Obat adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah
merasakan jatuh sakit. Misalnya kepala pusing, batuk pilek, atau perut mules. Untuk menyembuhkan atau
mengurangi rasa sakit, maka biasanya langsung minum obat. Umumnya masyarakat kurang memahami
bahwa obat selain menyembuhkan penyakit, juga mempunyai efek samping yang merugikan kesehatan.
Bahaya ikatan dari sering timbul pada penyalahgunaan obat, misalnya terlalu sering dan sembarangan
minum obat terlampau banyak atau takaran yang salah.
Beberapa pengaruh buruk dari obat yang perlu dipahami oleh masyarakat umum ialah
pengaruh efek samping obat, keracunan obat, alergi obat, pengaruh negatife bila dua macam atau lebih
dipakai secara bersama (Widjajanti, 2004).
Di Indonesia penduduk yang mengeluh sakit selama satu bulan terakhir pada tahun 2004
sebanyak 24,41%. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan masyarakat yang mengeluh sakit sebagian
besar adalah pengobatan sendiri (87,37%). Sisanya mencari pengobatan sendiri antara lain ke puskesmas,
paramedik, dokter praktik, rumah sakit, balai pengobatan, dan pengobatan tradisional (BPS, 2005).
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2001 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang
mengeluh sakit selama sebulan sebelum survai dilakukan sebesar 25,49% diperkotaan dan pedesaan,
keluhan terbanyak mencakup demam, sakit kepala batuk, dan pilek. Perilaku pencarian pengobatan yang
dilakukan oleh penduduk Indonesia yang mengeluh sakit persentase terbesar adalah pengobatan sendiri
(58,78%), terutama menggunakan obat (83,88%), sisanya mengunakan obat tradisional dan atau cara
tradisional (BPS, 2002). Sumber obat yang paling dominan adalah warung (44,35%) dan yang lainnya
adalah puskesmas (15,85%), praktek perawat atau bidan (11,44%), toko obat (9,31%), praktek dokter
(8,41%), apotek (5,03 %) dan rumah sakit hanya 2,36%. Pada umumnya penggunaan obat ditunjukan untuk
mengobati penyakit (91,56%), sedangkan untuk menjaga kesehatan 5,58% dan untuk keluarga berencana
1,16% (Depkes, 1999).
Hasil wawancara pendahuluan yang dilakukan peneliti, dari 25 orang semuanya pernah menggunakan
obat keras tanpa resep. Berdasarkan fenomena saat ini dan pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendapatan, semakin tinggi juga daya beli masyarakat. Akan tetapi semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin rendah penggunaan obat keras tanpa resep. Dari faktor pendapatan dan pendidikan
peneliti tertarik meneliti mengevaluasi hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat
pendidikan dengan penggunaan obat keras tanpa resep di masyarakat Desa Gonilan Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan dirumuskan masalah umum
makalah ini sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Obat ?
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah: 1.
Untuk mengetahui pengertian Obat
Obat baru: Obat baru adalah obat yang berisi zat (berkhasiat/tidak berkhasiat),
seperti pembantu, pelarut, pengisi, lapisan atau komponen lain yang belum dikenal
sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
Obat esensial: Obat esensial adalah obat yang paling banyak dibutuhkan untuk
layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam daftar Obat
o Obat generik: Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam
FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
o Obat jadi: Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
salep, cairan, supositoria, kapsul, pil, tablet, serbuk atau bentuk lainnya yang secara
teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.
o obat paten: Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas
nama pembuat yang telah diberi kuasa dan obat itu dijual dalam kemasan asli dari
perusahaan yang memproduksinya.
o Obat asli: Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari bahan-bahan alamiah,
diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan
tradisional.
o Obat tradisional: Obat tradisional adalah obat yang didapat dari bahan alam, diolah
secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan
tradisional.
2.1.2 Standar Obat
Obat yang di gunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar
persyaratan obat, di antaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat
karena unsur keasliannya,tidak ada percampuran, dan standar potensi yang
baik. Selain kemurnian, dan efektivitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat
agar menghasilkan efek baik obat itu sendiri.
Penggolongan obat berdasarkan jenis telah saya bahas secara lengkap pada artikel sebelumnya,
antara lain :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat OTC (over the counter) atau obat yang dijual secara bebas di
pasaran. Artinya, Kamu bisa sangat mudah dan
bebas menemukan dan membeli obat ini, tanpa harus menggunakan resep dokter. Obat
yang tergolong dalam kategori bebas adalah obat yang memiliki efek samping rendah serta
kandungan bahan-bahan yang relatif aman. Namun meski tidak memerlukan pengawasan
dokter, Kamu tetap harus memenuhi petunjuk dan dosis yang tertera di kemasan ketika
mengonsumsinya.
Obat bebas biasanya memiliki gambar lingkaran berwarna hijau dan bergaris tepi hitam.
Simbol tersebut tertera di kemasan obat. Kebanyakan obat bebas adalah obat-obat untuk
mengobati penyakit ringan, seperti batuk, flu, atau demam. Obat bebas juga bisa berupa
vitamin atau suplemen nutrisi. Contoh obat bebas adalah parasetamol.
Obat bebas terbatas memiliki kesamaan dengan obat bebas, yaitu keduanya dijual bebas
di pasaran. Namun, obat bebas terbatas termasuk obat yang lebih keras ketimbang obat bebas,
meski obat dalam golongan ini juga bisa dikonsumsi tanpa resep dari dokter. Dalam jumlah
tertentu, obat ini masih bisa dijual di apotek mana saja.
Obat jenis bebas terbatas juga memiliki simbol tertentu di kemasannya, yaitu lingkaran
biru bergaris tepi hitam. Tidak hanya itu, pada kemasan obat bebas terbatas juga
tertulis peringatan-peringata seperti:
Obat bebas terbatas bisa digunakan untuk mengobat penyakit dari yang tergolong ringan
hingga serius. Kalau Kamu belum sembuh juga, meski sudah mengonsumsi obat dengan
golongan bebas terbatas, lebih baik berhenti mengonsumsinya dan periksakan diri ke dokter.
c. Obat Keras
Obat keras sudah termasuk obat yang tidak bisa dibeli bebas di apotek tanpa resep dokter,
meski dijual legal di apotek. Tanpa resep dokter dan jika pemakaiannya tidak sesuai,
dikhawatirkan obat ini bisa memperparah penyakit, meracuni tubuh, bahkan menyebabkan
kematian. Simbol obat keras yang ada di kemasan obat adalah lingkaran merah bergaris tepi
hitam dan terdapat huruf K di dalamnya.
Pada umumnya, banyak obat-obat tertentu yang termasuk dalam golongan ini, seperti:
Obat generik.
Psikotropika.
Obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat diabetes.
Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisilin, sefalosporin.
Untuk psikotropika, obat-obatan jenis ini memengaruhi susunan sistem saraf pusat, sehingga
bisa menimbulkan perubahan pada mental dan perilaku orang yang mengonsumsinya. Maka dari
itu, obat psikotropika hanya bisa dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.
Bahkan, psikotropika juga dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan
bahaya dampaknya pada tubuh manusia. Psikotropika golongan I adalah obat yang tidak boleh
digunakan untuk terapi. Psikotropika golongan I hanya boleh dipakai untuk keperluan ilmu
pengetahuan, karena memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan ketergantungan pada
penggunanya.
Lain dari psikotropika golongan I, psikotropika golongan II bisa
digunakan untuk pengobatan maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Namun,
psikotropika golongan II tetap memiliki potensi kuat untuk menyebabkan ketergantungan.
Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan, meski obat jenis ini
juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Risiko ketergantungan pada
psikotropika golongan III cenderung rendah. Selain itu, sama seperti golongan III, risiko
ketergantungan psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan IV banyak
digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu pengetahuan.
Karena bersifat keras, psikotropika dan obat keras berada di dalam kategori yang sama.
Keduanya juga memiliki simbol yang sama. Contoh obat keras adalah loratadine, pseudoeedrin,
bromhexin HCL, alprazolam, clobazam. Sementara itu, contoh obat psikotropika adalah ekstasi,
phenobital, sabu-sabu, diazepam.
d. Obat Narkotika
Narkotika adalah obat-obatan yang bisa berasal dari tanaman maupun tidak.
Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama seperti psikotropika, narkotika
menimbulkan efek ketergantungan, khususnya jenis yang bisa mengurangi rasa sakit, nyeri, dan
tingkat kesadaran. Obat narkotika hanya boleh dijual di apotek, namun harus di bawah resep
dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang merah yang tertera di kemasannya.
Mirip dengan psikotropika, narkotika juga memiliki golongan- golongan tertentu. Narkotika
golongan I hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan, namun tidak bisa digunakan untuk
pengobatan. Pasalnya, golongan I memiliki risiko ketergantungan yang tinggi. Untuk narkotika
golongan II, bisa digunaka kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya
memberi
resep narkotika golongan II sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. Pasalnya, golongan II juga
bisa menyebabkan kertegantungan yang kuat. Sementara itu, narkotika golongan III bisa
digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan karena memiliki risiko yang
ringan untuk menyebabkan ketergantungan. Contoh obat narkotika adalah opium, ganja, dan
heroin. Untuk golongan II, contohnya tebakon, morfina, dan peptidina. Sementara untuk golongan
III, contohnya adalah kodeina, nikokodina, dan nikodikodina.
dibagi menjadi 2 :
sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan
mineral)
Obat bebas: Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan
tidak membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan;
diberi tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
Obat bebas terbatas (daftar W = waarschuwing = peringatan): Obat bebas
terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam
bungkus aslinya dari produsen atau pabrik obat itu, kemudian diberi tanda
lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberi tanda peringatan
(P No.1 sampai P No.6).
Obat keras (daftar G = geverlijk = berbahaya): Obat keras adalah semua obat
yang memiliki takaran dosis minimum (DM), diberi tanda khusus lingkaran
bulat merah garis tepi hitam dan huruf K menyentuh garis tepinya, semua
obat baru kecuali ada ketetapan pemerintah bahwa obat itu tidak
membahayakan, dan semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena.
Dalam arti umum resep adalah Formulae Medicae, dan terbagi atas:
Formulae officinalis
yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakope atau buku lainny
dan merupakan standar.
Formulaemagistralis
Cito : segera
Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada
pengobatan gigi dan mulut) dan dokter hewan (terbatas pada pengobatan hewan).
Dokter gigi diberi ijin menulis resep dari segala macam obat untuk
pemakaian melalui mulut, injeksi (parentral) atau cara pemakaian lainnya, khusus
untuk mengobati penyakit gigi dan mulut. Sedangkan pembiusan /
patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi (S.E.) Depkes No. 19/Ph/62
Mei 1962.
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda :
P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.Ditulis pada bagian atas kanan resep,
apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini termasuk resep antidotum . Bila dokter
ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie. Dan ditulis
berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3 X, artinya resep dapat dilayani 1 + 3
kali ulangan = 4 X . Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis iteratie
tetapi selalu dengan resep baru.
Nama dan nomer izin apoteker pengelola apotik. 3. Tanda tangan atau paraf apoteker
pengelola apotik
Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet (nedetur) untuk
obat yang belum diserahkan dan pada resep dengan tanda ITER …X diberi tanda
detur orig / detur ……X
Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrif . Apabila Apoteker
Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau
pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud diatas dilakukan oleh Apoteker
Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama terang
dan status yang bersangkutan. Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penulis resep atau dokter yang merawatnya sekarang, penderita sendiri dan
petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-
undangan yang
Apoteker Pengelola Apotik mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan
tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep adalah suatu dokumen dan harus
disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep yang mengandung narkotika
harus dipisahkan dari resep lainnya. Resep yang disimpan melebihi jangka 3 tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan
cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotik bersama-sama dengan
sekurang- kurangnya seorang petugas apotik. Pada pemusnahan resep harus dibuat
berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan
ditanda-tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas
apotik.
2.2.5. Etiket
Nama, alamat dan no.telp, nama dan no SIPA Apoteker Pengelola Apotek
Pemberian obat kepada pasien terdapat beberapa cara,yaitu melalui rute oral,
parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung. Dalam pemberian obat ada
beberapa hal yang harus di perhatikan demi meminimalisir kesalahan di antaranya :
1. Benar obat
Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan harus di periksa
minimal 3 kali.
1. Benar dosis
Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati dan
teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien.
2. Benar cara/rute
Ada banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
3. Benar waktu
Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan darah yang memadai, ada beberapa obat
yang diminum sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak
oleh di berikan bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar
4. Benar dokumentasi
Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu di berikan, dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus
di dokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian obat.
Memberikan obat sesuai dengan prosedur agar mendapatkan efek obat yang di
inginkan dan bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun
keluhan yang di rasakan oleh seseorang.
Cara pemberian obat-obatan dibedakan berdasarkan tiga faktor utama. Faktor tersebut di
antaranya bagian tubuh yang perlu diobati, reaksi obat dalam tubuh, serta kandungan
obat.
Sebagai contoh, terdapat obat-obatan tertentu yang akan hancur oleh asam lambung
jika diminum secara langsung. Jenis obat seperti ini biasanya akan diberikan melalui
suntikan guna menghindari dampak tersebut.
Untuk mengetahui dengan lebih jelas, berikut adalah berbagai macam cara
pemberian obat:
Meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat berbentuk cair, tablet, kapsul,
atau tablet kunyah. Ini merupakan cara pemberian obat yang paling umum karena jauh lebih
mudah, aman, dan murah dibandingkan metode lainnya. Setelah diminum, obat akan diserap
oleh dinding usus. Proses ini dapat dipengaruhi oleh makanan dan obat lain yang Anda
konsumsi. Obat yang telah diserap kemudian diuraikan oleh hati sebelum akhirnya diedarkan
oleh darah ke seluruh tubuh.
2. Suntikan (parenteral)
Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan suntikan. Biasanya, cara ini
dibedakan dari lokasi suntiknya. Beberapa di antaranya:
Subkutan. Obat ini disuntikkan ke jaringan lemak tepat di bawah kulit. Obat
ini kemudian masuk ke pembuluh darah kecil (kapiler) menuju alirah darah
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Insulin adalah salah satu yang paling sering
menggunakan cara pemberian obat yang satu ini.
Intramuskular. Metode ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan
obat dengan dosis yang lebih besar. Obat disuntikkan langsung ke
jaringan otot lengan atas, paha, atau pantat menggunakan jarum
berukuran besar.
Intravena. Sering disebut sebagai infus, cara pemberian obat melalui
intravena dilakukan dengan menyuntikkan cairan mengandung obat langsung ke
pembuluh vena. Obat dapat diberikan dalam satu dosis atau berkelanjutan.
Intratekal. Cara ini ditujukan untuk mengobat penyakit pada otak, tulang
belakang, serta lapisan pelindungnya. Obat disuntikkan melalui jarum yang
dimasukkan ke celah antara dua tulang belakang bagian pinggang.
3. Topikal
Obat-obatan topikal merupakan jenis obat yang diserap secara langsung oleh
permukaan tubuh, terutama kulit. Contoh obat topikal adalah salep, losion, krim,
bedak, gel, dan plester yang ditempelkan ke kulit.
Menggunakan obat dengan cara topikal memiliki keunggulan, yakni efek obat akan
langsung terasa pada bagian tubuh yang memerlukannya.
Risiko efek sampingnya pun lebih kecil karena obat-obatan tidak melalui area tubuh
lainnya secara langsung.
2. Supositoria (rektal)
Supositoria merupakan jenis obat-obatan yang dimasukkan melalui dubur. Jenis obat
ini ditujukan bagi pasien yang tidak bisa menelan obat secara langsung, mengalami
mual parah, atau harus menjalani puasa sebelum dan setelah operasi.
Obat-obatan supositoria berbentuk padat dan mengandung sejenis zat lilin yang
mudah terurai begitu berada dalam rektum. Dinding rektum terdiri dari permukaan
tipis dengan banyak pembuluh darah sehingga obat dapat diserap dengan cepat.
2. Cara lainnya
Selain beragam cara di atas, Anda juga dapat menggunakan obat melalui metode lain
sesuai kebutuhan. Misalnya:
Tablet, cairan, gel, krim, atau cincin yang dimasukkan ke dalam vagina
Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan dalam perawatan
yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistic, dan
berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien
serta dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan. Dalam proses perawatan, asuhan keperawatan
dilaksanakan dalam beberapa tahap yang meliputi:
Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Perencanaan (Intervensi)
Pelaksanaan (Implementasi)
Evaluasi (formatif/proses dan sumatif)
Asuhan keperawatan dapat dilakukan atau diberikan kepada pasien sebagai rangka
untuk memenuhi kebutuhan pasien yang didasarkan pada 5 kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa
aman dan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan asuhan
keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada
pasien yang berkaitan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian
hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara derajat kesehatan yang
optimal.
Secara resmi tahap Asuhan Keperawatan diberlakukan untuk diterapkan pada seluruh
rumah sakit melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637
Tahun 1993 tahapan asuhan keperapan meliputi;
1.tahapan manusia
Asuhan keperawatan yang sempurna memerlukan data lengkap yang dikumpulkan secara
terus menerus yang berkaitan dnegan keadaan untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data yang dikumpulkan harus bermanfaar bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen data pengkajian keperawatan tersebut meliputi :
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Tahap 2: Intervensi. Tahap ini berfokus pada tindakan perawatan yaitu kegiatan
dan pelaksanaan tindakna dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen,
dna interdependen.
5. Evaluasi Keperawatan
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa obat adalah suatu bahan atau paduan
bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan
dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia
termasuk obat tradisional. Obat-obatan di apotik bermacam-macam sekali jenisnya,
sehingga kadang- kadang kita merasa bingung untuk membelinya. Secara umum
obat apotik digolongkan menjadi 5 jenis yaitu : obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras, obat psikotropika, dan obat narkotika.
3.2Saran
Kita sebagai generasi muda harus lebih banyak lagi mengkaji artikel-artikel
tentang obat. Selain untuk menambah wawasan, juga sebagai pengetahuan
agar kita lebih selektif dalam memilih obat yang baik untuk tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/03/penggolongan-obat-lengkap.html
https://www.guesehat.com/sistem-penggolongan-obat-di-indonesia-yang-perlu-
kamu-ketahui https://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-obat-dan-
penggolongan-obat.html
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-resep obat/14746/2
https://www.kompasiana.com/nia.kurniasih/54f94d32a333112d3c8b50d3
/prinsip-dalam- pemberian-obat
https://www.academia.edu/36553842/Konsep_Dasar_Asuhan_Keperawat
an_Fungsi_Tujuan_dan_Tahapan_Penting_dalam_ASKEP_Lengkap_De
ngan_Contoh_Kasus https://id.scribd.com/doc/101730355/makalah-
tentang-obat