Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Obat adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah
merasakan jatuh sakit. Misalnya kepala pusing, batuk pilek, atau perut mules. Untuk menyembuhkan atau
mengurangi rasa sakit, maka biasanya langsung minum obat. Umumnya masyarakat kurang memahami
bahwa obat selain menyembuhkan penyakit, juga mempunyai efek samping yang merugikan kesehatan.
Bahaya ikatan dari sering timbul pada penyalahgunaan obat, misalnya terlalu sering dan sembarangan
minum obat terlampau banyak atau takaran yang salah.

Beberapa pengaruh buruk dari obat yang perlu dipahami oleh masyarakat umum ialah
pengaruh efek samping obat, keracunan obat, alergi obat, pengaruh negatife bila dua macam atau lebih
dipakai secara bersama (Widjajanti, 2004).

Di Indonesia penduduk yang mengeluh sakit selama satu bulan terakhir pada tahun 2004
sebanyak 24,41%. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan masyarakat yang mengeluh sakit sebagian
besar adalah pengobatan sendiri (87,37%). Sisanya mencari pengobatan sendiri antara lain ke puskesmas,
paramedik, dokter praktik, rumah sakit, balai pengobatan, dan pengobatan tradisional (BPS, 2005).

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2001 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang
mengeluh sakit selama sebulan sebelum survai dilakukan sebesar 25,49% diperkotaan dan pedesaan,
keluhan terbanyak mencakup demam, sakit kepala batuk, dan pilek. Perilaku pencarian pengobatan yang
dilakukan oleh penduduk Indonesia yang mengeluh sakit persentase terbesar adalah pengobatan sendiri
(58,78%), terutama menggunakan obat (83,88%), sisanya mengunakan obat tradisional dan atau cara
tradisional (BPS, 2002). Sumber obat yang paling dominan adalah warung (44,35%) dan yang lainnya
adalah puskesmas (15,85%), praktek perawat atau bidan (11,44%), toko obat (9,31%), praktek dokter
(8,41%), apotek (5,03 %) dan rumah sakit hanya 2,36%. Pada umumnya penggunaan obat ditunjukan untuk
mengobati penyakit (91,56%), sedangkan untuk menjaga kesehatan 5,58% dan untuk keluarga berencana
1,16% (Depkes, 1999).

Hasil wawancara pendahuluan yang dilakukan peneliti, dari 25 orang semuanya pernah menggunakan
obat keras tanpa resep. Berdasarkan fenomena saat ini dan pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendapatan, semakin tinggi juga daya beli masyarakat. Akan tetapi semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin rendah penggunaan obat keras tanpa resep. Dari faktor pendapatan dan pendidikan
peneliti tertarik meneliti mengevaluasi hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan dengan penggunaan obat keras tanpa resep di masyarakat Desa Gonilan Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan dirumuskan masalah umum
makalah ini sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Obat ?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Resep Obat ?

1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Pemberian Obat ?

1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Askep Pemberian Obat ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah: 1.
Untuk mengetahui pengertian Obat

2. Untuk mengetahui Resep Obat

3. Untuk mengetahui Pemberian Obat

4. Untuk mengetahui apa itu Askep Pemberian Obat


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Memahami Obat


2.1.1 Pengertian Obat
pengertian obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan
menyembuhkan penyakit. Sedangkan, menurut undang-undang, pengertian obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.

pengertian obat secara khusus:

 Obat baru: Obat baru adalah obat yang berisi zat (berkhasiat/tidak berkhasiat),
seperti pembantu, pelarut, pengisi, lapisan atau komponen lain yang belum dikenal
sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
 Obat esensial: Obat esensial adalah obat yang paling banyak dibutuhkan untuk
layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.

o Obat generik: Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam
FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
o Obat jadi: Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
salep, cairan, supositoria, kapsul, pil, tablet, serbuk atau bentuk lainnya yang secara
teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.
o obat paten: Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas
nama pembuat yang telah diberi kuasa dan obat itu dijual dalam kemasan asli dari
perusahaan yang memproduksinya.
o Obat asli: Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari bahan-bahan alamiah,
diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan
tradisional.
o Obat tradisional: Obat tradisional adalah obat yang didapat dari bahan alam, diolah
secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan
tradisional.
2.1.2 Standar Obat
Obat yang di gunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar

persyaratan obat, di antaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat
karena unsur keasliannya,tidak ada percampuran, dan standar potensi yang

baik. Selain kemurnian, dan efektivitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat
agar menghasilkan efek baik obat itu sendiri.

2.1.3 Pemberian Dosis Obat


Dosis obat merupakan faktor penting, karena baik kekurangan atau kelebihan dosis
akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan, bahkan sering membahayakan. Yang
dimaksud dosis suatu obat adalah dosis pemakaian sekali, per oral untuk orang dewasa,
kalau kalau yang dimaksud bukan dosis tersebut diatas harus dengan keterangan yang jelas.
Misalnya pemakaian sehari, dosis untuk anak, dosis per injeksi, dan seterusnya.

2.1.4 Penggolongan Obat (Lengkap)

Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa


hal, diantaranya :

a. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya

b. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat

c. . Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian


d. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
e. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
f. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
g. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
Diantara banyak penggolongan obat, yang paling populer ialah berdasarkan jenis, well kita
langsung membahas penggolongan obat.

1. Penggolongan obat berdasarkan jenis

Penggolongan obat berdasarkan jenis telah saya bahas secara lengkap pada artikel sebelumnya,
antara lain :

a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat OTC (over the counter) atau obat yang dijual secara bebas di
pasaran. Artinya, Kamu bisa sangat mudah dan

bebas menemukan dan membeli obat ini, tanpa harus menggunakan resep dokter. Obat
yang tergolong dalam kategori bebas adalah obat yang memiliki efek samping rendah serta
kandungan bahan-bahan yang relatif aman. Namun meski tidak memerlukan pengawasan
dokter, Kamu tetap harus memenuhi petunjuk dan dosis yang tertera di kemasan ketika
mengonsumsinya.

Obat bebas biasanya memiliki gambar lingkaran berwarna hijau dan bergaris tepi hitam.
Simbol tersebut tertera di kemasan obat. Kebanyakan obat bebas adalah obat-obat untuk
mengobati penyakit ringan, seperti batuk, flu, atau demam. Obat bebas juga bisa berupa
vitamin atau suplemen nutrisi. Contoh obat bebas adalah parasetamol.

b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas memiliki kesamaan dengan obat bebas, yaitu keduanya dijual bebas
di pasaran. Namun, obat bebas terbatas termasuk obat yang lebih keras ketimbang obat bebas,
meski obat dalam golongan ini juga bisa dikonsumsi tanpa resep dari dokter. Dalam jumlah
tertentu, obat ini masih bisa dijual di apotek mana saja.

Obat jenis bebas terbatas juga memiliki simbol tertentu di kemasannya, yaitu lingkaran
biru bergaris tepi hitam. Tidak hanya itu, pada kemasan obat bebas terbatas juga
tertulis peringatan-peringata seperti:

 P1: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya.

 P2: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya.


 P3: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Bagian Luar Tubuh.
 P4: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Dibakar.
 P5: Awas! Obat Keras! Tidak Boleh Ditelan.

 P6: Awas! Obat Keras! Obat Wasir, Jangan Ditelan.

Obat bebas terbatas bisa digunakan untuk mengobat penyakit dari yang tergolong ringan
hingga serius. Kalau Kamu belum sembuh juga, meski sudah mengonsumsi obat dengan
golongan bebas terbatas, lebih baik berhenti mengonsumsinya dan periksakan diri ke dokter.

c. Obat Keras

Obat keras sudah termasuk obat yang tidak bisa dibeli bebas di apotek tanpa resep dokter,
meski dijual legal di apotek. Tanpa resep dokter dan jika pemakaiannya tidak sesuai,
dikhawatirkan obat ini bisa memperparah penyakit, meracuni tubuh, bahkan menyebabkan
kematian. Simbol obat keras yang ada di kemasan obat adalah lingkaran merah bergaris tepi
hitam dan terdapat huruf K di dalamnya.
Pada umumnya, banyak obat-obat tertentu yang termasuk dalam golongan ini, seperti:

 Obat generik.

 Obat Wajib Apotek (OWA).

 Psikotropika.

 Obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat diabetes.
 Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisilin, sefalosporin.

Untuk psikotropika, obat-obatan jenis ini memengaruhi susunan sistem saraf pusat, sehingga
bisa menimbulkan perubahan pada mental dan perilaku orang yang mengonsumsinya. Maka dari
itu, obat psikotropika hanya bisa dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.
Bahkan, psikotropika juga dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan
bahaya dampaknya pada tubuh manusia. Psikotropika golongan I adalah obat yang tidak boleh
digunakan untuk terapi. Psikotropika golongan I hanya boleh dipakai untuk keperluan ilmu
pengetahuan, karena memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan ketergantungan pada
penggunanya.
Lain dari psikotropika golongan I, psikotropika golongan II bisa
digunakan untuk pengobatan maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Namun,
psikotropika golongan II tetap memiliki potensi kuat untuk menyebabkan ketergantungan.

Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan, meski obat jenis ini
juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Risiko ketergantungan pada
psikotropika golongan III cenderung rendah. Selain itu, sama seperti golongan III, risiko
ketergantungan psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan IV banyak
digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu pengetahuan.

Karena bersifat keras, psikotropika dan obat keras berada di dalam kategori yang sama.
Keduanya juga memiliki simbol yang sama. Contoh obat keras adalah loratadine, pseudoeedrin,
bromhexin HCL, alprazolam, clobazam. Sementara itu, contoh obat psikotropika adalah ekstasi,
phenobital, sabu-sabu, diazepam.

d. Obat Narkotika

Narkotika adalah obat-obatan yang bisa berasal dari tanaman maupun tidak.
Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama seperti psikotropika, narkotika
menimbulkan efek ketergantungan, khususnya jenis yang bisa mengurangi rasa sakit, nyeri, dan
tingkat kesadaran. Obat narkotika hanya boleh dijual di apotek, namun harus di bawah resep
dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang merah yang tertera di kemasannya.
Mirip dengan psikotropika, narkotika juga memiliki golongan- golongan tertentu. Narkotika
golongan I hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan, namun tidak bisa digunakan untuk
pengobatan. Pasalnya, golongan I memiliki risiko ketergantungan yang tinggi. Untuk narkotika
golongan II, bisa digunaka kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya
memberi
resep narkotika golongan II sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. Pasalnya, golongan II juga
bisa menyebabkan kertegantungan yang kuat. Sementara itu, narkotika golongan III bisa
digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan karena memiliki risiko yang
ringan untuk menyebabkan ketergantungan. Contoh obat narkotika adalah opium, ganja, dan
heroin. Untuk golongan II, contohnya tebakon, morfina, dan peptidina. Sementara untuk golongan
III, contohnya adalah kodeina, nikokodina, dan nikodikodina.

1. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat


dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
a. obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba, contoh antibiotik obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis
dari penyakit contoh vaksin, dan serum.
b. obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan
nyeri contoh analgesik
c. obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi
fungsi zat yang kurang, contoh vitamin dan hormon.
d. pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak
mengandung zat aktif, khususnya pada pasien normal
yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh aqua
pro injeksi dan tablet placebo.
e. Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya,
seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif,
dan lain lain.
2. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi
pemakaian dibagi menjadi 2 golongan :
 obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,
parasetamol tablet
 obat luar yaitu obat obatan yang dipak%ai secara topikal/tubuh bagian luar,

3. Penggolon gan obat berdasarkan cara pemakaian


jari
dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :

 Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah


lidah., masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat
hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon
 Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
 langsung ke organ, contoh intrakardial
 melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan

dibagi menjadi 2 :
 sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.

 lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian


tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll
5. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
dibagi menjadi 2 golongan :
 farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh,
contoh hormon dan vitamin
 kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi
parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.
6. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
dibagi menjadi 2 :

 Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan
mineral)

 tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida Sintetik : merupakan


cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi- reaksi kimia, contohnya minyak
gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.

Obat dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria penggolongan. Kriteria


penggolongan obat yaitu berdasarkan proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh,
bentuk sediaan obat, sumber obat, undang-undang, cara kerja obat, cara

penggunaan obat, serta kegunaan obat.

1. Menurut proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh, obat digolongkan


menjadi:

 Obat diagnostik: Obat diagnostik adalah obat yang membantu dalam


mendiagnosis (mengenali penyakit), misalnya barium sulfat untuk
membantu diagnosis pada saluran lambung-usus, serta natriummiopanoat
dan asam iod organik lainnya untuk membantu diagnosis pada saluran
empedu.

 Obat kemoterapeutik: Obat kemoterapeutik adalah obat yang dapat


membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh inang. Obat ini hendaknya
memiliki kegiatan farmakodinamik yang sekecil-kecilnya terhadap organisme
inang dan berkhasiat untuk melawan sebanyak mungkin parasit (cacing
protozoa) dan mikroorganisme (bakteri, virus). Obat-obat neoplasma
(onkolitika, sitostika, atau obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini.
 Obat farmakodinamik: Obat farmakodinamik adalah obat yang bekerja
terhadap inang dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologis
atau fungsi biokimia dalam tubuh contohnya hormon, diuretik, hipnotik, dan obat
otonom.

2. Penggolongan obat berdasarkan bentuk sediaan obat dikelompokkan menjadi:

 Bentuk gas; contohnya, inhalasi, spraym aerosol.

 Bentuk cair atau larutan; contohnya, lotio, dauche, infus intravena,


injeksi, epithema, clysma, gargarisma, obat tetes, eliksir, sirop dan potio.
 Bentung setengah padat; misalnya salep mata (occulenta), gel, cerata,
pasta, krim, salep (unguetum).
 Bentuk padat; contohnya, supositoria, kapsul, pil, tablet, dan serbuk.

3. Penggolongan obat berdasarkan sumbernya, dikelompokkan menjadi:

 Mikroba dan jamur/fungi; misalnya, antibiotik penisilin.

 Sintesis (tiruan); contohnya, vitamin C dan kamper sintesis.


 Mineral (pertambangan); contohnya, sulfur, vaselin, parafin, garam
dapur, iodkali.
 Hewan (fauna); contohnya, cera, adeps lanae, dan minyak ikan.

 Tumbuhan (flora); contohnya, minyak jarak, kina, dan digitalis.

4. Penggolongan obat menurut undang-undang dikelompokkan menjadi:

 Obat bebas: Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan
tidak membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan;
diberi tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
 Obat bebas terbatas (daftar W = waarschuwing = peringatan): Obat bebas
terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam
bungkus aslinya dari produsen atau pabrik obat itu, kemudian diberi tanda
lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberi tanda peringatan
(P No.1 sampai P No.6).

 Obat keras (daftar G = geverlijk = berbahaya): Obat keras adalah semua obat
yang memiliki takaran dosis minimum (DM), diberi tanda khusus lingkaran
bulat merah garis tepi hitam dan huruf K menyentuh garis tepinya, semua
obat baru kecuali ada ketetapan pemerintah bahwa obat itu tidak
membahayakan, dan semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena.

 Psikotropika: Psikotropika adalah obat yang memengaruhi proses


mental meransang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan
seseorang; contohnya golongan barbital/luminal, diazepam, dan ekstasi.

 Narkotik: Narkotik adalah obat yang diperlukan dalam bidang


pengobatan dan IPTEK serta dapat menimbulkan ketergantungan dan
ketagihan/adiksi yang sanga merugikan individu apabila digunakan tanpa
pembatasan dan pengawasan dokter; contohnya kodein, metadon, petidin, morfin,
dan opium.
5. Penggolongan obat berdasarkan cara kerjanya dalam tubuh
dikelompokkan menjadi:
 Sistemik: obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh; contohnya obat
analgetik.
 Lokal: obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti pemakaian topikal.
6. Penggolongan obat menurut cara penggunaannya, obat digolongkan
menjadi
 Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui
implantasi, injeksi, membran mukosa, rektal, vaginal, nasal, opthalmic,
aurical, collutio/gargarisma/gargle, diberi tiket biru.
 Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral
diberi tiket putih.
7. Penggolongan obat berdasarkan kegunaan dalam tubuh digolongkan
ke dalam:
 Untuk diagnosis (diagnostic).

 Untuk mencegah (prophylactic).

 Untuk menyembuhkan (terapeutic).


2.2 Resep Obat

2.2.1 Pengertian Resep Obat

Dalam arti umum resep adalah Formulae Medicae, dan terbagi atas:

 Formulae officinalis

yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakope atau buku lainny
dan merupakan standar.

 Formulaemagistralis

yaitu resep yang ditulis oleh dokter menurut pendapatnya sendiri,


kadang- kadang merupakan gabunganformula officinalis
dengan

penambahan/pengurangan. Inilah yang pada umumnya disebut resep.

Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter , dokter gigi


atau dokter hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang

berlaku kepada apoteker pengelola apotik untuk menyediakan dan


menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Resep selalu dimulai
dengan tanda R/

Cito : segera

yang artinya recipe (ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya


baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam
bahasa latin.

Suatu resep yang lengkap harus memuat :

 Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi


atau dokter hewan

 Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi


obat

 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep

 Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik


hewan
 Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung
obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.

Pembagian suatu resep yang lengkap :

1) Nama, alamat dokter, tanggal dan tempat ditulisnya resep (inscriptio ) 2)


Aturan pakai dari obat yang tertulis ( signatura )

3) Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep ( subcriptio )

4) Tanda buka penulisan resep dengan R/ ( invocatio )

5) Nama obat, jumlah, bentuk yang akan dibuat dan cara


membuatnya ( praescriptio atau ordinatio )

Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada

pengobatan gigi dan mulut) dan dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan).
Dokter gigi diberi ijin menulis resep dari segala macam obat untuk

pemakaian melalui mulut, injeksi (parentral) atau cara pemakaian lainnya, khusus
untuk mengobati penyakit gigi dan mulut. Sedangkan pembiusan /

patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi (S.E.) Depkes No. 19/Ph/62
Mei 1962.

Resep untuk pengobat segera

Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda :

Urgent : penting Statim : penting

P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.Ditulis pada bagian atas kanan resep,
apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini termasuk resep antidotum . Bila dokter
ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie. Dan ditulis
berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3 X, artinya resep dapat dilayani 1 + 3
kali ulangan = 4 X . Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis iteratie
tetapi selalu dengan resep baru.

2.2.2 Komponen Resep Menurut Fungsi

Menurut fungsi bahan obatnya resep terbagi atas :

 Remidium Cardinal, adalah obat yang berkhasiat utama


 Remidium Ajuvans, adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama
 Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa
dan bau dari obat utama.

Corrigens dapat kita bedakan sebagai berikut :

Corrigens Actionis, digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama.


Contohnya pulvis doveri terdiri dari kali sulfas, ipecacuanhae radix, dan opii pulvis. Opii
pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan orang sukar buang air besar, karena itu
diberi kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja opii pulvis tsb.

 Corrigens Odoris, digunakan untuk memperbaiki bau dari obat.


Contohnya oleum Cinnamommi dalam emulsi minyak ikan.
 Corrigens Saporis, digunakan untuk memperbaiki rasa obat. Contohnya
saccharosa atau sirupus simplex untuk obat - obatan yang pahit rasanya.
 Corrigens Coloris, digunakan untuk memperbaiki warna
obat .Contohnya obat untuk anak diberi warna merah agar menarik untuk
diminum.
 Corrigens Solubilis, digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat
utama. Contohnya Iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat KI /NaI.

4. Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan. Adalah


bahan obat yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan
pemberi bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok. Contohnya laktosum pada
serbuk, amylum dan talcum pada bedak tabur. Contoh resep berdasarkan fungsi
bahan obatnya.
R/ Sulfadiazin 0,500 - Remidium Cardinale Bic.
Natric 0,300 - Remidium Ajuvans

Saccharum 0,100 - Corrigens Saporis Lact.


0,200 – Constituens

Mf. Pulv.dtd no X S.t.d.d.p. I Pro : Tn.


Budi

2.2.3 Salinan Resep (C opy Resep)


Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotik, selain memuat semua
keterangan yang terdapat dalam resep asli juga harus memuat :

 Nama dan alamat apotik

 Nama dan nomer izin apoteker pengelola apotik. 3. Tanda tangan atau paraf apoteker
pengelola apotik
 Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet (nedetur) untuk
obat yang belum diserahkan dan pada resep dengan tanda ITER …X diberi tanda
detur orig / detur ……X

 Nomor resep dan tanggal pembuatan.

Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrif . Apabila Apoteker
Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau
pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud diatas dilakukan oleh Apoteker
Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang
dan status yang bersangkutan. Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penulis resep atau dokter yang merawatnya sekarang, penderita sendiri dan
petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-
undangan yang

berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara).

2.2.4. Penyimpanan Resep

Apoteker Pengelola Apotik mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan
tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep adalah suatu dokumen dan harus
disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep yang mengandung narkotika
harus dipisahkan dari resep lainnya. Resep yang disimpan melebihi jangka 3 tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan
cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotik bersama-sama dengan
sekurang- kurangnya seorang petugas apotik. Pada pemusnahan resep harus dibuat
berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan
ditanda-tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas
apotik.

2.2.5. Etiket

Pada etiket harus tercantum:

 Nama, alamat dan no.telp, nama dan no SIPA Apoteker Pengelola Apotek

 Nama, tempat, tanggal ditulisnya etiket

 Nama pasien dan aturan pakai yang jelas dan dimengerti

 Paraf pembuat obat.


2.3 Pemberian Obat:

Pemberian obat kepada pasien terdapat beberapa cara,yaitu melalui rute oral,
parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung. Dalam pemberian obat ada
beberapa hal yang harus di perhatikan demi meminimalisir kesalahan di antaranya :

Prinsip 6 benar pemberian obat:

Benar pasienSebelum memberikan obat cek


kembali identitas pasien.

1. Benar obat

Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan harus di periksa
minimal 3 kali.

1. Benar dosis

Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati dan
teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien.

2. Benar cara/rute
Ada banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.

3. Benar waktu

Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan darah yang memadai, ada beberapa obat

yang diminum sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak
oleh di berikan bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar

obat itu,sebelum dapat di serap tubuh.

4. Benar dokumentasi

Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu di berikan, dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus
di dokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian obat.

Tujuan Pemberian Obat:

Memberikan obat sesuai dengan prosedur agar mendapatkan efek obat yang di
inginkan dan bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun
keluhan yang di rasakan oleh seseorang.
Cara pemberian obat-obatan dibedakan berdasarkan tiga faktor utama. Faktor tersebut di

antaranya bagian tubuh yang perlu diobati, reaksi obat dalam tubuh, serta kandungan
obat.

Sebagai contoh, terdapat obat-obatan tertentu yang akan hancur oleh asam lambung
jika diminum secara langsung. Jenis obat seperti ini biasanya akan diberikan melalui
suntikan guna menghindari dampak tersebut.

Untuk mengetahui dengan lebih jelas, berikut adalah berbagai macam cara
pemberian obat:

1. Diminum secara langsung (oral)

Meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat berbentuk cair, tablet, kapsul,
atau tablet kunyah. Ini merupakan cara pemberian obat yang paling umum karena jauh lebih
mudah, aman, dan murah dibandingkan metode lainnya. Setelah diminum, obat akan diserap
oleh dinding usus. Proses ini dapat dipengaruhi oleh makanan dan obat lain yang Anda
konsumsi. Obat yang telah diserap kemudian diuraikan oleh hati sebelum akhirnya diedarkan
oleh darah ke seluruh tubuh.

2. Suntikan (parenteral)

Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan suntikan. Biasanya, cara ini
dibedakan dari lokasi suntiknya. Beberapa di antaranya:

 Subkutan. Obat ini disuntikkan ke jaringan lemak tepat di bawah kulit. Obat
ini kemudian masuk ke pembuluh darah kecil (kapiler) menuju alirah darah
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Insulin adalah salah satu yang paling sering
menggunakan cara pemberian obat yang satu ini.
 Intramuskular. Metode ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan
obat dengan dosis yang lebih besar. Obat disuntikkan langsung ke
jaringan otot lengan atas, paha, atau pantat menggunakan jarum
berukuran besar.
 Intravena. Sering disebut sebagai infus, cara pemberian obat melalui
intravena dilakukan dengan menyuntikkan cairan mengandung obat langsung ke
pembuluh vena. Obat dapat diberikan dalam satu dosis atau berkelanjutan.
 Intratekal. Cara ini ditujukan untuk mengobat penyakit pada otak, tulang
belakang, serta lapisan pelindungnya. Obat disuntikkan melalui jarum yang
dimasukkan ke celah antara dua tulang belakang bagian pinggang.
3. Topikal
Obat-obatan topikal merupakan jenis obat yang diserap secara langsung oleh
permukaan tubuh, terutama kulit. Contoh obat topikal adalah salep, losion, krim,
bedak, gel, dan plester yang ditempelkan ke kulit.

Menggunakan obat dengan cara topikal memiliki keunggulan, yakni efek obat akan
langsung terasa pada bagian tubuh yang memerlukannya.

Risiko efek sampingnya pun lebih kecil karena obat-obatan tidak melalui area tubuh
lainnya secara langsung.

2. Supositoria (rektal)

Supositoria merupakan jenis obat-obatan yang dimasukkan melalui dubur. Jenis obat
ini ditujukan bagi pasien yang tidak bisa menelan obat secara langsung, mengalami
mual parah, atau harus menjalani puasa sebelum dan setelah operasi.

Obat-obatan supositoria berbentuk padat dan mengandung sejenis zat lilin yang
mudah terurai begitu berada dalam rektum. Dinding rektum terdiri dari permukaan

tipis dengan banyak pembuluh darah sehingga obat dapat diserap dengan cepat.

2. Cara lainnya

Selain beragam cara di atas, Anda juga dapat menggunakan obat melalui metode lain
sesuai kebutuhan. Misalnya:

 Tablet yang ditempelkan di bawah lidah (sublingual) atau di bagian


dalam pipi (bukal)

 Tablet, cairan, gel, krim, atau cincin yang dimasukkan ke dalam vagina

 Obat tetes mata berbentuk cair

 Obat tetes telinga berbentuk cair

 Partikel obat yang dihirup secara langsung atau melalui uap

2.4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan dalam perawatan
yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistic, dan
berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien
serta dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan. Dalam proses perawatan, asuhan keperawatan
dilaksanakan dalam beberapa tahap yang meliputi:

 Pengkajian
 Diagnosa keperawatan
 Perencanaan (Intervensi)
 Pelaksanaan (Implementasi)
 Evaluasi (formatif/proses dan sumatif)

Asuhan keperawatan dapat dilakukan atau diberikan kepada pasien sebagai rangka
untuk memenuhi kebutuhan pasien yang didasarkan pada 5 kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa
aman dan

perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,kebutuhan akan harga diri


dan kebutuhan aktualisasi diri. Hal tersebut sesuai dengan pengertian asuhan
keperawatan (Askep) menurut ahli berikut :

“Proses Keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis,


dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan pasien / klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data,
Analisis Data dan Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan
Penilaian Tindakan Keperawatan (evaluasi). Menurut Ali (1997)”

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan asuhan
keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada
pasien yang berkaitan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian
hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara derajat kesehatan yang
optimal.

Fungsi Proses Keperawatan

Fungsi proses keperawatan memiliki beberapa fungsi , antara lain:

 Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga


keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

 Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui


pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan
efisien.

 Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang


optimal sesuai dengan kebutuhan dalam ke Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan, antara lain mandirian dalam
bidang Kesehatan Membantu individu agar dapat mandiri

 Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang kesehatan

 Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam memelihara


kesehatan secara optimal

 Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam


memeliharan kesehatan

 Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang


optimal.

Tahapan Asuhan Keperawatan

Secara resmi tahap Asuhan Keperawatan diberlakukan untuk diterapkan pada seluruh
rumah sakit melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637
Tahun 1993 tahapan asuhan keperapan meliputi;

1.tahapan manusia
Asuhan keperawatan yang sempurna memerlukan data lengkap yang dikumpulkan secara
terus menerus yang berkaitan dnegan keadaan untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data yang dikumpulkan harus bermanfaar bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen data pengkajian keperawatan tersebut meliputi :

Pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku,


sistematis, diisi sesuai dengan item yang tersedia, aktual dan absah (valid).

 Pengelompokkan data dengan kriteria : data biologis, data psikologis,


data sosial, data spiritual.
 Perumusan masalah dengan kriteria : kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kehidupan, perumusan masalah ditunjang oleh data
yang telah dikumpulkan.

2.Tahap Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan yang


dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan
kriteria sebagai berikut:

 Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan


pemenuhan kebutuhan pasien

 Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat


Komponen terdiri dari masalah, penyebab/gejala (PES) atau terdiri
dari masalah dan penyebab (PE), yang bersifat aktual apabila masalah
kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah
kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh
perawat.

3.Tahap Perencanaan (Intervensi)


Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang meliputi
beberapa point seperti :

 Prioritas asuhan keperawatan dengan kriteria : Spesifik, bisa


diukur, bisa dicapai, realistik, ada batas waktu
 Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria : spesifik, bisa diukur,
bisa dicapai, realistik, ada batas waktu
 Rencana tindakan dengan kriteria yang disusun berdasarkan tujuan
asuhan keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan
latar belakang budaya pasien/keluarga, menentukan alternative tindakan yang
tepat, mempertimbangkan kebijaksaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumberdaya, dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan
nyaman bagi pasien, kalimat intruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya
mudah dimengerti.

4. Pelaksanaan (Implementasi)

Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan spesifik. Tahap pelaksanan dimulai setelah rencana
Tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untukmemodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Tahap implementasi asuhan keperawatan meliputi 3
tahapan antara lain:

Tahap 1 : Persiapan. Tahap ini menuntut perawat untuk mengevaluasi


yang akan di indentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2: Intervensi. Tahap ini berfokus pada tindakan perawatan yaitu kegiatan
dan pelaksanaan tindakna dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen,
dna interdependen.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk


menilai perkembangan pasien dengan kriteria : setiap tindakan
keperawatan dilakukan evaluasi terhadap indikator yang ada pada rumusan
tujuan, yang selanjutnya hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan,
evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, evaluasi dilakukan
sesuai standar. Setelah proses tahapan awal hingga tahap evaluasi selesai, maka
seluruh tindakan harus didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi
keperawatan.

Dokumentasi keperawatan adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak


yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang (potter 2005).
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa obat adalah suatu bahan atau paduan
bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan
dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia
termasuk obat tradisional. Obat-obatan di apotik bermacam-macam sekali jenisnya,
sehingga kadang- kadang kita merasa bingung untuk membelinya. Secara umum
obat apotik digolongkan menjadi 5 jenis yaitu : obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras, obat psikotropika, dan obat narkotika.

3.2Saran

Kita sebagai generasi muda harus lebih banyak lagi mengkaji artikel-artikel
tentang obat. Selain untuk menambah wawasan, juga sebagai pengetahuan
agar kita lebih selektif dalam memilih obat yang baik untuk tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/03/penggolongan-obat-lengkap.html
https://www.guesehat.com/sistem-penggolongan-obat-di-indonesia-yang-perlu-
kamu-ketahui https://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-obat-dan-
penggolongan-obat.html
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-resep obat/14746/2
https://www.kompasiana.com/nia.kurniasih/54f94d32a333112d3c8b50d3
/prinsip-dalam- pemberian-obat
https://www.academia.edu/36553842/Konsep_Dasar_Asuhan_Keperawat
an_Fungsi_Tujuan_dan_Tahapan_Penting_dalam_ASKEP_Lengkap_De
ngan_Contoh_Kasus https://id.scribd.com/doc/101730355/makalah-
tentang-obat

Anda mungkin juga menyukai