Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU 36 Tahun 2009 obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk

produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi system biologi atau keadaan

patologi dalam mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada

manusia (Departemen Kesehatan RI, 2009). obat terdiri atas obat sintetik dan obat

alami, salah satu dari obat sintetik adalah obat generik.

Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary

Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya

untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat generik Bermerk/ Bernama Dagang

adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama pemilik produsen

obat yang bersangkutan. Sedangkan obat paten adalah obat yang masih mempunyai

hak patennya. Pada dasarnya obat generik merupakan salah satu sediaan farmasi

yang telah memenuhi persyaratan farmakope serta melewati proses pembuatan sesuai

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) pun turut mengawasi stardar umum tersebut. Hal ini yang membedakan

dengan obat bermerk dan banyak dipromosikan. Pada umumnya pemilihan kadar

kandungan dalam rentang standar farmakope (Kemenkes RI, 2010)

Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat

yang menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan

farmasi yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerk

yang lebih umum disebut obat bermerk adalah obat yang diberi merk dagang oleh

perusahaan farmasi yang memproduksinya. Obat Generik Berlogo (OGB)

diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk memenuhi

1
kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat. (Edyaningrum, 2013).

Data nasional penggunaan obat generik di Indonesia hingga kini masih

tergolong rendah, padahal meskipun harganya jauh lebih murah, kualitas dan

khasiatnya sama seperti obat bernama dagang (bermerek). Peresepan obat generik

oleh dokter di rumah sakit umum milik pemerintah saat ini baru 66 persen,

sedangkan di rumah sakit swasta dan apotek hanya 49 persen. Ketersediaan obat

esensial generik di sarana pelayanan kesehatan juga baru 69,7 persen dari target 95

persen, Dalam lima tahun terakhir 2005-2010, pasar obat generik turun dari Rp 2.525

triliun atau 10 persen dari pasar nasional, menjadi Rp 2.372 triliun atau 7,2 persen

dari pasar nasional. Sementara, pasar obat nasional meningkat dari Rp 23,59 triliun

pada 2005 menjadi Rp 32,93 triliun pada 2009 ( Anonim 2010).

Rendahnya penggunaan obat generik di masyarakat dikarenakan o bat generik

masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Penyebab masalah ini

terkait dengan tenaga medis baik itu dokter atau bahkan pasien sendiri, masih

menganggap obat generik obat yang murah dan tidak berkualitas, sehingga sering tenaga

medis memilih untuk meresepkan obat selain generik karena adanya unsur financial

incentives. Persepsi yang salah tentang obat generik itu sendiri, menunjukkan bahwa

masih kurangnya edukasi dan pengetahuan masyarakat tentang obat generik.

Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang obat generik inilah, yang akhirnya

menyebabkan masyarakat cenderung mempercayakan pengobatan penyakitnya

kepada dokter tanpa mempertanyakan jenis obat yang diberikan kepada mereka

(Handayani, 2012).

Pengetahuan yang kurang di masyarakat yang dimaksud adalah mengenai

kualitas obat generik, manfaat obat generik dan harga obat generik. Kualitas tentang

seberapa mujarabnya obat tersebut dalam menyembuhkan penyakit, adakah terdapat

2
efek samping, kontra indikasi, harga obat tentang seberapa relatif murah dan selalu

tersediakah obat generik di apotik-apotik dan lain-lain (Fahriani, 2011).

Berdasarkan masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang sejauhmana tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat

generik di Kota Pariaman. Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan diketahui

bahwa Kota Pariaman memiliki 7 Puskesmas. Berdasarkan data dari dari Dinas

Kesehatan Kota Pariaman bahwa kunjungan tertinggi adalah di Puskesmas Pariaman.

Wilayah Kerja Puskesmas Pariaman Kota Pariaman memiliki 22 Desa/ Kelurahan

binaan. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada 5 (lima) orang masyarakat yang

berkunjung ke Puskesmas Pariaman Kota Pariaman terkait dengan pengetahuan

penggunaan obat generik, mereka menyebutkan bahwa yang mereka ketahui tentang

obat generik adalah obat yang mereka dapatkan bila berobat ke Puskesmas. Selain

itu, mereka menyebutkan obat generik bukan obat yang bagus untuk menyembuhkan

penyakit mereka, sehingga mereka meminta kepada Dokter diberikan obat yang

bagus untuk mengobati penyakit mereka.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang obat generik di

Puskesmas Pariaman Kota Pariaman tahun 2022 sehingga dapat diberikan solusi

yang terbaik.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan

tentang penggunaan obat generik pada masyarakat di Puskesmas Pariaman Kota

Pariaman tahun 2022.

3
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan

obat generik pada masyarakat di Puskesmas Pariaman Kota Pariaman tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penggunaan obat generik di

Puskesmas Pariaman Kota Pariaman tahun 2022.

2. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan pada masyarakat di

Puskesmas Pariaman Kota Pariaman tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tambahan bagi pengambil keputusan/kebijakan

kesehatan serta sebagai perbandingan terhadap laporan penggunaan obat

generik secara admistratif.

2. Memberikan informasi bagi peneliti sendiri dan peneliti selanjutnya bagi

peningkatan pengetahuan tentang obat generik.

3. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang pengertian, penggunaan, dan

manfaat obat generik agar masyarakat tidak bingung membeli obat generik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini melihat gambaran tingkat pengetahuan tentang penggunaan

obat generik pada masyarakat di Puskesmas Pariaman Kota Pariaman tahun 2022.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat

2.1.1 Definisi Obat

Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi

dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Anonim, 2010).

Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit,

serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan (Ansel, 2005).

2.1.2 Peran Obat

Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran obat

secara umum adalah sebagai berikut :

1. Penetapan diagnosa

2. Untuk pencegahan penyakit

3. Menyembuhkan penyakit

4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan

5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu

6. Peningkatan kesehatan

7. Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, 2014 dan Tjay, T.H dan Rahardja, T.

2007).

2.1.3 Penggunaan Obat

1. Berdasarkan Jenisnya

a) Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.

5
Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan

warung, tanpa resep dokter, ditandai lingkaran hijau bergaris tepi

hitam. Obat Bebas Terbatas (waarschuwing/Peringatan), yakni obat-

obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa

resep dokter, memakai lingkaran biru bergaris tepi hitam.

b) Obat Keras

Obat keras (Gevaarlijk/berbahaya), yaitu obat berkhasiat keras yang

untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter, memakai tanda

lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di

dalamnya

c) Psikotropika dan Narkotika

Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas

otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan

prilaku.Narkotika adalah zat atau obatyang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang

menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia

(Chaerunisaa, 2014 dan Konigbauer, I. 2007).

2. Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat

Obat digolongkan menjadi lima jenis :

a) Obat yang bekerja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit

karena bakteri atau mikroba, contoh: antibiotik.

b) Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh:

serum, vaksin.

6
c) Obat yang menghilangkan gejala penyakit simptomatik, misal gejala

penyakit nyeri, contoh: analgetik, antipiretik.

d) Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat

yang kurang, contoh: vitamin, hormon.

e) Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat

berkhasiat untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua

proinjection. Selain itu, obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan

penggunaannya misalkan antihipertensi, cardiaca, diuretic, hipnotik,

sedative dan lain-lain (Chaerunisa, 2014).

3. Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiannya

Obat dibagi dua golongan :

a) Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik,

acetaminophen.

b) Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotik

(Anief, 2004).

4. Berdasarkan Cara Pemberian

Obat digolongkan menjadi enam jenis :

a) Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh:

serbuk, kapsul, tablet sirup.

b) Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh

suppositoria, laksatif.

c) Sublingual, obat yang diletakkan di bawah lidah dan melalui selaput

lendir masuk ke pembuluh darah agar mendapaktkan efek obat yang

lebih cepat. Contoh: tablet hisap, hormone.

7
d) Parenteral, obat suntik melalui kulit masuk ke darah. Ada yang

diberikan secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakutan.

e) Langsung ke organ, contoh intrakardial.

f) Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 2004).

5. Berdasarkan Efek yang Ditimbulkan

Obat digolongkan menjadi dua jenis :

a) Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara

oral

b) Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada

kulit, telinga, mata (Anief, 2004).

6. Berdasarkan Penamaannya

Penamaan dibagi menjadi tiga (Widodo (2009), yaitu :

a) Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.

b) Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang

disepakati sebagai nama obat dari suatu nama kimia.

c) Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-

masing produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten.

2.2 Obat Generik

2.2.1 Definisi Obat Generik

Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama

resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International

10 Non-propietary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat

berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari

8
monografi sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat

tunggal (Anonim, 2010).

Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan

nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga

obat disubsidi oleh pemerintah.Logo generik menunjukkan persyaratan mutu yang

ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.Sedangkan obat generik

esensial adalah obat generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan

kesehatan bagi masyarakat (Widodo, 2009 dan Djunaedi, M. dan Modjo, I 2007).

2.2.2 Pengenalan Obat Generik

Obat pada waktu ditemukan diberi nama kimia yang menggambarkan

struktur molekulnya. Nama kimia obat biasanya amat kompleks sehingga tidak

mudah diingat orang awam. Untuk kepentingan penelitian biasanya nama kimia

disingkat dengan kode tertentu. Setelah obat itu dinyatakan aman dan bermanfaat

melalui uji klinis, barulah obat tersebut didaftarkan pada Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (Badan POM). Obat tersebut mendapat nama generik dan nama

dagang. Nama dagang ini sering disebut nama paten. Perusahaan obat yang

menemukan obat tersebut dapat memasarkannya dengan nama dagang.

Nama dagang biasanya diusahakan yang mudah diingat oleh pengguna

obat.Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten

penemuan obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut masih

berlaku, obat ini tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik dengan nama

dagang pabrik peniru ataupun dijual dengan nama generiknya. Obat nama dagang

yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual oleh pabrik lain

dengan nama dagang berbeda yang biasanya disebutsebagai me-too product di

9
beberapa negara barat disebut branded generik atau tetap dijual dengan nama

generik (Chaerunisaa, 2014).

2.2.3 Manfaat Obat Generik

Manfaat obat generik secara umum (Widodo, 2009) adalah :

1. Sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

2. Dari segi ekonomis obat generik dapat dijangkau masyarakat golongan

ekonomi menengah kebawah.

3. Dari segi kualitas obat generik memiliki mutu atau khasiat yang sama

dengan obat yang bermerek dagang (obat paten).

2.2.4 Kebijakan Obat Generik

Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk mengendalikan

harga obat, di mana obat dipasarkan dengan nama bahan aktifnya. Agar upaya

pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka

kebijakan tersebut mencakup komponen-komponen berikut (Widodo, 2009) :

1. Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB).

Produksi dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan

disesuaikan dengan kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan

kesehatan.

2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.

3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan kesehatan.

4. Peresepan berdasarkan atas nama generik bukan nama dagang.

5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di

unit-unit pelayanan kesehatan.

10
6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan

masyarakat luas secara berkesinambungan.

7. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara berkala.

2.2.5 Faktor yang Menghambat Masyarakat terhadap Obat Generik

1. Akses Obat.

Hal ini dalam rangka memenuhi kebutuhan obat pasien sesuai dengan resep di

setiap penjualan obat, yaitu membahas resep yang terlayani , resep yang tidak

terlayani oleh apotik, dan resep yang obatnya digantikan dengan obat lain yang

sejenis. Akses masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor

utama, yaitu :

a) Penggunaan obat yang rasional

b) Harga yang terjangkau

c) Pembiayaan yang berkelanjutan

d) Sistem pelayanan kesehatan beserta sistem suplai obat yang dapat

menjamin ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat (Anonim,

2010)

2. Harga Obat

Harga obat di Indonesia umumnya dinilai mahal dan struktur harga obat

tidak transparan. Penelitian WHO menunjukkan perbandingan harga antara

satu nama dagang dengan nama dagang yang lain untuk obat yang sama,

berkisar 1:2 sampai 1:5. Penelitian di atas juga membandingkan harga obat

dengan nama dagang dan obat generik menunjukkan obat generik bukan yang

termurah. Survei dampak krisis rupiah pada biaya obat dan ketersediaan obat

esensial antara 1997 - 2002 menunjukkan bahwa biaya resep rata-rata di sarana

11
kesehatan sektor swasta jauh lebih tinggi dari pada di sektor publik yang

menerapkan pengaturan harga dalam sistem suplainya (Anonim 2010).

3. Tingkat Ketersediaan Obat

Rendahnya ketersediaan obat generik di rumah sakit pemerintah dapat

berimplikasi secara langsung pada akses obat generik, sebagai gantinya pasien

membeli obat generik di apotik atau di praktek dokter.Apotik swasta

mempunyai obat generik lebih sedikit dibandingkan dengan yang disediakan

oleh dokter.Sehingga apotik menyediakan obat paten lebih banyak.Selama

banyak obat yang tidak tersedia, pasien mengeluarkan uang lebih banyak untuk

membayar obat (Suryani, 2013).

4. Informasi Obat

Keterbatasan informasi masyarakat akan obat sangat erat kaitannya dengan

ketidaktahuan akan pengenalan, penggunaan dan pemanfaatan obat terutama

bagi mereka yang ingin memakai obat generik. Informasi obat, antara lain

mengenai khasiat, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan

pakai, peringatanperingatan penggunaan suatu obat, serta harga obat, Juga bila

perlu informasi mengenai pilihan obat yang tepat bagi konsumen (Widodo,

2009).

5. Keterjangkauan Obat.

Keterjangkauan obat dapat dipandang dari sudut geografis, ekonomi dan

sosial politik.Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau

dimana 5.707 diantaranya sudah bernama.Namun pulau yang telah

berpenghuni jumlahnya lebih kecil.Saat ini sebagian masyakat Indonesia

tinggal di daerah terpencil, daerah tertinggal, dan wilayah perbatasan. Sebagian

12
lagi tinggal di daerah rawan bencana baik bencana alam dan bencana buatan

manusia seperti : ketidakstabilan politik dan tingginya tingkat kemiskinan.

Dengan pola penyebaran penduduk seperti tersebut di atas, maka diperlukan

adanya perbedaan pengelolaan obat sesuai dengan karateristik masing-masing

daerah. Sebagai contoh kita dapat melakukan pengelompokan Provinsi

Kepulauan : Riau, NTB, NTT, Maluku dan Maluku Utara lebih memiliki

karakteristik geografis kepulauan. Sedangkan propinsi di Kalimantan dan

Papua dapat dikategorikan daratan luas dengan hambatan transportasi. Kategori

lain adalah Pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi (Anonim, 2010).

2.3 Obat Generik Bermerek dan Obat Paten

Obat generik bermerek adalah obat yang dibuat sesuai dengan komposisi

obat setelah masa patennya berakhir sedangkan obat paten adalah obat jadi dengan

nama dagang yang terdaftar atas nama sipembuat atau yang dikuasakan dan dijual

dalam bungkus asli yang dikaluarkan dari pabrik yang memproduksi. Berdasarkan

UU No. 14 tahun 2001 masa berlaku obat paten di Indonesia adalah 20 tahun(Liu,

Y.M., Yang dan Hsieh, C.R, 2009)

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahun dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia yaitu, indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007).

13
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behaviour). Dari hasil pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada prilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan prilaku baru atau

adopsi prilaku melalui proses seperti yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran

dan sikap yang positif, maka prilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting). Sebaliknya apabila prilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

2.4.2 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

(Notoatmodjo, 2007), yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau

rangsangan yang telah di terima, oleh sebab itutahu ini merupakan tingkat

pengetahuan paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami di artikan sebagi suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

14
Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di

lihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi-

formasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian ini di

dasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan

tentang kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari objek penelitian

atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

15
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo,

2007).

2.4.3 Cara memperoleh pengetahuan

Beberapa cara digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua (Notoatmodjo, 2007),

yakni:

1. Cara tradisional atau non – ilmiah

a. Cara coba-coba

Cara coba-coba ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain dan hal tersebut akan terus

dilakukan sampai masalah tersebut terpecahkan.

b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah

penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926. Di mana pada

suatu hari Summers sedang bekerja dengan ekstrak ecotone dan karena

terburu – buru ingin bermain tenis, maka ekstrak ecotone yang disimpan

di dalam kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan

percobaannya ternyata ekstrak ecotone yang disimpan didalam kulkas

tersebut timbul kristal – kristal yang kemudian disebut dengan enzim

urease. Demikian juga dengan penemuan kina sebagai obat malaria yang

ditemukan secara kebetulan oleh seorang penderita malaria yang sering

mengembara.

16
c. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, dan

pemegang pemerintahan. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut

diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini

adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut dapat

memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara

tersebut.

e. Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang – kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para

17
orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang

tuanya, atau agar disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya

berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara

menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau

kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode (meskipun bukan yang

paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman

(reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak

orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

f. Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima

dan diyakini oleh pengikut – pengikut agama yang bersangkutan, terlepas

dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini

diterima oleh para nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil

usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g. Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau

berpikir. Kebenaran yang diperoleh dari intuitif sukar dipercaya karena

kebenaran ini tidak menggunakan cara–cara yang rasional dan yang

sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi

atau suara hati atau bisikan hati saja.

h. Melalui jalan pikiran

18
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan

kata lain, dalam memperoleh pengetahuan manusia telah menggunakan

jalan pikirnya, baik melaui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi

pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak

langsung melalui pernyataan–penyataan yang dikemukakan, kemudian

dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

i. Induksi

induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti

dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan

pengalaman empiris yang ditangkap melalui indera. Kemudian

disimpulkan melalui ke dalam suatu konsep yang memungkinkan

seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses berpikir induksi

itu beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal yang nyata, maka

dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal yang konkret ke hal

yang abstrak.

j. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan –

pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384 – 322 SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang

disebut dengan silogisme. Silogisme ini merupakan suatu bentuk

deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai

19
kesimpulan yang lebih baik. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku

bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu,

berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap

yang termasuk kedalam kelas itu.

Disini terlihat proses berpikir berdasarkan pada pengetahuan yang

umum mencapai pengetahuan yang khusus. Silogisme sebagai bentuk

berpikir deduksi yang teratur terdiri dari tiga pernyataan atau proposisi,

yaitu pernyataan pertama disebut dengan premis mayor, yang berisi

pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan kedua yang sifatnya lebih

khusus dari pada pernyataan yang pertama disebut dengan premis minor.

Sedangkan pernyataan ketiga yang merupakan kesimpulannya, disebut

dengan konklusi atau konsekuen.

2. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini di sebut dengan “metode penelitian

ilmiah,” atau lebih populer disebut metodologi penelitian ( reseach methodology )

2.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Mubarak,

2007), yaitu :

2.5.1 Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadai perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar akan

mengalami perubahan baik dari aspek ukuran maupun dari aspek proporsi yang

mana hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Sedangkan pada aspek

20
psikologis (mental) terjadi perubahan dari segi taraf berfikir seseorang yang

semakin matang dan dewasa.

Adapun selain itu, semakin bertambah usia maka semakin banyak

pengalaman dan pengetahuan yang di peroleh oleh seseorang, sehingga bisa

meningkatkan kematangan mental dan intelektual. Usia seseorang yang lebih

dewasa mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan dalam berfikir dan

menerima informasi yang semakin lebih baik jika di bandingkan dengan usia yang

lebih muda. Usia mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang. Semakin dewasa

umur maka tingkat kematangan dan kemampuan menerima informasi lebih baik

jika di bandingkan dengan umur yang lebih muda atau belum dewasa. Menurut

WHO (dikutip dalam Hurlock, 2009) umur seseorang dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Dewasa awal : 18-40 tahun

Dewasa akhir : 41-65 tahun

Lansia : >65 tahun

Sesuai besarnya umur, terdapat kemungkinan perbedaan dalam

mendapatkan faktor keterpaparan tertentu berdasarkan lamanya perjalanan hidup.

Demikian pula dengan karakteristik yang lain yang akan membawa perbedaan

dalam kemungkinan mendapatkan kecenderungan terjadinya penyakit dengan

bertambahnya usia. Semakin tua seseorang maka semakin peka terhadap penyakit

dan semakin banyak keterpaparan yang di alami, karena itu umur meningkat

secara ilmiah akan membawa pertambahan resiko suatu penyakit.

2.5.2 Tingkat pendidikan

21
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Pendidikan merupakan sebuah

proses belajar dan proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah

yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang terhadap individu, kelompok atau

masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang

tingkatpendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap penerimaan, informasi dan nilai – nilai yang baru diperkenalkan

(Soekanto, 2002).

Adapun selain itu, pendidikan juga merupakan perubahan sikap, tingkah

laku dan penambahan ilmu dari seseorang serta merupakan proses dasar dari

kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia melakukan perubahan-

perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua

aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Proses

belajar tidak akan terjadi begitu saja apabila tidak ada di sertai sesuatu yang

menolong pribadi yang bersangkutan (Soekanto, 2002). Pengetahuan atau kognitif

merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya sebuah tindakan

seseorang.Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan

kebiasaan seseorang. Pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang

terhadap suatu hal. Prilaku yang di dasari pengetahuan lebih langgeng dari

prilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap

kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah

22
berfikir rasionalisme dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan

masalah yang baru. Di harapkan bagi seseorang yang berpendidikan tinggi

memiliki pengetahuan yang luas termasuk pengetahuan terhadap kebutuhan

kesehatannya. Latar belakang pendidikan dan pengalaman di masa lalu dapat

mempengaruhi pola pikir seseorang, kemampuan kognitif akan membentuk cara

berfikir seseorang, termasuk membentuk kemampuan untuk mempelajari atau

memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit yang di deritanya, dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang di milikinya

untuk menjaga kesehatan diri. Kemampuan kognitif juga berhubungan dengan

tahap perkembangan seseorang (Potter dan Perry, 2005).

Adapun jenjang pendidikan di Indonesia sebagaimana tertera pada

Undang-Undang N0 20 Tahun 2003 yaitu tentang sistem pendidikan nasional

terbagi atas 3 tingkat pendidikan formal yaitu pendidikan dasar (SD atau

madrasah ibtidayah atau SMP/MTsn), pendidikan menengah (SMU/madrasah

aliyah dan sederajat), serta pendidikan tinggi (Akademik dan Perguruan Tinggi)

(Anonim, 2003).

2.5.3 Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi,

kantor, perusahaan dengan upah dan gaji baik berupa uang maupun barang.

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

23
membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja

semakin banyak pengetahuan yang diperoleh (Wati, 2009).

Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau

dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak

pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang

lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja

akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang

merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik (Wati, 2009).

2.5.4 Minat

Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni

suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam

(Wati,2009).

2.5.5 Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang

baik seseorang akan melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam

emosi sehingga menimbulkan sikap positif (Wati,2009).

2.5.6 Sumber Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Sumber informasi adalah data yang

diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti sebagai sipenerima dan

24
mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu keputusan mendatang

Rudi Bertz dalam bukunya ”toxonomi of comunication” media menyatakan secara

gamblang bahwa informasi adalah apa yang dipahami, sebagai contoh jika kita

melihat dan mencium asap, kita memperoleh informasi bahwa sesuatu sedang

terbakar. Media yang digunakan sebagai sumber informasi adalah sebagai

berikut:

1. Media Cetak

2. Media Elektronik

3. Petugas kesehatan

Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi

baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti radio,

televisi, surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan semua orang. Dalam penyampaian informasi

sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut (Irfandi, 2009).

2.6 Konsep Masyarakat

2.6.1 Definisi Masyarakat

Dalam buku Sosiologi, Kelompok dan Masalah Sosial dijelaskan bahwa

diduga perkataan masyarakat mendapat pengaruh dari bahasa Arab. Dalam bahasa

25
Arab, masyarakat asal mulanya dari kata musayarak yang kemudian berubah

menjadi musyarakat dan selanjutnya mendapatkan kesepakatan dalam bahasa

Indonesia, yaitu Masyarakat". Musyarak, artinya bersama-sama, lalu musyarakat,

artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling

mempengaruhi. Sedangkan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia telah

disepakati dengan sebutan Masyarakat(Syani, 2002).

Secara sosiologis masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan

individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu semata. Masyarakat

merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama.

Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari

anggotanya. Ringkasnya, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari

kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut sebagai sistem kemasyarakatan

(Soleman, 2004).

2.6.2 Unsur Pembentukan Masyarakat

Masyarakat mencakup beberapa unsur (Soekanto 2002), yaitu sebagai

berikut:

1. Manusia yang hidup bersama.

Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti

untuk menentukan beberapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi

secara teoritas, angka minimnya adalah dua orang.

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama

Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda

mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan

berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru.

26
Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga

mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau

perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem

komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan

antar manusia dalam kelompok tersebut.

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan

bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok

merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.

27
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross

sectional untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang penggunaan

obat generik di Puskesmas Pariaman Kota Pariaman Tahun 2022.

Secara sistematis dapat dilihat pada bagan berikut :

Masyarakat

Tingkat Pengetahuan

Usia Pendidikan Pekerjaan

Persepsi Masyarakat

Sangat Baik Baik Kurang baik

3.2 Variabel Penelitian

28
Variabel Penelitian adalah variabel tunggal, yaitu gambaran tingkat

pengetahuan masyarakat tentang obat generik dan faktor sosiodemografi (usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) di Puskesmas Pariaman Kota pariaman.

3.3 Defenisi Operasional

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu informasi dan pengalaman yang diperoleh

responden (masyarakat) terhadap penggunaan, pemanfaatan dan pengertian

obat generik.

b. Obat generik adalah obat yang penanamannya didasarkan pada kandungan zat

aktif tertentu dalam suatu obat dan tidak menggunakan merk dagang.

c. Masyarakat adalah beberapa individu yang tinggal dalam wilayah yang sama

dan menetap di Wilayah kerja Puskesmas Pariaman Kota Pariaman.

d. Karakteristik Masyarakat

e. Kuesioner merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang

yang akan diukur (responden). dengan kuesioner kita dapat mengetahui

keadaan atau pribadi seseorang, pengalaman atau pengetahuan dan lain-lain

yang dimilikinya. Kuesioner dalam penelitian ini terdapat 20 pertanyaan

dengan menggunakan sampel P1-P20

Defenisi Operasional dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Cara ukur Hasil Ukur Skala


o Operasional Ukur
1 Pengetahuan Segala sesuatu Kuisi Dinilai dari Mengacu Ordinal
tentang informasi yang oner 20 kepada
penggunaan diperoleh pertanyaan, Arikunto 2000
obat generik Responden total score dengan
(masyarakat) akan 20, modifikasi

29
penggunaan, penilaian yaitu :
pemanfaatan dan benar = 1, Baik ≥ 75%
pengertian obat salah = 0 Kurang < 75%
generik
2 Tingkat Jenjang pendidikan Kuisi Wawancara  Rendah : Ordinal
Pendidikan formal yang oner Pendidikan
diselesaikan SD
dengan ditandai Sederajat,
ijazah pada saat SMP
melakukan Sederajat
wawancara, dengan dan SMA
pembagian : Sederajat
 Rendah :  Tinggi :
Pendidikan Pendidikan
Menengah ke D3 dan
bawah Perguruan
 Tinggi : Tinggi
Pendidikan D3
dan Perguruan
Tinggi

30
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan desain

cross sectional untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penggunaan

obat generik di Puskesmas Pariaman Kota Pariaman Tahun 2022.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung ke

Puskesmas Pariaman Kota Pariaman ketika penelitian ini berlangsung.

Populasi pada penelitian ini berjumlah 1903 orang. Didapatkan dari data

kunjungan ke Puskesmas Pariaman pada bulan Maret Tahun 2022 yaitu

sebanyak 1903 orang.

4.2.2 Sampel

1. Besar Sampel

Dalam penelitian ini besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan

rumus Slovin (1960) dari (Notoadmodjo, 2010) sebagai berikut:

Keterangan :

31
N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Nilai kritis batas kegiatan yang di inginkan (0,1)

Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan peneliti, didapatkan

populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1903 orang, sehingga penentuan

besaran sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

n= 1903

1 + 1903 (0.1 ²)

n= 1903

1 + 19.03

n= 1903

20

n = 95.15 = 95

Sehingga dari hasil penghitungaan tersebut maka sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah 95 orang.

Adapun kriteria Sampel adalah :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap populasi

yang akan dijadikan suatu sampel (Notoatmodjo, 2012). kriteria inklusi pada

penelitian ini, yaitu :

1) Masyarakat di Wilayah kerja puskesmas Pariaman yang berkunjung ke

Puskesmas Pariaman pada saat penelitian berlangsung

32
2) Masyarkat diatas usia 18 Tahun sampai dengan 55 Tahun.

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi pada penelitian ini, yaitu :

1) Masyarakat diluar wilayah kerja puskesmas Pariaman

2) Masyarakat dibawah usia 18 Tahun dan diatas 55 Tahun

2. Cara pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Accidental Sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan

secara accidental (sesaat) dengan mengambil responden yang berkunjung ke

Puskesmas Pariaman pada saat penelitian berlangsung.

4.3 Cara Pengumpulan Data

4.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman

pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti

terhadap sampel penelitian.

4.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pemerintah setempat, yaitu

dari Puskesmas Pariaman dan Kantor Dinas Kesehatan setempat.

4.4 Etika Penelitian

33
Penelitian dilakukan setelah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kota

Pariaman dan Pimpinan Puskesmas Pariaman dengan menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang

tujuan penelitian dan sebagai tanda persetujuan dituangkan dalam informed

consent

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah berupa kuesioner yang

telah dibuat oleh peneliti. Kuesioner ini digunakan sebagai alat untuk

mengumpulkan data yang berisi tentang pengetahuan tentang obat generik.

Kuesioner dilengkapi dengan pengisian biodata respnden, yang berupa nama, usia,

pendidikan dan pekerjaan.

4.6 Rencana Pengolahan Data dan Analisa Data

4.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara Manual dengan langkah sebagai berikut :

a. Memeriksa Data (editing data)

Setelah instrument diisi dengan lengkap maka setiap instrument

diperiksa apakah sesuai dengan item-item yang ada dalam instrument

yang digunakan, kemudian data tersebut diolah secara manual.

b. Mengkode Data (coding)

Memberikan kode pada setiap informasi yang telah terkumpul.

c. Memasukan Data (tabulating)

34
Data yang dusah diolah, diklasifikasi dan diberi kode kemudian

disajikan dalam transfer table dan analisa menggunakan analisa

instrument penelitian.

4.6.2 Analisa Data

Analisis distribusi frekwensi variable pengetahuan penggunaan obat generik

pada masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Pariaman Kota Pariaman Tahun

2022.

Data sebelum disajikan dalam bentuk tabel, dianalisis secara manual,

kemudian dideskripsikan dengan menggunaan skala yang ditetapkan presentase

untuk pertanyaan yang dinilai secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan

rumus :

Keterangan:

P = Nilai persentase responden

F = Jumlah jawaban yang benar atau jumlah skor

N = Jumlah Seluruh Item Jawaban (Anas Sudijono, 1987)

Hasil perhitungan presentase dimasukkan kedalam kriteria standar objektif

berdasarkan kriteria teori dari setiap aspek dan kriteria standar kualitas sebagai

berikut mengacu pada Arikunto (2002) :

Sangat Baik : bila didapat hasil 76 % - 100 %

Baik : bila didapatkan hasil 60 % - 75 %

35
Kurang Baik : bila didapatkan hasil < 60 %

36

Anda mungkin juga menyukai