadi merupakan obat yang masih memiliki keadaan murni atau
h. Obat baru
Merupakan suatu obat yang terdiri dari satu atau lebih zat, baik yang
i. Obat esensial
Obat wajib apotek merupakan suatu jenis obat keras yang dapat
diperoleh di apotek tanpa resep dokter, dan obat ini diserahkan oleh
rasional. Penggunaan obat yang tidak tepat salah satunya dapat berupa
kesalahan dalam penggunaan resep atau tanpa resep dan swamedikasi yang
tidak tepat. Penggunaan obat yang rasional jika memenuhi kriteria sebagai
1. Tepat diagnosis
yang akan dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan jenis
4. Tepat dosis
Dosis merupakan suatu cara dan lama pemberian obat yang sangat
yang tidak diinginkan yang tiba – tiba timbul pada pemberian obat
beragam. Hal ini akan jelas terlihat pada beberapa jenis obat (Nuryati,
2017).
7. Tepat informasi
rekonsiliasi obat, (5) konseling, (6) visite, (7) pemantauan terapi obat, (8)
monitoring efek samping obat, (9) evaluasi penggunaan obat (Djuria, 2020).
bias, terkini dan komprehensif yang telah dilakukan oleh apoteker terhadap
dokter, apoterker, perawat, profesi kesehatn lainnya dan pasien serta pihak
lain diluar rumah sakit. PIO mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi
sakit dan pihak lain di luar rumah sakit, tujuan yang kedua yaitu menyediakan
atau sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai terutama
bagi tim farmasi yang memberikan pelayanan pada pasien serta menunjang
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan
informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan secara aktif apabila
atas pertanyaan yang diajukan oleh pasien tentang obat yang diperoleh
2013):
masyarakat (penyuluhan).
kefarmasian
tingkat kesulitan
kefarmasian.
sakit
kefarmasian
2016) :
atau on call
sedangkan diluar jam kerja dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang
c. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan
oleh apoteker instalasi farmasi baik pada jam kerja maupun diluar jam
kerja
e. Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayanu oleh
semua apoteker instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan
f. Melakukan penelitian
referensi yang berisi materi yang umum, lengkap dan mudah untuk
dipahami.
Evaluasi putaka primer tidak mudah meskipun memiliki hasil suatu studi
atau makalah penelitian sudah abash dan telah dipublikasikan, sehingga hal
adalah :
tersebut
diperhatikan yaitu:
penggunaan
5. Dokumentasi
layanan
merupakan suatu tingkat perasaan puas pasien yang timbul sebagai akibat dari
kinerja yang diberikan oleh layanan kesehatan setelah mendapatkan apa yang
harapan dan pelayanan yang diterimanya terhadap suatu produk atau jasa.
salah satu cerminan dari kepuasan pasien terhadap palayanan kefarmasian yang
diberikan oleh petugas kepada pasien dengan menggunakan resep obat maupun
obat non resep. Faktor utama yang menentukan tingkat kepuasan konsumen
atau pasien di instalasi farmasi yaitu kualitas pelayanan terhadap pasien yang
mendapatkan pelayanan yang baik, ramah dan sesuai dengan yang diharapkan
oleh pasien (Ginting and Purnomo, 2019). Kepuasan pasien dapat diukur dengan
menggunakan angket yang dibuat dalam upaya meningkatkan kunjungan pasien serta
Mutu pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
tidak lepas dari rasa puas bagi seseorang pasien terhadap pelayanan yang
diterima, dimana mutu yang baik dikaitkan dengan kesembuhan dari penyakit,
peningkatan derajat kesehatan , kecepatan pelayanan, lingkungan perawatan
1. Berwujud (Tangible)
sekitar yang berada pada pelayanan kesehatan farmasi dan bukti nyata
2. Keandalan (Reability)
pasien/ keluarga pasien terkait obat yang diresepkan dengan tepat dan
cepat, selain itu petugas farmasi bersikap ramah dan sopan dalam
aturan pakai obat dengan lengkap dan jelas (Aryani et al., 2015).
dengan baik, cepat dan tepat kepada pasien. Adapun contohnya adalah
5. Empati (Empathy)
b. Faktor biaya
c. Sosio- demografis
kesempatan dan akses yang mudah dan memiliki kenyamanan bagi para
2014) .
b. Ghost shopping
c. Analisa pelanggan
al., 2017).
berupa tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan atau
harapan pelanggan
ADRIZAL, F. S., YUFRI ALDI 2019. Analisis Pelayanan Resep Konfensional dan Elektronik
serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Pelayanan Kefarmasian di RSUD M. Natsir
Solok Indonesia. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 6, 195-199.
AKBAR, D. O., MARDIATI, N., MUSLIMAH, S. & HUSNI, R. J. B. J. O. P. 2018. GAMBARAN
TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN INFORMASI OBAT DI
PUSKESMAS KARANG INTAN 2 KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN
BANJAR DESCRIPTION OF PATIENT SATISFACTION LEVELS ON DRUG
INFORMATION SERVICES AT KARANG INTAN HEALTH CENTER 2, KARANG INTAN
DISTRICT BANJAR REGENCY. 2.
AL-DAMEN, R. 2017. Health Care Service Quality and Its Impact on Patient Satisfaction
“Case of Al-Bashir Hospital”. International Journal of Business and Management,
12, 136.
AMARANGGANA, L. J. J. F. 2017. Pelayanan informasi obat yang efektif dari beberapa
negara untuk meningkatkan pelayanan farmasi klinik. 15, 1-7.
ARYANI, F., HUSNAWATI, H., MUHARNI, S. & AFRIANTI, R. J. P. J. F. I. 2015. Analisa
Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. 12.
AZZAHRA, A. 2014. Evaluasi Pemberian Informasi Obat Pada Pasien Bpjs Di Apotek
Rawat Jalan Rso Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
DEPKES, R. 2014. Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit. Direktorat Jendral
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
DJURIA, R. F. 2020. Kepuasan Layanan Informasi Obat Di Pasir Putih, Pangkalbalam,
Puskesmas Taman Sari dan Kacang Pedang Kota Pangkalpinang. 2, 21-30.
GINTING, M. & PURNOMO, D. S. J. J. D. F. 2019. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap
Pelayanan Kefarmasian di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan. 3, 52-60.
HANDAYANI, R. S., SUPARDI, S., RAHARNI, R. & SUSYANTY, A. L. J. B. P. S. K. 2010.
Ketersediaan dan Peresepan Obat Generik dan Obat Esensial di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian di 10 Kabupaten/Kota di Indonesia. 13, 21302.
HARFIKA, J., ABDULLAH, N. J. B. E., BUSINESS, MANAGEMENT & JOURNAL, A. 2017.
Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Pasien Pada
Rumah Sakit Umum Kabupaten Aceh Barat Daya. 14.
HARIANTO, H., KHASANAH, N. & SUPARDI, S. 2012. KEPUASAN PASIEN TERHADAP
PELAYANAN RESEP DI APOTEK KOPKAR RUMAH SAKIT BUDHI ASIH JAKARTA.
Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 2, 12-21.
HERJUNIANTO, H., WARDHANI, V. & PRIHASTUTY, J. J. J. K. B. 2014. Faktor yang
mempengaruhi cakupan layanan farmasi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit.
28, 8-14.
IHSAN, S., SABARUDIN, S., LEORITA, M., SYUKRIADI, A. S. Z. & IBRAHIM, M. H. J. M. 2017.
Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Ditinjau dari Indikator Peresepan
Menurut World Health Organization (WHO) di Seluruh Puskesmas Kota Kendari
Tahun 2016. 5.
INSANI, W. N., LESTARI, K., ABDULAH, R. & GHASSANI, S. K. 2013. Pengaruh pelayanan
informasi obat terhadap keberhasilan terapi pasien diabetes melitus tipe 2. 2,
127-135.
JO, N. J. J. F. 2016. Studi Perbandingan Obat Generik dan Obat dengan Nama Dagang. 3,
5-10.
LESTARI, Y. P. 2014. Swamedikasi Penyakit Maag pada mahasiswa Bidang Kesehatan di
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
MAHARANI, D. N., MUKADDAS, A. & INDRIANI, I. J. J. F. G. 2016. Analisis Pengaruh
Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Resep Di Apotek Instalasi Farmasi
Badan Rumah Sakit Daerah Luwuk Kabupaten Banggai. 2, 111-117.
MAYEFIS, D., HALIM, A. & HALIM, R. J. J. I. K. I. 2017. Pengaruh Kualitas pelayanan
informasi obat terhadap kepuasan pasien apotek x kota Padang. 13, 201-204.
NURYATI 2017. Farmakologi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PRAYITNO, L. & SUHARMIATI, S. J. B. P. S. K. 2018. Kajian Mutu Pelayanan Kefarmasian
dan Kepuasan Pasien Rawat Jalan pada Era Jaminan Kesehatan Nasional. 21, 22-
31.
PRIHARTINI, N., YUNIAR, Y., SUSYANTY, A. L. & RAHARNI, R. J. J. K. I. 2020. Kepuasan
Pasien Rawat Jalan terhadap Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan
Puskesmas di 11 Provinsi di Indonesia. 42-49.
PURWANTI, A., HARIANTO, H., SUPARDI, S. J. P. S. & RESEARCH 2012. Gambaran
Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003. 1,
102-115.
RAHAYUDA, I. G. S. 2016. Identifikasi Jenis Obat Berdasarkan Gambar Logo Pada
Kemasan Menggunakan Metode Naive Bayes. Open Access Journal of
Information System, 6, 17 - 32.
RAMADHAN, R. 2015. Rasionalitas penggunaan OAINS pada pasien rematik
osteoarthritis rawat jalan di RSUD Kabupaten Subang Tahun 2014 ditinjau dari
(tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pemberian,
tepat pasien). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, 2015.
STEVANI, H., PUTRI, A. N. & SIDE, S. J. M. F. 2018. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Doi-Doi Kecamatan Pujananting
Kabupaten Barru. 14, 1-7.
SUDIBYO, S., RINI SASANTI, H., MAX JOSEPH, H., RAHARNI, R. & ANDI LENY, S. 2012.
Kajian Peraturan Perundang-undangan Tentang Pemberian Informasi Obat Dan
Obat Tradisional Di Indonesia. Indonesian Pharmaceutical Journal, 2, 20-27.
SUPARDI, S., HANDAYANI, R. S., HERMAN, M. J., RAHARNI, R. & SUSYANTY, A. L. J. I. P. J.
2012. Kajian peraturan perundang-undangan tentang pemberian informasi obat
dan obat tradisional di Indonesia. 2, 20-27.
SUPARTININGSIH, S. J. J. M. D. M. R. S. 2017. Kualitas pelayanan kepuasan pasien rumah
sakit: kasus pada pasien rawat jalan. 6, 9-15.
TJAHYADI, Y. E. 2013. Studi Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit X
Surabaya.
UNTARI, E. K., AGILINA, A. R., SUSANTI, R. J. P. S. & RESEARCH 2018. Evaluasi Rasionalitas
Penggunaan Obat Antihipertensi di Puskesmas Siantan Hilir Kota Pontianak
Tahun 2015. 5, 32-39.
UTAMI, E. R. 2018. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Penggunaan Obat
Tradisional Di Desa Nunggalrejo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung
Tengah.
WULANDARI, D. 2015. EVALUASI KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN
DIMENSI WAKTU TUNGGU PELAYANAN OBAT JADI DAN OBAT RACIKAN
TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI IFRSI YARSIS SURAKARTA
TAHUN 2014. Universitas Setia Budi Surakarta.
YULIATI, Y., MAGDALENA, E. & PRATIWI, D. J. I. J. O. N. H. S. 2016. Analisis Kepuasan
Pasien Farmasi Rawat Jalan Menggunakan Metode Servqual (Studi Kasus Di
Rumah Sakit Swasta X Jakarta). 1.
YUNIAR, Y. & HANDAYANI, R. S. J. J. K. I. 2016. Kepuasan pasien peserta Program
Jaminan Kesehatan Nasional terhadap pelayanan kefarmasian di apotek. 39-48.